• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBJEKTIF DAN BIOGRAFI PENGARANG

3. Latar Sosial

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang dibentuk dari kata sas- yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk, atau instruksi, sedangkan –tra berarti alat atau sarana (Teeuw, 1984:23). Menurut Fananie (2001:4) pengertian sastra banyak diartikan sebagai tulisan. Pengertian itu kemudian ditambah dengan kata su yang berarti indah atau baik. Jadi Susastra itu bermakna tulisan yang indah.

Menurut Esten (1978:9) Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Selain itu, menurut Zainudin (1992:99) sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan. Standar kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik. Sedangkan menurut Wellek dan Warren (1995:109) sastra adalah lembaga sosial yang memakai medium bahasa dalam menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah kehidupan sosial.

Sastra adalah sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan suatu tes dialektika (dialog komunikasi sehari-hari) antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan sejarah dialektika yang dikembangkan dalam karya sastra (Endraswara , 2008:78).

bagian yaitu karya sastra yang bersifat fiksi dan nonfiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi berupa novel, cerpen, esei, dan cerita rakyat. Sedangkan karya sastra yang bersifat nonfiksi berupa puisi, drama dan lagu.

Menurut Aminuddin (2000:66) fiksi adalah kisah cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku yang tertentu yang bertolak dari imajinasi pengarang sehingga menjalin suatu cerita. Dengan demikian karya sastra fiksi merupakan suatu karya sastra fiktif atau imajinatif yang merupakan karya sastra bersifat rekaan, khayalan, menggunakan bahasa konotatif dan memenuhi syarat-syarat estetika seni. Karya sastra fiksi dapat dibagi dalam berbagai bentuk yaitu, roman, novel, novelet, dan cerpen.

Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:9) menyatakan bahwa novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novella (yang dalam bahasa Jerman disebut novelle). Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.

Menurut Depdikbud dalam http://www.anneahira.com/tentang-novel.htm, novel adalah karangan yang panjang dan berbentuk prosa dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Sementara itu, Jassin dalam Zulfahnur (1996:67) mengatakan bahwa novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana kejadian-kejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib tokohnya.

Dan menurut Takeo dalam Pujiono (2002:3) novel merupakan sesuatu yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat meskipun kejadiannya tidak nyata.

Selanjutnya Sayuti dalam http://nesaci.com/jenis-dan-pengertian-novel/ mengatakan bahwa novel cenderung expand (meluas) dan menitikberatkan complexity (kompleksitas). Meluas dan kompleksitas yang dimaksudkannya adalah dalam hal perwatakan, permasalahan yang dialami sang tokoh, serta perluasan dari latar cerita tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa novel adalah suatu rangkaian cerita fiksi yang menggambarkan kisah hidup tokoh, baik dengan tokoh lain, lingkungan sekitar maupun masyarakat melalui rangkaian peristiwa yang kompleks dan mempunyai latar tempat dan alur waktu yang jelas, dan mengubah nasib tokoh tersebut.

Dalam sebuah karya sastra terdapat dua unsur yang sangat berpengaruh dalam karya tersebut yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud adalah tema, plot / alur, latar, penokohan, dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut. Unsur yang dimaksud adalah sosial, kebudayaan, psikologis, politik, agama dan lain-lain yang dapat mempengaruhi pengarang dalam menulis karyanya tersebut.

Salah satu hasil karya sastra fiksi yang berupa novel adalah novel yang berjudul “Strategi Hideyoshi : Another Story of The Swordless Samurai” yang

menceritakan kisah hidup Toyotomi Hideyoshi yang ditulis oleh Tim Clark dan Mark Cunningham.

Novel ini merupakan karya sastra novel yang menarik karena novel ini menceritakan kisah seorang mantan gelandangan yang berperawakan seperti monyet dan tidak pandai ilmu bela diri, ternyata dapat menjadi pemimpin militer tertinggi Jepang yang legendaris. Dengan membaca dan menganalisis novel ini maka dapat memahami karakter tokoh utama, penggambaran latar dan alur yang terjadi pada novel ini.

Novel yang berjudul “Strategi Hideyoshi : Another Story of The Swordless Samurai” ini merupakan novel yang ditulis oleh Tim Clark dan Mark Cunningham. Meski novel ini ditulis dalam bentuk fiksi tetapi dilandasi kisah nyata yang terjadi semasa hidup Toyotomi Hideyoshi. Bahkan untuk mengungkapkan kisah yang terpercaya, penulis novel tersebut melengkapi isinya dengan setumpuk data; buku-buku dari penelitian beberapa sejarawan terpercaya. Sebab, hal itu untuk menjamin "keakuratan" di tengah-tengah mitos atau legenda yang sampai detik ini melingkupi kepemimpinan dan kehebatan Toyotomi Hideyoshi.

