• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 ANALISIS STATUS BERKELANJUTAN USAHATANI TANAMAN SAYURAN BERBASIS SISTEM PENGENDALIAN HAMA TERPADU

2 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 ANALISIS STATUS BERKELANJUTAN USAHATANI TANAMAN SAYURAN BERBASIS SISTEM PENGENDALIAN HAMA TERPADU

Abstrak

Pengelolaan usahatani sayuran menghadapi kendala produksi akibat gangguan OPT hal tersebut terkait GAP dan PHT yang belum optimal. Tujuan penelitian ini adalah menentukan indikator-indikator pengelolaan usahatani berkelanjutan dan menganalisis nilai indeks keberlanjutan pengelolaan usahatani tanaman sayuranberbasis sistem PHT. Metode penelitian ini menggunakan analisisMultidimensional scaling(MDS), leverage analysis, analisisMonte Carlo

dengan teknik Rapid appraisal for integrated pest management (Rap IPM) yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk nilai indeks dan status keberlanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 20 atribut dari 63 atributyang sensitif terhadap status keberlanjutan.Indeks keberlanjutan usahatani tanaman sayuran berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamus termasuk kriteria kurang berkelanjutandengan indeks gabungan sebesar 48.13.Indeks keberlanjutan yang paling tinggi adalah dimensi sosial dan ekonomi masing-masing sebesar 60.90 dan 51.39 termasuk kriteria cukup berkelanjutan.Sedangkan dimensi ekologi, teknologi dan kelembagaan masing-masing sebesar 48.54; 38.36; dan 40.61 termasuk kriteria kurang berkelanjutan.

Kata Kunci: Multidimensional scaling (MDS), organisme pengganggu tanaman,

Rap IPM.

Pendahuluan

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada sektor pertanian.Salah satu definisi pertanian berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumber daya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan.Berkelanjutan dimaknai dengan penggunaan sumber daya, kualitas,kuantitas produksi, dan lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan Pertanian berkelanjutan merupakan pendekatan sistem pangan dan produksi pertanian lainnya yang menyeimbangkan ekologi, sosial, dan ekonomi, serta antara semua sektor seperti masyarakat, termasuk masyarakat internasional dan antar generasi. Makna berkelanjutan diperluas tidak hanya secara global tetapi juga tanpa batas dalam waktu, dan untuk semua organisme hidup termasuk manusia (Munasinghe 1993; Untung 2000; Gliessman 2000).

Konsep pembangunan berkelanjutan bersifat multidisiplin karena banyak aspek pembangunan yang harus dipertimbangkan antara lain aspek ekologi, ekonomi, sosial-budaya, hukum, dan kelembagaan.Upaya pembangunan pedesaan merupakan basis untuk mengembangkan pertanian di Indonesia. Kebijakan revitalisasi pertanian menegaskan kebijakan agroindustri pedesaan diarahkan untuk mengembangkan insentif dan dukungan bagi pengembangan agroindustri pedesaan terutama yang berbahan baku pertanian dan memiliki keterkaitan erat

dengan kegiatan pengembangan pangan lokal termasuk sayuran. Setiap daerah memiliki kekhasan sumber daya dan karakteristik yang berbeda-beda sehingga pemetaan potensi sumber daya menjadi hal yang krusial untuk mengembangkan pertanian di pedesaan (Arsil & Djatna 2011).

Implementasi pertanian berkelanjutan yang saat ini telah berjalan adalah:Integrated Pest Management (IPM), Low Input Agriculture(LIA), Low Input Sustainable Agriculture (LISA), Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), Agroecology Biological Dynamic (Biodynamic) Farming, dan Organic Farming(Rigby & Caceres 1997).Pengendalian hama penyakit tanaman terpadu (PHT) merupakan integrasi dari sejumlah teknik yang ada dalam mengatasi masalah hama dan penyakit tanaman. Penggunaan pestisida dan intervensi lainnya yang menguntungkan secara ekonomi dan aman bagi kesehatan masyarakat dan lingkungannya. PHT memungkinkan petani untuk mengontrol hama penyakit tanaman yang dibudidayakan dan penggunaan pestisida yang berbahaya pada tingkat yang paling minimum. PHT memiliki beberapa cara, yaitu cara single

