• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produk akhir dari penelitian pengembangan ini berupa bahan ajar barisan dan deret berbasis Challenge Based Learning yang terdiri dari lima kegiatan belajar, lima kegiatan belajar tersebut meliputi sub materi barisan aritmatika, deret aritmatika, barisan geometri, deret geometri dan penerapan barisan dan deret dalam kehidupan sehari-hari. Bahan ajar ini dikembangkan dengan menggunakan model pengembangan ADDIE yang terdiri dari tahap analisis (analysis), tahap desain (design), tahap pengembangan (development), tahap implementasi (implementation), dan yang terakhir tahap evaluasi (evaluation).

Berikut ini merupakan hasil pengembangan bahan ajar barisan dan deret berbasis Challenge Based Learning

Tahap analisis merupakan tahap pertama dari model pengembangan ADDIE. Pada tahap ini, terdapat proses analisis kebutuhan awal belajar dalam pembuatan bahan ajar untuk meningkatkan kemampuan siswa. Tahapan ini terdiri dari dua kegiatan analisis, sebagai berikut:

1. Analisis Studi Lapangan

Analisis studi lapangan dilakukan dengan pengisian angket kebutuhan bahan ajar siswa melalui google form dan wawancara dengan guru matematika. Pengisian angket dilakukan oleh beberapa siswa SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan dan SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang. Berikut ini hasil mengenai angket yang telah diisi oleh siswa. Hasil yang lebih lengkap terdapat pada Lampiran 1.

Dari diagram lingkaran nilai ulangan siswa pada Gambar 4.1, diperoleh 52,4%

siswa yang mendapatkan nilai ulangan matematika 70 – 79, 23,8% siswa yang mendapatkan nilai ulangan 51 – 69, 9,5% siswa yang mendapatkan nilai ulangan matematika kurang dari 50 dan 9,5% siswa yang mendapat nilai ulangan matematika 80 – 89 serta 4,8% sisanya siswa yang mendapatkan nilai ulangan lebih dari 90. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai pada rentang KKM yang

telah ditetapkan oleh sekolah, dan masih terdapat beberapa siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM.

Gambar 4. 1

Diagram Lingkaran Nilai Ulangan Siswa

Gambar 4. 2

Diagram Batang Bahan Ajar yang Digunakan

Dari diagram batang bahan ajar yang digunakan pada Gambar 4.2, diperoleh urutan bahan ajar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran matematika dari yang tertinggi yaitu video pembelajaran, buku cetak, powerpoint, website pembelajaran, LKS cetak, buku elektronik (e-book), dan modul cetak. Hal ini menunjukkan masih sedikitnya penggunaan bahan ajar modul cetak pada pembelajaran matematika.

Dari diagram lingkaran kesulitan belajar siswa pada Gambar 4.3, diperoleh kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika (khususnya pada materi barisan dan deret) yaitu 42,9% karena tidak hafal rumusnya, 23,8% karena kesulitan memahami konsep atau pola bilangan, 19% karena kurang teliti dalam perhitungan,

39

dan 14,3% karena tidak mengetahui cara menyelesaikan soal yang diberikan. Hal ini menunjukkan pembelajaran matematika yang membiasakan siswa untuk menghafal rumus sehingga siswa kesulitan dalam memahami konsep atau pola dalam menjawab suatu masalah. Kesulitan ini dapat diatasi dengan model pembelajaran yang memulai pembelajaran dari fenomena yang akrab dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa diharapkan dapat lebih memahami tanpa menghafal karena masalah yang disajikan sesuai dengan kehidupan sehari-hari yang siswa biasa jalani..

.

Gambar 4. 3

Diagram Lingkaran Kesulitan Belajar Materi Barisan dan Deret Sedangkan analisis studi lapangan lainnya diperoleh dengan mewawancarai guru matematika. Guru yang menjadi narasumber dalam wawancara ini adalah guru matematika kelas 11 SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil wawancara permasalahan utama dari pembelajaran matematika di kelas adalah siswa yang pasif dalam pembelajaran karena pembelajaran jarak jauh (online). Bahan ajar utama yang digunakan dalam pembelajaran matematika pun masih berupa buku paket sehingga belum membantu proses pembelajaran secara aktif.

Sebagaimana informasi dari hasil wawancara, dibutuhkan bahan ajar yang efektif dan dapat membantu siswa agar menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu peneliti memberikan solusi berupa bahan ajar berbasis model pembelajaran Challenge Based Learning pada materi barisan dan deret. Model pembelajaran ini memulai pembelajaran dari fenomena yang akrab dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa diharapkan dapat lebih aktif. Pembelajaran yang demikian akan merangsang kemampuan siswa sehingga mampu menguasai materi barisan dan deret.

