• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ASPEK-ASPEK FINANSIAL KONDISI ADANYA INTRODUKSI PAKAN SILASE DAUN

SINGKONG

Pada kondisi ini, usaha ternak domba diasumsikan introduksi pakan silase daun singkong diterapkan dengan menggunakan skenario T3 pada Tabel 5 sebagai pakan ternak domba. Hasil penelitian di lab menunjukkan bahwa penggunaan pakan silase daun singkong 40% dengan 60% rumput gajah akan memberikan PBBH yang lebih tinggi. Penggunaan pakan silase daun singkong diasumsikan akan mempercepat pertumbuhan bobot domba, sehingga masa penggemukan dapat dipersingkat menjadi 4 bulan. Nilai rata-rata komponen biaya dan manfaat dapat dilihat pada Lampiran 18.

51 Arus Kas Kondisi Adanya introduksi pakan silase daun singkong Arus Penerimaan

Arus kas usaha ternak domba di Desa Petir dihitung selama 9 periode masa penggemukan. Arus penerimaan berasal dari penjualan domba hasil penggemukan, penjualan pupuk, dan pinjaman. Pada skala I, total penerimaan selama umur bisnis sebesar Rp 43 740 000.00, dengan rata-rata penerimaan setiap periode sebesar Rp 4 860 000.00. Pada skala usaha II, total penerimaan sebesar Rp 87 705 000.00, dengan rata-rata penerimaan setiap periode sebesar Rp 9 745 000.00. Sedangkan pada skala III, total penerimaan sebesar Rp 219 015 000.00, dengan rata-rata penerimaan setiap periode sebesar Rp 24 335 000.00. Tidak ada perbedaan penerimaan dari penjualan domba, namun terdapat perbedaan penerimaan dari penjualan pupuk. Hal tersebut disebabkan jumlah pupuk yang dihasilkan dengan masa penggemukan 4 bulan diperoleh dengan perhitungan perbandingan dengan masa penggemukan 6 bulan. Jumlah pupuk yang diperoleh pada skala I sebanyak 12 karung, pada skala II sebanyak 29 karung, dan pada skala III sebanyak 47 karung. Total dan sumber penerimaan pada setiap skala dalam satu periode dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Penerimaan usaha ternak pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong berdasarkan skala usaha dalam satu periode (rupiah)

Skala Penjualan domba

Penjualan

Pupuk Pinjaman Total Penerimaan I 4 800 000.00 60 000.00 0.00 4 860 000.00 II 9 600 000.00 145 000.00 0.00 9 745 000.00 III 19 200 000.00 235 000.00 4 900 000.00 24 335 000.00

Arus Pengeluaran

Arus pengeluaran bersumber dari kegiatan investasi, kegiatan operasional, dan biaya pinjaman. Kegiatan investasi menghasilkan biaya investasi dan kegiatan operasional menghasilkan biaya operasional dalam bentuk biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan pinjaman modal menghasilkan biaya pinjaman.

1) Biaya Investasi

Pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong dengan investasi pembuatan pakan silase daun singkong menimbulkan tambahan kebutuhan investasi bagi usaha ternak. Rincian biaya investasi pada masing-masing skala dengan kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong dapat dilihat pada Tabel 21. Hal tersebut dikarenakan dalam pembuatan pakan silase daun singkong dibutuhkan peralatan-peralatan yang sebelumnya tidak digunakan oleh para peternak domba di Desa Petir, yaitu gentong plastik, terpal, pisau, dan tatakan. Dalam kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong ini, jumlah gentong plastik kapasitas 60 – 80 kg dan luas terpal yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan silase daun singkong yang dapat dilihat pada Lampiran 3, serta jumlah pisau dan tatakan yang digunakan adalah sejumlah 3 sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang

52

membuat silase daun singkong pada penelitian Noveanto (2013). Harga- harga peralatan investasi diperoleh di wilayah Dramaga saat penelitian Februari 2014, harga gentong plastik adalah Rp 70 000.00, harga terpal dengan ukuran 4m x 4m adalah Rp 110 000.00, harga tatakan kayu adalah Rp 3 500.00, dan harga pisau adalah Rp 10 000.00.

