• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menentukan Pohon Rentang Minimal (Minimum Spanning Tree) Dari Graf Berbobot Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Menentukan Pohon Rentang Minimal (Minimum Spanning Tree) Dari Graf Berbobot Chapter III V"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Soejono & Abdurrahman (1999:23) penelitian deskriptif adalah sebuah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan objek penelitian (seseorang,lembaga,masyarakat dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti keseluruhannya tidak dapat diukur dengan angka (Febriani Putri, 2013). Peneliti berusaha menggali, mengidentifikasi, dan menjelaskan berbagai kondisi terkait pemanfaatan dana oleh masyarakat penerima di Desa Nagasaribu III. Penelitian ini menggunakan tehnik purposive sampling.

3.2. Lokasi Penelitian

(2)

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007). Adapun yang terkait dengan hal ini yang menjadi subyek penelitian adalah masyarakat penerima program keluarga harapan (PKH) di Desa Nagasaribu III Kec.Lintong nihuta Kab.Humbang hasundutan.

3.3.2. Informan

Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara informan adalah orang yang menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian. (Bungin, 2007). Informan merupakan orang-orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Pemilihan informan peneliti menggunakan teknik prosedur purposif. Informan dipilih berdasarkan kriteria ataupun tujuan awal dalam penelitian yaitu:

1. Masyarakat penerima Program Keluarga Harapan (PKH).

2. Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Desa Nagasaribu III Kecamatan Lintong nihuta Kabupaten Humbang hasundutan.

3. Kepala Desa di Desa Nagasaribu III Kecamatan Lintong nihuta Kabupaten Humbang hasundutan.

(3)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari informan yang telah ditemukan langsung dilapangan. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer ini adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Adapun yang menjadi informan kunci adalah masyarakat penerima Program Keluarga Harapan (PKH). Untuk menggali informasi yang lebih dalam peneliti akan mewawancarai Penerima PKH, Ketua PKH dan Kepala Desa Nagasaribu III.

(4)

b. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) atau non partisipatif. Maksudnya, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian. Dalam hal ini mengadakan pengamatan langsung di Desa Nagasaribu III untuk melihat kondisi masyarakat penerima program keluarga harapan (PKH). Peneliti mengadakan pengamatan langsung pada masyarakat penerima bantuan program keluarga harapan (PKH) dengan mengikuti kegiatan pertemuan bulanan dirumah salah satu penerima PKH dan juga mengikuti gotong-royong desa yang juga diikuti oleh penerima PKH.

c. Dokumentasi

(5)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung atau menggunakan media perantara misalnya data yang diperoleh dari buku-bukuilimiah, tulisan ilmiah, laporan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dan berhubungan dengan keabsahan masalah yang diteliti.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan beberapa tahapan seperti berikut :

3.5.1. Pengumpulan Data

Data-data yang diperoleh di lapangan dicatat atau direkam dalam bentuk naratif, yaitu uraian data yang diperoleh dari lapangan apa adanya tanpa adanya komentar peneliti yang berbentuk catatan kecil. Dari catatan deskriptif ini, kemudian dibuat catatan refleksi yaitu catatan yang berisi komentar, pendapat atau penafsiran peneliti atas fenomena yang ditemui dilapangan.

3.5.2. Reduksi Data

(6)

membuat catatan kecil yang dirasakan penting pada kejadian seketika yang dipandang penting berkaitan dengan pokok persoalan.

3.5.3. Penyajian Data

Pada tahapan ini disajikan data hasil temuan di lapangan dalam bentuk teks deskriptif naratif.

3.5.4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

(7)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1. Sejarah Desa Nagasaribu III

Desa Nagasaribu berasal dari kata Naga dan Saribu, Naga yang artinya kekuatan dan Saribu artinya jumlah seribu dan jika digabungkan menjadi seribu kekuatan naga, hal ini dapat dibuktikan dengan kekompakan dalam menanggung segala hiruk pikuk kegiatan baik dalam sosial terlebih dalam melaksakan penyelesaian persoalan , dan dapat diartikan memiliki sifat gotong-royong.

Desa Nagasaribu III merupakan salah satu Desa di Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang hasundutan, dimana desa ini terbentuk pada tahun 2007 setelah terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Humbang hasundutan No. 2 Tahun 2007 , Tentang Pembentukan Desa di beberapa Kecamatan di Kabupaten Humbang hasundutan, dan salah satu diantaranya Desa Nagasaribu III sebagai hasil pemekaran dari Desa Nagasaribu I.

(8)

memanfaatkan lahannya para petani di Desa Nagasaribu III menggunakan atau mengelola berdasarkan karakteristik tanah yang mereka miliki atau bahkan melihat kondisi curah hujan atau aliran air ladang mereka. Tanaman wajib bagi masyarakat desa Nagasaribu III yaitu padi yang ditanam sekali dalam setahun dan setelah panen biasanya lahan persawahan digunakan untuk menanam tanaman palawija yang lain sesuai dengan keinginan petani dan kondisi lahannya. Adapun petani disana merupakan petani padi dilahan persawahan yang berdekatan dengan aliran/sumber mata air dan petani kopi, tanaman Palawija yang terdiri dari Cabe, Tomat, Sayur Sayuran yang bisa ditanam dilahan perladangan tanah kering tetapi ada sebagian masyarakat yang juga menanam cabe atau tomat dilahan persawahan setelah panen padi dengan cara membuat bedengan untuk pertanian mereka. Masyarakat Nagasaribu memproduksi hasil pertanian sesuai dengan Luas tanaman menurut komoditas jika tidak terserang oleh hama pertanian. Rincian data tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 3 :

Produksi Lahan Pertanian

Tomat 10 Ha Produksi 10 ton/ Ha Padi 310 Ha Produksi 15 ton/ Ha Ubi kayu 5 Ha Produksi 20 ton/ Ha Ubi jalar 5 Ha Produksi 18 ton/ Ha Cabe 25 Ha Produksi 4 ton/ Ha

Sumber : RPJM Desa Nagasaribu III Tahun 2015-2020

(9)

tolong-menolong. Keadaan ekonomi masyarakat Desa Nagasaribu III memiliki ekonomi yang sedang dimana masyarakat tidak dapat dikategorikan sangat miskin dan juga tidak dapat dikategorikan dengan ekonomi yang mapan. Oleh sebab itu masyarakat Desa Nagasaribu III juga merupakan masyarakat yang mendapat bantuan dari program bantuan pemerintah, supaya ekonomi masyarakat Desa Nagasaribu III semakin terbangun untuk lebih baik kedepannya melalui usaha pertanian yang mereka lakukan. Keadaan tersebut merupakan keadaan yang menggambarkan masyarakat Desa Nagasaribu III. Untuk membangun ekonomi masyarakat, pemerintah memperhatikan prasarana yang dapat memudahkan masyarakat untuk memperoleh akses ke pasar tradisional guna untuk menjual hasil pertaniannya. Status jalan Desa merupakan jalan aspal yang dapat mempermudah untuk dilalui transportasi darat masuk mengangkut poduksi pertanian masyarakat dari desa menuju ke pasar ataupun langsung dari ladang masyarakat.

(10)

4.1.2 Kondisi Topografi Desa Berdasarkan Mata Pencaharian

Topografi desa Nagasaribu III,Sebahagian besar lahan yang adadimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan pertanian dan pemukiman.Iklim di DesaNagasaribu III sebagaimana desa-desa lainnya di wilayah Indonesia terdiri dari musim hujan dan musim kering. Hal tersebut sangat mempengaruhi sistem pertanian bagi penduduk desa Nagasaribu III. Luas wilayah desa Nagasaribu III ialah sekitar 906,75 hektar. Tanah di Nagasaribu III tergolong sangat subur hal ini ditandai dengan keanekaragaman tanaman holtikultura yang mudah tumbuh di wilayah desa ini.

Berdasarkan data dari Kantor Kepala desa Nagasaribu III, tercatat bahwa mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Adapun komoditas pertanian yang dibudidayakan oleh masyarakat ialah padi, cabai, kopi, sayur-sayuran, dan lain sebagainya. Komoditas utama pertanian di desa ini ialah padi dan kopi. Akan tetapi tidak semua komoditas pertanian tersebut dijadikan sebagai sumber ekonomi masyarakat, namun juga merupakan hanya dijadikan sebagai konsumsi rumah tangga seperti sayuran yang ditanam dengan jumlah yang sedikit.

