• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Analisis dan Proyeksi

4.1 Analisa data dan Informasi

Program-program kegiatan kehutanan yang telah dilaksanakan di wilayah KPHP Unit VII-Hulu hingga Tahun 2013 ini adalah kegiatan berupa Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) seperti Hutan Adat, Hutan Desa, Sumber Pengembangan Benih Gaharu, Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), Hutan Kemasyarakatan (HKm), Tumpangsari, Pengembangan obyek wisata alam, tanaman bawah tegakan, budidaya lebah madu, damar mata kucing, rotan, dan lain-lain.

Pada wilayah KPHP Unit VII – Hulu terdapat dua konsesi ijin di hutan produksi berupa ijin usaha pengusahaan hutan kayu hutan tanaman (IUPHHK-HTI) yaitu PT. Gading Karya Makmur (SP 1) dan PT. Hijau Antar Nusa (SP 2). Sementara pada kawasan hutan lindung telah ada konsesi ijin pinjam pakai kawasan untuk kegiatan penambangan emas oleh PT. Aneka Tambang (tahap eksplorasi).

Dengan rencana pengelolaan tesebut, seluruh program ini diharapkan akan memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan dengan mengintegrasikan program rehabilitasi kebutuhan ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan.

4.1.2. Potensi

Potensi sumber daya tumbuhan non kayu yang terdapat di Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Unit VII - Hulu di antaranya adalah Rotan, Karet , madu, Damar, dan cempedak. Karet banyak terdapat di area kawasan Hutan Produksi Model Unit VII - Hulu yang sudah dijadikan area perkebunan oleh masyarakat.

Di sekitar wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Unit VII - Hulu terdapat obyek wisata Goa Bukit Bulan yang terdapat di desa Bukit Bulan. Goa tersebut bisa menjadi jalan setapak untuk warga

menuju ke kawasan wilayah KPHP Model Unit VII - Hulu. Potensi jasa lingkungan air sungai untuk wisata arung jeram, lubuk larangan, air terjun seluro di Batang Asai, sumber mata air pemandian dewa di Bukit Bulan yang dapat dikembangkan menjadi unit kelola usaha air minum dalam kemasan.

Jenis satwa yang terdapat di wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Unit VII - Hulu meliputi Harimau Sumatra (Panthera tigris Sumatrea), Babi (Sus scrofa), Ular, Burung Murai (Copsychus Malabaricus) dan berbagai jenis satwa lainnya. Harimau Sumatra menjadi salah satu satwa langka yang dilindungi oleh pemerintah.

Sedangkan potensi jenis tanaman berupa kayu adalah : Bulian/ Ulin (Eusideroxylon zwagerii T.et.B), Ramin (Gonystylus bancanus), Jelutung (Dyera sp), Gaharu (Acquillaria sp), Meranti (Shorea spp.).Dari hasil inventarisasi, wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Unit VII - Hulu masih memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan potensinya, keadaan pohon/kayu yang ada di kawasan Hutan Produksi Model Unit VII - Hulu cukup besar yaitu sebesar 298.343,309 m3. Dari hasil survei di lapangan, diketahui bahwa area Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Unit VII - Hulu didominasi oleh tingkat pohon muda (pancang dan tiang). Jumlah pohon dewasa semakin jarang dijumpai. Untuk tegakan hutan alam maupun tanaman sangat berpotensi untuk pengembangan skema REDD.

4.1.3. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya.

Kondisi masyarakat yang berada disekitar wilayah KPHP Unit VII-Hulu sangat tergantung pada kondisi hutan yang ada terutama yang berkaitan dengan fungsinnya sebagai daerah tangkapan air sumber air untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kegiatan produksi pertanian pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Hutan wilayah hulu juga menyediakan sumber energi (kayu bakar) bagi sebagian penduduk. Potensi pengembangan pariwisata diwilayah KPHP Unit VII-Hulu

diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja dan usaha masyarakat sekitar hutan.

Masyarakat di wilayah KPHP Model Unit VII – Hulu masih menjaga dan melestarikan nilai-nilai marga budaya lokal/ adat istiadat warisan nenek moyang. Hal tersebut tercermin dengan adanya kearifan lokal 5 (lima) marga yaitu Marga Bukit Bulan, Marga Cermin Nan Gedang, Marga Batang Asai, Marga Bathin Pengambang dan Marga Sungai Pinang.

