• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Statistik

Dalam dokumen T E S I S ARTISYA FAJRIANI NIM : (Halaman 122-0)

BAB III METODE PENELITIAN

7. Analisa Statistik

Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan program komputer Windows SPSS (Statistical Product and Science Service).

Analisa dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :

1. Analisa deskriptif digunakan untuk melihat gambaran demografi subyek penelitian. Hasil dinyatakan dalam frekuensi dan persentase, kemudian ditabulasikan.

2. Untuk mengetahui perbedaan rerata MFV pada penderita stroke iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2 melalui pemeriksaan TCD, digunakan uji ANOVA bila data berdistribusi normal, atau dilakukan uji Kruskal Wallis bila data tidak berdistribusi normal.

3. Untuk mengetahui perbedaan rerata PI pada penderita stroke iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2 melalui pemeriksaan TCD, digunakan uji ANOVA bila data berdistribusi normal, atau dilakukan uji Kruskal Wallis bila data tidak berdistribusi normal.

4. Untuk mengetahui hubungan IMT dengan rerata CBFV pada penderita stroke iskemik, hipertensi dan DM Tipe 2 melalui pemeriksaan TCD, digunakan uji Pearson bila data berdistribusi normal, atau dilakukan uji Spearman bila data tidak berdistribusi normal.

5. Untuk mengetahui hubungan Usia dengan rerata CBFV pada penderita stroke iskemik, hipertensi dan DM Tipe 2 melalui pemeriksaan TCD, digunakan uji Pearson bila data berdistribusi normal, atau dilakukan uji Spearman bila data tidak berdistribusi normal.

6. Untuk mengetahui hubungan TDS dengan rerata CBFV pada penderita stroke iskemik, hipertensi dan DM Tipe 2 melalui pemeriksaan TCD, digunakan uji Pearson bila data berdistribusi normal, atau dilakukan uji Spearman bila data tidak berdistribusi normal.

IV.1 HASIL PENELITIAN

IV.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Subyek penelitian terdiri dari 34 penderita stroke iskemik yang rawat jalan di poliklinik Neurologi serta di rawat inap di bangsal Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan, 34 penderita hipertensi yang rawat jalan di poliklinik Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan, dan 34 penderita DM Tipe 2 yang rawat jalan di poliklinik Endokrinologi RSUP H.Adam Malik Medan pada periode Februari hingga Juni 2014 yang diikutkan dalam penelitian dan dianalisa datanya.

Rerata usia penderita stroke iskemik 54,06±5,23 tahun dan penderita DM Tipe 2 adalah 54,53±6,16 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan rerata usia penderita hipertensi 51,47±7,01 tahun, namun perbedaan ini secara statistik tidak signifikan. Jenis kelamin pada subyek penderita stroke iskemik didapati 20 orang laki-laki (58,8%) dan 14 orang perempuan (41,2%), pada penderita hipertensi didapati 11 orang laki-laki (32,4%) dan 23 orang perempuan (67,6%), dan pada penderita DM Tipe 2 didapati 14 orang laki-laki (41.2%) dan 20 orang perempuan (58.8%).

Dari pemeriksaan IMT didapati rerata IMT yang lebih tinggi pada penderita DM Tipe 2 yaitu 25,72±2,58 kg/m2 dibanding penderita hipertensi 24,48±1,71 kg/m2 dan penderita stroke iskemik 24,05±2,27 kg/m2, dan perbedaan ini signifikan (p<0,05).

Dari pemeriksaan tekanan darah didapati perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap rerata tekanan darah sistol pada penderita stroke iskemik 121,47±7,44 mmHg, penderita hipertensi 116,76±6,38 mmHg, dan penderita DM Tipe 2 120,29±7,97 mmHg. Dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari rerata tekanan darah diastol pada ketiga kelompok.

