• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang

Dalam dokumen T E S I S ARTISYA FAJRIANI NIM : (Halaman 24-29)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Obesitas dan stroke adalah dua masalah utama kesehatan masyarakat di seluruh dunia, obesitas dan khususnya obesitas abdomen berperan utama dalam patogenesis beberapa metabolik, jantung dan gangguan medis serebrovaskular (Hussein dkk, 2012).

Obesitas merupakan salah satu isu kesehatan global yang paling serius. Prevalensi obesitas telah meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan selama 2 dekade. Pada tahun 2008, 1,5 milyar orang dewasa (umur ≥20 tahun) adalah overweight dan lebih dari 200 juta orang dan hampir 300 juta wanita adalah obes (Hussein dkk, 2012).

Husein dkk (2012) menyatakan bahwa CBF berhubungan dengan total abdominal fat, visceral abdominal fat, indeks massa tubuh, serta lingkar pinggang dan panggul.

Selim dkk (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa IMT yang meningkat merupakan faktor risiko untuk stroke, penyakit serebrovaskular, dan penurunan fungsi kognitif, selain faktor usia, hipertensi, merokok, dan alkohol. Diabetes melitus, hipertensi dan faktor risiko kardiovaskular berpengaruh terhadap mikrovaskular

serebral yang dapat mempercepat penurunan aliran darah otak yang terjadi pada usia tua normal.

Setiap tahun kira-kira 40.000 penduduk Australia terkena stroke dan diperkirakan di tahun 2020 jumlah ini meningkat hingga 60%.

Penyebab terbanyak adalah oklusi arteri besar, yang berhubungan dengan trombosis dan emboli. Hampir 66% emboli berasal dari penyakit ateromatosa arteri karotid interna dan eksterna, arteri vertebralis, arteri basilaris dan arteri serebri media (Levi, 2001).

Seo dkk (2009) dalam penelitiannya terhadap 38 orang penderita stroke iskemik dan 10 orang penderita Transient Ischemic Attack (TIA) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kekakuan arterial (arterial stiffness) dengan CBFV pada arteri serebri media. Penurunan kecepatan aliran (flow velocity) dan peningkatan Resistance Index (RI) diakibatkan oleh kekakuan (stiffness), dilatasi dan lika-liku arteri.

Tekanan darah merupakan tekanan perfusi yang secara langsung mempengaruhi aliran darah serebral. Menurut penelitian Zhang dkk (2006) terhadap subyek dengan hipertensi awal (<5 tahun) dan hipertensi kronik (≥5 tahun) yang berusia 42 – 73 tahun mendapati pengaruh hipertensi terhadap aliran darah otak yaitu bahwa aliran darah di arteri serebri media berkorelasi positif terhadap tekanan darah sistolik. Peningkatan tekanan darah 10 mmHg,

meningkatkan kecepatan aliran darah pada arteri serebri media 1,63 cm/detik.

Dinamika respon vaskular serebral terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi kurang dipahami. Karena aliran darah serebral tergantung pada tekanan perfusi yang adekuat, sehingga hal ini penting untuk memahami pengaruh hipertensi terhadap aliran darah di dalam sistem serebrovaskular pada individu dewasa (Zaki dkk, 2011).

Ferrara dkk (1995) menyatakan bahwa perubahan degeneratif dinding arteri komunis dan diameter arteri karotis berhubungan dengan parietal stress yang menunjukkan suatu kegagalan awal pada pasien dengan hipertensi tanpa komplikasi. Ketebalan lapisan intima disertai lapisan medial dinding arteri karotis merupakan petanda awal perubahan degeneratif arteri. Parietal stress menunjukkan adanya gangguan/rintangan untuk meregangkan pembuluh darah.

Diabetes Melitus Tipe 2 berpengaruh terhadap mikrovaskulatur serebral yang dapat merubah regulasi aliran darah serebral. Penyakit mikrovaskular serebral pada DM berhubungan dengan pengaruh hiperglikemik kronik terhadap struktur kapiler, reaktivitas endotelial, dan permeabilitas blood-brain barrier, sehingga mempengaruhi metabolisme regional dan regulasi aliran darah (Novak dkk 2006).

