• Tidak ada hasil yang ditemukan

Swordless Samurai”

Dalam novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of the Swordless Samurai” ini, tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita juga tersusun dalam tahapan yang baik seperti yang dinyatakan oleh Montage dan Henshaw dalam Aminuddin (2000:84) yaitu dalam tahapan :

a. Exposition : yakni tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita. Tahap ini dalam novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of the Swordless Samurai” adalah diawali dari kehidupan petani dari Desa Miwa yaitu Jiro dan Gonsuke. Awalnya Jiro merasa terus dihantui oleh mimpinya yaitu dimana ia membopong dirinya sendiri yang telah ubanan dan bermata lelah. Dari mimpi tersebut ia merasakan suatu keresahan yang belum diketahui penyebabnya. Meskipun dia tahu kalau tak berapa lama lagi ia akan menikahi gadis cantik Shizue, perawan tercantik di desa itu, namun ia tetap merasakan suatu keresahan dalam hatinya. Siang itu ia bekerja setengah hati dan tak ada semangat untuk bekerja.Tak berapa lama kemudian, Gonsuke sahabatnya mendatanginya dan memulai perbincangan mengenai keresahan yang ia rasakan.

Berdasarkan cerita di atas, dapat diambil kesimpulan adanya Exposition yakni bagian alur yang merupakan tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita. Tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat peristiwa dan perkenalan pelaku dalam cerita yaitu di Desa Miwa,

tempat tinggal petani Jiro dan Gonsuke yang akan menuju Kota Nagahama, dimana tempat tinggal tokoh Toyotomi Hideyoshi yang akan mereka temui dan belajar darinya.

b. Inciting force: yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku. Tahap ini dapat terlihat saat Jiro dan Gonsuke memulai perbincangan mengenai takdir dan jalan hidup. Jiro mempertanyakan apakah tidak ada yang tersisa dalam kehidupan ini selain menjalankan tradisi. Dan juga ia mengatakan bahwa hidup adalah suatu kebebasan yang menyenangkan, dapat melakukan sesuatu yang sangat disenangi dan juga membahagiakan diri sendiri. Bahwa diri sendiri dapat memilih dan menentukan takdirnya sendiri daripada mengikuti takdir dari garis keturunan keluarga. Gonsuke pada awalnya merasa terkejut dengan pemikiran Jiro seperti ini dan tidak pernah mendengar hal ini dari mulut sahabatnya itu. Namun Gonsuke bercerita bahwa ia juga sering berpikir seperti itu, namun tidak pernah mengungkapkannya kepada siapapun. Kemudian Gonsuke sependapat dengan Jiro dalam tentang memilih dan menentukan jalan takdir sendiri. Kemudian mereka memikirkan kepada siapa mereka dapat belajar pengetahuan yang ingin mereka ketahui ini. Mereka ingin mencari seseorang yang tidak akan menertawakan impian mereka tentang hidup. Akhirnya Gonsuke teringat akan sosok Lord Hideyoshi. Ia adalah seorang petani miskin yang sekarang menjadi seorang Shogun Jepang. Mereka berpikir bahwa pasti Lord Hideyoshi mempunyai pengetahuan tentang bagaimana mengejar sebuah kesuksesan yang telah ia

raih. Akhirnya mereka sepakat akan menemui Lord Hideyoshi di kota Nagahama. Dan keesokan paginya mereka berangkat dan memulai perjalanan untuk menemui dan belajar dari Lord Hideyoshi.

Pada tahapan peristiwa ini muncul Inciting force yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku. Kehendak muncul ketika Jiro dan Gonsuke memutuskan akan belajar dari seseorang yang lebih mengetahui tentang dunia dan yang berpengalaman dalam hidup. Gonsuke mengusulkan nama Lord Hideyoshi dan mereka pun sepakat akan pergi menemuinya di Kota Nagahama.

c. Rising action : yakni situasi panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai berkonflik. Hal ini terlihat saat Jiro dan Gonsuke sudah memulai perjalanan mereka dari desa Miwa menuju kota Nagahama. Mereka bertemu dengan seorang nenek yang menceritakan tentang kehebatan dan kepahlawanan seorang Toyotomi Hideyoshi. Namun semakin jauh nenek bercerita, semakin seperti khayalan saja. Maka Jiro dan Gonsuke berpamit dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali. Lalu mereka berada di sebuah kedai teh milik Benjiro dan disana mereka bertemu dengan Shin. Shin juga bercerita tentang Toyotomi Hideyoshi, namun kali ini ceritanya terdengar seperti iri dan menjelek-jelekkan sang Shogun pahlawan mereka. Jiro dan dan Gonsuke pun merasa bingung dan keheranan dengan dua cerita yang saling bertolak belakang tentang Lord Hideyoshi tersebut. Kemudian mereka pun melanjutkan perjalanan ke kuil Songaji untuk beristirahat dan menginap malam itu.