Tabel 21 Biaya investasi pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong berdasarkan skala usaha (rupiah)

No Komponen Biaya Investasi Skala I II III 1 Lahan Rp2 127 500.00 Rp4 008 333.33 Rp4 008 333.33 2 Kandang Rp1 000 000.00 Rp1 000 000.00 Rp2 000 000.00 3 Gentong Plastik Rp 140 000.00 Rp 210 000.00 Rp 350 000.00 4 Terpal Rp 165 000.00 Rp 4 40 000.00 Rp 9 90 000.00 5 Tatakan Kayu Rp 10 500.00 Rp 10 500.00 Rp 10 500.00 6 Pisau Rp 30 000.00 Rp 30 000.00 Rp 30 000.00 Total Rp3 473 000.00 Rp5 698 833.33 Rp7 388 833.33 2)Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi selama satu periode. Secara umum, biaya operasional terbagi menjadi dua komponen, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak akan berubah meskipun terjadi perkembangan produksi, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan produksi sebuah usaha. Pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong dikeluarkan biaya-biaya variabel lain di luar kondisi aktual.

a. Biaya Tetap

Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha ternak domba di Desa Petir terdiri atas biaya listrik, biaya PBB, dan biaya bakalan domba. Total biaya tetap pada skala I sebesar Rp 2 802 015.56 per periode, pada skala II sebesar Rp 5 601 923.45 per periode, dan pada skala III biaya tetap per periodenya sebesar Rp 11 209 283.73. Besar biaya tetap pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong berbeda dengan pada kondisi aktual, hal ini disebabkan masa penggemukan yang dipersingkat, sehingga besar biaya untuk PBB dan biaya listrik menjadi lebih kecil dibandingkan dengan kondisi aktual. Rincian dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Biaya tetap pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun

singkong berdasarkan skala usaha dalam satu periode (rupiah)

Skala Biaya Listrik Biaya PBB Biaya Bakalan Domba Biaya Transport Total I 1 782.00 233.56 2 800 000.00 210 333.33 3 037 015.56 II 1 188.00 735.45 5 600 000.00 210 333.33 5 836 923.45 III 5 702.40 3 581.33 11 200 000.00 210 333.33 11 444 283.73

53 Tabel 22 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan biaya listrik pada setiap skala, dikarenakan penggunaan listrik tidak dilakukan setiap peternak di Desa Petir. Nilai biaya penggunaan listrik didasarkan pada rata-rata lama penggunaan selama 4 bulan dikalikan dengan jumlah lampu yang digunakan, dikalikan dengan daya lampu yang digunakan yaitu 5 watt, dibagi kwh 1000, lalu dikalikan dengan tarif dasar listrik (TDL) yang digunakan. Rata-rata lama penggunaan lampu selama 4 bulan dapat dilihat pada Lampiran 3. Pada biaya PBB pun muncul perbedaan nilai, hal tersebut dikarenakan luasan lahan yang digunakan untuk usaha ternak tergantung pada kemampuan masing-masing peternak, selain itu pembayaran PBB pun didasarkan pada kelas lahan bumi dan bangunan. Sehingga, biaya PBB diperoleh dari perhitungan luas lahan yang dimiliki dibagi dengan luas lahan yang digunakan untuk kegiatan usaha ternak, dikalikan dengan biaya PBB per tahun, lalu dibagi 3 periode penggemukan. Kemudian, biaya bakalan domba didasarkan pada jumlah domba yang digemukkan. Sedangkan, biaya transport terbagi menjadi biaya transport untuk pembelian peralatan investasi+molases dan biaya transport untuk pembelian daun singkong. Biaya transport pembelian daun singkong sebesar Rp 33 000.00 per satu kali pembuatan silase daun singkong, sehingga biaya transport 6 kali pembelian daun singkong adalah sebesar Rp 198 000.00. Kemudian, biaya pembelian peralatan investasi dan molases adalah sebesar Rp 37 000.00 per tahunnya,

sehingga biaya transport pembelian peralatan per periode adalah Rp 12 333.33.