Smith dkk (2012) menyatakan jaringan adiposa diakui sebagai sumber yang kaya mediator proinflamasi yang dapat langsung

menyebabkan cedera atau injuri vaskular, resistensi insulin dan aterogenesis. Nitric Oxide dan adiponektin memberikan perlindungan terhadap inflamasi dan resistensi insulin yang berkaitan dengan obesitas (obesity-linked insulin resistance). Aterosklerosis adalah proses inflamasi yang dimulai dengan disfungsi endotel. Disfungsi endotel ditandai dengan ketidakseimbangan antara endothelium-dependent vasodilatation dan vasokonstriksi.

Brown dkk (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa disfungsi vaskular akibat terganggunya sintesis oksida nitrit (nitric oxide synthase-dependent) di pembuluh darah otak cenderung menurunkan aliran darah otak serta meningkatkan risiko komplikasi serebrovaskular pada pasien dengan DM tipe 2.

Pada studi prospektif dari Dikavonic dkk (2005), menyatakan bahwa abnormalitas TCD secara signifikan lebih tinggi pada penderita DM dibanding dengan subyek kontrol sehat (55% vs 11%, p<0,05).

Terdapat perubahan aterosklerotik 34,0% dan 71,4% pada pasien DM selama <5 tahun dan ≥5 tahun.

Transcranial Doppler adalah alat yang non-invasif, nyaman dan praktis, juga dapat digunakan untuk penilaian arteri intrakranial yang akurat, dengan tambahan adanya informasi fisiologik dan gambaran anatominya (Tsivgoulis dkk, 2007). Melalui TCD juga memungkinkan untuk mengevaluasi karakteristik aliran (flow) arteri-arteri intrakranial,

mendeteksi emboli, vasospasme atau vasomotor autoreactivity (Kassab dkk, 2007).

Menurut Nemati dkk (2009), dalam penelitiannya untuk melihat apakah ada perbedaan nilai Peak Systolic Velocity (PSV) dan RI arteri vertebralis dengan menggunakan Color-Coded Ultrasonography antara usia <60 tahun dan >60 tahun, didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari PSV dan RI antara kedua kelompok.

Menurut Farhoudi dkk (2010) dan Isikay dkk (2005), bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi CBFV termasuk usia, jenis kelamin, suhu tubuh, viskositas darah, tekanan darah arteri, obesitas, status metabolik, fungsi kardiak, carbon dioxide tension, oxygen tension, tekanan intrakranial, beberapa obat, merokok dan alkohol.

Peningkatan flow velocity dapat berhubungan dengan usia muda, anemia, peningkatan tekanan darah, status hipermetabolik seperti hipertiroid dan anemia, peningkatan carbon dioxide tension atau beberapa obat seperti acetazolamide dan manitol. Penurunan CBFV dapat ditemukan pada usia tua, peningkatan hematokrit dan fibrinogen, penurunan carbon dioxide tension, peningkatan oxygen tension, peningkatan tekanan intrakranial, atau dosis tinggi beberapa obat seperti barbiturat dan beberapa perubahan fisiologik seperti tidur atau saat bangun dan exercise.

Transcranial Doppler ada pada tahun 1982, dapat menilai parameter hemodinamik, termasuk flow velocity arteri intrakranial, dimana mekanisme pengaruh flow velocity intrakranial masih belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun penurunan atau peningkatan lokal pada flow velocity telah ditemukan berhubungan dengan stenosis lokal derajat tinggi. Peningkatan flow velocity yang ringan dan sedang mencerminkan proses aterosklerosis intraserebral atau penyempitan arteri terhadap respon hipertensi sistemik (Bos dkk, 2007).

Transcranial Doppler dapat mendeteksi, melokalisasi dan menentukan derajat beratnya obstruksi arteri intrakranial, sedangkan Computed Tomography Angiography (CTA) memberikan gambaran vaskular pada pasien stroke iskemik (Tsivgoulis dkk, 2007).

Dalam dokumen T E S I S ARTISYA FAJRIANI NIM : (Halaman 24-29)

Dokumen terkait