BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sarapan
2.1.1 Pengertian Sarapan
Makan pagi atau sarapan pagi mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi anak sekolah, karena dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran di sekolah, sehingga prestasi belajar menjadi baik. Pada umumnya sarapan menyumbangkan energi sebesar 25% dari kebutuhan gizi sehari (Azwar, 2002). Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangat penting, karena pada waktu sekolah anak-anak banyak melakukan aktivitas yang membutuhkan energi cukup besar. Peranan sarapan penting dalam memenuhi kebutuhan energi anak sekolah, karena dapat memudahkan mereka menyerap pelajaran di sekolah. Untuk anak-anak yang masih sekolah, sarapan merupakan sumber energi untuk kegiatan aktivitas dan belajar di sekolah (Sartika, 2012).
energi harian (Giovannini, 2008). Sarapan pagi akan mengisi cadangan energi selama kegiatan belajar yang berlangsung sekitar 8 - 10 jam dan akan diisi kembali pada saat makan siang (Sartika, 2012). Sarapan pagi hendaknya dilakukan supaya dapat mendukung konsentrasi belajar dan memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh dalam proses fisiologis (Khomsan A, 2004). Sarapan pagi diharapkan dapat menjaga penyediaan kalori untuk dipergunakan 2 jam pertama pagi hari sebelum waktunya makanan kecil kira-kira pukul 10.00, yang akan meningkatkan lagi kalori yang mungkin sudah berkurang sesudah digunakan (Moehji S, 2003).
2.1.2 Manfaat sarapan
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Makan pagi bagi orang dewasa dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Makan pagi bagi anak sekolah dapat meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar menjadi baik (Depkes, 1995). Menurut Khomsan (2010) ada 2 manfaat yang diperoleh kalau seseorang melakukan sarapan pagi, antara lain:
kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas.
2. Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh.
Yudi (2008) mengatakan bahwa ada beberapa manfaat makan pagi antara lain memberi energi untuk otak. Sarapan dapat membantu meningkatkan daya ingat dan konsentrasi sebelum tiba waktunya makan siang, sebagai pengganti waktu malam yang tidak terisi oleh makanan. Setelah tidur selama kurang lebih 8 jam, maka zat gula dalam tubuh akan menurun, hal itu dapat digantikan dengan mengkonsumsi karbohidrat ketika sarapan.
Hal ini senada dengan pendapat Gomo (2010), bahwa sarapan dapat meningkatkan stamina kerja, konsentrasi belajar, kenyamanan kerja dan belajar. Sarapan dapat mencegah konstipasi, hipoglikemia, pusing, gangguan stamina, kognitif dan kegemukan.
karbohidrat di dalam tubuh dipecah menjadi molekul-molekul gula sederhana yang lebih kecil, seperti fruktosa, galaktosa dan glukosa. Glukosa ini merupakan bahan bakar otak sehingga dapat membantu dalam mempertahankan konsentrasi, meningkatkan kewaspadaan, dan memberi kekuatan untuk otak (Parreta, 2009).
2.1.3 Efek Negatif Tidak Membiasakan Sarapan Pada Anak Anak yang tidak sarapan mempunyai risiko terhadap status gizi. Status gizi yang buruk pada anak akan memberikan dampak anak menderita gangguan mental, sukar berkonsentrasi, rendah diri dan prestasi belajar menjadi rendah karena hambatan terhadap pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan (Moehji, 2003). Salah satu penyebab terjadinya
status gizi yang buruk adalah rendahnya asupan zat gizi. Anak
Penyakit saluran pencernaan yang sering diderita oleh anak sekolah dasar salah satunya adalah diare. Hal itu dimungkinkan karena anak-anak banyak yang membeli makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah dasar cenderung memiih jenis jajanan yang murah, biasanya makin rendah harga suatu barang atau jajanan makin rendah pula kualitasnya seperti digunakannya bahan-bahan makanan yang kurang baik dan biasanya sudah tercemar oleh kuman. Itulah sebabnya anak-anak yang suka jajan sering terkena penyakit diare. Penyakit diare masih sering menimbulkan kejadian luar biasa dengan jumlah penderita yang banyak dalam kurun waktu yang singkat. Biasanya masalah diare timbul karena kurang kebersihan terhadap makanan. Saat ini banyak anak yang terkena diare karena pada umumnya anak-anak tidak menghiraukan kebersihan makanan yang dimakan. Anak usia sekolah pada umumnya belum tentu paham akan arti kesehatan bagi tubuhnya (Saroso, 2009).
menjadi gemuk atau status gizi lebih, sedangkan jika makanan jajanan yang dibeli seperti makanan ringan, es, permen maka anak ini merupakan anak yang rendah gizi terutama kalori sehingga kalau ini dikonsumsi tiap hari maka gizi anak akan menjadi kurang (Rossa, 2014).
