• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Perkembangan program keluarga harapan(PKH) di Desa Nagasaribu

Pemerintah Indonesia mulai tahun 2007 telah menerbitkan Program Keluarga Harapan (PKH). Program serupa di Negara lain dikenal dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) yang diterjemahkan menjadi bantuan tunai bersyarat. Program Keluarga Harapan ini mulai diberlakukan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008 yang meliputi tiga Kabupaten/Kota yakni Medan, Nias dan Tapanuli Tengah sebagai daerah percontohan dengan total 33 kecamatan. Sedangkan di Kabupaten Humbang hasundutan khususnya di Desa Nagasaribu III PKH berlangsung sejak tahun 2014. Awalnya penerima PKH di Desa Nagasaribu III merupakan penerima BLSM sejak tahun 2011. Data 2011 tersebutlah yang digunakan sebagai data untuk penerima bantuan program keluarga harapan pada tahun 2014 yaitu sebanyak 23 KK di tahapan yang pertama. Tahun 2015 diadakan pendataan untuk keluarga yang termasuk dalam komponen program keluarga harapan (PKH) untuk tahap kedua. Data tersebut dibuat dan diusulkan langsung dari Kepala Desa, namun dari 183 KK yang diusulkan hanya 40 KK yang dinyatakan menerima bantuan program keluarga harapan. Penerima program keluarga harapan (PKH) tahap kedua yaitu berjumlah 40 KK. Tahap kedua PKH di Desa Nagasaribu III diadakan pada tahun 2016 dimana komponen PKH telah bertambah sesuai dengan peraturan dari program tersebut. Sebelum adanya pendampingan, masyarakat penerima program keluarga harapan secara khusus tahap I menganggap bahwa bantuan dari program keluarga harapan ini sama seperti bantuan tunai lainnya yang tidak mengadakan syarat yang harus dipenuhi. Masyarakat penerima awalnya hanya menerima dan

menghabiskan bantuan tersebut untuk keperluan sehari-harinya. Namun, setelah adanya pendamping maka masyarakat penerima dimotivasi melalui sosialisai pada setiap pertemuan kelompok supaya mempergunakan dana tersebut untuk peruntukan program yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Perubahan-perubahan mulai mereka lakukan ketika pendamping mengadakan pendekatan seperti contoh: sebelum mereka menerima PKH, mereka tidak mengerti tentang pentingnya KTP, Kartu Keluarga (KK), atau bahkan Akte Kelahiran. Bahkan ketika anak sudah memasuki dunia pendidikan anak tersebut belum memiliki akte kelahiran dan juga belum terdaftar di dalam Kartu Keluarga (KK). Pendamping dalam setiap pertemuan kelompok tetap melakukan pendekatan pada masyarakat penerima supaya mereka mengerti tentang administrasi yang penting mereka penuhi dan mereka menjadi lebih mandiri. Membentuk kelompok usaha bersama (KUBE) pertanian sebagai wadah masyarakat penerima bersosialisasi tentang apa yang akan mereka tanam dan bagaimana cara menanam atau bahkan saling membantu tenaga dan modal dalam bertani jika memang memadai.

4.3.1. Kepala Desa Nagasaribu III

Masyarakat penerima program PKH diDesa Nagasaribu III,umumnya bermata pencaharian sebagai petani begitu juga dengan penerima PKH di Desa Nagasaribu III. Para masyarakat penenerima program PKH merupakan masyarakat yang kurang mampu sehingga perlu dibantu supaya dapat bangkit dari ekonomi yang lemah. Seperti yang dituturkan oleh bapak Kepala Desa Nagasaribu III, bapak Harman Siburian bahwa :

“…..masyarakat penerima PKH di Desa Nagasaribu III layak menerima PKH karena dilihat dari skop ekonominya rendah. Dari segi kekeluargaan umpamanya dia banyak anak dan memiliki

keinginan untuk melanjutkan pendidikannya”...