(11)

patronklien. Dalam sistem pertanian ladang berpindah berlaku sistem marsiadap ari, yaitu sebuah sistem sosial gotong-royong yang dilakukan secara bergilir dan tanpa pamrih. Namun dalam mengelola lahan persawahan setelah panen yaitu biasanya dikerjakan sendiri oleh masyarakat pemilik lahan ataupun mengupah orang lain untuk membantunya menyiapkan lahan ladangnya untuk ditanami dengan tanaman holtikultura yang disesuaikan dengan kondisi tanah dan iklim serta selang waktu pemanenan karena supaya pada saat musim tanam padi, tanaman palawija yang ditanam sudah panen sehingga tidak mengganggu proses penanaman padi selanjutnya. Karena masyarakat desa Nagasaribu III hanya menanam padi hanya sekali dalam setahun, dan sebelum musim tanam kembali, masyarakat biasanya akan menggunakan lahan untuk menanam tomat, cabai, ubi dan sayur yang bia dipanen masyarakat sebelum musim tanam padi. Cara tersebut digunakan masyarakat desa Nagasaribu III untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Desa Nagasaribu III, dengan luasan wilayah lahan pertanian/ sawah sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4: Tabel mata pencaharian

Petani Buruh Tani

Buruh Swasta

PNS Pedagang Pengrajin Peternak

824 - 126 24 31 - -

(12)

4.1.3.Komposisi Penduduk berdasarkan pendidikan

Dalam era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, banyak kalangan menilai bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas seorang individu. Teknologi informasi dan komunikasi hanya dapat dipahami apababila seseorang memiliki pendidikan dan pengetahuan yang memadai untuk mengoperasikan berbagai produk teknologi. Pendidikan juga dipandang sebagai barometer perkembangan perabadan dan kemajuan sebuah Negara. Tanpa pendidikan mustahil sebuah Negara dapat berkembang seperti Negara-negara lainnya di dunia.

Adapun tingkat pendidikan masyarakat Desa Nagasaribu III adalah sebagai berikut :

Tabel 5 :

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Nagasaribu III

Belum sekolah 307 Orang

7-45 Tahun

Tidak pernah sekolah

Pernah sekolah SD tapi tidak tamat

421

Tamat SD/ Sederajat 124 Orang Tamat SMP/ Sederajat 355 Orang Tamat SLTA/ Sederajat 338 Orang

D-1 2 Orang

D-2 - Orang

D-3 8 Orang

S-1 26 Orang

(13)

Komposisi tingkat pendidikan masyarakat desa Nagasaribu III. Secara umum tingkat pendidikan tersebut sudah memenuhi standarisasi tingkat pendidikan yang digunakan di Indonesia saat ini yaitu wajib belajar sembilan tahun atau setara dengan sekolah menengah pertama (SMP) dapat dilihat pada tabel diatas. Masyarakat Nagasaribu III secara umum merupakan masyarakat yang memiliki keinginan yang tinggi untuk mendapat pendidikan, sehingga anak-anak desa Nagasaribu secara khusus Nagasaribu III tidak jarang yang sedang menempuh jenjang pendidikan yang tinggi.

4.1.4. Komposisi penduduk berdasarkan Agama

(14)

4.1.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

Secara sosiologis desaNagasaribu III merupakan desa yang dihuni oleh mayoritas marga Sihombing yang terdiri dari marga Silaban, Lumbantoruan, Nababan, Hutasoit. Masyarakat desa Nagasaribu III penduduknya ialah suku Batak Toba yang terdiri dari berbagai marga. Marga asli penduduk desa Nagasaribu ialah Sihombing, adapun marga pendatang seperti marga diluar Sihombing ialah marga dengan penambahan berdasarkan perkawinan. Perkawinan menjadi sarana yang memungkinkan terjadinya penambahan marga-marga di desaNagasaribu III, biasanya marga yang diluar marga Sihombing di Desa Nagasaribu III merupakan marga dari perkawinan anak perempuan Desa Nagasaribu III yang juga menetap di desa Nagasaribu III.

4.1.6. Sarana dan Prasarana di Desa Nagasaribu III

Sarana dan prasana merupakan hal yang dibutuhkan masyarakat untuk mendukung semua kegiatan yang dilakukan masyarakat. Dengan terpenuhi semua sarana dan prasarana dalam pokok seperti : pendidikan, kesehatan, ibadah pada masyarakat akan semaikin mudah dalam mencapai tujuan hidup manusia dalam bermasyarakat. Di Desa Nagasaribu sendiri tersedia sarana dan prasarana sebagai berikut :

41.6.1 Sarana Pendidikan

(15)

prasarana yang baik pula. Adapun sarana dan prasarana yang ada di Desa Nagasaribu III adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan pendidikan anak Sekolah Dasar (SD).Adapun sarana yang ada di desa Nagasaribu III dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6 :

Sarana dan prasarana pendidikan di Desa Nagasaribu III

PAUD SD SMP SMA

Jumlah 2 2 - -

Guru 4 18 - -

Siswa 30 346 - -

Sumber : RPJM Desa Nagasaribu III Tahun 2015-2020

(16)

Gambar 3 : Foto SD No. 177059 Negeri Silaban Hutasoit

(17)

Gambar 4 : Foto PAUD

PAUD yang ada di Desa Nagasaribu III yang menjadi sarana belajar dan bermain bagi anak usia dini di desa ini.

4.1.6.2Sarana Kesehatan

Tabel 7 :

Sarana dan Prasarana kesehatan di Desa Nagasaribu III

Poskesdes Posyandu Bidan Desa Kader Posyandu

Jumlah 1 2 5 6

(18)

Nagasaribu III mempunyai sarana kesehatan yaitu 1 Poskesedes yang telah disediakan oleh Pemerintah Kabupaten di setiap desa di Kabupaten Humbang hasundutan. Setiap desa memiliki satu Poskesdes sebagai wadah untuk masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan, dan salah satunya Poskesdes yang ada di Desa Nagasaribu III.

Gambar 5 : Foto Poskesdes Desa Nagasaribu III

(19)

4.1.6.1. Sarana Ibadah

Tabel 8 : Sarana Ibadah

Gereja Mesjid

Jumlah 3 0

Sumber : RPJM Desa Nagasaribu III Tahun 2015-2020

Berdasarkan jumlah penduduk Desa Nagasaribu III yang berjumlah 1.525 jiwa, yang terdiri dari 739 orang laki-laki, dan 786 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) yaitu 346 KK dimana keseluruhan menganut agama Kristen protestan. Hal ini terlihat pada kepemilikan sarana peribadatan. Penduduk yang berlatar belakan Agama Katholik, Agama Budha, Agama Islam, Agama Hindu tidak dijumpai di Desa Nagasaribu III.

Gambar 6 : Foto Gereja GKPI Simpang Kawat

(20)

tempat untuk ibadah dan perayaan hari besar lainnya. SD Silaban Hutasoit menggunakan 2 rumah ibadah yaitu gereja yang berdekatan dengan wilayah SD Silaban Hutasoit secara bergiliran setiap tahunnya.

Gambar 7 : Foto Gereja HKI Silaban Hutasoit

HKI Silaban Hutasoit yang berada di Ambartala Desa Nagasaribu III dan gereja ini juga berdekatan dengan GKPI Simpang kawat.

(21)

Gambar 8 : Foto Gereja HKI Sijuguk

(22)

4.2. Profil Informan dan Temuan Data

Berdasarkan hasil penelitian keluarga peserta program keluarga harapan (PKH),. jumlah keluarga penerima program keluarga harapan pada tahap I yaitu 23 KK dan tahap ini berlangsung sejak tahun 2014 di Desa Nagasaribu III Kecamatan Lingtong nihuta Kabupaten Humbang hasundutan. Oleh karena itu peneliti mewawancarai kaum ibu yang menerima bantuan dari program keluarga harapan (PKH) guna untuk mengumpulkan informasi terkait dengan penelitian.

Tabel9 : Profil Informan

No Nama Alamat Nominatif

Penerima 1 Tianas Hutasoit Lumban tanjung Dusun 5 Rp. 850.000,- 2 Marista Simanullang Sitompul Dusun 4 Rp. 850.000,- 3 Nurmawati Simorangkir Sabagaol Dusun 3 Rp.587.500,- 4 Rosalina Tambunan Lumban lobu Dusun 3 Rp. 850.000,- 5 Harti Sianturi Lumban tobing Dusun 2 Rp.850.000,- 6 Rotua Sinambela Siregar Dusun 4 Rp.850.000,- 7 Sofiatun Ambartala Dusun 3 Rp.600.000,- 8 Rosida Nababan Ambartala Dusun 3 Rp.525.500,- 9 Masnur Lumbantoruan Lumban tobing Dusun 2 Rp.775.000,- 10 Tetty Yunima Harefa Sijuguk Dusun 1 Rp. 412.500,- 11 Nurkia Sihombing Sijuguk Dusun 2 Rp. 600.000,- 12 Jelita Sihombing Sijabi-jabi Dusun 1 Rp. 612.500,- 13 Kaniam Rajagukguk Siambaroba Dusun 4 Rp. 850,000,- 14 Eslin Hutasoit Lumban lobu Dusun 3 Rp. 637.500,- 15 Risda Siregar Sijuguk Dusun 2 Rp.775.000,- 16 Ronitta Nababan Lumban tanjung Dusun 5 Rp. 850.000,- 17 Dameria Tampubolon Lumban tobing Dusun 2 Rp. 525.000,- 18 Minar Simamora Sijuguk Dusun 1 Rp. 825.000,- 19 Beturan Siburian Lumban tobing Dusun 2 Rp. 850.000,- 20 Agnes Manalu Siambaroba Dusun 4 Rp. 737.500,- 21 Rama Sitinjak Sijabi-jabi Dusun 1 Rp. 675.000,- 22 Rosmin Lumbantoruan Sijuguk Dusun 1 Rp. 412.500,- 23 Roslin Silitonga Sijabi-jabi Dusun 1 Rp. 637.500,-

(23)

Adapun pemanfaatan dana bantuan program keluarga harapan (PKH) oleh masyarakat penerima ialah sebagai berikut :

1.Nama : Tianas Hutasoit Jumlah Tanggungan : 5 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tamat SLTP/Sederajat Keterangan Pemanfaatan dana

Tabel 10:

Tabel Ibu Tianas Hutasoit

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 150.000,- Beli Buku Tulis Rp. 150.000,- Beli Pulpen Rp. 20.000,- Uang sekolah anak SMA 2 orang Rp. 540.000,-

(24)

membayar uang sekolah beberapa bulan. Namun, setiap harinya ia harus bekerja diladang untuk mendapat hasil yang akan dijual supaya dapat membeli kebutuhan dapur dan juga sebagai orang yang bersosial, acara adat merupakan hal yang harus dipenuhi beliau.

