• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

TANAMAN ABSTRAK

Pengelolaan tanaman sayuran tidak terlepas dari adanya gangguan OPT yang berdampak terhadap kualitas dan kuantitas produksi sayuran yang dalam perkembangan organisme tersebut dipengaruhi oleh agroekosistem. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik lingkungan, keanekaragaman vegetasi dan intensitas serangan hama penyakit tanaman pada tanaman sayuran di Kabupaten Tanggamus. Metode penelitian yang digunakan, yaitu analisis laboratorium, keanekaragaman vegetasi berdasarkan Indeks Shannon, intensitas serangan hama dan kejadian penyakit. Hasil penelitian karakteristik lingkungan berupa kesuburan tanah dengan kriteria rendah sampai sedang, residu pestisida dibawah batas maksimum yang diperbolehkan,dan indeks keanekaragaman pada tipologi polikultur agroforestri lebih besar dibandingkan dengan tipologi polikultur pertanian dengan nilai perbandingan 0.74:0.64 keduanya termasuk kategori keanekaragaman yang sedikit atau rendah (lebih kecil dari 1 (H’ < 1)). Intensitas serangan hama dan penyakit pada lokasi polikultur agroforestri pada kisaran 7.2% sampai 81.67% dan 0.65% sampai 100%, sedangkan lokasi polikultur agroforestri pada kisaran 8.83% sampai 26.67% dan 0.65% sampai 26.67%. Intensitas serangan hama dan kejadian penyakit lokasi polikultur agroforestri lebih rendah dibandingkan polikultur pertanian.

Kata Kunci: Agroforestri, indeks Shannon, polikultur, agroforestri, pengendalian hama terpadu

Pendahuluan

Tipologi atau lanskap pertanian memiliki kualitas estetik yang berbeda satu sama lain,hal ini bergantung pada keanekaragaman jenis tanaman yang dibudidayakan. Pertanian intensif dan agroforestri merupakan contoh perbedaan keanekaragaman jenis pertanian. Kedua jenis pertanian tersebut berperanan tidak hanya pada aspek produksi namun juga aspek lingkungan lainnya seperti keanekaragaman hama dan patogen tanaman. Keanekaragaman hayati (biodiversity) yang merupakan semua komposisi jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang berinteraksi dalam suatu ekosistem sangat menentukan tingkat produktivitas pertanian.Keanekaragaman hayati dalam lanskap pertanian menarikperhatian banyak pihak karena memberikan kontribusi signifikan untuk produktivitas pertanian, keamanan pangan, keuntungan finansial, dan konservasi keseluruhan keanekaragaman hayati secara global (Liuet al.2013).

Keanekaragaman hayati pada lanskap pertanian yang unik yang merupakan dasar dari aktivitas manusia. Oleh karena itu, konservasi keanekaragaman hayati di daerah pertanian dilindungi dengan pendekatan operasional. Keanekaragaman adalah suatu ciri yang kompleks yang dapat tersebar di beberapa tingkatan (gen, spesies, ekosistem, dan proses ekologis) yang dapat dikaitkan dengan tiga fungsi

utama, yaitu (i) fungsi patrimonial, (ii) fungsi agronomi, dan (ii) fungsi ekologis. Fungsi keanekaragaman hayati sesuai dengan hubungan dengan kegiatan pertanian menjelaskan resistensi terhadap tekanan biotik dan abiotik. Keanekaragaman hayati juga terlibat dalam fungsi ekologis melalui keberadaan habitat khusus dengan spesies tertentu. Relevansi alat penilaian yang diperlukan untuk memahami dan mengevaluasi dampak dari praktik pertanian pada kompartemen yang berbeda dari keanekaragaman hayati pada skala lanskap. Metode yang berbeda seperti pengukuran langsung dengan indeks keanekaragaman hayati, indikator biotik dan model dijelaskan dan kesesuaian dan batasan-batasannya dibahas. Produksi pertanian dapat terkait dengan berbagaifungsi biodiversitas.

