• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Hukum

Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa bentuk usaha yang dijalankan para peternak domba di Desa Petir adalah bentuk usaha perseorangan. Kepemilikan dokumen-dokumen bentuk perizinan usaha ternak yang dimiliki peternak domba di Desa Petir kurang lengkap. Dokumen bentuk perizinan berupa KTP, sertifikat lahan dimiliki setiap pemilik ternak, dan para peternak pun membayar PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) atas tanah berdirinya usaha ternak yang sedang dijalankan. Sedangkan, untuk bentuk-bentuk perizinan pada pemerintah setempat (RT, RW, atau Kelurahan), izin gangguan, dan lainnya tidak dimiliki para peternak.

Berdasarkan wawancara, perizinan usaha di wilayah Desa Petir perlu dilakukan terutama bagi usaha yang akan menimbulkan gangguan pada lingkungan sekitar. Tidak adanya perizinan secara legal yang dilakukan peternak disebabkan karakter di perkampungan yang tidak begitu memperhatikan bentuk- bentuk perizinan dalam melakukan usahanya. Selain itu, mereka menganggap bahwa warga dengan para aparatur pemerintahan wilayah setempat sudah saling mengetahui kegiatan usaha yang dilakukan para warga. Penduduk sekitar yang tidak melakukan usaha ternak pun tidak merasa terganggu dengan keberadaan ternak tersebut. Dengan kata lain, usaha ternak domba di Desa Petir secara aspek hukum dinyatakan tidak layak.

Adanya limbah dari kegiatan usaha ternak domba dapat menimbulkan gangguan pada lingkungan. Selain itu, kegiatan memandikan domba yang dilakukan langsung di sungai dalam jangka panjang dapat mempengaruhi ekosistem air sungai, terlebih jika jumlah usaha ternak domba dan jumlah ternak domba semakin banyak. Adanya permasalahan tersebut, maka perizinan usaha ternak domba di Desa Petir perlu dikontrol dan diperketat. Hal tersebut memerlukan dukungan yang kuat dari pemerintah setempat. Pemerintah setempat perlu melakukan pengontrolan secara berkala atau sosialisasi tahapan perizinan dan dampak yang akan berlangsung jika perizinan usaha tidak dilakukan. Sehingga masyarakat setempat peduli akan pentingnya perizinan usaha.

Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Pasar

Permintaan pasar terhadap domba cukup tinggi dan cenderung meningkat setiap tahunnya, serta belum bisa terpenuhi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan adanya kekurangan produksi daging domba di pulau Jawa yang dapat dilihat pada

30

Tabel 3. Dilihat dari kebutuhan pasar di Desa Petir, permintaan akan domba di Desa Petir pun tidak sebanding dengan produksi yang dihasilkan peternak domba di Desa Petir. Rata-rata kebutuhan domba di tingkat tengkulak lebih besar daripada rata-rata produksi domba di Desa Petir.

Tabel 9 Rata-rata kebutuhan dan produksi domba di Desa Petir setiap tahun berdasarkan penampung (ekor)

Rata- rata Kebutuhan Produksi

P1 4 590 1 020

P2 2 550 510

P3 3 380 770

P4 3 380 590

Keterangan: Pi = Penampung

Berdasarkan aspek pasar usaha ternak domba layak untuk dijalankan. Tabel 9 menunjukkan bahwa domba hasil penggemukan yang dibeli para tengkulak tidak memenuhi kebutuhan para tengkulak. Selain itu, jumlah permintaan dapat berubah ketika menghadapi musim Hari Raya Idul Adha, namun hasil wawancara dengan peternak menunjukkan tidak ada perubahan jumlah ternak pada musim tersebut. Kebutuhan domba yang tidak terpenuhi diperoleh penampung dari wilayah lain di sekitar Desa Petir. Hal ini mengindikasikan adanya produsen atau peternak domba yang berdomisili di wilayah sekitar Desa Petir. Keberadaan peternak domba di wilayah sekitar Desa Petir menunjukkan adanya pesaing di wilayah sekitar. Apabila peternak domba di Desa Petir tidak meningkatkan produksinya atau bahkan lebih buruk, maka perolehan market

share peternak domba di Desa Petir akan semakin kecil.

Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran meninjau bauran pemasaran yang diterapkan pelaku usaha. Pemasaran berusaha menciptakan produk dan mempertukarkan produk baik barang maupun jasa kepada konsumen. Karena itu, pemasaran tidak terlepas dari bauran pemasaran yang diterapkan sebuah bisnis. Bauran pemasaran merupakan kombinasi produk (product), tempat (place), harga (price), dan promosi

(promotion) yang merupakan inti dari sistem pemasaran yang dapat dikendalikan

oleh pengelola usaha. Dengan mengetahui bauran pemasaran yang diterapkan, pelaku usaha dapat melakukan pengembangan-pengembangan ke depannya agar keberlangsungan usaha ternak dapat berjalan dengan lebih baik. Dilihat dari bauran pemasaran yang dilakukan peternak domba di Desa Petir, usaha ternak domba di desa Petir layak untuk dijalankan.

Pada strategi produk (product), domba yang umumnya digemukkan di Desa Petir adalah domba ekor tipis (DET) dengan periode masa penggemukan selama 6 bulan, namun dari beberapa ternak juga terdapat domba ekor gemuk (DEG). Tengkulak di Desa Petir sebagai penyedia input bakalan sekaligus penampung domba tidak terlalu memperhatikan jenis domba yang mereka beli dari berbagai wilayah seperti Jonggol dan Subang. Oleh sebab itu, peternak domba di Desa Petir

31 dapat mengusahakan ternak domba dengan jenis yang berbeda. Wilayah Bogor dengan curah hujan yang cukup tinggi menimbulkan cuaca yang dingin. Kemampuan DET dapat bertahan dalam kondisi yang kurang baik (Wiliamson 1978), sehingga jenis domba yang digemukkan di Desa Petir adalah tepat.

Penetapan harga (price) domba di Desa Petir tergantung pada kondisi pasar dan tranaksi yang dilakukan antara peternak dan tengkulak di Desa Petir.

Umumnya untuk domba hasil penggemukan selama 6 bulan dihargai Rp 1 200 000.00 per ekor. Transaksi penetapan harga dilakukan langsung di

kandang peternak. Sedangkan transaksi penjualan pupuk dilakukan di kebun tani yang dihargai Rp 5 000.00 per karung. Transaksi penjualan domba yang dilakukan di kandang adalah tepat, karena untuk mengantar domba ke lokasi tempat tinggal tengkulak dibutuhkan kendaraan yang akan mengeluarkan biaya transportasi. Sama halnya dengan transaksi penjualan pupuk yang dilakukan di kebun tani, jika peternak menjual pupuknya di kandang harga jualnya hanya Rp 1 000.00 hingga Rp 2 000.00 per karung. Padahal peternak tidak memerlukan kendaraan untuk mengantar pupuk ke kebun, selisih harga tersebut dianggap sebagai upah angkut.

Tempat (place) dilakukannya usaha ternak dekat dengan input utama, yaitu rumput yang tersedia di wilayah Desa Petir. Begitu pula dengan pasar, distribusi domba yang dilakukan peternak domba di Desa Petir hanya sebatas lingkup desa. Hasil ternak domba yang digemukkan dipasarkan melalui tengkulak yang berdomisili di Desa Petir, kemudian tengkulak akan memasarkan ke pasar Ciampea Bogor. Dilihat berdasarkan strategi tempat, maka usaha ternak domba di Desa Petir layak untuk dijalankan.

Promosi (promotion) yang dilakukan peternak hanya sebatas dari mulut ke mulut. Tengkulak sebagai penyedia input dan penampung domba hasil penggemukan memudahkan peternak dalam memperoleh pasar. Tengkulak sebagai penyedia input dan penampung setiap minggunya akan berkeliling desa mengunjungi peternak yang membeli domba bakalan sekitar 4 – 6 bulan yang lalu. Apabila peternak yang tengkulak kunjungi belum bersedia menjual dombanya, maka tengkulak dengan mudah dapat memperoleh informasi peternak yang akan menjual dombanya dari peternak lainnya. Metode ini sangat efektif dilakukan di lingkungan peternak sehingga domba hasil penggemukan mereka mudah untuk dipasarkan.