2.Nama : Ibu Marista Manullang Jumlah Tanggungan : 7 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SLTA Sederajat Keterangan Pemanfaatan dana

Tabel 11 :

Tabel Ibu Marista Manullang

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 350.000,- Beli Buku Tulis Rp. 250.000,-

Ongkos SMA Rp. 100.000,-

Beli Pulpen Rp. 35.000,-

Keperluan kebutuhan untuk pertanian, contohnya bibit tomat

Rp. 115.000,-

(25)

menjalankan tugasnya sebagai istri dan sebagai ibu rumah tangga. Hal ini dilakukannya supaya semua keperluan bagi keluarga terpenuhi. Ia beserta suaminya berkeinginan untuk memberangkatkan anak-anaknya untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dari pendidikannya. Menurutnya, pendidikan sangat penting bagi anaknya, dan beliau sangat berterimaksih kepada pemerintah yang telah memberikan bantuan program keluarga harapan (PKH) yang bisa sedikit mengurangi beban pengeluarannya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya. Meskipun dengan ekonomi yang tidak begitu mapan tidaklah mengurangi niat mereka dalam menempuh pendidikan

3.Nama : Nurmawati Simorangkir Jumlah Tanggungan : 3 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tamat SD Keterangan Pemanfaatan dana

Tabel 12 :

Tabel Ibu Nurmawati Simorangkir

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 200.000,- Beli Buku Tulis Rp. 100.000,- Beli Pulpen Rp. 10.000,- Beli Pupuk Pertanian Rp. 200.000,- Keperluan Rumah Tangga Rp. 70.000,-

(26)

lainnya ibu ini juga memenuhi kebutuhan anaknya dengan menggunakan Dana bantuan PKH, ia merasa PKH sangat membantu ekonominya karena ia sebagai petani tidak mempunyai ekonomi yang stabil. Beberapa faktor yang merupakan alasan baginya mengatakan bahwa ekonominya tidak baik dikarenakan petani tidaklah selalu berhasil dalam pertaniannya, dan jikapun berhasil kadang harga dipasaran tidaklah sesuai dengan modal yang diperlukan dalam pertaniannya. Seperti contoh belakangan ini harga cabai yang sangat murah menyebabkan petani merugi baik dalam keyangan, tenaga dan waktu para petani.

4.Nama : Rosalina Tambunan Jumlah Tanggungan : 6 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tamat SLTP/Sederajat Keterangan Pemanfaatan dana

Tabel 13 :

Tabel Ibu Rosalina Tambunan

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 300.000,- Beli Buku Tulis Rp. 150.000,- Beli Pulpen Rp. 20.000,-

Beli beras Rp. 200.000,-

Keperluan Rumah Tangga Rp. 150.000,-

Ongkos Rp. 30.000,-

(27)

untu ikut keladang, dan hal ini juga sama dengan para penerima PKH ainnya bahkan seluruh masyarakat yang juga bukan penerima PKH. Pulang dari sekolah anak-anak de Desa Nahasaribu III biasanya akan membantu orang tuanya keladang supaya orang tuanya bisa membawa hasil pertanian ke pasar tradisional dan juga supaya mereka dapat bersekolah. Kebiasaan anak membantu keladang sudah merupakan tradisi bagi masyarakat petani. Disinilah anak diajari untuk lebih menghargai keringta orang tuanya ketika ia pergi kesekolah dan supaya anak mengetahui bahwa orang tuanya menyekolahkna nya bukan karena kelebihan ekonomi. Namun ia disekolahkan dari ekonomi yang bahkan bisa dikatakan tidaklah cukup untuk memberangkatkan anak sekolah lebih tinggi lagi.

(28)

5.Nama : Ibu Harti Sianturi Jumlah Tanggungan : 6 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SLTP/ Sederajat

Tabel 14 : Tabel Ibu Harti Sianturi

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 150.000,-

Beli Buku Tulis Rp. 90.000,- Beli Pulpen Rp. 10.000,-

Beli beras Rp. 300.000,-

Susu Rp. 300.000,-

(29)

rumah tangga dan susu bayi dan juga kebutuhan perlengkapan sekolah habis pakai, karena beliau menurturkan seragam,sepatu dan tas hanya dibeli sekali saja pada saat awal masuk sekolah dan jika masih bisa digunakan tidak akan digantinya, Karena yang paling dibutuhkan ialah susu untuk anak bayi.

6.Nama : Ibu Rotua Sinambela Jumlah Tanggungan : 4 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Tabel 15 :

Tabel Ibu Rotua Sinambela

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 300.000,- Beli Buku Tulis Rp. 100.000,- Beli Pulpen Rp. 10.000,-

Sepatu Rp. 200.000,-

Uang Sekolah SMA/3 bln Rp. 240.000,-

(30)

setiap anak berbeda-beda, sesuai dengan apa yang diperlukan disekolah. Untuk membutuhi semua kebutuhan terutama dalam bidang pendidikan ia merasa terbantu dengan program-program yang telah dibuat pemerintah karena sudah membantu mengurangi tanggung jawabnya seperti untuk membayar uang sekolah, seragam dan lainnya. Dana bantuan PKH yang ia terima langsung dipakai untuk menutupi uang sekolah anak SMA. Karena jika tidak dibayar akan terus berlanjut dan tunggakan akan semakin banyak. Selagi baru mendapat bantuan langsung dibayar untuk uang sekolah anak SMA supaya anaknya tetap bisa bersekolah dan anaknya tidak mendapat teguran dari sekolah karena tidak membayar uang sekolah.

(31)

7.Nama : Ibu Sofiatun

Jumlah Tanggungan : 4 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SLTA/Sederajat

Tabel 16: Tabel Ibu Sofiatun

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 150.000,- Beli Buku Tulis Rp. 50.000,-

Beli Beras Rp. 300.000,-

Kebutuhan daur seperti lauk,sabun, dan lainnya Rp 100.000,-

Ibu Sofiatun juga merupakan ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai petani, dan ibu ini juga sama seperti ibu Sinambela yang merupakan ibu rumah tangga yang sudah berstatus jandadan menjadi tulang punggung bagi keluarga kecilnya dalam memenuhi kebutuhan anaknya. Kebutuhan pendidikan anak yang masih SD tidaklah sama dengan anak dengan tingkat pendidikan lainnya seperti tingkat SMP ataupun SMA. Oleh karena itu beliau hanya memenuhi kebutuhan pendidikan untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar karena anaknya masih menempuh pendidikan di Sekolah Dasar. Hal terpenting yang harus ia butuhi bagi keluarganya ialah kebutuhan pangan dan kebutuhan dapur lainnya. Menurutnya kebutuhan pendidikan yang harus ia penuhi hanya sekali seperti untuk membeli seragam, sepatu, tas karena tidaklah habis pakai. Hal tersebut diungkapkannnya ketika peneliti melakukan wawancara dirumahnya.

(32)

kebutuhan makan setiap tahunnya. Sehari-harinya ia bekerja diladang seorang diri, terkadang ia juga membawa anak-anaknya yang masih kecil keladang karena tidak ada yang menjaga anaknya jika ditinggal dirumah terlalu lama. Anak yang masih SD biasanya akan menjaga adiknya ketika pulang dari sekolah sehingga beliau bisa pergi keladang. Namun, jika masih jam sekolah, terkadang beliau membawa anaknya yang paling kecil keladang dan terkadang menunggu anak SD pulang kesekolah dulu baru ia akan pergi keladang.Beliau juga mau bekerja diladang orang “marari-ari”(gaji harian lepas) supaya dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Hal ini biasa dilakukan baik bapak maupun kaum ibu di Desa Nagasaribu III.

8.Nama : Ibu Rosida Nababan Jumlah Tanggungan : 3 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tamat SLTA/Sederajat Keterangan Pemanfaatan dana

Tabel 17 :

Tabel Ibu Rosida Nababan

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli Seragam sekolah Rp. 100.000,- Beli Buku Tulis Rp. 50.000,-

Beli Beras Rp. 150.000,-

Beli Ikan Rp. 50.000,-

Keperluan kebutuhan untuk pertanian Rp. 150.000,- Biaya tak terduga misalnya dansos Rp. 25.000,-

(33)
(34)

9.Nama : Ibu Masnur Lumbantoruan Jumlah Tanggungan : 5 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tamat SLTP/Sederajat Keterangan Pemanfaatan dana

Tabel 18 :

Tabel Ibu Masnur Lumbantoruan

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan

Ibu Masnur Lumbantoruan seorang ibu penerima PKH yang juga sebagai petani karena memang mayoritas penduduk Desa Nagasaribu III bermata pencaharian sebagai petani.Pekerjaan setiap harinya mulai pagi sampai sore hanyalah bertani diladang. Kegiatan yang dilakukannya ialah sebagai ibu rumah tangga yaitu mengurus keperluan keluarga dan juga sebagai petani ia harus bekerja dan mengurus ladangnya. Kegiatan pertanian yang dilakukan juga seperti amsyarakat lainnya yang juga merupakan petani padi dan petani kopi. Adapun tanaman lainnya biasnya seperti ubi, sayur-mayur dan lainnya.