b. Biaya Variabel

Biaya variabel pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong yang dikeluarkan bersumber dari biaya tenaga kerja, pembelian rumput gajah, pembelian daun singkong, pembelian molases, pembelian obat-obatan, pembelian karung, pembelian sabun colek, biaya komunikasi, pembelian plastik tahan panas, dan pembelian trash bag. Tabel 23 menunjukkan kebutuhan rumput gajah, daun singkong, tenaga kerja, obat-obatan, sabun colek, dan plastik tahan panas.

Tabel 23 Kebutuhan beberapa input per ekor pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong

No Komponen Biaya Harga/satuan Jumlah

1 Rumput Gajaha Rp 225.00 1 350.75

2 Daun Singkonga Rp 750.00 790.12

3 Molasesa 39.51

4 Upah Tenaga Kerjab

- Pembuat Pakan Rp 150.00 426.67 - Pemberi Pakan Rp 150.00 1.74 - Memandikan Domba Rp 150.00 17.02

5 Obat-obatanc 4.63

7 Sabun Colekd Rp 1 000.00 0.50 8 Plastik Tahan Panase Rp 400.00 1.09

Keterangan: agram per hari; bmenit per 1kali kegiatan; cribu per 6 bulan; dbungkus per 1kali memandikan; elembar per hari

54

Biaya pembelian rumput gajah, daun singkong, dan molases didasarkan pada perhitungan kebutuhan pakan pada domba, yaitu kebutuhan bobot kering (BK) pakan domba adalah sebanyak 3.5% bobot badan. BK pada rumput gajah adalah sebesar 19.9% bobot basah pakan (BBP) dan BK pada silase daun singkong adalah sebesar 24% BBP. Berdasarkan hal tersebut, maka kebutuhan rumput gajah per ekor per harinya diperoleh dengan perhitungan bobot domba dikalikan dengan 3.5%, 60%, dan 100, lalu dibagi 19.90, sehingga rata-rata kebutuhan rumput gajah per hari adalah sebesar 1 350.75 gram per ekor. Sedangkan kebutuhan silase daun singkong per ekor per harinya diperoleh dengan perhitungan bobot domba dikalikan 3.5%, 40%, dan 100, lalu dibagi 24.00, sehingga rata- rata kebutuhan silase daun singkong per hari adalah 746.67 gram per ekor. Dari perhitungan kebutuhan silase daun singkong harian dapat diketahui kebutuhan daun singkong harian, yaitu kebutuhan silase daun singkong harian dibagi 1.05 (100% bobot daun singkong + molases 5%), kemudian hasilnya dibagi 0.9 (bobot daun singkong akan turun sekitar 10% setelah menjadi silase), sehingga rata-rata kebutuhan daun singkong per hari adalah sebesar 790.12 gram per ekor. Kemudian setelah diketahui kebutuhan daun singkong per ekor maka akan diperoleh kebutuhan molases per ekornya, yaitu 39.51 gram per ekor per hari yang diperoleh dari 5% dikalikan bobot daun singkong.