Keanekaragaman hayati dapat mempengaruhi hama, penyakit, kekeringan, dan kekurangan unsur hara dan mendukung fungsi tanaman seperti reproduksimelalui penyerbuk.Perlindungan tanaman terhadap penyakit merupakan bagian penting dari praktek pertanian. Keanekaragaman organisme tumbuhan dan tanah dapat membantu untuk mengontrol mikroorganisme patogen, terutama jamur dan nematoda. Selain itu, penyakit dikontrol dengan keanekaragaman hayati membantu mengurangi input pestisida, rotasitanaman dan keanekaragaman organisme dalambahan organik dengan tujuan meningkatkanaktivitas biologi tanah (Clergueet al.2005).

Sistem alam dan pertanian bergantung pada sumber daya alam keanekaragaman tanah, air dan biologis. Masing-masing sumber daya memberikontribusi terhadap produktivitas dan integritas ekosistem pertanian. Mempertahankan sumber daya alam memerlukan beberapa pemahaman tentang proses yang beroperasi di ekosistem pertanian dan kelompok utama organisme yang mendorong proses ini di tanah, air, dan vegetasi. Siklus nitrogen melibatkan nitrifikasi, fiksasi nitrogen, konversi amonia menjadi nitrit dan nitrat, dekomposisi bahan organik dan mineralisasi nitrogen organik. Bakteri,jamur, dan mikroorganisme tanah lainnya dapat membatu proses perubahan dalam proses terbentuknya mineral (Colloffet al.2003).

Keanekaragaman tumbuhan pada agroekosistem dapatmengurangi dampak hama dan penyakit melalui beberapa cara baik secara individual maupun kombinasidi antaranya beberapa efek tekanan hama secarapencahayaan (visual) dan penciuman hama, gangguan siklus kehidupan hama, penurunan inokulum karena tidak adanya tanaman inang, mekanisme antagonis,ketahanan fisiologis tanaman karena kecukupan unsur hara bagi tanaman, konservasi musuh alami dan efek lanskap pertanian seperti penghalang fisik danperubahan iklim mikro (Ratnadasset al.2012).

Praktek secara global keanekaragaman hayati tidak asing lagi bagi para pelaku pertanian, karena pertanian yang meliputi 25% sampai dengan 30% area di dunia merupakan kegiatan penting yang mempengaruhi keanekaragaman. Terdapat korelasi antara keanekaragaman agroekosistem dan kejadian

hamapenyakit dengan indikator seperti tingkat serangan, produksi rendah, residu pestisida, dan lain lain. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berupa masukan agrokimia (terutama pestisida dan pupuk) telah menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang tidak dikehendaki (Altieriet al. 1984; Altieri 1999; Scherr et al. 2008). Pengelolaan lingkungan pertanian dan kehutanan sebagai kunci untuk konservasi keanekaragaman hayati yang secara signifikan meningkatkan kekayaan dan kelimpahan spesies, sedangkan pengurangan pepohonan juga dapat meningkatkan serangan hama dan patogen (Batary et al.

2011; Tomback et al. 2016), pepohonan memberikan layanan ekologi dalam memperkuat serangga yang menguntungkan (Alujaet al.2014).

Sistem pertanian di negara-negara berkembang di mana pertanianukuran relatif kecil, vegetasi memberi kesempatan untuk mengurangi dampak serangan hamadan penyakit melalui praktek keanekaragaman.Caratersebut demikian penting untuk pelaksanaansistem pertanian berkelanjutan(Simon et al.2010,Muniappan & Heinrichs2014). Tujuan pengelolaanhama adalah untuk memberikan kontribusi untuk keberlanjutan pertanian dengan yang berbeda aspek seperti ketahanan pangan, hubungan seimbang antara manusia dan ekosistem, dan konservasi jasa ekosistem.Seringkali upaya untuk diversifikasi agroekosistem mengurangi aspek negatif pertanian modern atau industri pertanian (Timprasertet al.2014; Gurret al.2013, Savaryet al.2012).

