Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, dengan fokus lokasi penelitian pada wilayah RW 04 dan RW 05. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan kedua RW tersebut dinyatakan sebagai wilayah fokus ternak domba dibandingkan wilayah lainnya, serta adanya introduksi pakan silase daun singkong pada usaha ternak domba di Desa Petir sehingga hal ini perlu dilakukan penelitian mengenai kelayakan usaha. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari 2014.
Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan berasal dari data primer dan data sekunder. Jenis data primer berasal dari informasi yang diperoleh secara langsung dari pemilik usaha ternak domba di Desa Petir pada berbagai skala usaha, serta pihak-pihak terkait. Data sekunder berasal dari sumber-sumber yang telah ada baik melalui media elektronik, maupun media cetak, dan dokumen- dokumen dari beberapa instansi terkait.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi dan wawancara secara langsung kepada beberapa peternak domba di Desa Petir dalam berbagai skala usaha yang ditentukan secara purposive yaitu responden pada skala I adalah peternak dengan jumlah ternak domba sebesar 3 dan 5 ekor, responden pada skala II adalah peternak dengan jumlah ternak 6, 8, dan 10 ekor, sedangkan responden pada skala III adalah peternak dengan jumlah ternak 11, 13, 15, 17, dan 25 ekor. Penentuan jumlah ternak dilakukan untuk mendapatkan sebaran biaya di setiap skala. Selain itu, dilakukan juga wawancara dengan pihak-pihak terkait, seperti penampung domba hasil penggemukan (tengkulak), warga sekitar, dan aparatur desa. Kemudian data sekunder diperoleh dengan melakukan penelusuran pustaka- pustaka terkait baik melalui internet maupun melalui media cetak, selain itu data sekunder diperoleh juga dengan mendatangi instansi terkait data yang dibutuhkan.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen, aspek teknis, dan aspek dampak lingkungan. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan aspek finansial usaha ternak domba di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor melalui kriteria kelayakan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-
22
Benefit, dan Payback Period yang diolah dengan Microsoft Office Excel 2007. Perhitungan biaya dan manfaat disusun dalam bentuk cashflow.
Aspek Non Finansial Aspek Hukum
Aspek hukum dianalisis dengan meninjau segala bentuk perizinan yang dilakukan peternak di Desa Petir. Beberapa dokumen bentuk perizinan yang penting untuk ditinjau diantaranya KTP pemilik usaha ternak, sertifikat lahan yang diusahakan, izin pada pemerintah setempat, izin gangguan, dan lain-lain. Peternak yang telah melakukan perizinan sebelum melakukan usaha maka berdasarkan aspek hukum usaha ternaknya dinyatakan layak, sedangkan peternak yang tidak melakukan perizinan dinilai tidak layak berdasarkan aspek hukum. Aspe Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar ditinjau berdasarkan permintaan domba dan penawaran di tingkat Desa Petir. Permintaan diproyeksikan dari jumlah populasi domba yang dihadapi penampung (tengkulak) hasil ternak domba di Desa Petir. Penawaran pasar dianalisis dengan cara menghitung realisasi penjualan peternak domba di Desa Petir. Aspek pasar dinyatakan layak jika terdapat potensi pasar domba yang tercermin dari jumlah permintaan yang lebih tingggi daripada jumlah produksi yang dihasilkan. Pada aspek pasar juga dalam memenuhi kebutuhan pasar yang ada maka perlu dianalisis bauran pemasaran yang diterapkan para peternak domba di Desa Petir. Aspek pemasaran dinyatakan layak jika usaha ternak memiliki strategi pemasaran yang jelas dan efektif untuk mencapai penjualan yang lebih tinggi.
Aspek Teknis
Aspek teknis dianalisis secara deskriptif dengan melihat kebutuhan bahan baku, peralatan pada peternak domba, dan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses penggemukan domba yang dapat dilakukan, terkait lokasi usaha, luas produksi, layout produksi, dan pemilihan jenis teknologi yang digunakan. Subagyo (2007) menyatakan bahwa indikator kelayakan sebuah usaha untuk dijalankan dari aspek teknis adalah jika secara teknis usaha tersebut dapat dilakukan dan suistainable (berkelanjutan). Hal ini berarti sebuah usaha harus memiliki lokasi usaha, luas produksi, layout produksi, dan pemilihan jenis teknologi yang mampu menunjang pelaksanaan usaha.