Beberapa komponen tidak mengalami perubahan, obat-obatan dan sabun colek yang dibutuhkan per ekor tidak mengalami perubahan pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong. Hal tersebut disebabkan oleh tidak ada perubahan jumlah ternak dalam satu periode penggemukan. Sedangkan, tenaga kerja yang dibutuhkan mengalami perubahan pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong. Proses pemotongan daun singkong sebanyak 20 kg dengan menggunakan 3 tenaga kerja membutuhkan waktu 3 jam, dan proses pencampuran molases dengan daun singkong beserat pengemasan membutuhkan waktu 3 jam dengan 3 tenaga kerja. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk membuat silase daun singkong yang dibutuhkan 1 ekor domba adalah 426.67 menit atau setara dengan 7 jam. Selain itu, untuk membuat pakan silase daun singkong dibutuhkan juga plastik tahan panas. Kebutuhan plastik tahan panas per ekor adalah 1.09 atau 1 lembar, yang diperoleh dari total bobot daun singkong, rumput gajah, dan molases yang dibutuhkan per ekor dibagi dengan 2 000 gram kapasitas plastik.

Biaya variabel lain yang dibutuhkan pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong adalah trash bag, karung, dan biaya komunikasi. Jumlah trash bag yang dibutuhkan disesuaikan dengan jumlah gentong yang dibutuhkan dalam satu kali pembuatan pakan silase daun singkong. Misalnya, usaha ternak skala I membutuhkan 2 gentong, satu untuk penyimpanan dan satu untuk pembuatan silase untuk 3 minggu berikutnya, sehingga trash bag yang dibutuhkan dalam satu periode adalah sebanyak 6 buah yang harga belinya Rp 4 000.00 per lembarnya. Selain itu, pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun

55 singkong muncul biaya komunikasi, hal ini dikarenakan untuk memperoleh daun singkong diperlukan komunikasi dengan tengkulak singkong di wilayah Gunung Leutik. Biaya komunikasi diperoleh dengan asumsi perhitungan rata-rata biaya sms provider sebesar Rp 200.00 dikalikan 2 kali sms (menghubungi tengkulak dan konfirmasi setiap sekali pembelian daun singkong) dan dikalikan 6 kali pembuatan pakan silase daun singkong dalam satu periode.

Dari perhitungan Tabel 23 dan nilai rata-rata pada Lampiran 3 dapat diperoleh total biaya variabel pada masing-masing skala. Total biaya variabel yang dikeluarkan pada skala I sebesar Rp 4 070 863.48, pada

skala II sebesar Rp 7 648 381.35 dan pada skala III sebesar Rp 15 673 7878.24. Rincian biaya variabel pada masing-masing skala

dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Biaya variabel pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong berdasarkan skala usaha dalam satu periode (rupiah)

No Komponen Biaya Skala I Skala II Skala III 1 Rumput Gajah 153 175.48 306 350.95 620 360.68 2 Daun Singkong 282 240.00 564 480.00 1 143 072.00 3 Molases 65 856.00 131 712.00 266 716.80 4 Upah Tenaga Kerja

- Pembuat Pakan 3 048 192.00 6 096 384.00 12 345 177.60 - Pemberi Pakan 360 000.00 300 000.00 720 000.00 - Memandikan Domba 9 000.00 36 000.00 52 200.00 5 Obat-obatan 18 000.00 31 000.00 79 800.00 6 Karung 20 000.00 20 000.00 45 000.00 7 Sabun Colek 3 000.00 9 000.00 21 000.00 8 Komunikasi 2 400.00 2 400.00 2 400.00 10 Plastik Tahan Panas 80 000.00 158 054.40 320 060.16 11 Trash Bag 24 000.00 24 000.00 48 000.00 12 Lampu 5 000.00 5 000.00 10000.00 4 070 863.48 7 684 381.35 15 673 787.24

c. Biaya Pinjaman

Pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong, diasumsikan peternak yang melakukan pinjaman tetap melakukan pinjaman seperti pada kondisi aktual. Biaya pinjaman sebesar 50% dari selisih nilai jual domba setelah penggemukan dengan nilai beli domba bakalan. Sehingga tidak ada perbedaan dengan kondisi aktual, bahwa umumnya peternak yang melakukan pinjaman merupakan peternak yang tergolong skala III, dengan besar pinjaman rata-rata sebesar Rp 4 900 000.00.