maupun kombinasi dari penggunaan : (1)cultural control, yaitu pertumbuhan dari varietas tanaman yang sehat dan genetik; (2) host plan resistance, yaitu penggunaan varietas yang tahan terhadap hama penyakit; (3) biological control, yaitu merangsang pertumbuhan musuh hama penyakit alami; dan (4) chemical control. Cara untuk mencapai pertanian yang berkelanjutan adalah dengan melindungi ekosistem dari tingkat tekanan yang tinggi. Perkembangan ketahanan genetik alami dan pengendalian hama penyakit tanaman secara menyeluruh lebih baik dari pada hanya menggunakan pestisida. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah pemilihan antara faktor eksternal seperti pupuk dan pestisida,sedangkan faktor internal seperti predator alami dan jenis tanaman. Hal ini sangat penting karena faktor eksternal seperti revolusi hijau yang mempelopori penggunaan pupuk dan pestisida telah menimbulkan perubahan yang sangat besar dalam sistem pertanian (FAO 2005; World Bank 2005; Mutiara 2008).

Komposisi penggunaan lahan di Kabupaten Tanggamus adalah sawah seluas 29.843 ha, pertanian bukan sawah 137.391 ha, dan bukan pertanian 130.918 ha.Luas tanaman sayuran 4.820 ha yang terdiri atas cabai, kacang panjang, terung, tomat, mentimun, kubis, buncis, sawi, bayam, dan bawang daun (BPS 2013).Khoirunnisa et al. (2013) melaporkan bahwa tanaman sayuran yang menjadi pilihan petani di Kabupaten Tanggamus berdasarkan besaran pendapatan adalah cabai, sawi, terung, tomat, dan mentimun. Hambatan penting dalam mengelola tanaman sayuran adalah adanya gangguan OPT. Nismah & Susilo (2008) menjelaskan bahwa tanaman hortikultura seperti tanaman sayuran merupakan salah satu andalan masyarakat sebagai sumber pangan dan sumber pendapatan, bahkan bisa dijadikan sebagai sumber devisa melalui ekspor, namun usahatani tanaman tersebut ini tidak terlepas serangan organismeseperti hama, penyakit dan gulma. Sebagai akibat OPT pada tanaman tomat dengan indikasi penurunan produksi tomat akibat serangan OPT di Kabupaten Tanggamus dari

2.518.8 ton pada tahun 2010 menjadi 1.567.2 ton pada tahun 2011 (BPS 2013, Heriani et al. 2013). Penyakit kuning di wilayah Lampung telah menyebar sejak tahun 2000 di sentra-sentra tanaman tomat dan tanaman cabai. Penyakit kuning disebabkan oleh virus gemini yang ditularkan vektor kutu kebul yang memiliki kisaran inangtomat yang juga menginfeksi tanaman terung, kacang tanah, dan gulma babadotan merupakan inang yang baik bagai kutu. Kejadian penyakit tersebut diKabupaten Tanggamuspada tanaman cabai berkisar 70% sampai 84% (Sudionoet al.2005; 2008; 2013).

PHT merupakan pengembangan metode-metode pengendalian alternatif dalam perlindungan tanaman terhadap serangga hama dan penyakit. Metode pengendalian merupakan metode yang prinsipnya adalah dapat mengendalikan adanya peledakan populasi hama atau patogen dan menekan kerusakan tanaman. Pengembangan PHT selanjutnya lebih mengarah pada pengelolaan agroekosistem yang dikembangkan berdasarkan teori-teori ekologi, terutama dalam merancang suatu agroekosistem yang lebih tahan terhadap peledakan populasi hama/patogen.Praktek pertanian yang baik atau GAPdapat diaplikasikan dalam rentang waktu dan daerah yang luas terhadap sistem pertanian dengan skala yang berbeda.GAP digunakan dalam sistem pertanian berkelanjutan yang mencakup PHT, pengelolaan hara terpadu, pengelolaan gulma terpadu, pengelolaan irigasi terpadu, dan pemeliharaan (conservation) lahan pertanian. Penerapan PHT diperlukan dalam sistem produksi pertanian berkelanjutan yang dapat membantu pengendalian OPT pada tanaman sayuran menggunakan pestisida (Effendi 2009; Prabaningrum & Moekasan 2011).