Kabupaten Tanggamus salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan sentra tanaman sayuran dengan beberapa komoditas seperti cabai, tomat, terung, kubis, kacang buncis, dan lain lain. Beberapa hambatan dalam mencapai produksi optimum yang paling menonjol adalah adanya serangan OPT,berbagai teknik pengendalian terus diterapkan namun silih berganti serangan OPT pada beberapa komoditas tanaman sayuran di daerah tersebut tidak pernah mengalami penurunan.Keanekaragaman merupakan agrosistem alami yang sampai saat ini diyakini dapat mengontrol secara alami keberadaan OPT. Keanekaragaman tumbuhan harus terus dipertahankan dan ditingkatkan sehingga keberlanjutan ekosistem tersebut dapat memberikan dampak pada perkembangan OPT di Kabupaten Tanggamus.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik lingkungan, keanekaragaman vegetasi dan intensitas serangan hamaserta kejadian penyakit tanaman pada tanaman sayuran di Kabupaten Tanggamus.

Metode Penelitian

Tempat dan Waktu. Penelitian dilakukan di Kecamatan Gisting dan Sumberejo Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Maret 2015 sampai November 2015.

Prosedur Penelitian.Data pada penelitian ini berupa data keanekaragaman vegetasi, intensitas hamadan kejadian penyakit pada beberapa tanaman sayuran

pada tipologi polikultur tanaman pertanian (polikultur pertanian)dan polikultur tanaman hutan (polikultur agroforestri). Selain data tersebut di atas data primer lain diperoleh hasil pengukuran di lapanganberupa data mikroklimat (kelembaban dan temperatur).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei teknik kuadrat (quadrat sampling technique) yang penempatannya dilakukan secara purposive mewakili unit lahan (tipologi) kawasan.Tipologi dikelompokkan menjadi dua, yaitu polikultur pertaniandan agroforestri dilakukan untuk mengukur struktur dan komposisi vegetasi serta keanekaragaman kondisi ekosistem.Ukuran masing-masing petak penelitian kurang lebih 400 m² pada titik terpilih (sebanyak 5 titik sampel).Masing-masing titik sampel sebagai lokasi pengambilan sampel vegetasi dan kejadian hama dan penyakit. Indeks keanekaragaman jenis adalah ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya yang merupakan penggabungan kekayaan dan kesamaan jenis (species richness dan evenness).Penentuan indeks keanekaragaman jenis ditentukan berdasarkan Indeks Shannon (Shannon index) berdasarkan Shannon dan Wienner (1949)dalamLudwig & Reynolds (1988) dengan persamaan berikut.

Besaran nilai indeks keanekaragaman didefinisikan bila (1) Nilai H’ > 3, menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu areal adalah melimpah atau tinggi,(2) Nilai H’ 1 < H’ < 3, menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu areal adalah sedang, dan (3) Nilai H’ < 1, menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu areal adalah sedikit atau rendah (Fachrul, 2007).

Intensitas serangan OPT berupa intensitas serangan hama dan kejadian penyakit pada tanaman sayuran pada petak penelitian (titik sampel) dihitung menggunakan rumus berikut.

P= (n/N) x 100%

P = Intensitas/ luas serangan/kejadian hama/penyakit n = jumlah tanaman terserang/luas tanaman terserang

N = jumlah tanaman yang diamati/luas tanaman yang diamati

= Keterangan:

H = Indeks Shannon

ni = Jumlah individu suatu spesies

Hasil dan Pembahasan Deskripsi Lokasi

Penelitian dilakukan di sekitar Desa Gisting Atas, Gisting Bawah dan Gisting Permai Kecamatan Gisting, Wonoharjo, Sumber Mulyo, Simpang Kanan Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus. Lokasi tersebut ditempuh dari Bandar Lampung dalam waktu ± 2 jam. Lokasi tersebut terletak pada ketinggian antara 500-900 m dpl dengan kisaran suhu udara 18sampai 28˚C. Secara geografis Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104°18’03”sampai 105°12’57” Bujur Timur dan 5°05’00”sampai 5°56’55” Lintang Selatan, dengan topografi datar sampai bergelombang.

