• Tidak ada hasil yang ditemukan

6KEBIJAKAN DAN STRATEGI USAHATANI TANAMAN SAYURANBERKELANJUTAN

Tahap 5: Matrik Evaluasi Strateg

Salah satu asumsi dasar dalam AHP ini adala alternatif strategi didefinisikan untuk memeriksa salah satunya adalah yang paling efektif dalam mengenai semua faktor SWOT.Mekanismeskala ratingyang dikembangkan olehSaaty(2000) digunakanuntukmenilaistrategishubungan antarafaktor-faktorSWOTdanstrategis perencanaan.Hubunganstrategismerupakankontribusidari faktor(dalam hal kekuatan danpeluang) untuk menerapkan strategidanperbaikandiharapkanfaktor(dalam halkelemahandan ancaman) strategi tertentudiimplementasikan.

Hasil dan Pembahasan

Prioritas faktor disusun berdasarkan penilaian lingkungan internal yang dapat dikendalikan dan lingkungan eksternal yang merupakan kondisi diluar kendali usahatani tanaman sayuran berbasis sistem PHT.Faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan usahatani tanaman sayuran dan faktor ekstenal meliputi peluang dan tantangan.

Analisis Faktor Internal

Data analisis faktor internal usahatani berkelanjutan berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamus (Lampiran 2 dan Lampiran 3) dan matriks hasil analisis

PHT(Tabel 6.3). Penilaian responden terhadap faktor kunci internal diperoleh total skor IFE adalah 2.173. Hasil tersebut menunjukkan bahwa posisi strategis tanaman sayuran di Kabupaten Tanggamus berada pada posisi rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk menghadapi kelemahan internal.

Alat perumusan strategis menggunakan Matriks IFE dapat digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu usahatani tanaman sayuran. Matriks IFE juga dapat memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan diantara bidang-bidang fungsional tersebut, sehingga pemahaman yang baik mengenai faktor-faktor strategi internal yang dimasukkan lebih penting dibandingkan dengan angkanya sendiri (David 2006).

Tabel 6.3 Matriks IFE usahatani berkelanjutan berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamus

Faktor Penentu Bobot Rating Total

Skor Prioritas Faktor Kekuatan

A Jumlah rumah tangga yang menekuni profesi sebagai petani di Kabupaten Tanggamus masih dominan

0.0897 1.50 0.135 5

B Kondisi iklim dan kesuburan tanah yang cocok untuk budidaya tanaman sayuran

0.0998 1.40 0.140 4

C Tersedianya sarana infrastruktur yang baik yaitu jalan dan akses untuk proses produksi dan pemasaran

0.1042 2.00 0.208 2

D Beberapa jenis sayuran yang dapat dibudidayakan dengan baik di Tanggamus

0.1066 2.20 0.235 1

E Tersedianya sarana produksi (benih) yang cukup baik kualitas maupun kuantitas

0.0943 1.50 0.141 3

Sub jumlah 0.4946 0.8587

Faktor Kelemahan

F Jumlah rumah tangga yang menekuni profesi sebagai petani di Kabupaten Tanggamus masih dominan

0.1058 2.50 0.264 3

G Pada tahap implementasi teknologi PHT dan GAP masih menemui banyak kendala.

0.1004 2.90 0.291 2

H Penetrasi pasar oleh formulator pestisida sangat kuat sehingga mengabaikan prinsip prinsip PHT

0.0999 2.50 0.250 4

I Legalitas/landasan hukum dalam PHT sangat lemah

0.0982 2.30 0.226 5

J Lembaga pembiayaan (modal) untuk usahatani tanaman sayuran sangat kurang

0.1011 2.80 0.283 1

Sub jumlah 0.5054 1.3143

Beberapa tanaman sayuran dapat dibudidayakan dengan baik di Kabupaten Tanggamus dengan jumlah skor 0.235 sebagai faktor kekuatan, sedangkan lembaga pembiayaan (modal) untuk usahatani tanaman sayuran sangat kurangdengan jumlah skor 0.283 sebagai faktor kelemahan yang memberikan kontrisbusi terbesar (Tabel 6.3).Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kabupaten Tanggamus juga memiliki infrastruktur yang baik dan jumlah yang menekuni profesi petani hal ini sesuai hasil sensus pertanian tahun 2013 sebanyak 102.566 rumah tangga petani yang meningkat sekitar 5.13% dibandingkan dengan tahun 2003 sebannyak 97.567 rumah tangga petani (BPS 2013).