Menurutnya, dalam pemilihan peserta program tahap I, mereka tidak mengetahui kriteria pemilihan peserta yang akan menerima PKH.Awalnya, beliaupun tidak mengetahui tentang tersebut. Namun pada tahap kedua, ia diberi tugas untuk mengumpulkan data dalam bentuk kartu keluarga (KK) yang akan menjadi calon ini. Selanjutnya, ia hanya mengumpulkan kartu keluarga(KK) dari keluarga yang menurutnya perlu untuk mendapat bantuan. Namun, ia menuturkan bahwa dari sebanyak 183 kartu keluarga(KK) yang diusulkannya, hanya 40 kartu keluarga (KK) yang akan mengikuti program keluarga harapan (PKH) Tahap II. Dari penuturan kepala desa ini, ia mengatakan bahwa :

“….Masuk PKH atau tidak itu saya tidak tau pasti. Saya sebagai kepala desa mengusulkan ada sebanyak 183 KK termasuk kategori menengah kebawah.Saya mengusulkan apabila keluarga tersebut memiliki keinginan untuk menyekolahkan anak dan anak tersebut mampu mengikuti pelajaran disekolah. Hal itulah yang merupakan prioritas bagi saya untuk melakukan pemilihan. Akan tetapi usulan saya tidak berhasil, danyang menjadi penerima PKH tahap II hanya 40 KK.Makanya saya tidak tau persis, cara penentuan mereka dari pihak pemberi dana…”.

Didesa ini program yang sudah berlangsung sejak tahun 2014 dan membawa banyak perubahan pada masyarakat penerima bantuan program. Contoh yang sangat signifikan bagi perubahan itu adalah:

1. Tentang perhatian orang tua terhadap anak. Antara lain perubahan cara mendidik anak, memberikan perhatian bagi anak.

3. Peserta memiliki tanaman obat keluarga (TOGA).

4. Para peserta PKH sudah mau menata pekarangan rumahnya. Perubahan kearah lainnya adalah,

5. Ibu rumah tangga peserta penerima PKH sudah mampu mengeluarkan pendapatnya di depan umum, dan

6. Penampilan ibu rumah tangga tersebut sudah jauh lebih baik dan lebih bersih.Seperti diutarakan oleh bapak Harman Siburian.

“…PKH sangat mempengaruhi perilaku karena sangat terlihat dampak positifnya yaitu dalam bidang perilaku mendidik anak, perilaku bertetangga, perilaku untuk mau menanam tanaman toga dan jugta sudah mulai giat bekerja. Contoh ketika mengikuti rapat atau bahkan pertemuan bulanan dalam bentuk organisasi tersebut sudah bisa memaparkan kondisinya, yang sebelum menerima PKH mereka agak gugup atau bahan tidak mau mengutarakan pendapatnya di hadapan orang banyak sekarang sudah tampil beda. Bila dilihat dari sebelum menerima PKH masalah yang biasa dihadapi oleh ibu-ibu ialah tentang masalah kebersihan seperti hal yang paling kecil penampilannya pada saat pertama kali mengahadiri sosialisasi masih kusam sekarang sudah rapih an sudah mulai pintar untuk menata diri seperti sudah sisiran atau bahkan sudah mulai pakai bedak itu merupakan contoh hal positif terkecil. Dan contoh lainnya perilaku bersih keluarganya dan lingkungannya dan perilaku dalam bidang bersosialisasi pada kelompok tani mereka dimana kelompok tani tersebut merupakan kelompok yang bertujuan untuk saling berbagi pengetahuan dalam bercocok tanam…”.

Menurut Bapak Harman Siburian selaku kepala desa di Nagasaribu III, program PKH yang sudah berlangsung dari tahun 2014 ini sudah efektif seperti yang bapak Harman Siburian ungkapkan .

“….. Kalau saya melihat PKH ini sudah efektif karena perkembangan sebelum dia menerima dan sesudah dia menerima sangat berbeda. Contohnya mereka sudah membuat satu wadah kelompok tani dan sekarang mereka lebih mudah untuk diarahkan

dan mudah diajak untuk bergotong-royong dan juga kebutuhan sekolah anaknya seperti seragam, sepatu dan bahkan pulpen sudah terpenuhi, yang sebelum menerima PKH masih Cuma punya pensil sekarang sudah punya pulpen bahkan spidol warna untu anaknya serta kebersihan anaknya sudah mulai meningkat dan tidak seperti sebelum menerima PKH…”.

Dokumen terkait