Aspek Teknis

Lokasi usaha ternak domba berdekatan dengan sumber pakan yaitu rumput hijauan di wilayah sekitar, seperti yang telah dijelaskan pada bauran pemasaran tempat. Hal ini memudahkan kegiatan penyediaan input utama dalam kegiatan produksi. Wilayah Bogor dengan curah hujan yang tinggi pun tidak menjadi kendala teknis bagi DET. Kondisi cuaca dingin mengakibatkan kecenderungan mudah terkena penyakit pada ternak domba. Namun, dengan kemampuan DET di wilayah yang dingin akan lebih baik dibandingkan di wilayah yang cenderung panas (Wiliamson 1978). Dengan kata lain, dilihat dari segi lokasi usaha maka usaha ternak domba di Desa Petir layak untuk dijalankan.

Kandang berfungsi melindungi ternak domba dari pengaruh cuaca, gangguan manusia (pencurian), dan gangguan lainnya. Umumnya peternak domba

32

di Desa Petir sudah menggunakan kandang panggung beratap dengan ruang kamar untuk satu ekor ternak. Kandang panggung menciptakan ruang kamar kandang yang lebih bersih, sebab kotoran akan jatuh ke bawah tidak menumpuk di dasar kandang (Chaniago 1993). Selain itu, dengan menggunakan kandang panggung akan memudahkan peternak saat mengambil kotoran yang sudah menumpuk di bawah kandang. Sedangkan ruang kamar berfungsi sebagai pemisah antar ternak, sehingga ternak tidak berebut pakan. Ukuran ruang kamar setiap ekor sekitar 40 75 cm x 100 – 150 cm, sesuai dengan pernyataan Sutama dan Budiarsana (2009) bahwa kandang penggemukan merupakan kandang individual dengan ukuran yang relatif kecil sekitar 75 cm x 100 cm. Hal tersebut dilakukan untuk membatasi ruang gerak ternak, sehingga tingkat kehilangan energi pada ternak menjadi lebih rendah. Dengan kata lain, luasan produksi yang diterapkan peternak domba di Desa Petir layak.

Ketersediaan Pakan, Obat-obatan, dan Peralatan

Sumber pakan ternak domba di Desa Petir berupa rumput hijauan segar dari wilayah sekitar. Ketersediaannya mudah diperoleh di Desa Petir, seperti yang dijelaskan pada aspek pemasaran tempat bahwa tempat produksi berdekatan dengan input utama pakan. Umumnya peternak domba di Desa Petir yang pekerjaan utamanya sebagai petani akan mencari rumput seusai bertani, sama halnya dengan peternak domba yang pekerjaan utamanya bukan sebagai petani, mereka mencari rumput setelah pekerjaan utamanya selesai. Waktu yang dibutuhkan peternak untuk mencari rumput sekitar 30 menit per karung.

Input-input pendukung kegiatan usaha ternak domba adalah obat-obatan, vitamin, dan peralatan lainnya. Umumnya obat-obatan yang digunakan adalah tablet atau kapsul yang berfungsi sebagai penambah nafsu makan, selain itu beberapa peternak juga menggunakan jamu hewan yang dapat membantu pertumbuhan hewan dengan lebih baik dan menjaga kesehatan dari ternak domba. Peralatan ternak yang umum digunakan dalam kegiatan usaha ternak domba di Desa Petir adalah arit, asahan, dan sikat. Arit dan asahan berfungsi untuk memperoleh rumput, sedangkan sikat digunakan untuk kegiatan memandikan domba guna menjaga kesehatan dan kebersihan domba. Dilihat dari ketersediaan input, usaha ternak domba di Desa Petir layak untuk dijalankan.

Proses Produksi

1) Persiapan Kandang

Kandang dipersiapkan sebelum pembelian bakalan domba dilakukan. Ukuran kandang yang disediakan untuk setiap ternak sekitar 40−75 cm x 100−150 cm per kamar, sedangkan ukuran kandang secara menyeluruh tergantung pada jumlah ternak domba yang akan digemukkan. Untuk kandang yang telah digunakan penggemukan sebelumnya, maka persiapan kandang yang dilakukan adalah membersihkan kandang dari kotoran domba sebelumnya. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan dari bakalan domba yang akan dimasukkan ke dalam kandang. Beberapa peternak menggunakan lampu di luar kandang yang berfungsi untuk pengontrolan ternak di malam hari. Adapula yang menggunakan lampu di dalam kandang untuk menghangatkan kandang di malam hari.