(35)

10.Nama : Ibu Tetty Yunima Pesta Harefa Jumlah Tanggungan : 2 Orang

Pekerjaan : Petani Pendidikan : SLTA

Tabel 19:

Tabel Ibu Tetty Yunima Pesta Harefa

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 150.000,- Beli Buku Tulis Rp. 100.000,-

Beli Pulpen Rp. 10.000,-

Beli Tas dan sepatu Rp. 150.000,-

Ibu Tetty Yunima Harefa merupakan salah satu ibu rumah tangga yang juga menerima program keluarga harapan. Beliau juga bertani seperti masyarakat penerima bantuan PKH dan masyarakat desa Nagasaribu III secara umum. Aktivitas setiap harinya yaitu aktivitas yang dilakukannya berulang-ulang seperti dari pagi sampai sore hari bekerja diladang terkecuali hari minggu atau ada acara pesta adat dan sesuatu yang sangat penting sehingga beliau dan suami tidak pergi keladang.

(36)

11.Nama : Ibu Nurkia Sihombing Jumlah Tanggungan : 4 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SLTA/Sederajat

Tabel 20:

Tabel Ibu Nurkia Sihombing

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 150.000,- Beli Buku Tulis Rp. 100.000,-

Beli Pulpen Rp. 10.000,-

Beli Beras Rp. 150.000,-

Beli keperluan dapur Rp. 100.000,- Beli 1 pasang sepatu sekolah Rp. 90.000,-

(37)

12.Nama : Ibu Jelita Sihombing Jumlah Tanggungan : 2 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Tabel 21 :

Tabel Ibu Jelita Sihombing

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 150.000,- Beli Buku Tulis, pulpen Rp. 80.000,-

Beli sepatu Rp. 150.000,-

Beli pupuk tani Rp. 160.000,-

Beli beras Rp. 75.000,-

Ibu Jelita Sihombing merupakan salah satu penerima bantuan Program keluarga harapan (PKH) yang memiliki 2 orang anak. Kondisi ibu Jelita ini tidak seperti ibu rumah tangga lainnya. Ada yang beda dari kondisi fisik ibu ini, tangan kanannya tidak normal seperti ibu penerima PKH lainnya. Beliau juga bertani karena mayoritas masyarakat Desa Nagasaribu III adalah petani.Keseharian beliau tidak lepas dari kegaiatan berladangnya seperti menanam padi jika musim tanam padi, menanam tanaman palawija lainnya supaya dapat memenuhi kebutuhan dapur lainnya.Bekerja diladang bersama suaminya merupakan pekerjaan terakhir baginya karena beliau tidak memiliki keahlian lainnya, sedangkan bertani merupakan pekerjaan yang dilakukannnya sejak dulu.

(38)

ataupun berbagai acara seperti acara arisan marga dan lainnya. Dan sebagai peserta penerima Program Keluarga Harapan juga kesehariannya harus dapat memenuhi kewajibannya sebagai peserta PKH, setiap harinya beliau memberangkatkan anaknya kesekolah dan memenuhi kebutuhan pendidikannya seperti buku dan alat tulis lainnya.

13.Nama : Kaniam Rajagukguk Jumlah Tanggungan : 6 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tamat SD/Sederajat Keterangan Pemanfaatan dana

Tabel 22 :

Tabel Ibu Kaniam Rajagukguk

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 200.000,- Beli Buku Tulis Rp. 200.000,- Sepatu Rp. 150.000,- Untuk keladang Rp. 300.000,-

(39)

orang tuanya tidak pergi keladang, maka tidak akan ada yang akan mereka hasilkan untuk dapat dijual kepasar. Kebutuhan yang begitu banyak mengharuskan masyarakat petani harus bekerja lebih keras. Kebutuhan sehari-hari untuk dapur yang juga harus dipenuhi selain kebutuhan pendidikan. Kebutuhan pendidikan bagi beliau sudah tidak lagi dikhawatirkan karena bantuan PKH sudah cukup membantu. Namun kebutuhan dapur harus di penuhi dengan cara bercocok tanam diladang supaya mendatangkan hasil yang akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun untuk membeli obat untuk anaknya yang sedang sakit. Namun, dalam bercocok tanam pun memerlukan modal yang tidak sedikit. Biasanya jika bantuan datang beliau juga mau menggunakan bantuan tersebut sebagai tambahan modal untuk bertani seperti untuk membeli pestisida, pupupk yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman serta kondisi cuaca pada saat itu.

14.Nama : Ibu Eslin Hutasoit Jumlah Tanggungan : 4 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SLTP/Sederajat

Tabel 23 : Tabel Ibu Eslin Hutasoit

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 150.000,- Beli Buku Tulis Rp. 100.000,- Beli pupuk untuk pertanian RP. 220.000,-

Beli Pulpen RP. 20.000,-

(40)

Ibu Eslin Hutasoit juga merupakan penerima bantuan PKH dan juga berprofesi sebagai petani. Beliau dan suami sangatlah pekerja keras. Menurutnya ia sering mar ari-ari keladang orang untuk mendapatkan uang jika kadang mereka sudah bersih dan ketika ia sudah menanam sesuatu seperti sayur-mayur dan bisa di tinggalkan pengurusannya dalam beberapa hari (tidak terlalu rumit dalam pengurusan). Menurutnya dalam memenuhi kebutuhan ekonominya terkadang ia dan suaminya harus kerja keladang orang dan terkadang ia pergi kepajak untuk marrengge-rengge (jualan) dengan harapan untuk mendapat sedikit keuntungan supaya dapat memenuhi kebutuhan dapur setiap minggunya.

15.Nama : Ibu Risda Siregar Jumlah Tanggungan : 5 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SLTA/Sederajat

Tabel 24 :

Tabel Ibu Risda Siregar

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 150.000,- Beli Buku Tulis Rp. 100.000,- Ongkos SMA Rp. 150.000,- Beli Pulpen

Beli Pensil

Beli beli rautan dan stip

Rp. 10.000,- Rp. 10.000,-

Rp. 5.000,- Beli alat pertanian Rp. 200.000 Beli kebutuhan rumah tangga Rp. 150.000,-

(41)

bekerja di ladangnya sendiri. Beliau juga seperti petani lainnya yang juga menanam padi pada saat musim padi dan juga menanam palawija untuk dapat memenuhi kebutuhan lainnya. Palawija merupakan cara yang digunakan beliau untuk rotasi tanaman supaya tetap menjaga keasaman dan kesuburan tanah adapun yang biasa ditanam dapat berupa jagung, cabe, tomat, ubi sesuai dengan lahan yang digunakan.

(42)

16.Nama : Ibu Ronitta Nababan Jumlah Tanggungan : 5 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tamat SLTP/Sederajat Keterangan Pemanfaatan dana

Tabel 25 :

Tabel Ibu Ronitta Nababan

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 300.000,- Beli Buku Tulis Rp. 200.000,-

Sepatu Rp. 350.000,-

Ibu Ronitta Silaban merupakan penerima bantuan program keluarga harapan (PKH) dan juga merupakan seorang ibu bagi 5 orang anak dan mereka masih menajdi tanggungan dari beliau dan suaminya. Anak-anakny masih menduduki jenjang pendidikan yang membutuhkan biaya oleh karena itu untuk menutupi kebutuhan pendidikan kelima anaknya dan juga kebutuhan keluarganya beliau dan suami juga harus bekerja diladang. Menanam sesuatu yang diharapkan dapat memberikan hasil panen dan dapat dijual kepasar.

(43)

17.Nama : Dameria Tampubolon Jumlah Tanggungan : 4 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tamat SLTP/Sederajat Keterangan Pemanfaatan dana

Tabel 26 :

Tabel Dameria Tampubolon

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 150.000,- Beli Buku Tulis Rp. 100.000,- Beli pupuk untuk memupuk sayur Rp. 130.000,- Beli kebutuhan rumah tangga Rp. 150.000,-

(44)

mengukur supaya kebutuhan dapur yang dibelinya dapat mencukupi untuk satu minggu kedepannya.

18.Nama : Minar Simamora Jumlah Tanggungan : 5 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tamat SLTA/Sederajat Keterangan Pemanfaatan dana

Tabel 27 :

Tabel Ibu Minar Simamora

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 100.000,- Beli Buku Tulis Rp. 150.000,- Sepatu Rp. 150.000,- Untuk menambah uang bulanan anak Kos SMK Rp. 450.000,-

(45)

19.Nama : Ibu Beturan Siburian Jumlah Tanggungan : 5 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tamat SD Keterangan Pemanfaatan dana

Tabel 28 :

Tabel Ibu Beturan Siburian

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 350.000,- Beli Buku Tulis Rp. 200.000,-

Ongkos SMK Rp. 150.000,-

Beli beras Rp. 150.000,-

Bayar hutang -

Ibu Beturan Siburian juga merupakan ibu penerima bantuan PKH, keseharian ibu ini yaitu bekerja diladang karena beliau merupakan seorang petani. Beliau dan suaminya juga melakukan pertanian seperti yang dilakukan masyarakat desa Nagasaribu III. Seperti bertani padi, kopi dan lainnya.