Dari pemeriksaan kadar gula darah (KGD) didapati rerata KGD sewaktu yang lebih tinggi pada penderita DM Tipe 2 yaitu 204,76±63,81 mg/dldibanding penderita stroke iskemik 124,68±20,84 mg/dl dan penderita hipertensi 118,68±11,64 mg/dl, dan perbedaan ini signifikan (p<0,05).

Dan dari pemeriksaan KGD puasa dan 2 jam post prandial (2 PP) didapati rerata KGD puasa dan KGD 2 PP yang lebih tinggi pada penderita DM Tipe 2 yaitu 197,00±81,69 mg/dl dan 269,79±107,95 mg/dldibanding penderita stroke iskemik 98,06±22,79 mg/dl dan 126,59±32,22 mg/dl, dan perbedaan ini signifikan (p<0,05).

Dari pemeriksaan hematokrit didapati tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada ketiga kelompok, dengan rerata hematokrit pada subyek penderita stroke iskemik 40,05±3,31%, penderita hipertensi 40,05±2,70%, dan penderita DM Tipe 2 adalah 39,00±4,27%.

Dari pemeriksaan kadar kolesterol didapati perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada rerata kadar trigliserida diantara ketiga kelompok, yaitu pada penderita stroke iskemik 112,88±36,04 mg/dl, penderita hipertensi 112,35±21,65 mg/dl, dan penderita DM Tipe 2 adalah 147,21±64,63 mg/dl. Dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari rerata kadar kolesterol total, HDL, dan LDL pada ketiga kelompok.

Data lengkap mengenai karakteristik subjek penelitian ini disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Subyek Penelitian

Karakteristik Subyek Stroke Iskemik n = 34

Umur (tahun), rerata±SD 54.06±5.23 51.47±7.01 54.53±6.16 0.153****

Jenis Kelamin, n(%)

Tekanan Darah (mmHg), rerata±SD Sistol

Kadar Gula Darah (mg/dl), rerata±SD Sewaktu

Hematokrit (%), rerata±SD 40.05±3.31 40.05±2.70 39.00±4.27 0.428****

Lipid Profile (mg/dl), rerata±SD Kolesterol Total

Lokasi Lesi Head CT Scan, n(%) Basal ganglia kiri

Tabel 9. Lokasi lesi berdasarkan CT Scan Kepala pada Penderita Stroke Iskemik

Lokasi Lesi berdasarkan CT Scan Kepala n (%) Basal ganglia kiri

Periventrikel kanan Periventrikel Kiri Parietal kiri

IV.1.2 Perbedaan rerata MFV pada Penderita Stroke Iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2

Seluruh pasien stroke iskemik, hipertensi dan DM Tipe 2 dilakukan pemeriksaan transcranial doppler pada pembuluh darah arteri serebri media kanan dan kiri.

Parameter hemodinamik yang di nilai adalah MFV dan PI, yang dilakukan pada depth (kedalaman) 50 dan 55. Uji yang digunakan untuk melihat perbedaan nilai rerata MFV dan PI pada ketiga kelompok adalah uji Kruskal Wallis oleh karena data MFV dan PI tidak berdistribusi normal.

Dari pemeriksaan TCD rerata nilai MFV arteri serebri media kanan pada penderita Stroke Iskemik di depth 50, didapatkan lebih tinggi (59,47±21,42 cm/s) dibanding penderita Hipertensi (51,65±13,92 cm/s) dan penderita DM Tipe 2 (45,04±13,02 cm/s), dan perbedaan nilai rerata MFV ini pada ketiga kelompok signifikan (p<0,05). Di depth 55 nilai rerata MFV penderita Stroke Iskemik lebih tinggi (59,34±21,12 cm/s) dibanding penderita hipertensi

(54,01±14,93 cm/s), dan penderita DM Tipe 2 (48,25±14,12 cm/s), tetapi perbedaan ini tidak signifikan (Tabel 10).