Tujuan penelitian ini adalah menentukan indikator-indikator pengelolaan usahatani berkelanjutan dan menganalisis indekskeberlanjutan pengelolaan usahatani berbasis sistem PHTpada tanaman sayuran di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.

Metode Penelitian

Waktu dan Lokasi Penelitian.Penelitian dilakukan di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung dari bulan September 2015 sampai Maret 2016.Lokasi tersebut terletak pada ketinggian antara 500 sampai 900 m dpl dengan kisaran suhu udara 18 sampai28˚C. Secara geografis Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104°18’03”sampai 105°12’57” Bujur Timur dan 5°05’00”sampai 5°56’55” Lintang Selatan.

Data dan Analisis Penelitian.Kegiatan yang dilakukan meliputi pengambilan atau pengumpulan data primer dan sekunder. Pengambilan data primer mencakup inventarisasi OPT, vegetasi, wawancara dengan kuesioner. Pengumpulan data sekunder mencakup pengumpulan peta, data demografi, dan data penelitian sebelumnya.

Analisis keberlanjutan pengelolaan usahatani tanaman sayuran di Kabupaten Tanggamus dilakukan dengan pendekatan MDS. Analisis ini dilakukan melalui

Nilai Indeks Nilai Indeks Kategori

0–24.99 Buruk : Tidak berkelanjutan

25–49.99 Kurang : Kurang berkelanjutan

50–79.99 Cukup : Cukup berkelanjutan

setiap faktor; (3) melakukan analisis MDS untuk menentukan ordinasi dan nilai, (4) melakukan rotasi untuk menentukan posisi desain pengendalian hama berkelanjutan pada ordinasi bad dan good dengan menggunakan MS-excell, dan (5) melakukan analisis leverage dan analisis Monte Carlo untuk memperhitungkan aspek sensitivitas dan ketidakpastian (Fauzi & Anna 2005) (Gambar 4.2).

Pemilihan 5 dimensi sebagai indikator berkelanjutan dapat mewakili indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan usahatani tanaman sayuran berkelanjutan.Setiap dimensi terdiri atas beberapa atribut yang masing-masing diberikan penilaian/skor yang mencermikan berkelanjutan berupa atribut utama PHT dan atribut penunjang GAP.Jumlah atribut yang dilakukan analisis sebanyak 63 unit(Tabel 4.2) (Lampiran 1).

Tabel 4.2 Kelompok dimensi dan atribut PHT dan GAP Penilaian(skor) setiap

dimensi

Gambar 4.2 Prosedur analisis MDS(Fauzi & Anna 2005)

MDS

Analisis Sensitivitas AnalisisMonte Carlo

Mulai

StatusBerkelanjuta n

Kondisi usahatani saat ini Penentuan AtributKriteria Penilaian

No. Dimensi Atribut Jumlah Atribut (unit)

1 Ekologi Utama: PHT 5 Penunjang: GAP 8 2 Ekonomi Utama: PHT 7 Penunjang: GAP 9 3 Sosial - 8 4 Teknologi Utama: PHT 8 Penunjang: GAP 5 5 Kelembagaan Utama: PHT 7 Penunjang: GAP 6 Jumlah 63

Selanjutnya setiap atribut dimensi ditentukan besar skala.Nilai baik mencerminkan berkelanjutan usahatani dan sebaliknya,skor tersebut dilakukan analisis ordinasi statistika menggunakan MDS.

Hasil dan Pembahasan

Penentuanindeks danstatus keberlanjutanstatus usahatanidi

KabupatenTanggamusberdasarkanpenilaianatributpadasetiap

dimensi,yaituekologi, ekonomi,sosial,teknologi, dan

kelembagaan.Hasildarianalisisindeksdan statuskeberlanjutan tersebut denganmetodeMDSdiuraikan sebagai berikut.

Dimensi Ekologi

Hasil analisis keberlanjutan dimensi ekologi menunjukkan bahwa besarnya indeks keberlanjutan (IKB) adalah 48.54 pada kategori keberlanjutan skala 0 sampai 100, indeks tersebut termasuk kriteria kurang berkelanjutan. Atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutandimensi ekologi yang merupakan hasil analisis leverage (pengungkit) sebanyak 5 atribut,yaitu konservasi lahan miring, pupuk, rotasi tanaman, residu pestisida, dan benih sayuran (Gambar 4.3).