Makanan jajanan diluar seringkali tidak memperhatikan mutu gizi, kebersihan dan keamanan pangan. Tidak sedikit masalah yang timbul akibat orang tua kurang peduli terhadap makanan yang dikonsumsi anak di sekolah. Makanan yang tidak aman dan tidak bergizi menimbulkan penyakit, seperti diare bahkan kanker dan dapat mengakibatkan tidak tercapainya angka kecukupan gizi (Alamin, 2014).
2.1.4 Konsentrasi
1. Pengertian Konsentrasi
Pentingnya sarapan yang telah dikemukakan pada penjelasan sebelumnya berimbas pada tingkat konsentrasi seseorang, karena nutrisi yang dikonsumsi seseorang pada saat sarapan dapat menjadi bahan bakar otak sehingga dapat membantu dalam mempertahankan konsentrasi.
menjadi target utama konsentrasi, sehingga informasi yang diperoleh hanyalah informasi yang telah dipilih. Fokus yang ditajamkan meningkatkan kemungkinan seseorang dalam menyerap dan memahami informasi yang didapat.
Maulana (2011) menjelaskan bahwa “Konsentrasi merupakan pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal”.
Mursal dkk (dalam Istianah, 2008) menjelaskan bahwa konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu masalah atau objek. Selanjutnya, konsentrasi menurut Sugiyanto (dalam Setiyo Purwanto, 2010) didefinisikan sebagai kemampuan memusatkan pemikiran atau kemampuan mental dalam penyortiran informasi yang tidak diperlukan dan memusatkan perhatian hanya pada informasi yang dibutuhkan. Sejalan dengan pendapat tersebut, The Liang Gie (dalam Istianah, 2008) menyebutkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Pengertian tersebut juga dapat diartikan bahwa dalam melakukan konsentrasi, pikiran hanya ditujukan pada hal-hal yang dibutuhkan saja dan mengabaikan hal-hal lain yang tidak dibutuhkan.
konsentrasi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi belajar adalah suatu usaha pemusatan pikiran atau perhatian terhadap suatu mata pelajaran yang sedang dipelajari dengan mengesampingkan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan apa yang sedang dipelajari (Nuryana, 2010).
2. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Konsentrasi
Beberapa aspek konsentrasi yang perlu diperhatikan menurut Odom dan Guzman (dalam Setiyo Purwanto, 2010) yaitu terdapat beberapa hal, diantaranya seperti yang dijelaskan di bawah berikut:
a. Pemusatan Perhatian
Individu dalam melaksanakan suatu aktivitas memerlukan pemusatan perhatian. Pemusatan perhatian akan semakin besar jika individu tersebut memiliki minat terhadap suatu aktivitas. Begitu pula yang terjadi pada siswa. Jika siswa memiliki minat yang besar terhadap hal yang dipelajari maka materi tersebut akan lebih menarik perhatian siswa sehingga siswa akan lebih berkonsentrasi terhadap materi tersebut.
b. Perencanaan Sistematis
meningkatkan efisiensi konsentrasi. Perencanaan ini meliputi faktor-faktor pendukung konsentrasi yaitu fisik, psikis dan lingkungan. Siswa yang memiliki kesehatan fisik dan psikis yang baik serta kondisi lingkungan yang kondusif akan mendukung konsentrasi belajar yang baik.
c. Penyaringan Informasi
Penyaringan informasi yang dimaksud pada poin ini adalah penyaringan antara informasi yang didapat dengan informasi yang dibutuhkan. Dalam kegiatan belajar siswa perlu menyaring informasi yang didapat kemudian hanya mengambil informasi yang dibutuhkan oleh siswa dan mengabaikan informasi yang tidak dibutuhkan oleh siswa. d. Pengolahan Informasi
3. Manfaat Konsentrasi
Konsentrasi memiliki manfaat yang sangat berguna terutama pada anak sekolah. Menurut Amhar Maulana Arifin (2014) terdapat lima manfaat konsentrasi, manfaat tersebut akan dijelaskan dibawah ini:
a. Meningkatkan produktivitas
Mampu bekerja secara konsisten dan menghasilkan kinerja yang lebih baik.
b. Kemampuan mengontrol pikiran
Lebih dapat mengontrol sesuatu dan hanya fokus pada satu pikiran yang sedang dijalani dan tidak memikirkan hal lain. c. Meningkatkan percaya diri
Mampu dan kompeten dalam melakukan sesuatu. d. Meningkatkan daya ingat
Menguatkan daya ingat seseorang. e. Meningkatkan fokus
Menguatkan dan mempertajam fokus yang terdapat pada pikiran seseorang.