Sedangkan nilai rerata MFV arteri serebri media kiri pada penderita Stroke Iskemik baik di depth 50 (62,54±18,77 cm/s) dan di depth 55 (65,39±19,09 cm/s) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rerata MFV pada penderita hipertensi di depth 50 (55,35±12,99 cm/s) dan di depth 55 (57,82±13,54 cm/s), dan pada penderita DM Tipe 2 di depth 50 (49,49±11,27 cm/s) dan di depth 55 (51,60±12,21 cm/s), dan perbedaan nilai rerata MFV ini pada ketiga kelompok signifikan (p<0,05) (Tabel 10).

Tabel 10. Perbedaan rerata MFV pada Penderita Stroke Iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2

Mean Flow Velocity Stroke Iskemik Hipertensi DM Tipe 2 p MCA Kanan (cm/s), rerata±SD

Depth 50 MCA Kiri (cm/s), rerata±SD

Depth 50

IV.1.3 Perbedaan rerata PI pada Penderita Stroke Iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2

Pulsatility Index yang dinilai dengan pemeriksaan TCD pada arteri serebri media kanan pada penderita DM Tipe 2 didapatkan nilai rerata PI di depth 50 (1,10±0,20 cm/s)

dan di depth 55 (1,12±0,34 cm/s) lebih tinggi dibanding dengan nilai rerata PI pada penderita Hipertensi di depth 50 (1,03±0,23 cm/s) dan di depth 55 (1,09±0,34 cm/s), dan Stroke Iskemik di depth 50 (1,02±0,22 cm/s) dan di depth 55 (1,03±0,31 cm/s), namun perbedaan nilai rerata PI tidak signifikan (Tabel 11).

Nilai rerata PI arteri serebri media kiri pada penderita Hipertensi di depth 50 (0,98±0,24 cm/s) lebih rendah dibanding penderita Stroke Iskemik (1,09±0,31 cm/s) dan penderita DM Tipe 2 (1,09±0,25 cm/s), namun perbedaan nilai rerata PI ini tidak signifikan. Sedangkan nilai rerata PI arteri serebri media kiri pada penderita Hipertensi di depth 55 (0,86±0,27 cm/s) lebih rendah dibanding penderita DM Tipe 2 (1,04±0,24 cm/s) dan penderita Stroke Iskemik (1,02±0,29 cm/s), dan perbedaan nilai rerata PI ini signifikan (p<0,05) (Tabel 11).

Tabel 11. Perbedaan rerata PI pada Penderita Stroke Iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2

Pulsatility Index Stroke Iskemik Hipertensi DM Tipe 2 p PI Kanan (cm/s), rerata±SD

Depth 50 PI Kiri (cm/s), rerata±SD

Depth 50

IV.1.4 Hubungan IMT dengan rerata CBFV pada penderita Stroke Iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2

a. Hubungan IMT dengan rerata CBFV pada Penderita Stroke Iskemik

Dengan uji korelasi Pearson, diketahui terdapat korelasi negatif yang tidak signifikan dengan nilai korelasi sangat lemah antara IMT dengan rerata CBFV arteri serebri media pada penderita stroke iskemik (r = -0.104, p = 0.560) (Tabel 12).

Tabel 12. Hubungan IMT dengan rerata CBFV pada Penderita Stroke Iskemik

Rerata CBFV IMT

r p n

-0.104 0.560

34 Uji korelasi Pearson

Grafik 1. Hubungan IMT dengan rerata CBFV pada Penderita Stroke Iskemik

b. Hubungan IMT dengan rerata CBFV pada Penderita Hipertensi

Dengan uji korelasi Spearman, diketahui terdapat korelasi positif yang tidak signifikan antara IMT dengan rerata CBFV arteri serebri media pada penderita

hipertensi dengan nilai korelasi sangat lemah (r = 0.044, p = 0.804) (Tabel 13).