56

Analisis Laba Rugi Kondisi Adanya Introduksi Pakan Silase Daun Singkong Analisis laba rugi pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong memperlihatkan kinerja usaha ternak dengan adanya introduksi pakan silase daun singkong dan menerapkan skenario T3 sebagai pakan dalam periode tertentu. Komponen dalam analisis laba rugi ini sama dengan komponen dalam laba rugi kondisi aktual. Seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya bahwa nilai biaya investasi dalam arus kas diproyeksikan ke dalam bentuk penyusutan per periode dengan besarnya pada skala I adalah Rp 195 166.67, pada skala II adalah Rp 294 611.11, dan pada skala III adalah Rp 604 611.11. Perhitungan penyusutan pada skala I, skala II, dan skala III secara berurutan dapat dilihat pada Lampiran 19, Lampiran 20, dan Lampiran 21.

Pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong menghasilkan

nilai rugi pada setiap skala. Besar rugi yang diterima pada skala I adalah Rp (2 418 379.04), pada skala II sebesar Rp (4 046 249.25), dan pada skala III

sebesar Rp (5 113 015.42). Perhitungan analisis laba rugi kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong pada skala I, skala II, dan skala III secara berurutan dapat dilihat pada Lampiran 22, Lampiran 23, dan Lampiran 24. Dapat dilihat dari hasil tersebut bahwa introduksi pakan silase daun singkong secara individu tidak efektif dan efisien digunakan pada usaha ternak domba di Desa Petir. Hal tersebut dikarenakan diperlukan peralatan-peralatan tambahan dan pembuatan pakan yang membutuhkan waktu yang lama. Selain itu, semakin banyak jumlah ternak yang digemukkan maka semakin lama waktu dan atau semakin banyak jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam pembuatan pakan silase daun singkong tersebut.

Penggunaan pakan silase daun singkong pada kegiatan usaha ternak domba di Desa Petir akan lebih baik dilakukan secara berkelompok. Introduksi pakan silase daun singkong yang diterapkan secara individu pada masing-masing usaha ternak memang memberikan manfaat lebih, namun pengeluaran biayanya pun lebih besar. Sehingga, laba pada kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong ini bernilai negatif.

Analisis Kriteria Kelayakan Finansial Kondisi Adanya Introduksi Pakan Silase Daun Singkong

Introduksi pakan silase daun singkong membutuhkan peralatan-peralatan baru yang juga akan meningkatkan besar biaya yang dikeluarkan. Besar pengaruh biaya tersebut perlu dianalisis guna mengetahui besar manfaatnya. Hasil pada analisis laba rugi kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong menunjukkan bahwa ketiga skala usaha mengalami rugi. Hal tersebut juga ditunjukkan pada kelayakan finansial pada saat kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong yang dapat dilihat pada Tabel 25.

Pada skala I diperoleh nilai NPV sebesar Rp (15 170 280.43)≤ 0; IRR tidak teridentifikasi karena perolehan sepanjang umur bisnis mengalami kerugian; Net B/C sebesar 0 yang diakibatkan tidak adanya nilai PV positif; Gross B/C sebesar 0.63 < 1; dan PP yang tidak dapat dihasilkan dikarenakan rata-rata manfaat bersih bernilai negatif, pada skala II diperoleh nilai NPV sebesar Rp (25 600 629.41)≤

57 0; IRR tidak teridentifikasi karena perolehan sepanjang umur bisnis mengalami kerugian; Net B/C sebesar 0 yang diakibatkan tidak adanya nilai PV positif; Gross B/C sebesar 0.67 < 1; dan PP yang tidak dapat dihasilkan dikarenakan rata-rata manfaat bersih bernilai negatif, dan pada skala III diperoleh nilai NPV sebesar Rp (31 740 124.17) ≤ 0; IRR tidak teridentifikasi karena perolehan sepanjang umur bisnis mengalami kerugian; Net B/C sebesar 0 yang diakibatkan tidak adanya nilai PV positif;Gross B/C sebesar 0.80 > 1; dan PP yang tidak dapat dihasilkan dikarenakan rata-rata manfaat bersih bernilai negatif. Perhitungan analisis kelayakan pada skala I, skala II, dan skala III secara berurutan dapat dilihat pada Lampiran 25, Lampiran 26, dan Lampiran 27.

