• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBJEKTIF DAN BIOGRAFI PENGARANG

3. Latar Sosial

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.Tinjauan Pustaka 1.Tinjauan Pustaka

Abrams dalam Pradopo (2002:63) menyebutkan analisis dan penafsiran tidak dapat dipisahkan secara mutlak sebab analisis itu merupakan salah satu sarana penafsiran di samping parafrase dan komentar. Analisis dipisahkan dari penafsiran karena analisis merupakan sarana penafsiran yang khusus, yang memerlukan uraian panjang lebar. Dengan analisis ini makna karya sastra dapat ditafsirkan dengan lebih jelas, karya sastra dapat dikonkretisasikan dengan sebaik-baiknya meskipun analisis tidak dapat berdiri sendiri dalam konkretisasi karya sastra. Ada bermacam-macam analisis dalam mengkritik karya sastra. Di dalam analisis berikut dipergunakan tafsiran dari salah satu sudut pandang, yaitu sudut pandang objektif yang sifatnya struktural.

Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud seperti tema, plot / alur, latar, penokohan, dan lain-lain. Unsur intrinsik ini juga terdapat di dalam salah satu kaya sastra fiksi berupa novel. Unsur pembangun fiksi di dalam novel ini yang akan ditelaah adalah tokoh utama dan alur. Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan.

Menurut Aminuddin (2001:85) penokohan adalah cara sastrawan menampilkan tokoh. Selain itu menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1995:165)

penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Lebih lanjut menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1995:165) penggunaan istilah “karakter” (character) sendiri dalam berbagai literatur bahasa Inggris mengarah pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, kertertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Dengan demikian “karakter” dapat berarti ‘pelaku cerita’ dan dapat pula berarti ‘perwatakan’.

Tokoh cerita (character) menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:165) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Penokohan merupakan sebagai salah satu unsur pembangun fiksi dapat dikaji dan dianalisis keterjalinannya dengan unsur-unsur pembangun lainnya. Jika fiksi yang bersangkutan merupakan sebuah karya yang berhasil, penokohan pasti berjalan secara harmonis dan saling melengkapi dengan berbagi unsur yang lain, misalnya dengan unsur plot / alur dan latar, dan lain-lain.

Plot / alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menggangapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya fiksi sering lebih ditekankan pada pembicaraan plot / alur.

Menurut Kenny dalam Nurgiyantoro (1995:113) mengemukakan plot / alur sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat

sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.

Menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1995:113) plot / alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

Foster juga mengemukakan hal serupa. Foster dalam Nurgiyantoro (1995:113) menyebutkan plot / alur adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas.

Fiksi sebagai sebuah dunia, membutuhkan tokoh, plot / alur, dan juga perlu latar. Latar atau setting yang disebut sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan, Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:216). Stanton dalam Nurgiyantoro (1995:216) mengelompokkan latar, bersama dengan tokoh dan plot / alur, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan dapat diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Ketiga hal inilah yang secara konkret dan langsung membentuk cerita. Tokoh cerita adalah pelaku dan penderita kejadian-kejadian yang bersebab akibat, dan itu perlu pijakan, dimana dan kapan.

1.4.2. Kerangka Teori

Dalam menganalisis suatu karya sastra diperlukan suatu teori pendekatan yang berfungsi sebagai acuan dalam menganalisis karya sastra tersebut. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan objektif.

Menurut Satoto (1993: 32) pendekatan objektif adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Pendekatan objektif merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur-unsur yang dimaksud seperti tema, plot / alur, latar, penokohan, dan lain-lain. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra.

Hal serupa disampaikan oleh Teeuw (1984: 135) pendekatan objektif mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom, karena itu tulisan ini mengarah pada analisis karya sastra secara strukturalisme. Menurut Abrams dalam Pradopo (2002:54) pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom dengan koheresi intrinsik.

Selain itu Junus dalam Siswanto (2008:183) pendekatan objektif adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra. Pembicaraan kesusastraan tidak akan ada bila tidak ada karya sastra. Karya sastra menjadi sesuatu yang inti.

Dari kodratnya, karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan, dan keinginan pengarang lewat bahasa. Bahasa itu sendiri bukan sembarang bahasa,

melainkan bahasa yang khas. Yakni bahasa yang memuat tanda-tanda atau semiotik. Bahasa itu akan membentuk sistem ketandaan yang dinamakan semiotik dan ilmu yang mempelajari masalah ini adalah semiologi.

Semiotik berasal dari kata Yunani yaitu semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda. Tanda tersebut dianggap mewakili sesuatu objek secara representatif. Istilah semiotik sering digunakan bersama dengan istilah semiologi.

Semiologi juga sering dinamakan semiotika, artinya ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam karya sastra. Menurut Pradopo (2002:270), semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa sosial masyarakat dan kebudayaan itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

Model struktural semiotik muncul sebagai akibat ketidakpuasan terhadap kajian objektif. Jika objektif sekedar menitikberatkan aspek intrinsik, semiotik tidak demikian halnya, karena paham semiotik mempercayai bahwa karya sastra memiliki sistem sendiri. Itulah sebabnya muncul kajian struktural semiotik, artinya penelitian yang menghubungkan aspek-aspek struktur dengan tanda-tanda.

Dengan menggunakan teori pendekatan objektif tersebut penulis dapat menganalisis karakter tokoh utama dengan unsur lainnya seperti alur. Sehingga unsur-unsur yang di dalam novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of The Swordless Samurai” memiliki hubungan yang baik, dan dengan pendekatan semiotik penulis membahas tanda-tanda yang berkaitan dengan karakter tokoh utama dan alur.

1.5. Tujuan dan Manfat Penelitian