(46)

untuk membantunya di ladang seperti untuk memupuk tanaman, menyiram tanaman atau bahkan memetik hasil ladangnya untuk dijual kepasar setiap sekali dalam satu minggu. Tumpang sari dilakukannya dengan alasan meskipun tanaman yang ditanami sedikit setidaknya jika hasil panen yang satu dijual dengan harga murah, hasil panen yang lain sedikit tapi dengan harga yang lumayan setidaknya dapat menutupi modal pertanian beliau yang tidak sedikit. Hal ini dilakukan beliau dengan suami dan anaknya supaya dapat memenuhi semua kebutuhan.

20.Nama : Ibu Agnes Manalu Jumlah Tanggungan : 4 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tamat SD Keterangan Pemanfaatan dana

Tabel 29:

Tabel Ibu Agnes Manalu

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 200.000,- Beli Buku Tulis Rp. 100.000,-

Ongkos SMA Rp. 100.000,-

Beli Pulpen Rp. 35.000,-

Keperluan kebutuhan untuk pertanian, contohnya bibit tomat

Rp. 115.000,-

Ganti atap rumah -

(47)

sebagis eorang istri dan ibu bagi anaknya juga harus dijalankan setiap harinya. Dan setiap hari juga ia bersama debgan suaminya harus bekerja diladang untuk bercocok tanam sesuai dengan apa yang ingin mereka tanam, dan juga mereka harus mengukur waktu panen supaya perkiraannya kelak akan membuahkan hasil. Kegiatan sehari-hari beliau bersama suaminya bekerja diladang, sedangkan anaknya setiap sehari-hari diberangkatkan kesekolah pada pagi harinya dan setelah pulang sekolah anak-anaknya akan diajak membantu orang tua keladang. Anak-anak biasanya akan dibawa orang tuanya keladang untuk sekedar membersihkan tanaman, menyiram ataupun memupuk. Anak-anak tidak lagi diberi pekerjaan yang terlalu berat sperti untuk membajak disawah dan lainnya. Karena jika dipaksa bekerja anak-anak tidak akan belajar pada malam harinya karena terlalu lelah.

21.Nama : Ibu Rama Sitinjak Jumlah Tanggungan : 4 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SLTP/Sederajat

Tabel 30 :

Tabel Ibu Rama Sitinjak

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 300.000,- Beli Buku Tulis Rp. 200.000,-

Ongkos RP. 150.000,-

Beli Pulpen RP. 20.000,-

Beli pensil Rp. 5.000,-

(48)

program PKH yang juga harus menjalankan kewajiban sebagi peserta PKH yaitu untuk memenuhi segala kebutuhan anak dalam bidang pendidikan dan lainnya. Dalam kesehariannya, ia juga berprofesi sebagai petani, sehingga ia juga harus bekerja diladang seperti masyarakat petani pada umumnya.Kesehariannya juga melakukan kegaiatan pertanian seperti yang dilakukan masyarakat desa Nagasaribu III. Sehingga beliau juga harus bekerja keras supaya dapat memnuhi segala kebutuhan bagi keluarganya. Bahkan kebutuhan untuk dapat bersosial dengan masyarakat lingungannya karena masyarakat desa Nagasaribu III merupakan masyarakat yang memiliki budaya adat istiadat yang masih kental.

22.Nama : Ibu Rosmin Lumban toruan Jumlah Tanggungan : 3 Orang

Pekerjaan : Petani Pendidikan : SD

Tabel 31 :

Tabel Ibu Rosmin Lumban toruan

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 150.000,- Beli Buku Tulis, pulpen Rp. 100.000,-

Beli Beras Rp. 150.000,-

(49)

masyarakat lainnya yuang juga menanam palawija denngan cara tumpang sari sehingga beliau mendapat hasil panen yang berkesinambungan. Setiap hari beliau juga harus bekerja seperti masyarakat lainnya yang juga mengharapkan kehidupan yang lebih baik kemudian hari. Menjalankan kewajiban sebagi ibu untuk anaknya ia lakukan setiap hari seperti memberangkatkan anaknya untuk pergi kesekolah dan juga membutuhi segala kebutuhan sekolah anak. Memperhatikan alat-alat ataupun kebutuhan ladang supaya kegiatan berladangnya tidak terbengkalai.

23.Nama : Ibu Roslin Silitonga Jumlah Tanggungan : 4 Orang Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tamat SLTA Keterangan Pemanfaatan dana

Tabel 32 :

Tabel Ibu Roslin Silitonga

Jenis Pemanfaatan dana Jumlah dana yang dikeluarkan Beli seragam sekolah Rp. 400.000,- Beli Buku Tulis Rp. 150.000,-

Beli pena Rp. 20.000,-

Biaya lain-lain seperti untuk pembuatan tugas warnet Rp. 90.000,-

(50)

membuat beliau harus bekerja keras diladang. Pertanian yang dilakukannya yaitu pertanian yang juga dilakukan masyarakat pada umumnya di Desa Nagasaribu III yaitu dengan menanam padi sesuai dengan waktu/musim tanam karena di Desa Nagasaribu III penanaman padi hanya dilakukan seklai setahun. Hal tersebut sudah menjadi kearifan tersendiri bagi masyarakat di Desa Nagasaribu III, setelah panen biasanya ladang persawahan akan digunakan untuk menanam sayur-sayuran, tomat,ubi dan lainnya sehingga lahan tersebut menghasilkan panen sebelum dikelola kembali untuk dijadikan lahan persawahan.

(51)

Dari pemaparan ibu peserta penerima program PKH dana tersebut digunakan untuk membeli kebutuhan pendidikan seperti seragam sekolah, buku tulis, pensil, pulpen, stip, rautan dan setelah memenuhi kebutuhan pendidikan maka dana tersebut dipergunakan untuk membeli beras dan kebutuhan rumah tangga(dapur) dan jika sudah mempunyai anak yang sudah duduk di jenjang pendidikan SMA, dana tersebut juga digunakan untuk uang transpot (ongkos) setiap harinya kesekolah. Dana bantuan program PKH bisa dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan lainnya jika semua kebutuhan pendidikan telah terpenuhi. Untuk peserta bantuan PKH yang mempunyai anak SMA yang bersekolah di SMA Swasta bantuan tersebut kurang lebih habis digunakan untuk membayar uang sekolah dan untuk ongkos itupun setelah kebutuhan seragam atau alat tulisnya terpenuhi. Menurut mereka dana PKH yang cair selama 3 bulan harus dipergunakan dengan bijak dengan melihat kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Setiap ibu rumah tangga penerima PKH harus bijak dalam mengelola keuangan supaya dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak.

(52)

4.3. Analisa Perkembangan program keluarga harapan(PKH) di Desa Nagasaribu III

(53)

menghabiskan bantuan tersebut untuk keperluan sehari-harinya. Namun, setelah adanya pendamping maka masyarakat penerima dimotivasi melalui sosialisai pada setiap pertemuan kelompok supaya mempergunakan dana tersebut untuk peruntukan program yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Perubahan-perubahan mulai mereka lakukan ketika pendamping mengadakan pendekatan seperti contoh: sebelum mereka menerima PKH, mereka tidak mengerti tentang pentingnya KTP, Kartu Keluarga (KK), atau bahkan Akte Kelahiran. Bahkan ketika anak sudah memasuki dunia pendidikan anak tersebut belum memiliki akte kelahiran dan juga belum terdaftar di dalam Kartu Keluarga (KK). Pendamping dalam setiap pertemuan kelompok tetap melakukan pendekatan pada masyarakat penerima supaya mereka mengerti tentang administrasi yang penting mereka penuhi dan mereka menjadi lebih mandiri. Membentuk kelompok usaha bersama (KUBE) pertanian sebagai wadah masyarakat penerima bersosialisasi tentang apa yang akan mereka tanam dan bagaimana cara menanam atau bahkan saling membantu tenaga dan modal dalam bertani jika memang memadai.

4.3.1. Kepala Desa Nagasaribu III

(54)

“…..masyarakat penerima PKH di Desa Nagasaribu III layak menerima PKH karena dilihat dari skop ekonominya rendah. Dari segi kekeluargaan umpamanya dia banyak anak dan memiliki

keinginan untuk melanjutkan pendidikannya”...

Menurutnya, dalam pemilihan peserta program tahap I, mereka tidak mengetahui kriteria pemilihan peserta yang akan menerima PKH.Awalnya, beliaupun tidak mengetahui tentang tersebut. Namun pada tahap kedua, ia diberi tugas untuk mengumpulkan data dalam bentuk kartu keluarga (KK) yang akan menjadi calon ini. Selanjutnya, ia hanya mengumpulkan kartu keluarga(KK) dari keluarga yang menurutnya perlu untuk mendapat bantuan. Namun, ia menuturkan bahwa dari sebanyak 183 kartu keluarga(KK) yang diusulkannya, hanya 40 kartu keluarga (KK) yang akan mengikuti program keluarga harapan (PKH) Tahap II. Dari penuturan kepala desa ini, ia mengatakan bahwa :

“….Masuk PKH atau tidak itu saya tidak tau pasti. Saya sebagai kepala desa mengusulkan ada sebanyak 183 KK termasuk kategori menengah kebawah.Saya mengusulkan apabila keluarga tersebut memiliki keinginan untuk menyekolahkan anak dan anak tersebut mampu mengikuti pelajaran disekolah. Hal itulah yang merupakan prioritas bagi saya untuk melakukan pemilihan. Akan tetapi usulan saya tidak berhasil, danyang menjadi penerima PKH tahap II hanya 40 KK.Makanya saya tidak tau persis, cara penentuan mereka dari pihak pemberi dana…”.