Hasil analisis Matriks IFE menunjukkan bahwa kelemahan utama adalah lembaga pembiayaan atau permodalan sangat kurang atau yang bersedia membiayai sektor hortikulutura sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh sifat dari produk sayuran yang rentan terhadap perubahan harga pasar, hama dan penyakit dan perubahan iklim. Belum adanya asuransi pertanian baik yang melindungan usahatani secara langsung dan asuransi kredit pertanian juga ikut memberikan andil, kurang berminatnya lembaga pembiayaan untuk menyalurkan kredit ke usahatani tanaman sayuran.

Analisis Faktor Eksternal

Data analisis SWOT faktor eksternal usahatani berkelanjutan berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamus (Lampiran 4 dan Lampiran 5). Matriks hasil analisis

External Factor Evaluasi (IFE)usahatani berkelanjutan berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamus (Tabel 6.4).Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa tersedianya teknologi PHT dan GAP yang sangat tinggi merupakan peluang yang sangat besar untuk dimanfaatkan oleh petani dalam usahatani tanaman sayuran di Kabupaten Tanggamus. Namun demikian dalam penerapan teknologi tersebut adannya acaman yang kuat, yaitu legalitas PHT yang ada saat ini adalah UU No. 12 tahun 1992 tentang sistem Budidaya Tanaman yang sudah tidak relevan.Dalam rangka mendorong perlindungan dan pemberdayaan petani, pemerintah telah menerbitkan UU No. 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.Namun demikian implemetasi pada tahap operasional belum adanya peraturan pemerintah dan peraturan daerah oleh pemerintah daerah belum ada sehingga operasionalnya belum dapat dilaksankan.

Usahatani tanaman sayuran di Kabupaten Tanggamus menghadapi peluang sekaligus ancaman dalam implementasinya.Matriks EFE dapat memberi penjelasan mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi usahatani tanaman sayuran, hasil analisis Matriks EFE diperoleh jumlah skor rata-rata untuk faktor kunci eksternal adalah sebesar 2.017 artinya kemampuan petanintuk memanfaatkan peluang yang ada dan mengatasi ancaman-ancaman yang dihadapi berada pada kondisi menengah.

Tabel 6.4 Matriks EFE usahatani berkelanjutan berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamus

Faktor Penentu Bobot Rating Total Skor Prioritas

Faktor Peluang

A Kebutuhan sayuran sebagai bahan pokok belum tercukupi dan cenderung terus meningkat

0.107 1.90 0.203 5

B Komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraaan petani sayuran sangat tinggi

0.100 2.00 0.200 3

C Tersedianya teknologi PHT dan GAP 0.105 2.10 0.221 1 D Mulai terbukanya peluang pasar sayuran terutama di

Bandar Lampung dan Jakarta terus meningkats

0.103 1.50 0.154 4

E Kampanye pemanfaatan produk dalam negeri dan mengurangi impor bahan pangan semakin kuat

0.103 1.90 0.195 2

Subjumlah 0.517 0.973

Faktor Ancaman

F Pada tahap implementasi teknologi PHT dan GAP masih menemui banyak kendala.

0.098 2.10 0.207 3

G Penetrasi pasar oleh formulator pestisida sangat kuat sehingga mengabaikan prinsip prinsip PHT