Tipe vegetasi yang banyak terhampar di sekitar pemukiman umumnya berupa lahan pertanian berupa tanaman padi, hortikultura, perkebunan terutama kakao dan kopi, dan rumput untuk peternakan.Terdapat hutan lindung tepatnya di sisi lereng gunung Tanggamus yang merupakan bagian dari Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Kota Agung Utara.Lokasi yang berbatasan dengan masyarakat telah dikelola bersama dengan masyarakat dalam bentuk hutan kemasyarakatan. Lahan pertanian yang dikelola dan dimiliki oleh petani memiliki infrastruktur berupa jalan, drainase, sebagian ada saluran irigasi, jaringan listrik dengan kondisi lahan relatif datar, sedangkan lahan hutan kemasyarakatan terletak pada lahan miring tepatnya di sisi gunung Tanggamus yang tidak memiliki akses jalan dengan baik. Jalan yang menuju lokasi berupa jalan setapak dengan kondisi kurang baik yang hanya dapat dilalui dengan jalan kaki atau kendaraan roda dua dengan ban yang dililitkan rantai(Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Deskripsi lokasi penelitian di Kabupaten Tanggamus

Faktor Lingkungan dan Karakteristik Lahan

Suhu udara harian rata-rata untuk daerah tipologi polikultur pertanian 24.8˚C dan tipologi agroforestri 22°C dengan kelembaban udara 88.4% dan 90.6%. Kisaran pH pada kedua tipologi menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan kisaran 4.3 sampai 6.3, pH tersebut masih termasuk rendah hal tersebut sesuai kriteria PPT (1983), Rata-rata pH tipologi polikultur pertanian lebih tinggi dari pada tipologi polikultur agroforestri, hal tersebut akibat dari serasah yang mengalami dekomposisi pada permukaan lebih banyak sehingga tanah mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi yang menyebabkan sedimen tanah menjadi asam, pH asam atau rendah dapat berpengaruh sekali pada penghancuran bahan organik yang menjadi lambat. Nitrogen merupakan unsur hara yang paling sering berada dalam keadaan defisiensi untuk tanaman dan merupakan unsur hara makro keempat yang terpenting setelah karbon, hidrogen dan oksigen.

Kandungan nitrogen contoh tanah pada lokasi penelitian untuk tipologi polikultur pertanian berkisar antara 0.07% sampai 0.19% dan tipologi polikultur agroforestri berkisar antara 0.07% sampai 0.27%, dengan hara nitogen dari sangat rendah sampai rendah. Kandungan P dan Kdipergunakan untuk menilai status kesuburan tanah menurut kriteria PPT (1983),kandungan P tersedia contoh tanah

Lintang Selatan Bujur Timur

Gisting Bawah, Gisting 05˚ 25’ 30" 104˚43’57" 512 Cabai, kubis, buncis, sawi, terong, tomat

Simpang Kanan, Sumberejo 05˚ 23’ 23" 104˚ 43’ 10" 536 Cabai, buncis, kubis, padi sawah Sumber Mulyo, Sumberejo 05˚ 22’ 21" 104˚ 43’ 11" 490 Cabai, buncis, terong, padi sawah,

jabon, pepaya, pisang, mindi Wonoharjo, Sumberejo 05˚ 22’ 21" 105˚ 23’ 16" 496 Tomat, kubis, buncis, kacang

panjang, cabai, terong, padi sawah, kelapa, mindi

Gisting Atas, Gisting 05˚ 26’ 40" 104˚ 43’ 42" 568 Tomat, cengkeh, pisang, kelapa, mindi, pala, pepaya

Gisting Permai, Gisting 05˚ 27’ 13" 104˚ 42’ 57" 600 Terong, jabon, jati putih, pala, pepaya, kakao, karet, mindi, kopi Gisting Atas, Gisting 05˚ 26’ 06" 104˚42’22" 767 Cabai, kubis, tomat, sawi, pala,

pisang, mahoni, kopi, petai, jati, mindi, advokat

Gisting Atas, Gisting 05˚ 26’ 07" 104˚.42'.11" 806 Sawi, loncang, kubis, cabai, karet, pisang, bambu, kakao, kopi, mindi, pepaya