Tabel 25 Hasil analisis kelayakan finansial adanya introduksi pakan silase daun singkong

Skala Kriteria Nilai Indikator

kelayakan Hasil kelayakan I NPVa (15 170 280.43) > 0 Tidak Layak

IRRb - < 0.12 Tidak Layak Net B/C 0.00 > 1 Tidak Layak Gross B/C 0.63 > 1 Tidak Layak PPc - < 6 Tidak Layak II NPVa (25 600 629.41) > 0 Tidak Layak IRRb - < 0.12 Tidak Layak Net B/C 0.00 > 1 Tidak Layak Gross B/C 0.67 > 1 Tidak Layak PPc - < 6 Tidak Layak III NPVa (31 740 124.17) > 0 Tidak Layak IRRb - < 0.12 Tidak Layak Net B/C 0.00 > 1 Tidak Layak Gross B/C 0.80 > 1 Tidak Layak PPc - < 6 Tidak Layak

Keterangan: aDalam rupiah; bDalam persen; cDalam periode

Hasil analisis kelayakan investasi kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan pada usaha ternak domba di Desa Petir tidak layak untuk dijalankan. Hasil kelayakan berdasarkan indikator yang ada menunjukkan tidak layak. Nilai investasi yang dilakukan tidak sebanding dengan nilai biaya yang dikeluarkan. Oleh sebab itu, sebaiknya investasi pembuatan pakan silase daun singkong secara individu tidak dilakukan.

Analisis Incremental Net Benefit

Analisis studi kelayakan bisnis terutama yang bergerak di bidang pertanian membedakan antara arus komponen biaya dan manfaat antara kondisi dengan (with) dan tanpa (without) bisnis. Perbedaan besaran angka kondisi tanpa dan

58

dengan bisnis merupakan besaran sebenarnya yaitu sebagai pengaruh kondisi yang dihasilkan oleh adanya investasi baru atau kondisi yang dihasilkan oleh adanya suatu bisnis. Perhitungan besaran ini dilakukan untuk melihat perbandingan antara usaha ternak domba pada kondisi aktual, yaitu tanpa menggunakan pakan silase daun singkong dan usaha ternak domba pada saat kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong, yaitu dengan adanya introduksi pakan silase daun singkong. Hasil grafik dari perhitungan incremental net benefit ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Grafik Net Benefit kondisi aktual dan kondisi adanya introduksi pakan silase daun singkong

Hasil dari grafik pada Gambar 4menunjukkan bahwa adanya introduksi pakan silase daun singkong usaha ternak domba tidak memberikan manfaat pada usaha ternak. Pengembangan usaha yang direncanakan dengan introduksi pakan silase daun singkong yang dibuat secara individu pada masing-masing usaha ternak justru mengakibatkan kerugian secara finansial. Pada skala III sangat terlihat bahwa dengan adanya introduksi pakan silase daun singkong nilai manfaat bersih menjadi turun sangat tajam, padahal pada kondisi aktual nilai manfaat bersih yang diterima bernilai positif. Nilai incremental net benefit pada skala I sebesar Rp (6 209 411.33), pada skala II sebesar Rp (28 579 243.25), dan pada skala III sebesar Rp (52 192 018.52). Sedangkan nilai PV incremental net benefit

pada skala I sebesar Rp (2 395 450.31), skala II sebesar Rp (16 436 391.14), dan pada skala III sebesar Rp (33 172 435.64). Perhitungan nilai incremental bet

benefit dapat dilihat pada Lampiran 28.