Didesa ini program yang sudah berlangsung sejak tahun 2014 dan membawa banyak perubahan pada masyarakat penerima bantuan program. Contoh yang sangat signifikan bagi perubahan itu adalah:

1. Tentang perhatian orang tua terhadap anak. Antara lain perubahan cara mendidik anak, memberikan perhatian bagi anak.

(55)

3. Peserta memiliki tanaman obat keluarga (TOGA).

4. Para peserta PKH sudah mau menata pekarangan rumahnya. Perubahan kearah lainnya adalah,

5. Ibu rumah tangga peserta penerima PKH sudah mampu mengeluarkan pendapatnya di depan umum, dan

6. Penampilan ibu rumah tangga tersebut sudah jauh lebih baik dan lebih bersih.Seperti diutarakan oleh bapak Harman Siburian.

“…PKH sangat mempengaruhi perilaku karena sangat terlihat dampak positifnya yaitu dalam bidang perilaku mendidik anak, perilaku bertetangga, perilaku untuk mau menanam tanaman toga dan jugta sudah mulai giat bekerja. Contoh ketika mengikuti rapat atau bahkan pertemuan bulanan dalam bentuk organisasi tersebut sudah bisa memaparkan kondisinya, yang sebelum menerima PKH mereka agak gugup atau bahan tidak mau mengutarakan pendapatnya di hadapan orang banyak sekarang sudah tampil beda. Bila dilihat dari sebelum menerima PKH masalah yang biasa dihadapi oleh ibu-ibu ialah tentang masalah kebersihan seperti hal yang paling kecil penampilannya pada saat pertama kali mengahadiri sosialisasi masih kusam sekarang sudah rapih an sudah mulai pintar untuk menata diri seperti sudah sisiran atau bahkan sudah mulai pakai bedak itu merupakan contoh hal positif terkecil. Dan contoh lainnya perilaku bersih keluarganya dan lingkungannya dan perilaku dalam bidang bersosialisasi pada kelompok tani mereka dimana kelompok tani tersebut merupakan kelompok yang bertujuan untuk saling berbagi pengetahuan dalam bercocok tanam…”.

Menurut Bapak Harman Siburian selaku kepala desa di Nagasaribu III, program PKH yang sudah berlangsung dari tahun 2014 ini sudah efektif seperti yang bapak Harman Siburian ungkapkan .

(56)

dan mudah diajak untuk bergotong-royong dan juga kebutuhan sekolah anaknya seperti seragam, sepatu dan bahkan pulpen sudah terpenuhi, yang sebelum menerima PKH masih Cuma punya pensil sekarang sudah punya pulpen bahkan spidol warna untu anaknya serta kebersihan anaknya sudah mulai meningkat dan tidak seperti sebelum menerima PKH…”.

1. Perubahan Perhatian orang tua terhadap anak.

Perhatianyang dilakukanorang tua penerima program bantuan memberikan banyak manfaat dalam mendidik anak dan memberikan perhatian terhadap anak mereka. Perubahan mendidik anak contohnya orang tuanya setiap pagi sudah mau membujuk anaknya untuk bangun pagi, dan mempersiapkan anaknya supaya berangkat sekolah. Selain itu, mereka menanyakan bagaimana pelajaran dan belajar apa disekolah, mengajari supaya anaknya tidak sering keluar gerbang sekolah dan menyuruh anaknya untuk mengerjakan tugas dari sekolah.

(57)

2. Perubahan Penerima PKH Dalam Hidup Bertetangga

Pendampingan pada masyarakat penerima juga memberikan perubahan dalam hidup bertentangga contohnya sekedar menanyakan apa yang akan ditanam dan hasil apa yang sedang dipanen atau bahkan jika ada hasil yang mau dibawa kepasar untuk dijual biasanya akan saling bertanya satu sama lain kira-kira berapa pasaran harga dari hasil panennya dipasar pada saat itu, supaya mereka dapat membuat harga pada toke yang akan membeli hasil ladangnya.

Penerima PKH juga tidak dapat lepas dari kehidupan bermasyarakatnya seperti hubungan bertetangga. Mereka juga sudah mulai bertegur sapa setiap hari kalau mereka jumpa. Saling memperhatikan keamanan rumah mereka dan juga tetangga mereka. Contohnya jika akan meninggalkan rumah beberapa hari mereka akan mengatakan pada tetangganya untuk memperhatikan rumahnya dan juga sebaliknya.

3. Penerima PKH Menanam Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

(58)

Gambar 9 : Foto Tanaman obat keluarga (TOGA)

(59)

Gambar10: Foto Tanaman obat keluarga (TOGA)

Daun serai dan bawang prei juga baisanya ditanam disamping rumah karena bahan ini juga sering digunakan oleh tiap rumah tangga sebagai bahan untuk masakan. Tanaman-tanaman ini dibuat didekat rumah tujuannya supaya memudahkan mereka dalam memperoleh bahan-bahan untuk keluarganya. Karena tanaman obat keluarga biasanya ditanam disekitar lingkungan rumah dengan sebidang tanah ataupun menggunakan wadah plastik atau bahan lainnya yang bisa dijadikan wadah untuk menanam tanaman obat keluarga (TOGA) dan tanaman TOGA ini juga biasanya ditanam berderet dengan bunga yang juga berjuan untuk menambah estetika pekarangan rumahnya dan juga cara pemanfaatan pekarangan rumah.

4. Penerima PKH Mau Menata Pekarangan Rumahnya

(60)

menata pekarangan, tanaman tersebut juga bisa menjadi bahan yang digunakan untuk dikonsumsi sebagai makanan dan juga sebagai herbal untuk kesehatan keluarga.

Penataan pekarangan tidak selalu hanya membersihkan pekarangan rumah dan membiarkan kosong tanpa ditanami bunga. Tetapi bisa juga ditanami dengan tanaman lain yang lebih bermanfaat bagi keluarga, selain bermanfaat tanam tersebutbernilaikeindahan(estetika) biladi tatadenganapikdanrapinenambahkeasriankankesejukan halaman pekaranganrumah.

5. Penerima PKH sudahMau Mengutarakan Pendapatnya di Depan Umum serta Mudah diajak Bergotong-royong .

Pendampingan yang mereka terima juga memberikan mereka kemauan untuk berbagi pendapat dalam suatu kegiatan contoh pada saat berlangsungnya arisan dan sosialisasi PKH yang dilakukan setiap bulannya. Penerima PKH lah yang akan menentukan tanggal berapa mereka akan mengadakan pertemuan bulanan yang dibuat dalam bentuk arisan tersebut, dan dirumah dari ibu yang mana dari salah satu penerima. Mereka akan memberikan saran masing-masing sehingga mereka akan membuat keputusan bersama untuk kegiatan bulan depannya.

(61)

Gambar 11 : Foto Bapak Camat Lintong nihuta memantau kegiatan gotong-royong

Foto bapak camat Lintong nihuta yang sedang memantau kegiatan gotong royong di Desa Nagasaribu III pada tanggal 24 Maret 2017 dan bertanya tentang perasaan mereka saat itu ketika bapak camat datang untuk melihat kegiatan gotong-royong yang sedang mereka laksanakan.

Gambar 12 : Foto masyarakat penerima yang sedang melakukan kegiatan gotong-royong

(62)

saling meledek satu sama lain. Banyak hal yang mereka bicarakan sampai peneliti tidak paham tentang apa yang mereka bicarakan karena peneliti belum sampai pada kapasitas yang mereka sedang perbincangkan pada saat itu.

6. Penampilan Ibu PKH yang Sudah Mulai Rapi

Salah satu perubahan yang masyarakat penerima yang diutarakan oleh bapak kepala desa Nagasaribu III yaitu perubahan dalam hal berpenampilan. Penampilan yang rapi yang dialami oleh masyarakat penerima PKH menurutnya ialah dalam hal sudah menyisir rambutnya dengan rapi, sudah mulai mau memakai sedikit bedak dan sudah lebih memperhatikan kebersihan baik diri sendiri maupun kebersihan keluarganya. Penampilan yang lebih rapih dan bersih yang mereka alami sekarang menurutnya juga merupakan hasil dari pendampingan yang diberikan oleh pendamping PKH yang sudah mendampingi penerima program.

Gambar 13 : Foto ibu penerima PKH pada saat mengikuti arisan bulanan sudah berpenampilan rapi.

(63)

mandi atau membersihkan diri dan menggunakan pakaian yang rapi untuk mengikuti pertemuan bulanan mereka.