Tabel 13. Hubungan IMT dengan rerata CBFV pada Penderita Hipertensi

Rerata CBFV r IMT p n

0.044 0.804 34 Uji korelasi Spearman

Grafik 2. Hubungan IMT dengan rerata CBFV pada Penderita Hipertensi

c. Hubungan IMT dengan rerata CBFV pada Penderita DM Tipe 2

Dengan uji korelasi Spearman, diketahui terdapat korelasi positif yang tidak signifikan antara IMT dengan rerata CBFV arteri serebri media pada penderita DM Tipe 2 dengan nilai korelasi sangat lemah (r = 0.160, p = 0.367) (Tabel 14).

Tabel 14. Hubungan IMT dengan rerata CBFV pada Penderita DM Tipe 2

Rerata CBFV r IMT p n

0.160 0.367 34 Uji korelasi Spearman

Grafik 3. Hubungan IMT dengan rerata CBFV pada Penderita DM Tipe 2

IV.1.5 Hubungan Usia dengan rerata CBFV pada penderita Stroke Iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2

a. Hubungan Usia dengan rerata CBFV pada Penderita Stroke Iskemik

Dengan uji korelasi Spearman, diketahui terdapat korelasi negatif yang tidak signifikan antara usia dengan rerata CBFV arteri serebri media pada penderita stroke iskemik dengan nilai korelasi sangat lemah (r = -0.101, p = 0.569) (Tabel 15).

Tabel 15. Hubungan Usia dengan rerata CBFV pada Penderita Stroke Iskemik

Usia

Rerata CBFV r

p n

-0.101 0.569

34 Uji korelasi Spearman

b. Hubungan Usia dengan rerata CBFV pada Penderita Hipertensi

Dengan uji korelasi Spearman, diketahui terdapat korelasi negatif yang tidak signifikan antara usia dengan rerata CBFV arteri serebri media pada penderita hipertensi dengan nilai korelasi sangat lemah (r = -0.050, p = 0.780) (Tabel 16).

Tabel 16. Hubungan Usia dengan rerata CBFV pada Penderita

Dengan uji korelasi Spearman, diketahui terdapat korelasi negatif yang tidak signifikan antara usia dengan rerata CBFV arteri serebri media kanan pada penderita DM Tipe 2 dengan nilai korelasi lemah (r = -0.223, p = 0.205) (Tabel 17).

Tabel 17. Hubungan Usia dengan rerata CBFV pada Penderita DM Tipe 2

Usia

IV.1.6 Hubungan Tekanan Darah Sistolik dengan rerata CBFV pada penderita Stroke Iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2

a. Hubungan TDS dengan rerata CBFV pada Penderita Stroke Iskemik

Dengan uji korelasi Spearman, diketahui terdapat korelasi positif yang tidak signifikan dengan nilai korelasi sangat lemah antara TDS dengan rerata CBFV pada penderita stroke iskemik (r = 0.144, p = 0.416) (Tabel 18).

Tabel 18. Hubungan TDS dengan rerata CBFV pada Penderita Stroke Iskemik

Rerata CBFV r TDS p n

0.144 0.416 34 Uji korelasi Spearman

Grafik 4. Hubungan TDS dengan rerata CBFV pada Penderita Stroke Iskemik

b. Hubungan TDS dengan rerata CBFV pada Penderita Hipertensi

Dengan uji korelasi Spearman, diketahui terdapat korelasi positif yang tidak signifikan dengan nilai korelasi sangat lemah antara TDS dengan rerata CBFV pada penderita hipertensi (r = 0.079, p = 0.658) (Tabel 19).

Tabel 19. Hubungan TDS dengan rerata CBFV pada Penderita Hipertensi

Rerata CBFV r TDS p n

0.079 0.658 34 Uji korelasi Spearman

Grafik 5. Hubungan TDS dengan rerata CBFV pada Penderita Hipertensi

c. Hubungan TDS dengan rerata CBFV pada Penderita DM Tipe 2

Dengan uji korelasi Spearman, diketahui terdapat korelasi positif yang tidak signifikan dengan nilai korelasi sangat lemah antara TDS dengan rerata CBFV pada penderita DM Tipe 2 (r = 0.054, p = 0.760) (Tabel 20).