Berdasarkan hasil angket kebutuhan bahan ajar oleh siswa, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa masih memperoleh nilai dibawah KKM dikarenakan

kesulitan yang dihadapi seperti tidak menghafal rumus dan ketidakmampuan memahami konsep dan pola untuk menyelesaikan suatu masalah. Hal ini juga didukung hasil wawancara oleh guru matematika bahwa permasalahan utama dari pembelajaran matematika di kelas adalah siswa yang pasif dalam pembelajaran karena pembelajaran jarak jauh (online). Bahan ajar utama yang digunakan dalam pembelajaran matematika pun masih berupa buku paket sehingga belum membantu proses pembelajaran secara aktif. Oleh sebab itu, peneliti memberikan solusi yaitu menggunakan bahan ajar yang berbasis challenge based learning pada materi barisan dan deret.

2. Analisis Kurikulum

Sesuai Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016, materi yang disajikan di bahan ajar sesuai dengan mata pelajaran matematika yang digunakan di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan. Materi ini menggunakan kurikulum 2013 revisi 2016. Hasil analisis KI dan KD serta penetapan indikator pembelajaran pada bahan ajar sesuai dengan kurikulum pada materi Barisan dan Deret disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4. 1

Analisis KI, KD dan Indikator Pembelajaran

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran

3. Memahami, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

3.6.1 Mengidentifikasi konsep pola bilangan pada barisan aritmatika.

3.6.2 Menentukan suku pertama, beda dan suku ke-n dari barisan aritmatika.

3.6.3 Menentukan jumlah n suku pertama dari deret aritmatika.

3.6.4 Mengidentifikasi konsep pola bilangan pada barisan geometri.

3.6.5 Menentukan suku pertama, rasio dan suku ke-n dari barisan geometri.

3.6.6 Menentukan jumlah n suku pertama dari deret geometri.

3.6.7 Menentukan jumlah tak hingga dari deret geometri tak hingga.

41

menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,

dan mampu

menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

4.6 Menggunakan pola barisan aritmetika atau geometri untuk

4.6.1 Menerapkan barisan aritmatika dalam pemecahan masalah konteksual.

4.6.2 Mengidentifikasi masalah kontekstual berkaitan dengan deret aritmatika.

4.6.3 Menerapkan barisan geometri dalam pemecahan masalah konteksual.

4.6.4 Mengidentifikasi masalah kontekstual berkaitan dengan deret geometri dan deret geometri tak hingga.

4.6.5 Mengidentifikasi masalah kontekstual berkaitan dengan penerapan konsep barisan dan deret.

4.6.6 Menggunakan konsep barisan dan deret dalam menyelesaikan masalah kontekstual.

Dalam model pembelajaran Challenge Based Learning (CBL) terdapat 3 tahapan yang terdiri dari tahap engage (mengikutsertakan), tahap investigate (menyelidiki) dan tahap act (bertindak). Setelah penetapan indikator pembelajaran,kegiatan pembelajaran dalam bahan bahan ajar akan disesuaikan dengan tahapan pada model pembelajaran CBL. Berikut hasil analisi sintaks pembelajaran CBL sebagai bahan ajar.

Tabel 4. 2

Sintaks Pembelajaran CBL sebagai Bahan Ajar

No. Tahapan Kegiatan Pembelajaran

1. Engage

(Mengikutsertakan)

Siswa diberikan gagasan utama (big idea) pada bahan ajar berupa konteks yang luas.

Siswa membuat pertanyaan-pertanyaan penting yang kontekstual dan bersifat terbuka pada bahan ajar yang berkaitan dengan gagasan utama yang telah diberikan.

Siswa diberikan tantangan (challenge) berupa pertanyaan yang berhubungan dengan gagasan utama untuk ditindaklanjuti oleh siswa untuk mengembangkan solusinya.

2. Investigate (Menyelidiki)

Siswa diberikan pertanyaan pemandu pada bahan ajar.

Siswa meninjau dan mulai mengidentifikasi sumber daya maupun kegiatan pemandu yang tersedia pada bahan ajar yang digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Melalui kegiatan pemandu, siswa menganalisis jawaban untuk merencanakan strategi yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tantangan yang diberikan pada bahan ajar.

3. Act

(Bertindak)

Siswa melaksanakan strategi yang telah ditetapkan dan mengevaluasi apakah rencana tersebut berhasil memecahkan tantangan atau tidak.

Siswa membuat keputusan sesuai kasus baru yang diberikan pada bahan ajar.

Dokumen terkait