1. Cara-cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar
a. Memberikan kerangka waktu yang jelas, karena konsentrasi membutuhkan waktu yang baik sehingga konsentrasi mudah didapat.
b. Mencegah siswa agar tidak terlalu cepat berganti dari satu tugas ke tugas lain, karena jika satu tugas belum selesai akan mengganggu konsentrasi dan membuat tugas tersebut tidak selesai.
c. Mengurangi jumlah gangguan dalam ruangan kelas, karena terlalu banyak gangguan akan membuat konsentrasi belajar menurun.
d. Merencanakan tugas yang lebih sedikit dari pada memberikan satu sesi yang banyak, karena jika langsung banyak tugas akan susah untuk diselesaikan dan akan kacau.
e. Menetapkan tujuan dengan menawarkan hadiah untuk memotivasi siswa siswi agar terus bekerja.
5. Faktor-Faktor Pendukung Konsentrasi Belajar
5.1 Faktor Internal Pendukung Konsentrasi Belajar
Faktor internal merupakan faktor pertama dan utama yang sangat menentukan apakah seseorang dapat melakukan konsentrasi secara efektif atau tidak. Secara garis besar, faktor-faktor ini meliputi faktor jasmaniah dan faktor rohaniah: 1) Faktor Jasmaniah
Hal ini dapat dilihat dari kondisi jasmani seseorang yang meliputi kesehatan badan secara menyeluruh, artinya:
a) Kondisi badan yang normal menurut standar kesehatan atau bebas dari penyakit yang serius. b) Kondisi badan di atas normal atau fit akan lebih
menunjang konsentrasi.
c) Cukup tidur dan istirahat kurang lebih 8 jam dalam sehari.
d) Cukup makan dan minum serta makanan yang dikonsumsi memenuhi standar gizi seperti 4 sehat 5 sempurna untuk hidup sehat terutama makan pada pagi hari.
e) Seluruh panca indera berfungsi dengan baik.
g) Tidak mengalami gangguan saraf.
h) Tidak dihinggapi rasa nyeri karena penyakit tertentu, seperti mag dan sakit kepala.
i) Detak jantung normal. Pada detak jantung yang normal dapat mempengaruhi ketenangan dan sangat mempengaruhi konsentrasi efektif.
j) Irama napas berjalan baik. Sama halnya dengan jantung, irama napas juga sangat mempengaruhi ketenangan.
2) Faktor Rohaniah
Ketika seseorang dapat melakukan konsentrasi yang efektif, kondisi rohani seseorang setidak-tidaknya harus memenuhi hal-hal berikut:
a) Kondisi kehidupan sehari-hari cukup tenang.
b) Memiliki sifat baik, terutama sifat sabar dan konsisten. c) Taat beribadah sebagai penunjang ketenangan dan
daya pengendalian diri.
d) Tidak dihinggapi berbagai jenis masalah yang terlalu berat.
e) Tidak emosional.
i) Memiliki kemauan keras yang tidak mudah padam. j) Bebas dari berbagai gangguan mental, seperti rasa
takut, was-was dan gelisah.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa faktor jasmani dan rohani merupakan faktor internal yang sangat dibutuhkan dalam mendukung konsentrasi belajar efektif. Keduanya harus ada secara seimbang dan apabila salah satu faktor tidak terpenuhi maka kemungkinan tidak akan terjadi konsentrasi belajar yang efektif.
5.2 Faktor Eksternal Pendukung Konsentrasi Belajar
rasa nyaman. Sebagai contoh, bau bangkai dan kotoran binatang, bau sampah, bau WC atau keringat (Setiani, 2014).