4.1.4. Dasar Pembagian KPHP Unit VII-Hulu

Pembagian wilayah KPH didasarkan pada 3 (tiga) pendekatan utama sebagai dasar analisis yaitu (1) kewilayahan/ekosistim secara spasial, (2) kajian pembagian kewenangan serta (3) kemampuan dalam pengelolaan hutan.

Pendekatan ekosistem dilakukan dengan mengembangkan indikator Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti menyangkut pengaturan tata air, penetapan wilayah hulu sungai sebagai cathment area dan wilayah hilir sebagai wilayah layanan, serta status fungsi hutan. Secara fisik kawasan tersebut akan dibatasi oleh kondisi topografis berupa dataran tinggi, puncak bukit dan gigir-gigir gunung. Kajian dilakukan dengan mempertimbangkan alur sungai, topografi dan fisiografi suatu kawasan mengingat pengaruhnya terhadap wilayah sungai, terutama menyangkut penyimpanan, penampungan dan distribusi air dalam suatu wilayah.

Pendekatan pembagian kewenangan secara spasial diwujudkan dalam batas-batas kabupaten serta jenis kewenangan yang diserahkan. Perwujudan dari jenis kewenangan tersebut adalah status dan fungsi kawasan hutan dimana kawasan dengan fungsi konservasi merupakan kewenangan pemerintah pusat yang pengelolaannya dilakukan institusi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kehutanan.

Pendekatan kemampuan dalam pengelolaan hutan dilakukan dengan menggunakan indikator span of control , aksesibilitas serta kesatuan wilayah. Kemampuan pengelolaan tersebut akan mencerminkan efektivitas dan efisiensi sertas aspek kelestarian sebagaimana

dipersyaratkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007. Aksesibilitas akan dicerminkan oleh kemudahan dalam mencapai lokasi karena ketersediaan sarana dan prasarana transportasi atau karena jarak lokasi dengan orbitasi. Kawasan hutan pada wilayah kelola KPHP Unit VII-Hulu merupakan kawasan hutan yang kompak dengan aksesibilitas tinggi karena sudah tersedia sarana dan prasarana transportasi berupa jalan aspal dan jalan sirtu, serta sudah tersedia angkutan umum.

Penetapan wilayah KPHP Unit VII-Hulu didasarkan pada pertimbangan ekosistem, melalui kajian wilayah DAS yaitu termasuk dalam wilayah DAS dengan kawasan hutan yang didalamnya merupakan daerah tangkapan air yang sangat vital. Sebagai sebuah kesatuan ekosistem, KPHP Unit VII-Hulu perlu dikelola secara tersendiri, karena kebutuhan masyarakat akan air, baik untuk irigasi maupun air bersih yang disuplay terutama dari areal KPHP Unit VII-Hulu. Keberadaan masyarakat yang masih sangat mengandalkan air sungai, akan memberi pengaruh langsung terhadap aktivitas pertanian dan pendapatan masyarakat karena secara umum masyarakat sekitar masih bertumpu pada sektor pertanian tradisional.

4.1.5. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dalam Rencana Pengelolaan KPHP Unit VII-Hulu antara lain meliputi :

1. Pemerintah Pusat (Kementerian Kehutanan), akan bermanfaat sebagai bahan penentuan arah kebijakan, perencanaan program dan anggaran, bahan pengendalian, monitoring dan evaluasi.

2. Pemerintah Provinsi Jambi akan bermanfaat bagi perencanaan yang bersifat mikro, perencanaan anggaran serta penyusunan tahapan kegiatan dan sasaran pada setiap kawasan wilayah kelola KPHP di Wilayah Propinsi Jambi.

3. Pemerintah Kabupaten, akan bermanfaat bagi penyesuaian perencanaan yang lebih detail, perhitungan sharing anggaran APBD Kabupaten, penentuan sasaran dan kegiatan yang lebih tepat,

4. Masyarakat, akan bermanfaat sebagai bahan acuan dan landasan dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan, dorongan dalam partisipasi masyarakat meliputi kegiatan pemeliharaan, pengamanan maupun rehabilitasi.

Dokumen terkait