Konservasi lahan merupakan faktor sensitif terhadap keberlanjutan ekologi.Hasil pengamatan di lapangan terlihat sebagian besar pengolahan lahan tidak memperhatikan kaidah konservasi lahan seperti kontur tanah dan

penggunaan mulsa plastik.Wilayah Kecamatan Sumberejo merupakan

daerahdengan kontur tanah yang dominan miring yang sebagain besar petani kurang memperhatikan hal tersebut.Rotasi tanaman hampir tidak pernah dilakukan karena petani hanya berasumsi pada permintaan pasar terhadap komoditas yang baik dan rendah biaya sarana produksi yang terus menerus di tanaman, terutama tanaman terung, buncis dan sawi.Pertanian lahan kering seyogyanyaharus disertai dengan sistem pertaniankonservasi yang mengatur penanaman tanamandalam barisan yang berselang seling (stripcropping) menurut kontur sehingga dapatmeningkatkan infiltrasi dan menurunkan aliran permukaan,sistem teras bangku, bedeng memotong lereng yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi dan meningkatkan diversifikasi tanaman (Sinukaban 2010; Sutrisna 2010).

Pupuk merupakan salah satu unsur hara tambahan yang ditambahkan, faktor hambatan di daerah ini adalah ketersediaan dan harga, baik pupuk buatan maupun pupuk kandang.Pupuk buatan mengalami hambatan pada ketersediaan saat petani membutuhkan, bila tersedia harga pupuk relatif tidak terjangkau oleh petani.Hambatan pupuk kandang adalah ketersediaan pada saat petani membutuhkan dan aplikasi di lapangan pupuk kandang yang tidak praktis karena membutuhkan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan dengan pupuk buatan.

Di daerah penelitian ini, residu pestisida masih cukup tinggi walaupun dibawah ambang batas minimum yang diperbolehkan, namun ini sebagai indikator bahwa penggunaan pestisida masih menjadi faktor utama dalam pengendalian

OPT yang dalam hal ini berdampak pada kondisi organisme lain yang bukan sasaran baik terhadap keanekaragamannya maupun dinamika populasinya. Penggunaan pestisida dapat mencegah dan membasmihama secara efektif dan efisien, namun bila tidak tepat carapemberian maupun dosisnya dapat menimbulkan dampakmerugikan termasuk berbahaya bagi manusia (Nurhamidah 2005; Suryaningsih 2008; Sugiyanto et al. 2010). Penggunaan pestisida oleh petani tidak terlepas dari kebutuhan tetapi juga karena faktor penetrasi pasar dari formulator atau pedagang saprodi yang begitu besar dengan berbagai strategi termasuk bonus atau hadiah pembelian pestisida. Selain itu adanya persepsi petani tentang ketahanan tanaman sayuran, semakin rendah ketahanan suatu kultivar semakin tinggi kuantitas pestisida kimia yang digunakan dan pengetahuan petani tentang bahaya pestisida, semakin rendah pengetahuan petani semakin tinggi kuantitas pestisida yang digunakan dan belum diterapkan dengan baik konsep PHT, yang mana konsep tersebut dapat mengurangi penggunaan pestisida (Ameriana 2009; Kalmaret al. 2014)

Benih sayuran menjadi faktor penyumbang keberlanjutan usahatani sayuran di Tanggamus, yaitu ketersediaan, rendemen rendah, varietas yang kurang beragam, ketergantungan petani pada supplier, dan harga yang mahal merupakan

beberapa kendala yang dihadapi masyarakat di sekitar lokasi

penelitian.Khoirunnisaet al. (2013) mengidentifikasi masalah utama yang dihadapi agribisnis sayuran,yaitu produknya bermutu rendah, biayaproduksi tinggi, resiko pola tanam yang tidak tepat,serta penggunaan benih dengan mutu rendah.Solusi dalam menyelesaikan masalah agribisnissayuran Indonesia saat ini adalah penerapanGAP sayuran.