Di samping itu penerangan di sekitar lingkungan juga harus cukup, tidak lebih dan tidak kurang sehingga tidak menimbulkan kesukaran bagi pandangan mata. Kemudian hal lain yang menunjang yaitu orang-orang yang ada di sekitar lingkungan juga harus terdiri dari orang-orang yang dapat menunjang suasana tenang, apalagi jika lingkungan tersebut merupakan lingkungan belajar. Lingkungan belajar akan lebih nyaman jika suhu di sekitar lingkungan tidak terlalu ekstrim karena suhu harus menunjang kenyamanan dalam melakukan kegiatan yang memerlukan konsentrasi (Setiani, 2014).
Untuk itu perlu diperhatikan sirkulasi udara, pendingin ruangan atau setidaknya kipas angin. Selain itu juga harus tersedia fasilitas yang cukup menunjang kegiatan belajar, seperti ruangan yang bersih, kursi, meja dan perlatan untuk keperluan belajar (Setiani, 2014).
6. Faktor-Faktor Penghambat Konsentrasi Belajar
Hakim (2013) yaitu, “faktor internal dan eksternal” adapun
penjelasan lebih lanjut sebagai berikut: 6.1 Faktor Internal
Faktor-faktor internal merupakan faktor penyebab gangguan konsentrasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor internal terbagi ke dalam dua garis besar yaitu faktor jasmaniah, yang bersumber dari kondisi jasmani seseorang yang tidak berada di dalam kondisi normal atau mengalami gangguan kesehatan, misalnya mengantuk, lapar, haus, gangguan panca indra, gangguan pencernaan, gangguan jantung, gangguan pernapasan dan sejenisnya. Dan faktor rohaniah, berasal dari mental seseorang yang dapat menimbulkan gangguan konsentrasi seseorang, misalnya tidak tenang, mudah gugup, emosional, tidak sabar, mudah cemas, stres, depresi dan sejenisnya.
6.2 Faktor Eksternal
meminimalkan gangguan-gangguan tersebut. Akan tetapi, yang lebih penting lagi adalah mengusahakan agar siswa tetap memiliki konsentrasi belajar yang kuat sehingga tetap mampu melakukan kegiatan dengan baik, walaupun faktor gangguan tersebut tetap ada.
2.1.5 Pentingnya Sarapan Pagi dengan Konsentrasi Belajar Penelitian Sunarti dkk (2006) menunjukkan bahwa konsentrasi dipengaruhi oleh asupan energi makan pagi dan energi snack pagi, protein makan pagi dan protein snack pagi dan skor konsentrasi pagi. Kondisi tersebut berkaitan dengan penggunaan glukosa sebagai sumber energi. Dalam keadaan normal, sistem saraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Dalam proses absorbsi, glukosa diabsorbsi secara aktif menggunakan alat angkut protein dan energi sehingga jika kecukupan protein kurang maka proses pengangkutan glukosa sebagai nutrisi otak akan terganggu yang menyebabkan otak mengalami kekurangan glukosa yang akan memengaruhi daya konsentrasi.
2.2 Kerangka Teori
Pentingnya sarapan yang mempengaruhi tingkat konsentrasi dapat kita lihat pada kerangka teori pada hubungan sarapan pagi dengan konsentrasi belajar siswa siswi kelas 3, 4 dan 5 di SDN Bringin 03 Kecamatan Bringin. Berikut adalah bagan kerangka teori keterkaitan sarapan dan tingkat konsentrasi.
Bagan 2.1. Kerangka Teori Keterkaitan Sarapan dan Tingkat Konsentrasi.
Konsentrasi belajar memiliki dua faktor yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Kedua faktor tersebut
meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Pada bagian faktor internal dibagi menjadi jasmani dan rohani. Pada penelitian ini, akan meneliti khususnya pada bagian faktor internal: jasmani yang memiliki peranan terhadap pasokan energi. Salah satu indikator seorang individu mendapatkan pasokan energi, didapat dari sarapan. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisa hubungan antara sarapan dengan konsentrasi belajar.
Keterangan:
dan : Faktor yang akan diteliti : Variabel penelitian 2.3 Kerangka Konsep
Beberapa faktor pendukung dan penghambat yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, serta fokus peneliti untuk meneliti hubungan antara sarapan (faktor internal) dengan tingkat konsentrasi belajar, maka dapat digambarkan dalam kerangka konsep berikut ini:
Faktor pendukung konsentrasi belajar didukung oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang menjadi perhatian peneliti saat ini adalah sarapan.
2.4 Hipotesa
Ha: Ada hubungan antara kedua variabel yaitu sarapan dengan konsentrasi belajar.