0.105 1.80 0.189 4

H Belum ada landasan operasional perlindungan dan pemberdayaan petani

0.100 2.50 0.250 1

I Lembaga pembiayaan (modal) untuk usahatani tanaman sayuran sangat kurang

0.097 2.40 0.233 2

J Biaya sarana produksi terutama pupuk dan pestisida terus meningkat

0.103 1.60 0.165 5

Subjumlah 0.504 1.044

Jumlah 1.021 2.017

Perhitungan matriks IFE dan EFE diperoleh jumlah skor rata-rata sebesar 2.173dan 2.017. Penggabungan antara nilai IFE dan EFE pada matriks Internal- Eksternal(IE)akan menunjukkan posisi usahatani berkelanjutan berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamus berada pada sel ke lima (V) (Gambar 6.3). Gambar matriks IE tersebut dapat diketahui bahwa usahatani tanaman sayuran di Kabupaten Tanggamus berada pada sel ke lima (V), sehingga strategi terbaik yang sebaiknya dilakukan adalah menjaga dan mempertahankan (hold and maintain) posisi yang selama ini sudah diraih. Kebijakan yang umum dari strategi ini dengan melakukan penetrasi pasar dan mengembangkan jenis tanaman sayuran baru.Artinya petani dan pemerintah mempertahankan posisinya dengan terus mengembangkan tanaman sayuran baik kualitas maupun kuantitas.Bentuk strategi yang dihasilkan pada matriks IE hanya menghasilkan strategi alternatif secara umum tanpa adanya implementasi yang lebih teknis pada petani dan pemerintah.Oleh karena itu, matriks IE dilengkapi juga oleh matriks SWOT yang berupa langkah-langkah kongkrit untuk dapat dilakukan.Cara peningkatan produksi melalui intensifikasi dan pemilihan jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai tambah paling tinggi.

Kuat Rata-rata Lemah (3.0 - 4.0) (2.0 - 2.9) (1.0 - 1.9) Tinggi (3.0 - 4.0) Sedang (2.0 - 2.9) Rendah (1.0 - 1.9) VII VIII IX

Total rata-rata tertimbang IFE

Total rata-rata tertimbang EFE I II III IV V VI

Gambar 6.3 Matriks IE (Internal-Eksternal) usahatani berkelanjutan berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamus

AnalisisStrength, Weakness, Opportunities, danThreats(SWOT)

Setelah melakukan analisis terhadap faktor internal dan eksternal, selanjutnya dapat diformulasikan alternatif strategi dengan menggunakan Matriks SWOT, yang merupakan kombinasi dari strategi kombinasi SO (strengths-Opportunities), ST (Strenghts-Threats), WO (Weaknesses-Opportunities), dan WT (Weaknesses- Threats) (Gambar 6.4).

Dari analisis Matriks SWOT diperoleh beberapa jenis strategi yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) StrategiStrengths-Opportunity(SO)

Strategi SO adalah strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada.Kekuatan dan peluang yang diperoleh, maka strategi yang sebaiknya dilakukan adalah (a) penyusunan regulasi dan standarisasi operasional (Perda) yang mengatur implementasi PHT dan GAP dan (b) intensifikasi pertanian dalam rangka meningkatkan kuantitas, kualitas, aman, dan berwawasan lingkungan dalam rangka ketahanan dan kemandirian pangan 2) StrategiWeakness-Opportunity(WO)

Strategi WO adalah strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Strategi WO yang dapat digunakan, yaitu (a) memperkuat kelembagaan petani, permodalan, dan asuransi pertanian dan (b) optimalisasi alih teknologi melalui sosialisasi atau penyuluhan teknologi PHT dan GAP tanaman sayuran.

3) StrategiStrengths-Threats(ST)

Strategi ST, yaitu strategi memanfaatkan kekuatan untuk menghindari ancaman. Strategi ST yang dapat dilakukan adalahpenyusunan legalitas operasional perlindungan-pemberdayaan petani dan memperkuat lembaga pembiayaan pertanian

4) StrategiWeakness-Threats(WT)

Strategi WT merupakan strategi untuk mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman.Strategi yang dapat diambil pengembangan teknologi pengendalian berbasis sistem PHT yang murah dan alternatif sarana produksi yang efektif dan efisien.

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness) 1. Jumlah rumah tangga yang menekuni profesi

sebagai petani di Kabupaten Tanggamus masih dominan (S1)

1.Pada tahap implementasi teknologi PHT dan GAP masih menemui banyak kendala (W1).