Intensitas serangan hama penyakit dan penggunaan pestisida merupakan faktor lain yang juga ikut mendorong kurang berkelanjutan. Sastrosiswoyo (1995) melaporakan bahwa kendala peningkatan produksi adalah kehilangan hasil karena tingginya serangan hama atau penyakit dan kerusakan produk pada saat penyimpanan, selain kendala lain, yaitu kualitas benih, kesuburan tanah yang menurun karena penanaman yang terus menerus, dan biaya produksi yang tinggi terutama untuk pestisida dan pupuk yang berlebihan.

Gambar 4.3

Dimensi Ekonomi

Hasil analisis keberla dimensi ekonomi sebesar keberlanjutan dimensi indekskeberlanjutan dimensi bahwa pengelolaan usahat berkelanjutan (memberikan dimensi ekologi.Agar nila semakinmeningkat perlu di terhadap nilai indeksdim terhadap keberlanjutan dim Ada satu yang menonjol ada hampir sama, yaitu akses harga pestisida(Gambar 4.4 Dukungan permodala pengembangan tanaman sa untuk itu perlu dilakukan pe sendiri tetapi juga dari ke termasuk tanaman dengan hambatan utama dalam penge

Intensitas se Intensitas serangan penyak

Pen Indek keragaman (In

Pupuk Konser P Tingkat Akses in A tt ri but e

4.3 Hasil analisis sensitivitas dimensi ekologi

berlanjutan dimensi ekonomi menunjukkan ba sar 51.39 termasuk cukup berkelanjutan.Nil ekonomi sedikit lebih besar daripa ensi ekologi (48.54).Hal ini mengandung p hatanitanaman sayuran di Kabupaten Tanggam

an manfaat) dari dimensi ekonomidibandingka nilai indeks dimensi ini di masa yang aka u dilakukan perbaikan terhadap atribut yan dimensi tersebut.Karakterisasi faktor domina dimensi ekonomi yang merupakan hasil analisis ol adalah dukungan permodalan, sedang faktor es pasar, intensitas pengendalian OPT, dan bi 4.4).

odalan merupakan faktor yang paling sensi sayuran di Kabupaten Tanggamus dimensi n pencarian sumber permodalan tidak hanya d kelompok swasta dan pemerintah. Tanaman gan biaya produksi yang cukup tinggi sehingga

pengembangan tanaman sayuran. Permodalan m

1.01 1.08 1.18 0.36 1.29 0.52 1.56 4.80 5.83 1.26 1.06 1.17 1.23 0 1 2 3 4 5 6 7

serangan hama (IH) akit (pathogen) (IP) enggunaan pestisida Residu Pestisida (Indeks Shannon/H) Pola tanaman Rotasi tanaman uk (kandang/buatan) servasi lahan miring Benih sayuran Penggunaan mulsa at Kesuburan Tanah infrastruktur (jalan) Leverage of Attributes ogi bahwa IKB Nilai indeks ipada nilai g pengertian ggamus lebih ngkan dengan akan datang ang sensitif inan/sensitif sis leverage. or lain yang n biaya atau nsitif dalam nsi ekonomi, a dari petani an sayuran gga menjadi n merupakan 3 7 8 9 10

kendala utama sehingg Pertanian (Kementan

Lembaga perm

pembiayaanan lainny sayuran.Akses pasar pe petani untuk dapat me konsumen ada diperkot pedagang. Biaya pest mahal dan proporsi bi

keberlanjutan usa pembiayaankomersial atau terdapatjurang ( pembiayaandengan ka pembiayaan,beberapa petani, tetapikompone dalam mengakses lem

Gamba

Dimensi Sosial

Hasil analisis dimensi sosial sebesa

merupakan yang Biaya te Kemuda A tt ri but e

hingga menjadi salah satu rencana strategis utam an 2015)

ermodalan seperti koperasi, perbankan nnya sangat diperlukan dalam menunjang usah

r petani hanya sampai pedagang pungumpul, sa menjual produknya ke konsumen langsung hal

rkotaan, dampak lain adalah harga jual yang di pestisida baik anorganik maupun organik yang si biaya cukup tinggi menjadi adalah satu faktor

usahatani (Sastrosiswoyo 1995).Peran

sial dalam melayani permodalanpetani kecil (gap) antara pola pelayanan yangditawarkan n karakteristik petani sebagai pengguna.Pada

pa komponen pola pelayanan telahsesuai denga ponen lainnya belum sesuai sehinggamenjadi kenda

embaga tersebut(Supriatna 2009).