Tabel 20. Hubungan TDS dengan rerata CBFV pada Penderita DM Tipe 2

Rerata CBFV r TDS p n

0.054 0.760 34 Uji korelasi Spearman

Grafik 6. Hubungan TDS dengan rerata CBFV pada Penderita DM Tipe 2

IV.2 PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan tujuan untuk melihat perbedaan nilai parameter hemodinamik dengan menggunakan transcranial doppler dalam hal ini MFV dan PI arteri serebri media pada penderita stroke iskemik, hipertensi dan DM Tipe 2.

Pada penelitian ini terdiri dari 3 kelompok, yaitu kelompok penderita stroke iskemik yang ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan neurologis serta dilakukan pemeriksaan laboratorium dan kemudian sudah dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala; Kelompok hipertensi yaitu pasien hipertensi yang tidak memiliki riwayat stroke iskemik atau TIA dan DM tipe 2; dan Kelompok DM tipe 2 yaitu pasien didiagnosa DM tipe 2 dan tidak memiliki riwayat stroke iskemik atau TIA dan hipertensi. Bagi pasien yang memenuhi kriteria inklusi, diukur tekanan darah dan Indeks Massa Tubuh kemudian dilakukan pemeriksaan transcranial doppler untuk menilai MFV dan PI pada arteri serebri media kanan-kiri.

IV.2.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Pada penelitian ini terdapat 34 penderita stroke iskemik, 34 penderita hipertensi dan 34 penderita DM Tipe 2.

Dari 34 penderita stroke iskemik didapati 20 orang laki-laki (58,8%) dan 14 orang perempuan (41,2%), pada penderita hipertensi didapati 11 orang laki-laki (32,4%) dan 23 orang

perempuan (67,6%), dan pada penderita DM Tipe 2 didapati 14 orang laki-laki (41.2%) dan 20 orang perempuan (58.8%).

Hal ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Selim dkk, 2008 dalam penelitiannya terhadap 32 penderita stroke iskemik terdiri dari 13 orang laki-laki (43,3%) dan 17 orang perempuan (56,7%), 45 penderita hipertensi terdiri dari 18 orang laki-laki (40,0%) dan 27 orang perempuan (60,0%), dan 30 pasien DM Tipe 2 terdiri dari 17 orang laki-laki (56,7%) dan 13 orang perempuan (43,3%), hanya saja berbeda dalam hal jumlah masing-masing kelompok, dikarenakan pada penelitian ini setiap kelompok subyek penelitian disamakan.

Rerata usia penderita stroke iskemik 54,06±5,23 tahun dan penderita DM Tipe 2 adalah 54,53±6,16 tahun lebih tinggi bila dibandingkan dengan rerata usia penderita hipertensi 51,47±7,01 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Selim dkk, 2008 didapati rerata usia penderita stroke iskemik 58,20±9,80 tahun dan penderita DM Tipe 2 adalah 61,30±7,20 tahun lebih tinggi dibanding rerata usia penderita hipertensi 52,90±11,30 tahun.

Dari pemeriksaan IMT didapati rerata IMT sedikit lebih tinggi pada penderita DM Tipe 2 yaitu 25,72±2,58 kg/m2

dibanding penderita hipertensi 24,48±1,71 kg/m2 dan penderita stroke iskemik 24,05±2,27 kg/m2. Hal ini berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Selim dkk, 2008 didapati bahwa rerata IMT sedikit lebih rendah pada penderita DM Tipe 2 yaitu 28,00±4,90 kg/m2 dibanding penderita hipertensi 30,90±8,50 kg/m2 dan penderita stroke iskemik 30,50±8,10 kg/m2, hal ini disebabkan oleh kurang diterapkannya diet diabetes pada penderita DM Tipe 2.

