• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.2 Analisa dan Interpretasi Data

4.2.7 Harapan Orangtua Pada PAUD di YPN Putra Sejahtera

Pemberian pendidikan anak usia dini oleh orangtua tentu memberikan harapan tersendiri didalam diri setiap orangtua. Hal tersebut dikarenakan mereka telah mengeluarkan biaya lebih supaya anak mereka dapat mengikuti pendidikan di YPN Putra Sejahtera. Orangtua yang mendaftarkan anaknya ke YPN Putra Sejahtera tentu mempunyai harapan yang besar kepada sekolah terlebih kepada orangtua yang memiliki kehidupan ekonomi yang sulit tetapi tetap memberikan PAUD kepada anak. Harapan tersebut seperti anak dapat berkembang sesuai prosesnya dan mendapatkan pendidikan karakter yang kemudian dapat menjadi pegangan hidup anak. Oleh sebab itu YPN Putra Sejahtera mempunyai tanggungjawab yang betul-betul harus dilaksanakan agar anak para orangtua tersebut berhasil mendapatkan semua proses pendidikan anak usia dini dan berkembang dengan baik.

“Harapannya ketika anak kami berikan sekolah pendidikan anak usia dini ialah anak dapat menjadi lebih mandiri dan mempunyai sifat yang baik. Terutama Prasetyo adalah anak laki-laki maka dia harus memiliki sifat baik dan jiwa kemandirian agar dia dapat menjadi anak yang unggul dan dapat menjadi pemimpin. Di rumah juga saya ajari tetapi biar dia lebih berkembang dan berinteraksi dengan teman-temannya maka saya daftarkan di sekolah ini. Kebetulan juga yayasannya ialah tetangga saya sehingga bisa selalu mengawasinya secara aktif.” (Ibu Prasetyo, T.M.)

Hal tersebut diperkuat oleh ibu Philip :

“Sebelumnya abangnya juga udah saya beri pendidikan seperti ini, cuman di tempat yang lain. Jadi biar berkembang seperti abangnya juga maka saya masukkan Philip pendidikan anak usia dini juga. Alasannya gag ditempat abangnya yang sebelumnya ialah karena disini telah ada pengenalan bahasa inggrisnya jadi lebih bagus dari sebelumnya. Harapannya tentu agar Philip berkembang secara baik sesuai apa yang diajarkan oleh guru-gurunya. Dengan didengarnya bahasa inggris di sekolah maka harapan ibu ia akan terbiasa mendengar bahasa tersebut dan tertarik mencari tahu artinya. Sehingga nanti untuk pendidikan selanjutnya dia menjadi lebih mudah mengikuti.” (Ibu Philip, D.S.)

Pernyataan diatas merupakan harapan yang tentunya tidak akan jauh berbeda dengan harapan orangtua lain yang mendaftarkan anaknya di YPN Putra Sejahtera. Semua orangtua ingin anaknya berkembang secara baik ataupun tepat dan tentunya di tempat yang baik dan tepat pula. YPN Putra Sejahtera merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk oleh Bapak Lamlam tarigan dan Ibu Herlina Purba untuk anak usia dini secara formal. Hal tersebut dilakukan akibat saat itu tidak ada pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan secara formal di lingkungan mereka. Pendidikan anak usia dini yang dibentuk oleh lurah saat itu tidak berjalan secara teratur akibat ruangan untuk belajar anak usia dini sering juga dipakai untuk rapat ataupun musyawarah. Keinginan pasangan suami istri ini untuk memajukan daerah mereka sangat bulat sehingga dengan modal sendiri mereka bisa membangun yayasan pendidikan tersebut.

“Pertama bangun modalnya dari kantong sendiri dibantu dengan orangtua angkat bapak Lamlam. Karena saat itu lembaga pendidikan tidak ada di lingkungan kami sementara anak usia dini disini banyak yang perlu dididik supaya tidak terpengaruh ke lingkungan yang buruk.” (Ibu Herlina Purba)

Ibu Herlina yang merupakan tamatan dari pendidikan untuk anak usia dini dan juga aktif mengajar sebagai guru sekolah minggu melihat permasalahan ini sebagai tanggungjawab sebagai putra daerah untuk memajukan kesejahteraan tempat tinggalnya. Menurut ibu Herlina rata-rata masyarakat yang ada di daerahnya tinggal memiliki ekonomi menengah ke bawah. Sehingga pendidikan untuk anak usia dini belum terasa di daerahnya. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai petani dan pedagang. Untuk mendidik anak usia dini mereka lakukan dengan pribadi yaitu keluarga sendiri yang bertanggungjawab. Apabila orangtua bekerja ke ladang atau pasar maka anaknya akan turut serta dibawa pula. Sehingga saat itu banyak anak usia dini tidak terkontrol secara baik dan berkembang sesuai lingkungan tempat tinggal. Disamping harus berjualan ataupun memanen orangtua harus memperhatikan anaknya yang dibawa serta sehingga pekerjaan pun kurung efektif. Maka dari itu bapak Lamlam dan Ibu Herlina yang merasa mampu dan memiliki tanggung jawab yang kuat terhadap daerah mereka tinggal akhirnya membentuk suatu lembaga pendidikan secara formal untuk anak usia dini mendapatkan pendidikan.

“Bapak Lamlam dan ibu Herlina Purba adalah tetangga saya. Jadi dari beliau juga kami para orangtua anak usia dini mendapatkan informasi tentang seberapa pentingnya pendidikan anak usia dini untuk anak. Awalnya sedikit yang sekolah disana namun setelah melihat hasil anak didiknya yang jadi lebih mandiri kemudian pintar dan baik semua jadilah sekarang ramai disana anak muridnya dan tahun ini saya buat juga anak saya disana.” (Ibu Prasetyo)

Pernyataan diatas ditambahi oleh bibi Yoshua Sianturi dan Ibu Mika Maria: “Awalnya itu pas mau pulang ke rumah dari kampus. Saya lihat ada di pamflet lembaga pendidikan untuk anak usia dini. Kebetulan saya punya adik yang masih usia dini. Besoknya saya cari tahu tentang PAUD tersebut dan setelah saya lihat bagus jadi keluarga memutuskan untuk memasukkan Yoshua kesini. Tempatnya juga jauh dari keramaian jadi anak bisa lebih tenang mendapatkan pendidikan. Beruntung juga ada lembaga seperti ini di

daerah dekat rumah jadi yang memiliki anak usia dini terbantu dalam proses pendidikan anak usia dini. Dan harapannya dengan Yoshua belajar disini maka dia mendapatkan banyak pengetahuan dan menjadi anak yang bersifat dan bersikap baik.” (Bibi Yoshua Sianturi)

“Bersyukur juga ada lembaga pendidikan anak usia dini di dekat rumah jadi anak bisa belajar dengan baik dan tidak tertinggal dengan anak-anak yang lain. Yang mengajar pun kita sudah kenal dan mereka orangnya baik. Kalau Mika sih berhitung sudah bagus cuman kalau untuk membacanya kurang jadi saya sering juga konsultasi kepada gurunya biar lebih diperhatikan.” (Ibu Mika Maria)

4.2.8 Kendala Guru dan Yayasan dalam Menjalankan Proses Pendidikan

Dokumen terkait