Gisting Atas, Gisting 05˚ 26’ 00" 104˚ 42’ 09" 842 Cabai, kubis, sawi, pisang, mahoni, mindi, lamtoro, medang, pule

Gisting Atas, Gisting 05˚ 25’ 59" 104˚ 42’ 03" 900 Kubis, terung, loncang, pisang, kapri, mahoni, pule, kopi, aren, advokat, pepaya

Desa Kordinat Lokasi (GPS) Elevasi

yang diteliti berkisar antara 5.68 ppmsampai 13.60 ppm untuk lokasi polikultur pertanian dan 5.21 sampai 5.37 ppm untuk tipologi polikultur agroforestri, yang dapat dikelaskan sangat rendah.

Kandungan K2O contoh tanah berkisar antara nilai 0.56 sampai 0.97 mg/100g untuk tipologi polikultur pertanian dan 0.38 sampai 0.91 mg/100g untuk tipologi polikultur agroforestri yang dapat dikelaskan dari sangat rendah.C- Organik ataukarbon organik merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menetukan kandungan bahan organik di tanah.Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation tukar dan mempertukarkan kation-kation tersebut, dengan demikian dapat diperguanakan sebagai petunjuk penyediaan unsur hara.

Tanah dengan KTK tinggi mempunyai kemampuan tinggi dalam menyimpan unsur hara.Nilai KTK di lokasi studi berkisar dari 8.15 sampai 10.45 me/100g untuk tipologi polikultur pertanian dan 9.73 sampai 12.66 me/100g untuk polikultur agroforestri yang dapat dikelaskan sedang. Kejenuhan basa (KB) merupakan rasio antara jumlah kation-kation tukar dengan kapasitas tukar kation (KTK),nilai kejenuhan basa contoh tanah di lokasi studi berkisar dari nilai 33.03% sampai 47.48% untuk lokasi polikultur pertanian dan 23.45% sampai 37.92% untuk polikultur agroforestri, nilai kejenuhan basa ini jika dikelaskan berkisar dari rendah sampai sedang.

Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir (diameter 2.00 sampai 0.05 mm), debu (0.005 sampai 0.02 mm) dan liat (<0.002 mm) di dalam tanah.Tekstur tanah adalah sifat tanah yang sangat penting yang mempengaruhi sifat kimia, fisika dan biologi tanah yang berguna bagi penetrasi akar dan kemampuan pengikatan air oleh tanah (Arsyad, 1989).Analisis laboratorium sifat fisik tanah menunjukkan kelas tekstur di wilayah studi yaitu liat sangat halus.Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara dalam kondisi cukup dan seimbang tanpa adanya bahan beracun yang ditunjang tata air dan udara sangat mendukung bagi pertumbuhan tanaman.Kriteria kesuburan tanah yang disusun oleh Pusat Penelitian Tanah (1983) dengan parameter-paremeter kunci kesuburan tanah (C-organik, P2O5, K2O, KTK dan Kejenuhan basa), status kesuburan pada wilayah studi berkisar dari rendah sampai sedang (Tabel 3.2).

Tabel 3.2Kondisi lingkungan dan karaketisik tanah lokasi penelitian

Sumber: Hasil analisis Laboratorium Ilmu Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung Tahun 2016

Residu Pestisida

Analisis residu pestisida pada lokasi penelitian dengan beberapa sampel tanaman dan jenis pestisida seperti diazinon, endosulfan, permethrin, hexachlorocyclohecxana (HCH), fenthion dan chlropyrisfos (Tabel 3.3).Secara umum residu pestisida pada tanaman sayuran masih dibawah batas maksimum residu yang diperbolehkan.Konsentrasi terendah adalah Diazinon sebesar 0.0008 mg/kg pada tanaman tomat rampai, sedangkan yang paling tinggi yaitu endosulfan sebesar 0.0978 mg/kg pada tanaman rampai.Pengurangan penggunaan pestisida merupakan prioritas bagi sistem pertanian berkelanjutan.Pelestarian dan promosi keanekaragaman hayati di lahan pertanian merupakan operasional pertanian berkelanjutan.