Novel ini mengisahkan bagaimana Toyotomi Hideyoshi seseorang yang berasal dari keluarga petani dan berhasil menjadi seorang Shogun Jepang. Keberhasilan tersebut bukan diraih karena keberuntungan, melainkan kerja keras yang dilakukan Hideyoshi. Ia lahir dari keluarga petani miskin, dibelit nasib pahit; berwajah jelek, pendek dan tak berpendidikan. Dimulai dari ia menjadi seorang penjual jarum, bawahan samurai rendahan hingga menjadi pembawa sandal Shogun Oda Nobunaga. Tapi setumpuk kemalangan hidup itu tak menjadikan

Hideyoshi mengutuk nasib yang membelitnya. Kemiskinan yang menjerat, ia rubah menjadi sebuah kesuksesan dengan mengandalkan otak daripada tubuh, akal daripada senjata, strategi (dan logistik) daripada tombak. Tak mustahil, ia kemudian mampu meraih puncak karier gemilang menjadi Shogun Jepang bukan berdasarkan garis keturunan, melainkan dari kecerdikan otak.

Novel ini sangat menarik karena memiliki setting cerita dimana Toyotomi Hideyoshi membuka sebuah sekolah di Kuil Songaji dan mengajarkan pada murid-muridnya tentang prinsip hidup yang ia yakini dan lakukan untuk mencapai keberhasilannya dan juga cerita-cerita yang menunjukan bukti nyata akan prinsip hidup yang ia temukan. Ia menceritakan semua kisah hidupnya tersebut kepada semua muridnya. Dan tanpa disadari kita sebagai pembaca seolah-olah terhanyut di dalam cerita dan sedang berada di tengah-tengah kerumunan orang untuk mendengarkan kisahnya yang menarik untuk disimak dan penuh dengan kebijaksanaan dan pesan moral yang sangat penting.

Toyotomi Hideyoshi bukanlah tokoh rekaan. Ia tergolong salah satu orang yang paling luar biasa di dunia. Catatan sejarah mengatakan ia lahir tahun 1536 di desa Nakamura, sekarang pinggiran kota Nagoya provinsi Owari (sebelah barat Prefektur Aichi) dan meninggal pada tahun 1598. Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan Hideyoshi sebelum ia bekerja untuk Oda Nobunaga di usia 18 tahun dan menjadi kepala tukang kayu dan kepala bagian dapur di Istana Kiyosu.

Tetapi sejarah yang disajikan dalam novel ini mewakili pandangan umum mengenai masa mudanya. Satu hal yang pasti, ia terlahir sebagai petani yang tidak dikenal. Karir Hideyoshi melesat sejak ia bergabung dengan klan Oda dan

berbakti sepenuh hati kepada cita-cita Nobunaga untuk mengakhiri peperangan antar-daerah dan menyatukan Jepang kembali “di bawah satu pedang”. Hideyoshi menggantikan Nobunaga yang wafat tahun 1582. Pada tahun 1590 Hideyoshi berhasil mengendalikan sebagian besar wilayah Jepang. Meskipun kurang berkibar dibandingkan Nobunaga atau Ieyasu, Hideyoshi adalah orang yang paling mengilhami warga Jepang untuk yakin dengan kemampuan mereka sendiri. Kesuksesan Hideyoshi ini ditopang oleh kemauannya yang keras. Niat dan usaha yang sungguh-sungguh inilah yang mampu mengubah keadaan seseorang. Hideyoshi telah membuktikan itu. Ia yang sebelumnya hanya seorang petani miskin, tubuhnya kecil, dan bakat bela dirinya yang minim dengan kemauan keras mampu menjadi pemimpin Jepang yang legendaris.

Dengan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti karakter tokoh utama melalui dialog tokoh utama maupun dialog antar tokoh lain, dan alur yang terjadi pada novel itu. Untuk itu penulis akan membahasnya dalam skripsi dengan judul “Analisis Cerita Novel Strategi Hideyoshi : Another Story of The Swordless Samurai Karya Tim Clark dan Mark Cunningham Dilihat Dari Pendekatan Objektif”.