mbar 4.4 Hasil analisis sensitivitas dimensi eko

s keberlanjutan dimensi sosial menunjukka besar 60,90 termasuk cukup berkelanjutan.

g terbesar dibandingkan dengan

1.52 1.14 1.9 2 0.78 0.36 1.74 0.38 1.60 0.26 0.27 0.99 0.02 0 0,5 1 1,5 2 2

Intensitas pengendalian OPT Harga pestisida Harga alat aplikasi pestisida Harga pestisida nabati Biaya pengendalian hayati a tenaga kerja pengendalian OPT Kerugian sayuran akibat OPT Akses pasar Kelayakan harga sayuran Fluktuasi harga udahan mendapat dan ketersedian…

Harga saprodi Kepemilikan lahan oleh petani Tenaga kerja Tenaman sela/pelindung Permodalan/kredit Leverage of Attributes 0.81 utama Kementerian an,dan lembaga

usaha tani tanaman pul, sangat sulit bagi hal tersebut karena dikendalikan oleh g dianggap cukup ktor penghambatan

anan lembaga

il belum optimal, kan oleh lembaga da setiap lembaga ngan karakteristik kendala bagi petani

konomi

ukkan bahwa IKB n. Indeks tersebut 4 dimensi 2.29 2 1.96 2.08 2.25 .74 0 4.39 2,5 3 3,5 4 4,5 5

lainnya.Untukmeningkatkan status nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial, perlu dilakukan perbaikanterhadap beberapa atribut yangsensitif mempengaruhi nilai indeks tersebut.Karakterisasi faktor dominan/sensitif terhadap keberlanjutan dimensi sosial yang merupakan hasil analisisleveragedapat dipilah oleh 3 atribut, yaitu frekuensi penyuluhan,partisipasi keluarga petani, dan keanggotaan kelompok tani. Atribut-atribut tersebut perlu mendapat perhatian untuk dikelola dengan baik agar nilai indeksdimensi ini meningkat di masa yang akan datang (Gambar 4.5).

Keterbatasan jumlah penyuluh pertanian lapangan (PPL) menjadi kendala utama yang berdampak pada frekuensi penyuluhan sangat rendah atau jarang

dilakukan.Tenaga penyuluh pertanian hanya terbatas ditingkat

kecamatan.Penyuluh-penyuluh swadaya dari perusahaan formulator pestisida hanya terbatas pada topik bahasan pengendalian OPT dengan pestisida. Jumlah penyuluh yang ada di Kabupaten Tanggamus sebanyak 182 orang yang terdiri atas 91 tenaga PNS dan 91 tenaga kontrak. Penyuluh tersebut yang harus melayani 299 desa dan 1.641 kelompok tani atau 1 penyuluh melayani 8 kelompok tani (BPS 2013). Penambahan jumlah penyuluh menjadi kunci utama keberhasilan usahatani. Sistem informasi lain dapat dikembangkan di pedesaan berupa infrakstruktrur internet dan peningkatan kemampuan petani dibidang informasi teknologi sehingga tidak ketergantungan pada satu sumber informasi saja.

Partisipasi keluarga petani, yaitu istri dan anak petani mengalami perubahan paradigma terutama anak anak petani yang sudah tidak bersedia menjadi petani hal ini seiring dengan adanya banyak pilihan lapangan kerja bagi usia muda yang lebih tertarik disektor jasa dan industri terutama di perkotaan. Hasil sensus pertanian menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga petani tahun 2013 di Kabupaten Tanggamus sebanyak 102.566 rumah tangga dan 10 perusahaan pertanian berbadan hukum yang meningkat 5.13% dari tahun 2003sebanyak 97.567 rumah tangga petani (BPS2013). Keberlanjutan usahataniditentukan oleh tenaga muda yang masih bersedia menjadi petani namun harus adanya upaya dari semua pihak sehingga menjadi petani tetap sebagai pilihan lapangan pekerjaan bukan keterpaksaan atau sambilan.