Sistem agroforestri mengandung keanekaragaman tanaman tinggi dan desain multi strata abadi yang menyediakan sumber daya yang kaya dan habitat bagi makluk hidup lain seperti mikroorganisme menguntungkan. Agroforestri memiliki area yang menguntungkan untuk menjaga jaring makanan dalam agrosistem, situasi yang menguntungkan tidak diubah oleh praktek-praktek pertanian intensif seperti menerapkan penggunaan pestisida. Beberapa pepohonan yang menguntungkan atau beberapa spesies tanaman dapat bermanfaat untuk mengendalikan satu atau beberapa hama(Simonet al. 2010).

I II III IV V Rerata I II III IV V Rerata Faktor Lingkungan Mikro

Ketinggian (mdpl) 512 536 490 496 568 520 600 767 806 842 900 783 Suhu ˚C 25 24 25 25 25 24.80 23 22 22 22 21 22.0 Kelembaban (RH) % 88 89 90 88 87 88.40 90 91 90 91 91 90.6 Sifat Kimia pH 4.29 5.41 6.01 6.21 4.56 5.30 5.10 5.13 5.34 5.20 5.04 5.16 N-Total (%) 0.19 0.08 0.10 0.08 0.07 0.10 0.07 0.27 0.26 0.22 0.21 0.21 P-tersedia (ppm) 13.6 6.68 5.68 8.06 10.58 8.92 5.21 5.32 5.25 5.21 5.87 5.37 K (me/100 g) 0.97 0.56 0.66 0.65 0.74 0.72 0.91 0.45 0.61 0.38 0.87 0.64 C-organik (%) 0.97 0.09 0.39 0.42 0.48 0.47 1.70 2.64 2.32 2.02 2.77 2.29 KTK (me/100g) 8.81 8.15 10.45 9.05 8.79 9.05 9.73 11.68 11.64 11.01 12.66 11.34 KB(%) 33.03 47.5 39.33 46.30 33.22 39.87 37.92 25.60 23.45 19.44 24.35 26.15

Sifat Fisik (Fraksi %)

Pasir 23.96 42.4 25.66 20.53 46.49 31.81 26.57 59.01 59.34 59.16 52.13 51.24 Debu 16.23 16.1 26.59 20.28 16.97 19.24 31.92 23.13 24.39 23.06 30.98 26.70 Liat 59.81 41.4 47.75 59.19 36.54 48.95 41.51 17.86 16.27 17.78 16.89 22.06

Tabel 3.3 Hasil analisis residu pestisida dibandingkan dengan batas maksimum residu

Sumber: * Hasil Analisis Laboratorium Pengujian Mutu Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2015

** BMR, Batas maksimum residu, SNI 7313:2008 (BSN 2016) Karakteristik Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk suatu daerah menjadi salah satu tolak ukur pemerintah daerah dalam mengambil berbagai kebijakan strategis dalam pembangunan. Data kependudukan yang benar, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, akan memperbesar tingkat keberhasilan suatu kebijakan yang nantinya tepat guna dan tepat sasaran.Jumlah penduduk dan rumah tangga petani di tiga kecamatan, yaitu Sumberejo, Gisting dan Talang Padang yang merupakan wilayah penelitian (Tabel 3.4).Indikator kesejahteraan penduduk dapat dilihat dari pendapatan per kapita, Kabupaten Tanggamus pendapatan per kapita tahun 2013 sebesar Rp12.5 juta yang meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp10.4 juta. Namun pendapatan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan per kapita nasional sebesar Rp36.5 juta tahun 2013 dan Rp33.5 juta tahun 2012 (BPS 2014).