Dari pemeriksaan KGD didapati rerata KGD sewaktu yang lebih tinggi pada penderita DM Tipe 2 yaitu 204,76±63,81 mg/dl dibanding penderita stroke iskemik 124,68±20,84 mg/dl dan penderita hipertensi 118,68±11,64 mg/dl. Pada penelitian yang dilakukan oleh Selim dkk, 2008 menyatakan juga KGD sewaktu yang lebih tinggi pada penderita DM Tipe 2 yaitu 105,8±48,50 mg/dl dibanding penderita hipertensi 86,70±10,20 mg/dl dan penderita stroke iskemik 83,90±9,20 mg/dl.

Dari pemeriksaan hematokrit didapati rerata hematokrit pada subyek penderita stroke iskemik 40,05±3,31%, penderita hipertensi 40,05±2,70%, dan penderita DM Tipe 2 adalah 39,00±4,27%. Hal ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Selim dkk, 2008 didapati rerata hematokrit penderita stroke iskemik

41,40±3,80%, penderita hipertensi 40,60±3,60% dan pada penderita DM Tipe 2 adalah 41,90±2,80%.

Dari pemeriksaan kadar kolesterol didapati rerata kadar kolesterol total 195,00±26,92 mg/dl, trigliserida 112,88±36,04 mg/dl, HDL 42,24±7,29 mg/dl dan LDL 132,12±22,72 mg/dl pada penderita stroke iskemik; rerata kadar kolesterol total 216,06±43,24 mg/dl, trigliserida 112,35±21,65 mg/dl, HDL 42,41±12,86 mg/dl dan LDL 133,21±18,32 mg/dl pada penderita hipertensi; dan rerata kadar kolesterol total 213,44±46,04 mg/dl, trigliserida 147,21±64,63 mg/dl, HDL 42,82±10,91 mg/dl dan LDL 144,71±40,86 mg/dl pada penderita DM Tipe 2. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Selim dkk, 2008 didapati rerata kadar kolesterol total 169,90±9,2 mg/dl, trigliserida 100,50±24,30 mg/dl, HDL 56,70±13,30 mg/dl dan LDL 87,40±11,30 mg/dl pada penderita stroke iskemik; rerata kadar kolesterol total 178,20±25,80 mg/dl, trigliserida 122,50±19,10 mg/dl, HDL 67,10±22,60 mg/dl dan LDL 91,10±23,00 mg/dl pada penderita hipertensi; dan rerata kadar kolesterol total 170,30±18,20 mg/dl, trigliserida 112,20±71,30 mg/dl, HDL 57,30±18,30 mg/dl dan LDL 96,50±46,00 mg/dl pada penderita DM Tipe 2, dikarenakan oleh buruknya kontrol diet lemak pada subyek penelitian ini.

IV.2.2 Perbedaan rerata MFV pada Penderita Stroke Iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2

Dari pemeriksaan TCD rerata nilai MFV arteri serebri media kanan dan kiri pada penderita Stroke Iskemik di depth 50 dan depth 55 didapatkan lebih tinggi (kanan 59,47±21,42 cm/s dan 59,34±21,12 cm/s; kiri 62,54±18,77 cm/s dan 65,39±19,09 cm/s) dibanding penderita Hipertensi (kanan 51,65±13,92 cm/s dan 54,01±14,93 cm/s; kiri 55,35±12,99 cm/s dan 57,82±13,54 cm/s) dan penderita DM Tipe 2 (kanan 45,04±13,02 cm/s dan 48,25±14,12 cm/s; kiri 49,49±11,27 cm/s dan 51,60±12,21 cm/s). Hal ini berbeda dengan penelitian Selim dkk, 2008 yang mendapati rerata BFV lebih tinggi pada penderita hipertensi 60,00±15,40 cm/s dibanding pada penderita stroke 52,20±17,00 cm/s dan DM Tipe 2 yaitu 46,30±16,50 cm/s. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Lengyel, 2012 yang mendapati rerata BFV 77,30±4,40 cm/s pada penderita hipertensi, dan pada penelitian Velcheva, 2012 mendapati rerata BFV 54,33±10,53 cm/s pada penderita DM Tipe 2, serta pada penelitian Wijnhoud, 2012 mendapati rerata BFV 51,14±14,00 cm/s pada penderita stroke iskemik. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dikarenakan rerata tekanan darah sistolik pada