Dari peristiwa di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa situasi mulai panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai berkonflik atau yang disebut Rising Action terjadi pada tahapan peristiwa cerita di atas. Konflik para pelaku yaitu terjadi hubungan komunikasi antara Jiro dan Gonsuke dengan seorang nenek dan Shin, dimana kedua tokoh yang Jiro dan Gonsuke temui menceritakan tentang Lord Hideyoshi dengan cerita yang berbeda. Sehingga membuat Jiro dan Gonsuke kebingungan untuk mempercayai salah satu cerita tersebut.

d. Crisis: yakni situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya.Tahapan ini terjadi saat Jiro dan Gonsuke sedang berjalan menuju Kuil Songaji untuk bermalam. Mereka bertemu dengan seorang lelaki tua kecil dan temannya yang bertubuh besar. Dengan mereka, Jiro dan Gonsuke menceritakan kebingungannya tentang sosok Lord Hideyoshi yang mereka dengar dari dua cerita yang berbeda. Lelaki kecil itu juga bercerita tentang sosok Hideyoshi yang ia ketahui. Mulai dari cerita saat masih kecil, kisah tentang Istana Kiyosu, pertarungan Hideyoshi dengan Mondo, pertempuran Okehazama dan berdirinya benteng Sunomata. Lelaki kecil itu bercerita dengan penuh keyakinan. Di akhir cerita lelaki kecil itu, ia baru memperkenalkan diri sebagai Toyotomi Hideyoshi. Dan alangkah terkejutnya Jiro dan Gonsuke mendengar hal tersebut. Mereka pun segera bersujud dan meminta maaf kepada Lord Hideyoshi sang Shogun Jepang tersebut. Namun bukannya Hideoshi

marah, ia malah menerima mereka sebagai tamu mereka di istana Nagahama. Setelah mengetahui alasan Jiro dan Gonsuke pergi ke Nagahama untuk bertemu dengannya dengan maksud mencari sebuah kebijaksanaan dan nasihat-nasihat hidup, Hideyoshi pun mengabulkan keinginan mereka dan menceritakan segala yang mereka ingin ketahui.

Dari gambaran di atas, dapat dilihat pada tahap ini disebut Crisis yakni ketika situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya. Situasi semakin panas terjadi ketika Jiro dan Gonsuke dengan tak disangka-sangka bertemu dengan Lord Hideyoshi di tengah perjalanan sebelum sampai di Istana Nagahama. Pada awalnya mereka berbicara dengan Lord Hideyoshi sebagai lelaki kecil yang menceritakan sedikit tentang Toyotomi Hideyoshi, namun setelah mengetahui siapa dirinya, akhirnya mereka merasa bersalah dan meminta maaf karena sudah melakukan hal yang tidak sopan. Dan kemudian mereka diterima Lord Hideyoshi sebagai tamu di istananya dan diizinkan menginap disana.

e. Climax: yakni situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri-sendiri. Tahapan ini dapat kita lihat pada saat Toyotomi Hideyoshi mengadakan sekolah di Kuil Songaji. Setelah perbincangan dengan Jiro dan Gonsuke, ia memutuskan bahwa kisah perjalanan hidupnya yang keras hingga mencapai sebuah kesuksesan harus diketahui semua orang di Jepang. Ia ingin agar semua orang dapat belajar darinya dan mendapat

keberuntungan di jalan mereka masing-masing dan menjalani takdir yang mereka tentukan sendiri. Akhirnya pertemuan di Kuil Songaji terlaksana. Disana Toyotomi Hideyoshi memaparkan 5 prinsip hidupnya yang ia jalani untuk mencapai kesuksesannya. Prinsip-prinsip hidup tersebut disampaikan melalui kisah nyata yang ia telah lewati sepanjang hidupnya. Beberapa murid di Kuil Songaji juga ikut bercerita mendukung prinsip hidup yang diajarkan oleh Hideyoshi. Cerita-cerita yang diperdengarkan tersebut juga kisah nyata yang dialami oleh beberapa murid. Ada Daizen, Fernao, Manzo, Hanshiro, Handa dan Goro dan beberapa tokoh tak bernama yang ikut bercerita disana.

Situasi Climax terjadi pada cerita di atas yakni situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri-sendiri. Situasi puncak itu digambarkan saat pertemuan Hideyoshi dengan murid-muridnya yang ingin belajar darinya yang berlokasi di Kuil Songaji di kota Nagahama. Disanalah Toyotomi Hideyoshi berbagi cerita mengenai 5 prinsip hidup sang Shogun, dan juga ditambahkan cerita dari beberapa muridnya. Hal inilah yang menjadi tema dalam novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of the Swordless Samurai” ini, yaitu mengangkat tema yang menceritakan tentang pengungkapan nilai-nilai kesuksesan dan keberhasilan seorang Toyotomi Hideyoshi menjadi seorang Shogun Jepang.