Parameter uji Lokasi Tanaman kadar (mg/Kg) *) BMR (mg/Kg)

Lokasi Polikultur Pertanian

Diazinon M1 Buncis 0.001 0.20 Endosulfan Buncis 0.097 1.00 Permethrin M2 Cabai 0.0118 1.00 Hexachlorocyclohecxana Cabai 0.0037 0.10 Endosulfan M3 Terong 0.0587 Endosulfan M4 Kubis 0.02 1.00 Endosulfan Sawi 0.0525 1.00 Hexachlorocyclohecxana Sawi 0.062 0.10 Diazinon M5 Tomat 0.0008 0.20 Endosulfan Tomat 0.0978 1.00 Hexachlorocyclohecxana Tomat 0.0609 0.10

Lokasi Polikultur Agroforestri

- P1 Buncis - - Chlorpyrifos P2 Sawi 0.0019 1.00 Fenthion P3 Tomat 0.001 0.50 P4 Tomat Hexachlorocyclohecxana P5 Cabai 0.0326 0.10 Chlorpyrifos Cabai 0.0013 0.50

Tabel 3.4 Jumlah penduduk dan rumah tangga petani di wilayah Penelitian tahun 2014

Sumber: BPS 2014

Peran utama subsektor hortikultura dalam pemberdayaan ekonomi dan sumberdaya domestik adalah penyediaan pangan dan gizi nasional serta penyedia bahan baku industri pengolahan. Komoditas hortikultura yang terdiri atas buahbuahan, sayuran, tanaman hias dan obat merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan mengingat potensi sumberdaya alam selain itu sumberdaya manusia, ketersediaan teknologi serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar internasional yang terus meningkat.Fokus pengembangan komoditas sayuran tidak hanya pada upaya peningkatan produksi, tetapi terkait dengan isu-isu strategis seperti mutu, daya saing dan akses pasar.

Perkembangan komoditas tanaman sayuran di wilayah penelitian, yaitu Kecamatan Sumberejo, Gisting dan Talang Padang yang disajikan dalam data realisasi luas tanam dan luas produksi tanaman sayuran tahun 2014 (Tabel 3.5). Tabel 3.5 Luas dan produksi tanaman sayuran di wilayah penelitian tahun 2014Luas Lahan Pertanian

No. Kecamatan Luas lahan (ha) Produksi sayuran (ton)

1 Talang Padang 119 964

2 Sumberejo 450 3 600

3 Gisting 623 5 110

Sumber: BPS 2014

Secara umum luas tanaman sayuran di tiga kecamatan tersebut tidak

mengalami kenaikan yang signifkan karena keterbatasan untuk

pengembangan.Luas lahan yang dapat ditingkatkan adalah tanaman sayuran dengan hutan kemasyarakatan (agroforestri).

Keanekaragaman Vegetasi

Jumlah spesies pada tipologi polikultur pertanian tercatat sebanyak 11spesies dengan jumlah individu 13.564 tanaman (Tabel 3.6).Indeks keanekaragaman Shannon menunjukkan pada lokasi polikultur pertanian dengan nilai H’< 0.1. Bila dilihat dari lokasi maka lokasi polikultur pertanian 1 yang memiliki nilai H’ paling tinggi sebesar1.04 (Tabel 3.7). Indeks keanekaragamanseluruh lokasi polikultur pertanian adalah 0.64.Nilai ini menunjukkan keanekaragaman jenis di kawasan ini rendah.Semakin rendah nilai keanekaragaman suatu kawasan menunjukkan semakin miskin (produktivitas sangat rendah) sebagai indikasi adanya tekanan ekologis yang berat

No. Kecamatan Jumlah penduduk (jiwa) Jumlah rumah tangga petani (KK)

1 Talang Padang 44 184 10 614

2 Sumberejo 32 257 8 271

(Wirakusumah, 2003).Lahan pertanian polikultur pertanian paling banyak ditanami tanaman yang termasuk famili Solanaceae, yaitu terung, tomat, sawi, sawi putih, kacang panjang, dan cabai.Jenis ini mempunyai pengaruh paling dominan terhadap perubahan kondisi lingkungan maupun keberadaan jenis lainnya dalam kawasan.