penderita stroke iskemik (121,47±7,44 mmHg) lebih tinggi dibanding penderita DM Tipe 2 (120,29±7,97 mmHg) dan hipertensi (116,76±6,38 mmHg). Menurut Lengyel, 2012 menyatakan bahwa aliran darah terutama dikontrol oleh dilatasi dan konstriksi otot polos. Kecepatan aliran darah arteri serebri tergantung dari luasnya arteri dan diameter pembuluh darah perifer. Pada penderita hipertensi, oleh karena tingginya tekanan darah sistmik, menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah besar.

IV.2.3 Perbedaan rerata PI pada Penderita Stroke Iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2

Pulsatility Index yang dinilai dengan pemeriksaan TCD pada arteri serebri media kanan pada penderita DM Tipe 2 didapatkan nilai rerata PI di depth 50 (1,10±0,20 cm/s) dan di depth 55 (1,12±0,34 cm/s) lebih tinggi dibanding dengan nilai rerata PI pada penderita Hipertensi di depth 50 (1,03±0,23 cm/s) dan di depth 55 (1,09±0,34 cm/s), dan penderita stroke iskemik di depth 50 (1,02±0,22 cm/s) dan di depth 55 (1,03±0,31 cm/s). Hal ini berbeda dengan penelitian Selim dkk, 2008 didapati rerata PI arteri serebri media kanan pada penderita DM tipe 2 adalah 0,70±0,20 cm/s lebih rendah dibanding penderita stroke iskemik (0,80±0,20 cm/s) dan penderita hipertensi (0,80±0,20 cm/s). Dan nilai rerata PI

arteri serebri media kiri di depth 50 dan 55 pada penderita stroke iskemik (1,09±0,31 cm/s dan 1,02±0,29 cm/s) dan penderita DM Tipe 2 (1,09±0,25 cm/s dan 1,04±0,24 cm/s) lebih tinggi dibanding penderita Hipertensi (0,98±0,24 cm/s dan 0,86±0,27 cm/s). Hal ini berbeda dengan penelitian Selim dkk, 2008 didapati rerata PI arteri serebri media kiri pada penderita DM tipe 2 adalah 0,70±0,10 cm/s lebih rendah dibanding penderita stroke iskemik (0,90±0,30 cm/s) dan penderita hipertensi (0,80±0,20 cm/s). Hasil penelitian ini berbeda dikarenakan pada penderita DM Tipe 2 memiliki IMT dan kadar lipid profile yang lebih tinggi dibanding penderita stroke iskemik dan hipertensi. Menurut penelitian Farhoudi dkk, 2011 menyatakan bahwa tingginya PI dan rendahnya blood flow velocity pada penderita hiperkolesterolemia. Hal ini disebabkan oleh pembentukan oksigen reaktif yang berperan dalam patogenesis disfungsi vaskular serebral pada hiperkolesterolemia. Oksigen reaktif mengganggu respon asetilkolin, aktivitas superoksida, dan akhirnya menjadi disfungsi endotelial.