IFAS

2. Kondisi iklim dan kesuburan tanah yang cocok untuk budidaya tanaman sayuran (S2)

2.Penetrasi pasar oleh formulator pestisida sangat kuat sehingga mengabaikan prinsip prinsip PHT (W2) 3. Tersedianya sarana infrastruktur yang baik, yaitu

jalan dan akses untuk proses produksi dan pemasaran (S3)

3.Legalitas/landasan hukum dalam PHT sangat lemah (W3)

EFAS

4. Beberapa jenis sayuran yang dapat dibudidayakan dengan baik di Tanggamus (S4)

4.Lembaga pembiayaan (modal) untuk usahatani tanaman sayuran sangat kurang (W4)

5. Tersedianya sarana produksi (benih) yang cukup baik kualitas maupun kuantitas (S5)

5.Biaya sarana produksi terutama pupuk dan pestisida terus meningkat (W5)

Peluang (Opportunities) Strategi SO Strategi WO

1. Kebutuhan sayuran sebagai bahan pokok belum tercukupi dan cenderung terus meningkat (01)

SO-1: Penyusunan regulasi dan standarisasi operasional (Perda) yang mengatur implementasi PHT dan GAP

WO-1: Memperkuat kelembagaan petani, permodalan, dan asuransi pertanian WO-2: Optimalisasi alih teknologi melalui

sosialisasi atau penyuluhan teknologi PHT dan GAP tanaman sayuran

2. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraaan petani sayuran sangat tinggi (02)

3. Tersedianya teknologi PHTdanGAP (03) SO-2: Intensifikasi pertanian dalam rangka meningkatkan kuantitas, kualitas, aman, dan berwawasan lingkungan dalam rangka ketahanan dan kemandirian pangan

4. Mulai terbukanya peluang pasar sayuran terutama di Bandar Lampung dan Jakarta terus meningkat (04)

5. Kampanye pemanfaatan produk dalam negeri dan mengurangi impor bahan pangan semakin kuat (05)

Ancaman (Threaths) Strategi ST Strategi WT

1. Serangan OPT, Perubahan Iklim, dan implementasi teknologi PHT dan GAP masih menemui banyak kendala (T1).

Penyusunan legalitas operasional perlindungan-pemberdayaan petani dan memperkuat lembaga pembiayaan pertanian

Pengembangan teknologi pengendalian berbasis sistem PHT yang murah dan alternatif sarana produksi yang efektif dan efisien

2. Penetrasi pasar oleh formulator pestisida sangat kuat sehingga mengabaikan prinsip prinsip PHT (T2)

3. Belum ada landasan operasional perlindungan dan pemberdayaan petani (T3)

4. Lembaga pembiayaan (modal) untuk usahatani tanaman sayuran sangat kurang (T4)

5. Biaya sarana produksi terutama pupuk dan pestisida terus meningkat (T5)

Keterangan :IFAS : Internal Strategic Factors Analysis Summary, EFAS :External Strategic Factors Analysis Summary

Analisis Strategi Usahatani Berkelanjutan Berbasis Sistem PHT di Kabupaten Tanggamus

Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa terdapat enam strategi yang perlu dipilih untuk usahatani berkelanjutan berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamus di Provinsi Lampung.Strategi-strategi tersebut adalah sebagai berikut ini.

a. Penyusunan regulasi dan standarisasi operasional (Perda) yang mengatur implementasi PHT dan GAP

b. Intensifikasi pertanian dalam rangka meningkatkan kuantitas, kualitas, aman, dan berwawasan lingkungan dalam rangka ketahanan dan kemandirian pangan c. Memperkuat kelembagaan petani, permodalan, dan asuransi pertanian

d. Optimalisasi alih teknologi melalui sosialisasi atau penyuluhan teknologi PHT dan GAP tanaman sayuran

e. Penyusunan legalitas operasional perlindungan dan pemberdayaan petani

f. Pengembangan teknologi pengendalian berbasis sistem PHT yang murah dan alternatif sarana produksi yang efektif dan efisien

Penentuan skala prioritas strategi dilakukan dengan menggunakan metode AHP dengan narasumber dari akademisi, PPL, koordinator pengamat organisme penggangu tanaman (POPT), ketua kelompok tani, dan pemerintah daerah.Beberapa keuntungan metode AHP antara lain dapat diterapkan untuk memecahkan berbagai problem yang terukur, tidak terukur, maupun yang memerlukan suatujudgment, dan menghasilkan model tunggal yang mudah dipahami (Saaty 2000; Wanget al.2011). Struktur hirarki strategi usahatani tanaman sayuran berkelanjutan berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamus (Gambar 6.5).

Gambar 6.5 Struktur hirarki usahatani tanaman sayuran berkelanjutan berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamus Keterangan:

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunities) Ancaman (Threaths)

1) Jumlah rumah tangga yang menekuni profesi sebagai petani di Kabupaten Tanggamus masih dominan (S1)

1) Pada tahap implementasi teknologi PHT dan GAP masih menemui banyak kendala (W1).

