• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Rencana Kegiatan

5.2 Pemanfaatan Hutan pada Wilayah tertentu

Dari luasan KPHP Model Unit VII-Hulu yang terdiri HL 54.793 ha, Hutan Produksi 43.807 ha dan Hutan Produksi terbatas 22.502 ha, sebagian telah diberikan ijin pemanfaatan berupa ijin usaha untuk hutan tanaman (IUPHHK-HT) dan ijin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH). Namun masih ada sebagian dari kawasan tersebut yang belum teralokasikan kepada pihak ketiga yang akan menjadi wilayah kelola wilayah tertentu oleh KPHP Model Unit VII-Hulu seluas ± 10.000 ha. Kegiatan pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu di kawasan KPHP Model Unit VII-Hulu difokuskan pada:

a. Pemanfaatan kawasan hutan yang lebih berorientasi pada kelola produksi / ekonomi.

b. Pemanfaatan jasa lingkungan hutan yang lebih berorientasi pada kelola ekologi.

Pada blok pemanfaatan wilayah tertentu pengelola KPHP Unit VII-Hulu akan melakukan pemanfaatan hutan dengan bekerja sama dengan pihak ketiga ataupun dikelola secara mandir serta dengan pola kemitraan dengan masyarakat sekitar hutan sehingga dapat membuka peluang usaha yang sebesar-besarnya guna tercapainya kemakmuran rakyat dan kemandirian KPHP Unit VII-Hulu

Hasil hutan yang dimanfaatkan dapat berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan. Untuk dapat melakukan pemanfaatan tersebut pihak pengelola akan terlebih dulu menaksir potensi hasil hutan tersebut. Selain itu pada wilayah tertentu KPHP Unit VII-Hulu juga akan mengembangkan budidaya tanaman kehutanan untuk dimanfaatkan hasil hutan kayu maupun hasil hutan Non kayunya dan, pengelola KPHPM juga

akan menyun TOR kerjasama dengan pihak ketiga. Selain itu, pengelola juga akan mencari mekanisme keuangan agar sesuai dengan peraturan yang ada.

Tabel 5.4. Tata waktu kegiatan pemanfataan hutan di wilayah tertentu

Kegiatan Tahun ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Identifikasi wilayah

potensial untuk dimanfaatkan 2. Menaksir potensi hasil hutan kayu

3. Menaksir potensi hasil hutan non kayu

4. Menaksir potensi jasa lingkungan

5. Menjajaki kerjasama dengan pihak ketiga, termasuk menyun TOR 6. Merumuskan mekanisme pengelolaan keuangan 7. Melaksanakan pemanfaatan

Beberapa rencana bisnis yang akan dikembangkan pada wilayah tertentu ini yaitu :

1. Pemungutan hasil hutan kayu pada hutan alam

Kegiatan ini diadakan pada wilayah tertentu yang masih mempunyai potensi tegakan dengan diameter diatas 50 cm. Dimana pemungutan hasil hutan kayu hutan alam ini dilakukan dengan pola kemitraanbersama masyarakat, dengan pihak ke tiga atau dengan pola mandiri.

Pemungutan hasil hutan kayu hutan alam pada wilayah tertentu KPHP Unit VII-Hulu dilakukan dengan tetap mengutamakan kaedah

kelestarian hutan baik secara ekologi, ekonomi maupun secara sosial budaya sehingga dalam pelaksanaanya KPHP Unit VII-Hulu akan menerapkan sistem TPTI serta pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan.

Melalui kegiatan ini juga diharapkan masyarakat lokal dapat memperoleh pendapatan baik secara langsung maupuntidak langsung, selain itu dengan pemungutan hasil hutan kayu hutan alam ini diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan kayu pertukangan, kayu meubeler masyarakat lokal secara berkesinambungan.

2. Pengembangan tanaman karet dengan sistem agroforestri terpadu

Tanaman Karet ( Hevea Brnziliensis, red) adalah tanaman yang sudah sangat dikenal sistem pengelolannya oleh masyarakat sekitar kawasan hutan yang ada di wilayah KPHP Unit VII-Hulu, sehingga pengembangan tanaman karet pada wilayah tertentu yang sudah terbuka dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Pengembangan tanaman karet yang akan dilakukan oleh KPHP Unit VII-Hulu tentu juga tetap mengedepakan kaedah kelestarian hutan dimana dalam pengelolaan dilakukan secara manual dan tidak menggunakan alat berat. Melalui kegiatan pengembangan karet ini diharapkan dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak baik saat penanaman, pemeliharaan, maupun sampai saat pemungutan hasil/ penyadapan.

3. Budidaya kayu Jabon

Kayu Jabon salah satu kayu yang banyak ditanam dan diminati masyarakat disekitar kawasan KPHP Unit VII-Hulu. Kayu Jabon ini merupakan kayu mudah dan cepat pertumbuhannya serta tidak rentan terhadap hama dan penyakit.