33 2) Pembelian bakalan domba

Pembelian bakalan domba dilakukan dengan melakukan pemilihan domba yang dianggap baik oleh peternak domba. Harga bakalan domba tergantung terhadap bobot dan tanduk yang dimiliki domba. Namun rata- rata harga bakalan domba yang dibeli peternak merupakan domba sapihan yang memiliki bobot sekitar 8−10 kg dengan harga Rp 700 000.00.

3) Penggemukan dan pemeliharaan domba

Proses penggemukan domba meliputi pemberian pakan dan obat-obatan, serta memandikan domba. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sekitar

2−3 kali dalam sehari dengan sistem cut and carry, sistem tersebut baik dilakukan karena ternak tidak perlu mengeluarkan energi untuk memperoleh pakan (Chaniago 1993). Jumlah rumput yang digunakan tergantung pada jumlah ternak yang digemukkan dan umur domba, umumnya domba dengan umur 2 – 6 bulan akan diberi pakan 2 kali lipat dibandingkan dengan domba umur 0 – 2 bulan.. Sedangkan penggunaan obat-obatan yang dilakukan peternak cukup bervariatif, tergantung pada kemampuan masing-masing peternak. Beberapa peternak menggunakan obat-obatan tradisional, seperti telur ayam kampung ataupun obat-obatan yang dibeli dari penyedia input (tengkulak), seperti jamu hewan dan pil atau kapsul vitamin. Pemberian obat-obatan diberikan tergantung pada umur domba, untuk domba dengan umur 0 – 3 bulan diberikan ½ (setengah) pil per ekornya, sedangkan untuk domba dengan umur 3 – 6 bulan diberikan 1 pil per ekornya. Selain pemberian pakan dan obat-obatan, peternak juga memandikan ternak domba untuk menjaga kesehatan dan kebersihan domba, kegiatan memandikan domba umumnya dilakukan setiap 3 bulan sekali.

Layout Produksi

Letak kandang penggemukan domba yang dilakukan peternak di Desa Petir umumnya berada tidak jauh dari rumah tinggal, tata letak dapat dilihat pada Gambar 2. Letak kandang berada sekitar 2-7 meter dari rumah tinggal. Jarak kandang tersebut tergantung pada kepemilikan lahan peternak. Sedangkan, Hadi et al. (2006) menyatakan bahwa penempatan kandang ternak harus terpisah dari rumah, minimal berjarak 10–20 meter. Penyimpanan karung berisi pakan ternak cukup diletakkan di sekitar kandang, serta penampungan kotoran domba terletak di bawah kandang. Gambar 2 menunjukkan tata letak kandang dengan rumah tinggal dan layout kandang yang diterapkan usaha ternak domba di Desa Petir. Dilihat dari tata letak kandang dan layout produksi, usaha ternak domba ini kurang layak untuk dijalankan

34

Keterangan: (1,2) = Rumah Tinggal

(3,4,5) = Kandang penggemukan

Keterangan: (a) Kandang

(b) Lokasi penampungan kotoran (c) Tempat menyimpan karung pakan (d) Ruang kamar

(e) Tempat pakan

Aspek Manajemen

Aspek manajemen pada usaha ternak domba di Desa Petir meliputi sistem pembagian kerja yang diterapkan. Kegiatan usaha ternak yang dilakukan tidak memiliki sistem pembagian kerja. Pemilik usaha ternak berperan juga sebagai pengelola usaha ternak, beberapa peternak melakukan usaha ternak dibantu oleh anak laki-laki atau istri. Pembagian kerja yang dilakukan tidak jelas, tergantung pada waktu senggang yang dimiliki pengelola ternak. Hal tersebut diakibatkan pemilik atau pengelola usaha ternak memiliki pekerjaan utama di luar usaha ternak. Pengontrolan harian yang mudah dan skala usaha yang relatif kecil membuat peternak merasa pembagian kerja tidak terlalu dibutuhkan dalam kegiatan usaha ini. Pembagian kerja yang terlalu spesifik hanya akan mengingkatkan biaya tenaga kerja harian. Namun, dilihat dari aspek manajemen,

Gambar 2 Tata letak kandang dengan rumah tinggal (atas); Layout kandang (bawah)

35 usaha ternak domba di Desa Petir kurang layak dijalankan karena tidak menetapkan standar-standar kerja tertentu untuk mendukung efisiensi produksi.