1) Kebutuhan sayuran sebagai bahan pokok belum tercukupi dan cenderung terus meningkat (01)

1) Serangan OPT, Perubahan Iklim, dan implementasi teknologi (PHT dan GAP) masih menemui banyak kendala (T1).

2) Kondisi iklim dan kesuburan tanah yang cocok untuk budidaya tanaman sayuran (S2)

2) Penetrasi pasar oleh formulator pestisida sangat kuat sehingga mengabaikan prinsip prinsip PHT (W2)

2) Komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraaan petani sayuran sangat tinggi (02)

2) Penetrasi pasar oleh formulator pestisida sangat kuat sehingga mengabaikan prinsip prinsip PHT (T2)

3) Tersedianya sarana infrastruktur yang baik yaitu jalan dan akses untuk proses produksi dan pemasaran (S3)

3) Legalitas/landasan hukum dalam PHT sangat lemah (W3)

3) Tersedianya teknologi(PHT dan GAP) (03) 3) Belum ada landasan operasionalperlindungan dan pemberdayaan petani (T3) 4) Beberapa jenis sayuran yang dapat

dibudidayakan dengan baik di Tanggamus (S4)

4) Lembaga pembiayaan (modal) untuk usahatani tanaman sayuran sangat kurang (W4)

4) Mulai terbukanya peluang pasar sayuran terutama di Bandar Lampung dan Jakarta terus meningkat (04)

4) Lembaga pembiayaan (modal) untuk usahatani tanaman sayuran sangat kurang (T4)

5) Tersedianya sarana produksi (benih) yang cukup baik kualitas maupun kuantitas (S5)

5) Biaya sarana produksi terutama pupuk/pestisida terus meningkat (W5)

5) Kampanye pemanfaatan produk dalam negeri dan mengurangi impor bahan pangan semakin kuat (05)

5) Biaya sarana produksi terutama pupuk dan pestisida terus meningkat (T5) Kriteria Subkriteria Strategi Kelemahan (Weakneses) Kekuatan (Strength)

S1, S2, S3, S4, S5 W1, W2, W3, W4, W5 O1, O2, O3, O4, O5 T1, T2 ,T3, T4 ,T5

Peluang(Opportuniti es)

Ancaman (Threats)

)

Intensifikasi pertanian dalam rangka meningkatkan kuantitas, kualitas, aman, dan

berwawasan lingkungan dalam rangka ketahanan dan

kemandirian pangan Memperkuat kelembagaan petani, permodalan, dan asuransi pertanian Optimalisasi alih tehnologi melalui penyuluhan teknologi PHT dan GAP tanaman

sayuran Penyusunan regulasi dan

standarisasi operasional (Perda) yang mengatur implementasi PHT dan GAP Penyusunan legalitas operasional perlindungan dan pemberdayaan petani Pengembangan teknologi pengendalian berbasis sistem PHT yang murah dan

alternatif sarana produksi yang efektif dan efisien

Pemilihan strategi merupakan tahap terakhir dari proses pengolahan data dalam kajian ini. Alat analisis yang digunakan untuk memilih strategi dari beberapa alternatif strategi yang berhasil dibangkitkan dengan menggunakan AHP.Penggunaan AHP sebagai alat untuk pemilihan strategi karena AHP memiliki fleksibilitas yang tinggi, kemampuan untuk mengakomodasi kompleksitas permasalahan yang ada kedalam sebuah hirarki dan kendalanya mengakomodasi konflik di antara para pakar yang memberikan pendapat.Identifikasi untuk tiap masing-masing unsur dalam hirarki AHP dilakukan oleh pendapat lima (5) orang ahli/pakar atau pelaku usaha.