Budidaya kayu Jabon yang akan dilakukan pada wilayah tertentu KPHP Unit VII-Hulu akan dilakukan dengan cara mengintegrasikan

penanamannya dengan tanaman lain dibawah tegakan seperti Jahe merah, Nilam atau tanaman jenis palawija.

4. Pengembangan obyek wisata

Obyek wisata adalah salah satu kegiatan yang akan dikembangkan dalam kawasan hutan oleh KPHP Unit VII-Hulu. Pengembangan obyek wisata ini akan bekerjasama dengan beberapa instansi terkait seperti Dinas Pariwisata, dan beberapa instasi lain yang kompeten dalam menunjang kemajuan kegiatan obyek wisata di wilayah KPHP Unit VII-Hulu.

Melalui pendataan yang dilakukan dibeberapa titik dalam kawasan KPHP Unit VII-Hulu, ada beberapa obyek wisata potensial yang akan dikembangkan diantaranya pengembangan objek wisata air terjun, obyek wisata Goa Celao Petak, objek wisata mata air pemandian dewa Bukit Bulan (air minum kemasan), objek wisata panorama Batang Asai, wisata pendidikan dan beberapa obyek wisata lainnya.

5. Pengembangan PLTMH

Potensi PLTMH yang ada di wilayah KPHP Unit VII-Hulu adalah potensi yang sangat potensial untuk dikembangkan mengingat sampai saat ini kebutuhan listrik adalah merupakan kebutuhan mendasar yang ketersediaanya belum terpenuhi secara optimal.

Pemanfaatan Pembangkit listrik tenaga Mikro Hidro (PLTMH) diwilayah kerja KPHP Unit VII-Hulu sudah banyak dilirik oleh beberapa Investor mengingat pada kawasan KPHP Unit VII-Hulu banyak terdapat sungai dengan debit air dan kecepatan aliran yang layak untuk dibangun PLTMH seperti sungai seluro, sungai bathin pengambang, Batang Asai, Sungai limun dan banyak sungai-sungai lainnya yang dapat dibangun PLTMH sehingga dapat mengatasi krisis listrik terutama bagi masyarakat yang ada di wilayah hulu Kabupaten Sarolangun.

Guna tercapainya pembangunan PLTMH seperti yang diharapkan maka KPHP Unit VII-Hulu akan menggandeng pihak ketiga sebagai penyandang dana dan sebagai pelaksana setelah terlebih dahulu

melakukan pengkajian yang mendalam sehingga tetap terjaganya kelestarian dan fungsi kawasan hutan.

6. Penangkaran rusa

Menurunnya populasi rusa yang ada di alam terutama yang terdapat dalam kawasan hutan akhir-akhir ini tidak terlepas dari semakin maraknya perburuan liar yang dilakukan masyarakat. Kondisi ini apabila dibiarkan dan tidak ada tindakan konkrit yang dapat dilakukan maka dikhawatirkan rusa sebagai jenis liar yang dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999 ini akan punah. Karena itu KPHP Unit VII-Hulu akan mengambil inisiatif untuk mengadakan penangkaran diwilayah KPHP Unit VII-Hulu dimana saat ini masih banyak dijumpai rusa liar.

Penangkaran rusa di KPHP Unit VII-Hulu akan dilakukan secara semi alami dimana, pengelolaan dilakukan dengan melepaskan rusa di habitat aslinya dengan melakukan pemagaran lokasi serta menanam jenis-jenis tumbuhan sebagai pakan rusa serta dilakukan pemantauan secara rutin terhadap perkembangan rusa tersebut.

Penangkaran rusa dalam skala besar juga berpeluang dalam memenuhi ketersedian dan kecukupan daging nasional sekaligus menjawab krisis daging di Indonesia.

7. Pengembangan Program REDD+

Sebagai organisasi pengelolaan hutan di tingkat tapak, KPHP Unit VII-Hulu ikut secara aktif dalam menjalankan kebijkan nasional REDD+ mengingat Indonesia adalah salah satu negara pengemisi Gas Rumah Kaca (GRK) terbesar di dunia.

Melalui skema REDD+ maka diharapkan Indonesia dapat mengurangi emisi dengan mengurangi tekanan terhadap hutan yang masih ada serta meningkatkan serapan dengan melaksanakan program penanaman hutan baik dengan skema HKM, HTR, RE, RHL maupun dengan hutan desa dan hutan adat.

Pemanfaatan hutan oleh Pengelola KPHP Model Unit VII-Hulu dapat dilakukan secara sendiri maupun bekerjasama/bermitra dengan pihak lain. Apabila dirasakan telah cukup memiliki kemampuan baik dari sisi sumber daya maupun sumber dana maka Pengelola dapat melakukannya secara mandiri. Namun apabila belum memungkinkan untuk melakukannya sendiri maka dapat bekerja sama dengan pihak lain dalam skema yang dimungkinkan oleh peraturan perundangan yang berlaku.

Dokumen terkait