Aspek Manajemen
Pelaksanaan kegiatan produksi penggemukan domba pada peternak di Desa Petir cukup sederhana, namun perlu diketahui seberapa efektif tanggung jawab dan wewenang masing-masing tenaga kerja keluarga. Analisis ini dapat dilihat berdasarkan sesuai tidaknya proyek dengan pola kerja pihak yang terlibat dan kesanggupan atau keahlian staf yang ada untuk mengelola usaha. Analisis ini digunakan secara kualitatif untuk melihat apakah fungsi manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan operasional suatu usaha. Suatu usaha dinyatakan layak jika terdapat kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan bisnis, menggunakan
23 sistem manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan memiliki pembagian serta deskripsi tugas yang jelas, sehingga mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Aspek Sosial
Analisis pada aspek sosial dilihat berdasarkan perkiraan dampak yang akan timbul atas berdirinya usaha ternak domba di Desa Petir pada kondisi sosial masyarakat, lingkungan maupun terhadap manfaat-manfaat dari adanya suatu kegiatan usaha yang sudah berjalan. Selain itu, dilihat pula bagaimana usaha ternak berpengaruh pada penambahan kesempatan kerja atau pengangguran, pemerataan kesempatan kerja. Umar (2005) menyatakan bahwa hendaknya bisnis memiliki manfaat-manfaat sosial yang dapat diterima masyarakat, seperti membuka lapangan kerja baru, melaksanakan alih teknologi, meningkatkan mutu hidup, dan pengaruh positif.
Aspek Dampak Lingkungan
Aspek dampak lingkungan dianalisis dengan melihat dampak lingkungan yang akan muncul karena berdirinya usaha ternak domba di Desa Petir, selain itu melihat bagaimana pengolahan limbah dilakukan. Dampak lingkungan yang dilihat bisa berdasarkan pengaruh usaha pada tanah, air, udara, dan kesehatan manusia yang bekerja di dalam perusahaan ataupun di lingkungan sekitar. Sebuah usaha dikatakan layak dari aspek dampak lingkungan jika kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan ide bisnis dan mampu memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkandampak negatifnya di wilayah tersebut.
Aspek Finansial
Studi kelayakan finansial yang dilakukan adalah untuk menganalisis usaha ternak yang dilakukan beberapa peternak di Desa Petir dengan skala usaha yang berbeda. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam melakukan suatu evaluasi terhadap investasi proyek adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross
B/C), Payback Period, dan Incremental Net Benefit.
1) Net Present Value (NPV)
Net Present Value menunjukkan nilai manfaat bersih pada tingkat diskonto
tertentu. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari nol (Nurmalina et al. 2009). Jika NPV sama dengan nol maka bisnis tetap dapat dilaksanakan, namun dapat mengurangi efisiensi dan efektifitas perusahaan karena tidak ada keuntungan yang didapat perusahaan. Apabila NPV lebih kecil dari nol maka bisnis sebaiknya tidak dijalankan karena akan menimbulkan kerugian pada perusahaan. Persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai NPV adalah sebagai berikut
NPV = t- t 1 i t n
t 1 Keterangan :
NPV = nilai bersih sekarang (Rupiah) Ct= biaya pada tahun ke-t (Rupiah)
Bt = manfaat pada tahun ke-t (Rupiah) i = tingkat diskonto (%)
24
2) Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan tingkat pengembalian internal
dari investasi selama umur proyek yang bertujuan untuk mengetahui presentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahun dan menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman (Gittinger 1986). Kelayakan investasi dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto. Apabila IRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai IRR adalah sebagai berikut
IRR = i1 +
1
1- 2 x (i2– i1)
Keterangan :
IRR = tingkat internal hasil (%)
NPV1 = nilai bersih sekarang bernilai positif (Rupiah)
NPV2 = nilai bersih sekarang bernilai negatif (Rupiah)
i1 = tingkat diskonto menghasilkan NPV positif (%)
i2 = tingkat diskonto menghasilkan NPV negatif (%)
3) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net B/C atau Net Benefit - Cost Ratio menunjukkan besar manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al. 2009). Nilai Net B/C lebih dari atau sama dengan satu dinyatakan layak. Persamaan perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut Net B/C =