Penilaian AHP dalam penentuan prioritas alternatif strategi prioritas pertama adalah adalah penyusunan regulasi dan standarisasi operasional (Perda) yang mengatur implementasi PHT dan GAP (0.230). Pada prioritas kedua memperkuat kelembagaan petani, permodalan, dan asuransi pertanian (0.201). Prioritas ketiga, yaitu penyusunan legalitas operasional perlindungan dan pemberdayaan petani (0.181). Alternatif strategi intensifikasi pertanian dalam rangka meningkatkan kuantitas, kualitas, aman, dan berwawasan lingkungan dalam rangka ketahanan dan kemandirian pangan (0.142). Prioritas kelima dari alternatif strategi, yaitu optimalisasi alih teknologi melalui sosialisasi atau penyuluhan teknologi PHT dan GAP tanaman sayuran (0.130). Sedangkan alternatif strategi berikutnya adalah pengembangan teknologi pengendalian berbasis sistem PHT yang murah dan alternatif sarana produksi yang efektif dan efisien (0.116). Data hasil penelitian penentuan skala prioritas strategi usahatani berkelanjutan berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamus (Lampiran 7), rekapitulasi (Tabel 6.5) dan hasil analisis denganexpert choice(Lampiran 8).

Tabel 6.5 Rekapitulasi hasil penentuan skala prioritas strategi usahatani berkelanjutan berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamus

No. Hasil Pembobotan Strategi Inconsistency Bobot Prioritas

1 Penyusunan regulasi operasional (Permen, Perda)

yang mengatur implementasi PHT, GAP, dan

perlindungan petani 0.230 1

2 Intensifikasi pertanian dalam rangka meningkatkan

kuantitas, kualitas, aman, dan berwawasan lingkungan

melalui peningkatan SDM petani. 0.142 4

3 Optimalisasi alih tehnologi melalui sosialisasi atau

penyuluhan teknologi PHT dan GAP tanaman sayuran

0.03 0.201 2 4 Memperkuat kelembagaan petani, permodalan, dan

asuransi pertanian 0.130 5

5 Pembuatan petunjuk pelaksanaan tentang pengelolaan

tanaman sayuran berbasis PHT dan GAP 0.181 3

6 Pengembangan teknologi pengendalian berbasis sistem

PHT yang murah dan alternatif sarana produksi yang

efektif dan efesien 0.116 6

Kesimpulan

Faktor kekuatan utama usahatani berkelanjutan di Kabupaten Tanggamus,yaitu beberapa jenis sayuran yang dapat dibudidayakan dengan baik di Tanggamus,tersedianya sarana infrastruktur yang juga baik, proses produksi dan pemasaran, dan tersedianya sarana produksi (benih) yang cukup baik kualitas maupun kuantitas. Sedangkan faktor kelemahan yang harus diperhatikan,yaitu lembaga pembiayaan (modal) untuk usahatani tanaman sayuran sangat kurang, pada tahap implementasi teknologi PHT danGAP masih menemui banyak kendala, dan jumlah rumah tangga yang menekuni profesi sebagai petani di Kabupaten Tanggamus masih dominan.

Usahatani berkelanjutan perlu didukung oleh adanya peluang yang tersedianya teknologi PHT dan GAP,kampanye pemanfaatan produk dalam negeri dan mengurangi impor bahan pangan semakin kuat, dan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraaan petani sayuran sangat tinggi. Ancaman yang perlu diperhatikan, yaitubelum ada landasan operasional perlindungan dan pemberdayaan petani, lembaga pembiayaan (modal) untuk usahatani tanaman sayuran sangat kurang, dan pada tahap implementasi teknologi dan GAP masih menemui banyak kendala.

Enam strategi yang menjadi prioritas utama untuk usahatani berkelanjutan berbasis sistem PHT di Kabupaten Tanggamusdengan prioritas pertama adalah penyusunan regulasi dan standarisasi operasional (Perda) yang mengatur implementasi PHT dan GAP, prioritas kedua memperkuat kelembagaan petani, permodalan, dan asuransi pertanian; prioritas ketiga, yaitu penyusunan legalitas

operasional perlindungan dan pemberdayaan petani, prioritas keempat intensifikasi pertanian dalam rangka meningkatkan kuantitas, kualitas, aman, dan berwawasan lingkungan dalam rangka ketahanan dan kemandirian pangan,prioritas kelima dari alternatif strategi adalah optimalisasi alih teknologi melalui sosialisasi atau penyuluhan teknologi PHT dan GAP tanaman sayuran,sedangkan alternatif strategi prioritas keenamadalah pengembangan teknologi pengendalian berbasis sistem PHT yang murah dan alternatif sarana produksi yang efektif dan efisien.

Dokumen terkait