4.3.2. Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Nagasaribu III

(64)

keluarga harapan ini sama seperti bantuan tunai lainnya yang tidak mengadakan syarat yang harus dipenuhi. Masyarakat penerima awalnya hanya menerima dan menghabiskan bantuan tersebut untuk keperluan sehari-harinya. Namun, setelah adanya pendamping maka masyarakat penerima dimotivasi melalui sosialisai pada setiap pertemuan kelompok supaya mempergunakan dana tersebut untuk peruntukan program yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Perubahan-perubahan mulai mereka lakukan ketika pendamping mengadakan pendekatan seperti contoh: sebelum mereka menerima PKH, mereka tidak mengerti tentang pentingnya KTP, Kartu Keluarga (KK), atau bahkan Akte Kelahiran. Bahkan ketika anak sudah memasuki dunia pendidikan anak tersebut belum memiliki akte kelahiran dan juga belum terdaftar di dalam Kartu Keluarga (KK). Pendamping dalam setiap pertemuan kelompok tetap melakukan pendekatan pada masyarakat penerima supaya mereka mengerti tentang administrasi yang penting mereka penuhi dan mereka menjadi lebih mandiri. Membentuk kelompok usaha bersama (KUBE) pertanian sebagai wadah masyarakat penerima bersosialisasi tentang apa yang akan mereka tanam dan bagaimana cara menanam atau bahkan saling membantu tenaga dan modal dalam bertani jika memang memadai.

a. Tantangan yang dihadapi ketika melakukan pendampingan secara khusus di Desa Nagasaribu III.

(65)

seperti BLSM. Sehingga banyak pertimbangan yang harus dipikirkan kembali, dimana biasanya BPS ketika melakukan pendataan, BPS bermitra dengan beberapa dari masyarakat setempat untuk melakukan pendataan. Contohnya BPS bermitra dengan salah seorang masyarakat dari desa A untuk membuat pendataan dari desa A tersebut, maka mitra dari BPS tersebut akan mendata orang-orang atau rumah tangga yang dianggap dekat dengannya atau bahkan semarga dengan pendata tersebut. Hal ini menyebabkan ketidakvalidan data yang dihasilkan ketika BPS melakukan pendataan, dan data terebutlah yang merupakan data akhir yang akan digunakan untuk melihat kondisi ekonomi masyarakat yang layak mendapat bantuan secara khusus bantuan Program PKH. Seperti yang di utarakan oleh bapak pendamping Adinova Sihombing, S.s selaku pendamping Desa Nagasaribu III dan koordinator di Kecamatan Lintong nihuta.

…..Na berwenang mendata sian BPS Humbang hasundutan do,

(66)

mambaen adong na paling miskin hape dang dapot na dominan sian proses pendataan di awal”(Yang berwenang melakukan pendataan ialah dari BPS Humbang hasundutan,contoh yang menerima bantuan program PKH tahap I merupakan data dari tahun 2011. Pendataan dilakukan oleh pihak BPS Humbang hasundutan. Namun, yang menjadi dilema bagi kami pendamping bahwa hasil dari pendataan itu tidaklah sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Pada kenyataannya data tersebut akan menjadi data akhir yang akan dipakai sebagai data untuk dijadikan data penduduk di BPS. Hal tersebut terjadi karena BPS bermitra dengan masyarakat dalam pendataan penduduk. Contoh BPS membuat mitra 10 orang dalam 1 kecamatan dan mitra yang dipilih BPS tersebut akan kembali ke desa atau kecamatan asalnya untuk melakukan pendataan. Sehingga hal tersebut memungkinkan akan ada data yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat, karena tidak adanya dokumentasi untuk bikti pendataan dan hanya menggunakan kuesioner. Maksud saya jangan mitra yang dari desa tersebut kembali dibuat untuk mendata didesa tersebut. Kemudian apa salahnya jika pendata datang ijin dulu ke Kepala Desa supaya data yang di cari sesuai dengan kondisi masyarakat. Karena saya rasa banyak pendata bahkan mungkin akan ada sekali tiga bulan tidak diketahui oleh Kepala Desa atau perangkat Desa lainnya, kemungkinan mereka akan hanya mengambil sampel dari beberapa wilayah untuk mewakili desa tersebut. Namun, yang mengerti dan mengetahui kondisi masyarakatnya pastinya Kepala Desa itu sendiri, itulah yang menjadi dilema kemungkinan besar mereka mendata hanya untuk mendapatkan target pendataan dalam arti tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga yang mendapat bantuan memang dikategorikan layak namun masih ada keluarga miskin belum dapat bantuan, dan PKH tahapm I masih merupakan pendataan dari hasil penerima bantuan tahun 2011)”...

(67)

mendapat bantuan. Namun, itu menjadi tugas dan tantangan baru bagi pendamping untuk dapat memberikan penjelasan dan pengertian bagi masyarakat yang tidak mendapatkan bantuan.

Ketiga, banyaknya desa yang saya dampingi menjadi salah satu tantangan yang berat bagi saya. Saya mendampingi 22 desa di Kecamatan Lintong nihuta. Kenyataan yang saya dapat dilapangan bahwa dari 22 desa yang saya dampingi hanya beberapa desa yang telah mengalami perubahan sangat nyata.

Keempat, bahwa masih ada beberapa dari masyarakat penerima dari 22 desa yang saya damping merasa nyaman di zona yang ada saat ini. Sebagai contoh : sehari-hari ia bekerja diladang orang dengan gaji sehari-harian. Dia aman di zona itu, dan tidak mau berusaha dengan apa yang ada karena dia menikmati apa yang ada padanya. Pemikiran seperti itulah yang menjadi tantangan besar bagi kami para pendamping. Namun, secara khusus di Desa Nagasaribu III ini masyarakatnya mudah untuk di bina, hal ini terlihat ketika saya menemui mereka dalam acara pertemuan setiap bulannya yaitu dalam bentuk arisan, jika ada yang terlambat maka yang terlambat akan mengakui kesalahan sendiri dan kelompok akan memberi nasehat. Mereka akan mampu menyelesaikan masalah mereka sesuai dengan kesepakatan dari kelompok mereka sendiri. Pendamping hanya sebagai fasilitator guna untuk mempermudah mereka dalam menyelesaikan masalah yang mereka sendiri. Seperti penuturan oleh Bapak Adinova Sihombing yang berperan sebagai pendamping PKH.

(68)
(69)

b. Pendekatan Yang Dilakukan Pendamping Pada Masayarakat Penerima PKH. Pendamping dalam melakukan tugas harus membangun strategi, strategi berupa pendekatan-pendekatan yang harus dilakukan supaya pendamping dapat melaksanakan tugasnya sebagai pekerja sosial. Pendekatan tersebut berupa pendekatan emosional, dan juga kecerdasan komunikasi yang baik dan juga seorang pendamping harus dapat memberikan solusi bagi masyarakat penerima yang sedang mengalami kesulitan.

1. Melakukan Pertemuan Bulanan

Pendamping rutin dalam melakukan pertemuan, ini bisa dilihat ketika para peserta PKH mengadakan pertemuan paling sedikit dalam pertemuan sebulan sekali yang dibuat dalam bentuk arisan. Dalam pertemuan yang berupa arisan tersebut dihadiri oleh penerima PKH, Ketua kelompok serta Pendamping yang ditugaskan untuk mendampingi mereka. Pertemuan bulanan ini dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara pendamping dengan seluruh peserta PKH.

“…..Contoh dijabu nise ma tabaen pertemuan bulan na ro. Ingkon margiliran do asa sude jabuni penerima i dikunjungi. Alai dohot catatan ingkon kesepakatan ni sude anggota penerima PKH (Contoh pertemuan kelompok dalam bentuk arisan yang diakan setiap bulannya akan diadakan di rumah siapa? Karena setiap peserta penerima program PKH harus mendapat giliran untuk menjadi tuan rumah pada saat pertemuan bulanan dalam bentuk arisan tersebut berdasarkan kesepakatan bersama sesame anggota)”...

(70)

menerima dan menggali keluhan yang dialami oleh masyarakat penerima bantuan PKH serta memberikan motivasi bagi peerima bantuan agar tetap aktif dalam melakukan tugasnya dengan penuh komitmen.

2. Memiliki Sikap Ramah, Terbuka serta Menyatu dengan Masyarakat. Pendamping berperan sebagai mata dan kaki bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang menerima bantuan Program PKH. Oleh karena itu pendamping harus memiliki sikap melebur kepada masyarakat penerima, supaya masyarakat penerima merasa nyaman dan tidak merasa digurui oleh pendamping program PKH. Seperti yang diutarakan oleh bapak pendamping Desa Nagasaribu III.

“…..Dang segampang membalikkan telapak tangan molo berinteraksi dohot masyarakat on. Apalagi ma tu Ibu-ibu penerima program PKH on. Alani aha? Sada, apalagi molo hita halak batak adong do tutur, jala muse unang hita gabe manggurui tu halaki. Alana umur ni nasida nungnga dao di ginjang ni pendamping. Apalagi ma au doli-doli dope, aut sugari lomo rohakku boi do hu paksa asa torus mengikuti peraturan. Alai dang songoni nan i lomohon roha, bohama carana hita merubah pola pikir ni masyarakat awam asa boi dumenggan muse. ( Berinteraksi dengan masyarakat tidaklah segampang membalikkan telapak tangan, apalagi kita berhadapan dengan ibu-ibu rumah tangga. Kenapa? Karena kita orang batak ada tutur marga yang harus kita sesuaikan, wawasan ibu-ibu rumah tangga yang kurang, dan juga umur mereka sudah jauh lebih tua dari saya. Aapalagi saya masih lajang. Jadi saya harus lebih menyesuaikan diri pada mereka ibu-ibu peserta penerima program keluarga harapan (PKH) karena saya tidak mau mereka dalam keadaan tertekan untuk memenuhi komitmen mereka, jika saya mau saya bisa memaksakan kehendak saya pada mereka. Namun, saya tidaklah seperti itu, saya ingin mereka mekakukan berdasarkan kemauan mereka sendiri. Karena tujuan saya sebagai pendaping untuk menggapai tujuan dari program yaitu bagaimana cara saya merubah pola piker ibu-ibu peserta penerima program PKH yang merupakan masyarakat awam supaya lebih baik)”...

