• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Alasan Cerai Talak dan Cerai Gugat di Pengadilan Agama Salatiga

ANALISIS ALASAN DAN IMPLIKASI PERCERAIAN

B. Analisis Alasan Cerai Talak dan Cerai Gugat di Pengadilan Agama Salatiga

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebagaimana keterangan yang diberikan dari hasil wawancara tanggal 27 Februari 2016 dengan bapak Drs. Salim, S.H., M.H. yang merupakan salah satu hakim Pengadilan Agama Kota Salatiga, menyampaikan bahwa dalam perkara perceraian harus

dibedakan antara faktor penyebab perceraian dengan alasan perceraian. Setiap orang yang mau bercerai harus mempunyai alasan-alasan, hal tersebut

didasarkan pada, Pasal 39 ayat 2 menyatakan “untuk melakukan perceraian

harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat rukun sebagai suami isteri”.

Dari pemaparan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, faktor perceraian yang menjadi alasan diputuskannya suatu perkara pada tahun 2015-2016, dilatarbelakangi karena masalah:

1. Krisis Akhlak/ moral

2. Faktor Ekonomi

3. Tidak adanya tanggungjawab dalam rumah tangga

4. Penganiayaan atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

5. Gangguan/ hadirnya pihak ketiga

6. Tidak ada keharmonisan

Berdasarkan pemaparan data yang telah disampaikan di atas bahwasanya perkara perceraian yang masuk di PA Salatiga, alasan tersebut merupakan masalah-masalah yang dominan yang dicantumkan dalam setiap gugatan yang dilayangkan ke PA Salatiga dan telah diputuskan di Pengadilan Agama Salatiga baik pada tahun 2015 maupun 2016.

Berkaitan dengan alasan perceraian tersebut di atas, dalam pasal 39 ayat (2) UU No. 1 tahun 1974 yang telah dijabarkan pada pasal 19 huruf a PP No. 9 tahun 1975 menegaskan bahwa perceraian harus disertai dengan alasan-alasan hukum, yaitu:

1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturutturut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya;

3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman

yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak yang lain;

5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri;

6. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Sehingga sudah jelas bahwasanya perkara-perkara perceraian yang terdaftar di Pengadilan Agama Salatiga dengan faktor yang melatar belakanginya sebagaimana yang tercantum dalam petitum surat gugatan yang ada, telah melanggar pasal 39 ayat (2) UU No. 1 tahun 1974 yang telah dijabarkan dalam pasal 19 huruf a PP No. 9 tahun 1975.

Dalam fiqh Islam sendiri dijelaskan bahwasanya perceraian telah disyariatkan. Selain talak, ada sebab lain yang bisa memutuskan ikatan perkawinan yaitu khulu‟, fasakh, syiqaq, nusyus, ila‟ dzihar, dzihar. Hal ini bisa dijadikan sebab yang menjadikan perkawinan bisa putus.

Dari pemaparan faktor di atas adalah sebagai alasan yang menyebabkan perceraian yang didaftarkan dan telah diputuskan oleh Pengadilan Agama Salatiga. Baik suami atau istri berani mengambil tindakan untuk memutuskan dengan tegas agar hak-haknya dapat terlindungi melalui pengajuan baik cerai talak maupun cerai gugat kepada Pengadilan Agama Salatiga. Karena masyarakat sekarang sadar bahwa hukum di Indonesia menjamin dan memberikan perlindungan atas tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Dasar 1945 dan tuntunan ajaran agama Islam yang ada. Dari pemaparan pada bab sebelumnya bahwa factor yang melatar belakangi terjadinya perceraian adalah:

a. Krisis Akhlak/moral

Dalam krisis akhlak terdapat beberapa alasan yang mendasari pemohon atau penggugat, memohon atau menggugat termohon atau termohon di Pengadilan Agama Salatiga. Jika dikaitkan dengan alasan perceraian yang termaktub dalam pasal 116 KHI, maka krisis akhlak tercermin pada ayat a, yaitu “…berbuat zina, menjadi pemabuk, pemadat,

penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan”. Krisis akhlak yang

terjadi dalam rumah tangga terjadi karena kurang adanya bimbingan agama atau bisa dikatakan lemah imannya. Karena orang yang kuat imannya tidak akan mengalami yang namanya krisis akhlak, hal tersebut seperti yang dicontohkan oleh rasulullah saw, bagaimana baiknya dengan istri-istri beliau.

b. Faktor Ekonomi

Permasalahan ekonomi menjadi alasan yang sering juga banyak digunakan dalam petitum gugatan ke Pengadilan Agama. Hal ini disebabkan permasalahan suami yang tidak sanggup dengan tuntutan istri yang menuntut lebih dari apa yang menjadi kemampuan suami sehingga suami menceraikan talak istrinya, sedangkan masalah istri umumnya tidak sanggup jika hanya diberikan nafkah yang sedikit yang kurang dari kata cukup, hingga istri menggugat cerai suaminya. Nafkah adalah kewajiban bagi suami untuk memberikan kepada istrinya, itu juga sesuai dengan yang tertera pada sighat taklik talak yang memang diucapkan suami setelah akad nikah.

c. Tidak ada tanggungjawab

Faktor penyebab tidak ada tanggungjawab dalam rumah tangga ini sebagai akibat tidak adanya singkronisasi yang seimbang atas pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai suami istri. Hal ini diatur pada pasal 116 KHI pada huruf b yang menyatakan bahwa salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.

d. Penganiayaan/kekejaman mental

Dalam perkara penganiayaan/ kekejaman mental ini sering yang menjadi korban adalah istri. Namun dalam pasal 39 ayat (2) UU No. 1 tahun1974 yangtelah dijabarkan dalam pasal 19 huruf a PP No. 9 tahun 1975, yang selaras dengan KHI pasal 116 pada huruf d menjelaskan bahwa

“salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain”. Itu yang menjadikan alasan atau mencari perlindungan hukum dengan jalan cerai.

e. Gangguan/ hadirnya pihak ketiga

Dalam faktor yang disebabkan oleh gangguan pihak ketiga ini terdapat beberapa alasan yang mendasari pemohon atau penggugat, memohon atau menggugat termohon atau termohon di Pengadilan Agama Salatiga. mengajukan alasan-alasan bahwa, rumah tangga Penggugat dan Tergugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran karena Tergugat menjalin hubungan cinta dengan wanita lain dan telah diketahui sendiri oleh Penggugat dan membuat Penggugat sakit hati.

f. Tidak ada keharmonisan

Kurang adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri menyebabkan kurang atau bahkan tidak ada keharmonisan dalam rumah tangga. Hal ini tercermin pada pasal 116 KHI huruf f yaitu antara suami istri teru-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.