Aspek Sosial

Peternakan domba rakyat di Desa Petir memberikan dampak yang baik bagi peternak dan masyarakat sekitar. Dampak positif yang diterima para peternak adalah dengan menggemukan domba mereka akan memperoleh uang tambahan di waktu penjualan domba dilakukan. Sedangkan dampak positif yang dirasakan masyarakat yaitu dengan keberadaan ternak domba di Desa Petir mendorong masyarakat lain untuk melakukan usaha tersebut, hal tersebut menunjukkan bahwa di mata masyarakat usaha tersebut menguntungkan pengelolanya. Selain itu, dengan dilakukannya usaha ternak ini masyarakat dapat memiliki pekerjaan di luar waktu pekerjaan utamanya. Dengan kata lain, usaha ternak domba di Desa Petir dilihat dari aspek sosial layak untuk dijalankan.

Aspek Dampak Lingkungan

Ternak domba menghasilkan kotoran berupa urin dan feses serta sisa pakan hijauan. Kotoran yang dihasilkan tersebut tidak dibuang begitu saja oleh peternak. Limbah kotoran tersebut diolah peternak menjadi pupuk organik dan dapat dijual kepada petani atau langsung dimanfaatkan peternak yang memiliki pekerjaan utama sebagai petani atau buruh tani. Pengolahan limbah ini dapat memberikan penghasilan tambahan bagi para peternak dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi wilayah sekitar, justru menjaga kesuburan tanah untuk bertani. Selain itu, dengan pemanfaatan limbah kotoran ini dapat menjaga kebersihan kandang.

Selain limbah kotoran, usaha ternak domba juga dapat menghasilkan limbah sabun jika ternak domba dimandikan. Domba dimandikan langsung di kali atau sungai, sehingga sabun yang dihasilkan ikut mengalir di aliran sungai. Umumnya proses memandikan domba dilakukan setiap 3 bulan sekali bahkan jika musim hujan panjang domba bisa tidak dimandikan, sehingga limbah yang dihasilkan tidak terus menerus. Di samping itu, letak kandang yang berdekatan dengan rumah tinggal dapat menimbulkan gangguan bau atau penyakit.

Secara menyeluruh dilihat dari aspek dampak lingkungan, saat ini usaha ternak domba di Desa Petir masih layak untuk dijalankan. Untuk mengatasi permasalahan limbah sabun dan bau, setiap pelaku usaha ternak domba harus melakukan perizinan usaha pada wilayah setempat. Hal tersebut dilakukan agar pemerintah setempat dapat melakukan pengontrolan sehingga kesehatan dan kelestarian lingkungan dapat terjaga.

Hasil Analisis Aspek Non Finansial

Secara umum hasil analisis aspek non finansial ditampilkan pada Tabel 10. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara aspek-aspek non finansial, tidak semua aspek memenuhi kriteria layak. Beberapa aspek yang yang memenuhi kriteria layak adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek sosial, dan aspek

36

lingkungan. Sedangkan beberapa aspek yang menunjukkan usaha yang tidak layak adalah aspek manajemen dan aspek hukum.

Tabel 10 Rangkuman analisis kelayakan non finansial kondisi aktual

No Kriteria Hasil Kelayakan

1 Aspek Hukum

Tidak Layak Memiliki dokumen kepemilikan V

Melakukan perizinan wilayah setempat X 2 Aspek Pasar dan Pemasaran

Layak - Aspek Pasar

Terdapat peluang pasar yang belum terpenuhi V - Aspek Pemasaran

Menerapkan bauran pemasaran dengan baik V 3 Aspek Teknis

Layak

Ketersediaan input mudah diakses V

Lokasi usaha sesuai V

Luas produksi sudah sesuai prosedur V

Layout produksi baik X

4 Aspek Manajemen

Tidak Layak Pembagian kerja jelas X

Aspek Sosial

5 Memberi manfaat bagi peternak dan masyarakat sekitar V

Layak Aspek Lingkungan

6 Melakukan pengolahan limbah V

Layak