Spesiesvegetasi pada lahan polikultur agroforestri memiliki jumlah spesies sebanyak 11 jenis tumbuhan dengan jumlah individu 5.725 tanaman, yaitu buncis, tomat, kacang pnajang, dan sawi; sedangkan untuk jenis pohon, yaitu khailendra, jabon, meranti, kopi, pala, petai, mindi dan mahoni (Tabel 3.8). Bila dilihat dari lokasi maka lokasi polikultur agroforesti 1 yang memiliki nilai H’ paling tinggi sebesar1.09. Indeks keanekaragaman pada tipologi ini sebesar 0.74 juga di bawah 1 (H<1) ini juga menunjukkan bahwa lokasi ini memiliki keanekaragaman yang rendah.Namun demikian indeks keanekaragaman lokasi polikultur agroforestri

lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi polikultur pertanian

(0.74>0.64).Setidaknya indeks keanekaragaman yang rendah tersebut untuk mendapat perhatian serius, baik karena pertimbangan ekologis maupun ekonomis dalam hal eksistensinya di kawasan maupun keberlanjutan pengelolaannya.

Lokasi Polikultur Pertanian

1 M1 Gisting Bawah, Gisting 2.045 5 1.04

2 M2 Simpang Kanan, Sumberejo 1.565 4 0.71

3 M3 Sumber Mulyo, Sumberejo 3.187 2 0.59

4 M4 Wonoharjo, Sumberejo 5.363 3 0.16

5 M5 Gisting Atas, Gisting 1.804 5 0.70

Jumlah 13.964 11 0.64

Lokasi Polikultur Agroforestri

1 P1 Gisting Permai, Gisting 215 5 1.09

2 P2 Gisting Atas, Gisting 1.160 6 0.90

3 P3 Gisting Atas, Gisting 2.308 3 0.73

4 P4 Gisting Atas, Gisting 182 4 0.91

5 P5 Gisting Atas, Gisting 1.860 2 0.54

Jumlah 5.725 11 0.74 Jumlah individu Jumlah spesies Indeks keanekaragaman vegetasi (H')

No. Kode lokasi Desa, Kecamatan

Tabel 3.6 Keanekaragaman tanaman pada tipologi polikultur pertanian dan polikultur agroforestri di Kabupaten Tanggamus

Rendahnya keanekaragaman di lokasi penelitian memerlukan perhatian untuk konservasi hal tersebut sesuai pendapat (Liu et al. 2013) bahwa langkah terpadu seperti mengelola ekologi, mengoptimalkan praktek pertanian, dan meningkatkan produktivitas lahan, pemuliaan tanaman, dan bioteknik modern harus ditingkatkan untuk mengatasi konflik antara melestarikan keanekaragaman hayati yang dapat menjamin keamanan pangan. Kebijakan mendukung petani dalam mengelola lanskap pertanian untuk konservasi keanekaragaman hayati dan perbaikan dari lanskap pedesaan perlu dibentuk.

Tabel 3.7 Indekskeanekaragaman (H’)vegetasi pada tipologi polikultur pertanian di Kabupaten Tanggamus

Nama umum Nama latin

Brassicaceae Sawi putih Brassica chinensis

Fabaceae Buncis Phaseolus vulgaris

Solanaceae Cabai Capsicum annum

Solanaceae Tomat Solanum lycopersicum

Convolvulaceae Ubi jalar Ipomoea batatas

Caricaceae Pepaya Carica papaya

Fabaceae Kacang panjang Vigna radiata

Solanaceae Cabai Capsicum annum

Musaceae Pisang Musa paradisiaca

Arecaceae Palem Chrysalidocarpus lutescens

Solanaceae Terong Solanum melongena

Fabaceae Buncis Phaseolus vulgaris

Brassicaceae. Kubis Brassica oleracea

Brassicaceae Sawi Brassica chinensis

Solanaceae Cabai Capsicum annum

Solanaceae Terong Solanum melongena

Myristicaceae Tanaman pala Myristica fragrans

Solanaceae Tomat Solanum lycopersicum

Liliaceae Loncang Allium fisulosum

Caricaceae Pepaya Carica papaya

Palmae Kelapa Cocos nucifera

Musaceae Pisang Musa paradisiaca

0.70

Lokasi Polikultur Pertanian 4

Dokumen terkait