(71)

yang sedang dialami oleh penerima atau bahkan jika pendamping bertindak tidak ssesuai dihati masyarakat maka masyarakat bisa saja tidak menyukai pendamping tersebut. Masayarakat penerima PKH tidak akan menceritakan masalah-masalah yang dihadapi baik itu masalah keuangan, rumah tangga, masalah mendidik anak, kesehatan atau bahkan masalah pribadi yang dialami oleh mereka. Seperti bapak Adinova Sihombing yang sudah hampir tiga tahun mendampingi masyarakat di Desa Nagasaribu III, sangat dekat dengan masyarakat penerima. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat penerima, keseluruhan masyarakat penerima mengatakan bahwa Pendamping PKH yang telah mendampingi mereka sangat baik, dan selalu mendampingi ketika kami mengadakan kegiatan atau pertemuan dan baik dalam menanggapi semua keluhan. Hal ini juga terungkap ketika melakukan wawancara dengan Koordinator PKH Kecamatan Lintong nihuta yang juga merupakan Pendamping PKH di Desa Nagasaribu III yaitu bapak Adinova Sihombing.

(72)

4.3.3. Bukan Penerima Program Keluarga Harapan (PKH)

Dari hasil penelitian bahwa tanggapan masyarakat yang bukan penerima kepada masyarakat penerima bantuan program keluarga harapan (PKH) ialah bahwa mereka layak menerima PKH dikarenakan mereka mempunyai banyak anak,dan mereka dikategorikan kedalam masyarakat kurang mampu.

“….. ya kalau menurut saya, mereka layak menerima PKH karena mereka punya banyak anak yang masih sekolah, rumah mereka masih seadanyalah dan juga mereka bisa dikatakan kedalam ekonomi kurang mampu sehingga mereka perlu diberikan bantuan oleh pemerintah. Ya, menurut saya layaklah…”

Masyarakat yang bukan penerima mengatakan bahwa PKH cukup membantu bagi mereka yang menerima bantuan. Karena mereka tidak lagi mengeluarkan uang untuk membeli keperluan sekolahan anaknya. Menurutnya PKH mengurangi beban para penerima bantuan PKH dalam membutuhi kebutuhan sekolah anknya.

“….. cukup membantulah kalau menurut saya, karena uang bantuan yang diterima oleh mereka sudah mengurangi beban si ibu untuk membeli seragam anak atau bukunya. Sehingga uang keluarga yang sudah disiapkan untuk membeli seragam bisa dipakai untuk modal bertani atau jika belum ada uang untuk membeli seragam, maka si ibu tidak peru berhutang lagi …”

Masyarakat yang bukan penerima juga mengerti tentang tujuan PKH dan mereka berharap kepada masyarakat penerima supaya memanfaatkan dana tersebut dengan baik. Menurut mereka, sosialisasi PKH hanya diberikan kepada masyarakat yang termasuk kedalam penerima PKH. Karena mereka memerlukan pengertian tentang tujuan dari PKH.

(73)

masyarakat penerima atau pada kepala desa tetang PKH itu. Kenapa mereka mendapat bantuan PKH, dan apa saja syaratnya itu semua kami tau dari mereka. Dan syaratnya yaitu mereka yang memiliki banyak anak yang masih sekolah, ekonomi termasuk kurang mampu, atau mempunyai anggota keluarga lansia ya gitulah syaratnya…”

Harapan masyarakat yang bukan penerima tentang program keluarga harapan (PKH) yang sudah berlangsung sejak tahun 2014 dapat terus berlangsung dan mereka berharap dengan adanya bantuan tersebut masyarakat penerima dapat membangun ekonomi yang lebih baik.

“….. ya harapan kepada PKH karean sudah berjalan selama beberapa tahun ini, kalau tidak salah dari tahun 2014, semoga terus berlanjut untuk membantu mereka dan bagi yang menerima supaya menggunakannnya dengan baik. Kalau bisa ya dimanfaatkanlah sebaik mungkin bisa juga untuk menambah modal pertanian, tapi harus setelah memenuhi kebutuhan anak…”

4.3.4. Penerima Program Keluarga Harapan (PKH)

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa peserta penerima bantuan program PKH awalnya mereka mengetahui adanya program PKH sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa informasi tentang PKH awanya disampaikan langsung melalui bapak Sekretaris Desa namun telah diberikan tugas untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat yang tercantum namanya sebagai peserta penerima bantuan program dari pihak kecamatan. Seperti yang telah dituturkan oleh sebagian ibu peserta PKH.

…..Sian Sekdes ma attong alai nga parjolo be di informasihon

(74)

Dan ada juga yang langsung mengetahui adanya bantuan program PKH langsung dari pendamping yang berasal dari pihak kecamatan seperti yang telah dituturkan oleh beberapa ibu peserta penerima PKH mengetahui informasi PKH lansung dari pendamping.

“….. Sian pendamping do huboto PKH on molo au sandiri dah, alana ro do Sihombing I tu jabu. ( Kalau saya sendiri mengetahui bahwa saya menerima bantuan PKH dan informasi PKH pertamakalinya dari pendamping karena pendamping langsung datang kerumah saya)…”

Tabel 33 :

Penerima PKH awalnya mengetahui tentang program.

No Asal mengetahui tentang PKH Jumlah %

1. Pihak Kecamatan/ Pendamping 13 56,52

2. Iklan/ Sosialisasi - -

3. Tetangga/ Teman 2 8.7

4. Lainnya : Kepdes/ Sekdes 8 34,78

5. Jumlah 23 100

Sumber : Kuesioner 2017

(75)

“….. Program keluarga harapan? Ya, Program yang bertujuan untuk mensejahterahkan masyarakat kurang mampu supaya bisa menyekolahkan anak. PKH membantu untuk membeli seragam sekolah, sepatu dan alat tulis anak-anak. Ya, kalau bisa juga untuk membantu keperluan ladanglah”…

Tabel 34 :

Peserta PKH memahami tujuan dari program.

No Keterangan Jumlah %

1. Pemahaman tentang tujuan PKH setelah diadakan sosialisasi

23 100

2. Tidak paham 0 -

3. Jumlah 23 100

Sumber : Kuesioner 2017

Dalam penyaluran dana bantuan PKH setiap anggota peserta PKH akan diberikan kartu kepesertaan PKH yang akan dibawa pada saat pencairan dana yang dilakukan dikantor pos. Setiap peserta menerima kartu kepesertaan dari pemerintah sehingga penerima akan dituntut untuk menanggungjawabi kartu masing-masing sperti untuk menyimpan dengan baik dan membawanya pada saat pencairan dana.

Tabel 35 :

Penerima PKH memiliki kartu kepesertaan

No Kepemilikan kartu PKH Jumlah %

1. Menerima 23 100

2. Tidak Menerima 0 -

3. Jumlah 23 100

Sumber : Kuesioner 2017

(76)

Tabel 36 :

Tanggapan tentang pelayanan bagi masyarakat penerima.

No Tanggapan penerima tentang

pelayanan dalam penyaluran bantuan

Jumlah %

1. Baik 23 100

2. Kurang tahu - -

3. Tidak baik - -

4. Jumlah 23 100

Sumber : Kuesioner 2017

Gambar

Gambar 1 :Foto  Keadaan Jalan Desa Nagasaribu III .
Tabel 5 :
Tabel 6 :
Gambar 3 : Foto SD No. 177059 Negeri Silaban Hutasoit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sudah saya sampaikan bahwa hukum pidana bertolak, tetap bertolak dari nilai moral, tetapi ada sebuah kelemahan untuk mengaitkan begitu saja karena namanya moralitas adalah

Revisi dan dihasilkan pengembangan bahan ajar qawaid bahasa Arab berbasis mind map untuk tingkat perguruan tinggi yaitu bahan ajar yang disajikan dalam bentuk

4.11Menyusun teks lisan dan tulis, untuk menyatakan dan menanyakan tentang tindakan/ kegiatan/kejadian tanpa perlu menyebutkan pelakunya dalam report text,

Perbedaan kategori itu terkait dengan pembentukan kata secara derivasional dan in- fleksional, sebagaimana dinyatakan Subroto (1985: 2) dengan mengutip pendapat Nida sebagai

dan pengembangan indikator yang digunakan peneliti dalam meneliti penerapan model Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar peserta

sarapan pagi dengan konsentrasi belajar siswa siswi kelas 3, 4. dan 5 di SDN Bringin 03

Ini juga menjadi sebuah acuan yang sangat penting, karena pada era teknologi sekarang para pengguna memerlukan cara untuk meningkatkan ilmu atau pengetahuan dalam

penglihatan mata agar dapat menyempurnakan hasil penelitian.. menggunakan metode eksperimen dan juga