f. Falling action: yakni kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclusion atau

penyelesaian cerita. Tahapan ini bisa terlihat dalam suasana ketika Jiro, Gonsuke dan Daizen akan mengakiri pertemuan di Kuil Songaji. Mereka bertiga maju ke depan podium member keyakinan kepada para murid yang lain bahwa apa yang sudah menjadi bahan pembicaraan selama di Kuil Songaji tersebut bukanlah hanya sebuah pembicaraan yang sia-sia dan sulit dilakukan. Jiro menyatakan bahwa keinginannya yang paling terpendam dari dulu adalah menjadi pengrajin kayu. Sejak pertemuan pertamanya dengan Lord Hideyoshi dua bulan yang lalu, ia mendapat titik cerah dan akhirnya memutuskan untuk menjadi perajin kayu daripada seorang petani. Ia menunjukkan sebuah tongkat dengan ukiran Dewi Benten, yang terdapat di kayu maple yang telah dipernisnya tersebut. Gonsuke pun menyampaikan bahwa keinginan dari hati kecilnya yang terdalam adalah untuk menjadi seorang pedagang. Setelah diberikan pencerahan oleh Lord Hideyoshi, ia pun membulatkan tekadnya. Maka dengan sebuah keyakinan ia dan Jiro mendirikan sebuah badan usaha yang nantinya akan menjual perabotan dan ukiran kayu karya Jiro. Lain lagi dengan Daizen sang ronin, ia menceritakan bahwa ia juga akan bekerjasama dengan Jiro dan Gonsuke dalam badan usaha tersebut dan diantara barang produksi dan ukiran kayu Jiro, mereka akan membuat pedang terhalus yang akan diciptakan sesuai dengan ciri-ciri yang akan ia tentukan sendiri. Ia menambahkan dengan yakin bahwa dengan senjata latihan dan keahlian memainkan pedangnya, mereka akan menjaring pelanggan dari kalangan samurai dan rumah tangga bangsawan. Setelah itu semua, Toyotomi Hideyoshi menutup pertemuan mereka di Kuil Songaji tersebut.

Pada cuplikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa alur tiba pada tahapan Falling action yakni ketika kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclusion atau penyelesaian cerita. Kadar konflik sudah menurun dapat kita lihat ketika Jiro, Gonsuke dan Daizen mengakhiri pelajaran hari itu di Kuil Songaji dengan membuktikan bahwa prinsip hidup yang diajarkan oleh Toyotomi Hideoshi sudah mulai mereka jalani. Hal ini untuk meyakinkan para murid yang lain untuk dapat menjalankan prinsip hidup yang telah diajarkan oleh Toyotomi Hideoshi.

Berdasarkan tahapan cerita di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa cerita dalam novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of the Swordless Samurai

ini, alurnya sesuai dengan teori tahapan peristiwa dimulai dari Exposition, Inciting Force, Rising Action, Crisis, sampai kepada Climax, dan Falling Action. Ini dapat kita lihat pada pada setiap tahapan-tahapan peristiwa yang membentuk alur di dalam cerita tersebut sehingga mendukung cerita dalam novel tersebut.

Menurut Hariyanto (2000:39), jenis alur dapat dikelompokkan dengan menggunakan berbagai kriteria. Dalam novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of the Swordless Samurai” ini alurnya dikelompokkan menjadi :

Berdasarkan kriteria urutan waktu, merupakan alur maju disebut juga alur kronologis, alur lurus atau alur progresif yaitu peristiwa-peristiwa ditampilkan secara kronologis, maju, secara runtut dari awal tahap, tengah hingga

akhir. Hal ini dapat dilihat dari keinginan Jiro dan Gonsuke yang awalnya ingin belajar dari Lord Hideyoshi, kemudian mereka memulai perjalanannya ke Kota Nagahama dan akhirnya bertemu dengan Lord Hideyoshi. Hingga tercipta sekolah di Kuil Songaji dan datang para murid untuk belajar bersama. Semua hal tersebut terjadi secara berurutan dalam novel tersebut.

Berdasarkan kriteria jumlah merupakan alur jamak. Dalam alur jamak, biasanya cerita drama menampilkan lebih dari satu tokoh protagonis. Perjalanan hidup tiap tokoh ditampilkan. Dalam novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of the Swordless Samurai” ini, tidak hanya perjalanan tokoh utama Toyotomi Hideyoshi yang diceritakan, tapi juga ada beberapa tokoh yang diceritakan kisah hidupnya saat bercerita di Kuil Songaji. Cerita tokoh lain dihadirkan karena untuk mendukung prinsip hidup yang diajarkan Toyotomi Hideyoshi dalam novel tersebut.

Berdasarkan kriteria hubungan antar peristiwa, merupakan alur erat disebut juga alur ketat atau padat yaitu alur yang beralur cepat, susul menyusul, setiap bagian terasa penting dan menentukan. Dalam novel ini, certita disajikan cepat tanpa ada tambahan cerita yang mengganggu cerita utama dan tiap bagian terasa penting karena masing-masing bagian mempunyai peranan penghubung ke bagian selanjutnya dalam novel ini.

Berdasarkan kriteria cara pengakhirannya, merupakan alur tertutup, yaitu penampilan kisahnya diakhiri dengan kepastian atau secara jelas. Dalam novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of the Swordless Samurai” ini, cerita

diakhiri dengan jelas ditandai dengan selesainya pertemuan Toyotomi Hideyoshi dengan para muridnya yang berada di Kuil Songaji.

BAB IV