• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.2 Analisa dan Interpretasi Data

4.2.4 Analisa Orientasi Nilai Orangtua Memberikan PAUD

Orientasi nilai orangtua merupakan peninjauan sikap yang dilakukan oleh orangtua dengan mendasari pikiran dan akal sehat terhadap suatu kegiatan ataupun tujuan yang dapat menjadi nilai lebih yang ingin dicapai. Suatu kegiatan ataupun tujuan tersebut ialah memberikan pendidikan anak usia dini. Nilai yang dimaksud ialah nilai yang seharusnya didapat oleh anak-anak seperti nilai menghormati orangtua, nilai kesopanan dan yang terdapat dalam pendidikan karakter. Seiring pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi menghasilkan banyak orangtua yang telah memberikan pendidikan sejak usia dini kepada anak. Orangtua tidak dapat bekerja sendiri dalam mendidik anak sebab pekerjaan mendidik bukanlah pekerjaan yang gampang. Dibutuhkan peran lembaga pendidikan dalam mendidik anak. Kebanyakan orang berpandangan bahwa mendidik hanyalah pekerjaan meniru apa yang diamati dari orangtua atau guru kemudian ditiru. Namun tidak semua hubungan ataupun pergaulan antara orangtua dan anak bersifat pendidikan. Bahkan ada juga yang mendapatkan pengaruh negatif dari hubungan antara orangtua dan anak. Contohnya seorang penjahat yang mengajarkan anaknya menjadi seorang pencopet, perampok ataupun tukang hipnotis. Satu-satunya pengaruh yang dapat dinamakan pendidikan adalah pengaruh yang menuju kedewasaan anak untuk dapat menolong anak menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup memenuhi tugas hidupnya atas tangung jawab sendiri. (Soetopo,2005:31)

Teori cermin diri yang dikemukakan oleh Charles H. Cooley menggambarkan bahwa seseorang tersebut berkembang dengan proses bantuan dari orang lain

(Damsar, 2011:81). Gambaran diri seseorang tidak selalu sesuai dengan fakta objektif. Ada tiga langkah dalam proses pembentukan cermin diri yang berkaitan dengan orientasi nilai orangtua memberikan pendidikan anak usia dini. Pertama ialah membayangkan bagaimana kita di mata orang lain. Hal ini membuat orangtua akan merasa dirinya berpendidikan, orangtua yang cerdas dan merasa hebat serta mampu apabila memberikan pendidikan anak usia dini kepada anaknya. Kedua kita membayangkan bagaimana seharusnya penilaian orang lain menilai tampilan kita. Pada fase orangtua yang telah memberikan pendidikan anak usia dini tersebut akan membayangkan bagaimana perlakuan orang lain terhadapnya. Contoh perlakuan orang lain terhadapnya ialah seperti menanyakan tentang perkembangan anaknya yang mengikuti pendidikan anak usia dini tersebut yang kemudian dapat menjadi acuan orangtua lain mengikuti tindakan yang dilakukan oleh orangtua tersebut. Namun dalam teori ini hal tersebut belum tentu benar sebab orangtua yang merasa hebat karna telah memberikan pendidikan anak usia dini tersebut akan merasa biasa-biasa saja apabila mendengar ada orangtua lain yang selain memberikan anaknya pendidikan anak usia dini juga mmberikan les keterampilan lain kepada anaknya. Dan yang ketiga ialah gabungan dari yang pertama dan kedua tentang bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut. Dengan adanya penilaian dari orang lain bahwa bahwa orangtua tersebut adalah orangtua yang hebat, berpendidikan dan cerdas maka timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri. Gambaran cermin diri sesuai dengan pernyataan informan A.N. atau ibu Maria Kezia Siallagan (Pr,31 thn):

“Sebelumnya ada tetangga ibu yang duluan memasukkan anaknya ke YPN ini. Kemudian saya lihat dan tanya-tanya bagaimana hasilnya setelah masuk

sekolah ini maka dijawabnya bahwa anaknya telah menjadi lebih mandiri dari yang sebelumnya. Kemudian anaknya juga jauh lebih pintar dari yang sebelumnya. Oleh sebab itu ibu dan bapaknya Kezia putuskan untuk mendaftarkan Kezia ke sekolah ini biar bisa juga menjadi seperti anak tetangga ibu yang mandiri dan pintar.

Hal serupa diperkuat oleh informan R.S. (Pr,58 tahun) atau nenek Ruth E. Sitohang :

“Saya taunya YPN ini dari tetangga. Saya lihat anak mereka jadi lebih baik setelah sekolah di Putra Sejahtera makanya saya masukkan cucu saya kesini. Orangtua Ruth sibuk cari kerja dari pagi sampai sore jadi saya yang lebih sering bersama Ruth. Saya dengar mantan muridnya Putra Sejahtera bagus-bagus setelah sekolah disini dan yayasannya baik dan terbuka terhadap semuanya seperti yang biasa kami alami apabila terlambat membayar uang sekolah. Kalau kami bilang belum ada uang untuk bayar uang sekolah mereka bilang iya tidak apa-apa dan kemudian memberikan tambahan waktu untuk membayar.”

Semua informan dalam hal pemberian les keterampilan lain atau kursus privat kepada anak menjawab belumlah ada. Hal itu disebabkan biaya yang akan dikeluarkan akan bertambah serta ada juga orangtua yang takut apabila anaknya diberi les keterampilan lain maka anaknya akan mengalami stres akibat terlalu banyak belajar. Seperti yang diutarakan E.B. atau ibu Mika Maria Simanjuntak :

“Kalau untuk memberikan les keterampilan lain kepada anak yah gag mampu lagi kami. Maklum lah orangtuanya cuman petani dan hidup pun pas-pasannya, kalau ngasi les privat lain kan keluar biaya lagi. Lagian saya rasa itu juga tidak terlalu penting karna apabila si anak tidak mampu mengikutinya maka anak bisa menjadi stress.”

Orientasi nilai orangtua dalam memberikan pendidikan anak usia dini bertujuan menginginkan kedepannya ada perubahan dalam kehidupan mereka

terutama kepada anak usia dini yang mereka punya. Hal tersebut dilandasi tidak hanya sekedar untuk ikut-ikutan orangtua lain yang memberikan PAUD kepada anak mereka. Orangtua anak usia dini yang memberikan anaknya PAUD di YPN Putra Sejahtera memahami bahwa anaknya akan menjalani proses tahap perkembangan menjadi orang yang lebih dewasa. Orangtua anak usia dini menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan yang berkualitas yang jauh melebihi daripada yang didapatkan orangtua anak usia dini itu sendiri. Sehingga di kemudian hari orangtua

Dokumen terkait