Kelompok tani merupakan wadah berkumpulnya petani yang bukan saja sebagai wadah untuk bersilaturahim, namun juga sebagai media bagi petani untuk mengidentifikasi permasalahan dan mencari solusi terhadap berbagai masalah yang di hadapi petani.Permasalahan dalam kelompok tani adalah kepemimpinan, kurang parstisipasi dari anggota dan juga berkorelasi dengan pembinaan kelompok tani oleh institusi terkait.Hasil analisis deskripsi bahwa tidak semua desa/dusun ada kelompok tani, bila ada juga kelompok tani kurang berkembangan karena berbagai kendala.

Gam Dimensi Teknologi Hasil analisis ke dimensi teknologi berkelanjutan.Karakte dimensi teknologi ya pupuk, teknologi pen dan pascapanen(Gamba

Penggunaan pupuk menjadi rutinitas pe kandang atau pupuk ketersediaan pupuk bua meningkat, sedangkan lapangan yang kuran banyak dibandingkan d

Pengendalian g herbisida, faktor harga produksi.Penggunaan salah satu teknik pe kemiringan yang tingg menjadi rendah sehingga pada peningkatan erosi

Penggunaan pest untuk menggantikan beberapa kendala di lambat daya efikasi te tersedianya bahan unt

Partisipasi ke Pandangan masyarakat Kean Jarak tempat tinggal peta

A

tt

ri

but

e

ambar 4.5 Hasil analisis sensitivitas dimensi sos

ogi

s keberlanjutan dimensi teknologi menunjukka

ogi sebesar 38.36 termasuk krit

kterisasi faktor dominan/sensitif terhadap yang merupakan hasil analisis sensitivitasada pengendalian gulma, penggunaan pestisida naba

mbar 4.6).

pupuk dalam kriteria ini adalah aplikasi di petani.Sebagian besar petani hanya mengg pupuk buatan saja.Penghambat terbesar dalam pupuk buatan terutama pupuk yang subsidi dan juga h

kan pupuk kandang adalah ketersedian terbatas kurang praktis karena membutuhkan tenaga ke

kan dengan pupuk buatan.

n gulma yang paling dominan adalah denga rga herbisida yang mahal sehingga berpengaruh an mulsa pada untuk menutup permukaan gulud pengendalian gulma, namun teknik ini untuk nggi tidak dianjurkan karena berdampak pada re hingga meningkatkan aliran permukaan tanah y

rosi.

pestisida nabati merupakan salah satu teknik penge kan pestisida anorganik, namun dalam operasi

di antaranya kurang praktis pada saat aplika si terhadap OPT, harga mahal bila sudah ada di n untuk membuat pestisida nabati.

0.39 0.47 2.61 0.83 3 0.42 0 2 4 Tingkat pendidikan Umur petani Status lahan keluarga dalam usahatani at terhadap profesi petani eanggotaan kelompok tani Frekuensi Penyuluhan etani dan lokasi usahatani

Leverage of Attributes

sosial

ukkan bahwa IKB kriteria kurang dap keberlanjutan dalah penggunaan nabati, pola tanam

di lapangan yang nggunakan pupuk m hal ini adalah a harga yang terus tas dan aplikasi di kerja yang lebih

gan kimia, yaitu ruh terhadap biaya uludan merupakan untuk lahan dengan da resapan air hujan h yang berdampak

pengendalian OPT rasional memiliki ikasi, kurang atau dipasaran, kurang

4.81 3.73

5.22

Pola tanam polikultur merupakan pengungkit kur agroforestri dan rotasi tanam dinamika hubungan antara pertanian yang baik seperti berbeda varietas (keanekara pengolahan tanah dan dapa Widmer 2000;Ratnadasseta

Pascapanen merupaka kurang berkelanjutan berupa

packing yang kurang baik se karena gesekan dengan wa lahan petani ke pedagang pe sayuran dalam perjalanan.

Gambar 4.6

Dimensi Kelembagaan

Hasil analisis keberlanj dimensi teknologi sebesar faktor dominan/sensitif ter Tanggamus berdasarkan

Gapoktan (Gabungan Ke

Pengendalian Hama Terpa hukum/peraturan PHT dan l

Gabungan Kelompok kelembagaan yang langsung Budidaya de Penerapan tekno Penerapan Vari Teknologi Hayati/mu Penggunana pestis Penggunaan Tanaman re Penggunaan Teknologi Pengendali

Dokumen terkait