;
Keterangan :Bt = penerimaan (benefit) pada tahun ke-t (Rupiah)
Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t (Rupiah)
n = umur proyek (Tahun) i = tingkat diskonto (%)
4) Gross B/C Ratio
Gross B/C ratio merupakan gambaran pengaruh besaran satu satuan biaya
terhadap manfaat yang diterima (Nurmalina et al. 2009). Suatu usaha dinyatakan layak jika memiliki nilai Gross B/C ratio lebih dari satu. Secara matematis Gross B/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut
Gross B/C = Keterangan:
Bt = penerimaan (benefit) pada tahun ke-t (Rupiah) Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t (Rupiah)
n = umur proyek (Tahun) i = tingkat diskonto (%)
25
5) Payback Period
Payback Period digunakan pedoman untuk menentukan suatu proyek
yang akan dipilih adalah proyek yang investasi dapat cepat dikembalikan. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan Payback Period adalah sebagai berikut
PP = Keterangan :
I = Jumlah modal investasi (Rupiah)
Ab = Manfaat bersih rata-rata per tahun (Rupiah)
6) Incremental Net Benefit
Untuk mengetahui manfaat bersih tambahan yang dihasilkan dari suatu proyek dapat diketahui dengan mengurangi manfaat bersih with bisnis dengan manfaat bersih without bisnis. Persamaan yang digunakan dalam perhitungan nilai Incremental Net Benefit adalah sebagai berikut
Incremental Net Benefit = NB2– NB1
Keterangan:
NB1 = Manfaat bersih dengan bisnis
NB2 = Manfaat bersih tanpa bisnis
Analisis Switching Value
Analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur
“perubahan maximum” dari adanya perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau adanya perubahan komponen outflow
(peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang dapat ditoleransi agar usaha masih tetap layak.
Penelitian usaha penggemukan yang dilakukan peternak domba di Desa Petir ini melakukan uji kepekaan terhadap setiap perubahan kenaikan harga input
dan output. Harga input berupa biaya tenaga kerja dan output adalah penurunan harga jual ternak. Perhitungan switching value ini diperlukan karena biaya input
dan harga jual ternak suatu waktu dapat berubah.
Asumsi Dasar dalam Analisis
1) Modal yang digunakan para peternak domba di Desa Petir merupakan modal sendiri dan pinjam ke kerabat dengan bunga pinjaman sebesar 50 persen dari selisih harga jual domba hasil penggemukan dengan harga bakalan domba, yaitu Rp 250 000.00 per ekor.
2) Tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga kredit BRI 12%. Dikarenakan suku bunga pinjaman dari kerabat tidak diketahui secara pasti, maka digunakan suku bunga kredit bank resmi terdekat. 3) Komponen inflow dan outflow pada analisis finansial diperhitungkan dengan merata-ratakannya. Nilai dari setiap komponen yang terdapat pada inflow dan
outflow diperoleh dari wawancara pada responden.
4) Biaya tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan dan diasumsikan sama dengan rata-rata upah biaya tenaga kerja luar di wilayah tersebut, yaitu sebesar
26
Rp 45 000.00 per hari selama 5 jam, sehingga diperhitungkan biaya tenaga kerja per jamnya sebesar Rp 9 000.00
5) Masa penggemukan domba sebelum menggunakan pakan silase daun singkong dianggap sama yaitu 6 bulan, sedangkan masa penggemukan domba sesudah menggunakan pakan silase daun singkong dianggap sama yaitu 4 bulan.
6) Jumlah domba pada setiap skala yang digemukkan pada setiap masa penggemukan diasumsikan sama dan penjualan dilakukan setelah satu periode selesai dan domba habis terjual dengan sistem penjualan tongkrong (menerka bobot domba yang akan dijual).
7) Umur ekonomis usaha penelitian ini 3 tahun berdasarkan umur kandang. 8) Harga input dan output yang digunakan dianggap konstan, yaitu saat waktu
penelitian dilakukan pada bulan Februari 2014. 9) Penyusutan dihitung dengan metode garis lurus yaitu:
Penyusutan = Nilai beli – nilai sisa
Umur ekonomis
10)Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008, pasal 17 ayat 2a yaitu dengan tariff pajak sebesar 25% dari penghasilan usaha.
11)Harga domba bakalan Rp 700 000.00 pada bulan Februari 2014.
12)Penerimaan terdiri atas penjualan domba di penampung (tengkulak) domba dengan harga Rp 1 200 000.00 per ekor pada bulan Februari 2014 dan penjualan atas pupuk dengan harga Rp 5 000.00 per karung.
13)Perubahan pada analisis switching value diasumsikan hanya mempengaruhi satu komponen.