IV.2.4 Hubungan IMT dengan rerata CBFV pada penderita Stroke Iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2

Terdapat korelasi negatif yang tidak signifikan dengan nilai korelasi sangat lemah antara IMT dengan rerata CBFV

arteri serebri media pada penderita stroke iskemik (r = -0.104, p = 0.560) dan terdapat korelasi positif yang tidak

signifikan antara IMT dengan rerata CBFV arteri serebri media pada penderita hipertensi dan DM Tipe 2 dengan nilai korelasi sangat lemah (r = 0.044, p = 0.804 dan r = 0.160, p = 0.367). Hal ini hampir serupa dengan penelitian Selim dkk, 2008 yang mendapati terdapat korelasi negatif yang signifikan dengan nilai korelasi lemah antara IMT dengan rerata CBFV arteri serebri media pada penderita stroke

iskemik, tetapi berbeda dengan penderita hipertensi (r = -0.24, p = 0.022). Namun pada penelitian Park dkk, 2006

menyatakan bahwa terdapat korelasi positif yang tidak signifikan antara IMT dengan rerata CBFV arteri serebri media pada penderita DM Tipe 2 dengan nilai korelasi sangat lemah (r = 0.037, p = 0.778).

Pada penelitian Husein dkk, 2012 menyatakan bahwa penurunan CBF signifikan berkorelasi kuat dengan peningkatan dari lemak abdominal viseral dan total. Dan pada penelitian lain menurut Junko N dkk, 2004 melaporkan

bahwa akumulasi lemak abdominal viseral berhubungan dengan infark lakunar pada 859 pasien pria Jepang berusia paruh baya. Pada studi prospektif lain juga menemukan bahwa tingginya IMT dapat meningkatkan risiko stroke, khususnya stroke iskemik. Dan beberapa penelitian lain menyatakan juga tidak ditemukan hubungan atau IMT yang rendah berhubungan dengan risiko tinggi stroke.

Menurut Smith dkk (2012), menyatakan bahwa jaringan adiposa diakui sebagai sumber yang kaya mediator proinflamasi yang dapat langsung menyebabkan cedera atau injuri vaskular, resistensi insulin dan aterogenesis.

Aterosklerosis adalah proses inflamasi yang dimulai dengan disfungsi endotel. Menurut Brown dkk (2008) menyatakan bahwa disfungsi vaskular akibat terganggunya sintesis oksida nitrit (nitric oxide synthase-dependent) di pembuluh darah otak cenderung menurunkan aliran darah otak.

Dan pada penelitian Jotic dkk, 2013 menyatakan bahwa insulin, merupakan suatu growth factor, dapat mengganggu efek menguntungkan dari nitric oxide pada pembuluh darah.

IV.2.5 Hubungan Usia dengan rerata CBFV pada penderita Stroke Iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2

Terdapat korelasi negatif yang tidak signifikan antara usia dengan rerata CBFV arteri serebri media pada penderita stroke iskemik dan hipertensi dengan nilai korelasi sangat lemah (r = -0.101, p = 0.569 dan r = -0.050, p = 0.780), serta pada DM Tipe 2 dengan nilai korelasi lemah (r = -0.223, p = 0.205). Hal ini sejalan dengan penelitian Selim dkk, 2008 yang mendapati terdapat korelasi negatif yang signifikan dengan nilai korelasi sangat lemah antara usia dengan rerata CBFV arteri serebri media pada penderita stroke iskemik, hipertensi dan DM Tipe 2 (r = -0.18, p = 0.004; r = -0.20, p = 0.004; r = -0.14, p = 0.004).

Penelitian menurut Isikay dkk, 2005 menyatakan bahwa CBFV adalah hubungan terbalik dengan usia, dan didapati resistensi distal lebih tinggi pada individu yang lebih tua (>60 tahun) dibanding <60 tahun. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian Macko dkk, yang menunjukkan suatu hubungan terbalik antara usia dengan kecepatan CBF arteri serebri media, dan berkorelasi positif antara usia dengan PI.

IV.2.6 Hubungan TDS dengan rerata CBFV pada Penderita Stroke Iskemik, Hipertensi, dan DM Tipe 2

Terdapat korelasi positif yang tidak signifikan dengan

Terdapat korelasi positif yang tidak signifikan dengan

Dalam dokumen T E S I S ARTISYA FAJRIANI NIM : (Halaman 122-0)

Dokumen terkait