• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Perubahan Kebijakan Alternatif untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Analisis Dampak Perubahan Kebijakan Alternatif untuk

BERAS KOPERASI PGKOP 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 BGKOP - - - - - - - PROBRKOP -19.70 -12.87 -11.82 -25.25 -30.24 -27.03 -30.72 CPPRODBR -5.87 -6.23 -15.09 -6.14 -45.93 -32.34 -17.27 KINERJA KOPERASI MOSE -1.59 -1.02 -0.33 -0.53 -0.49 -2.43 -2.64 MOLU 0.27 0.03 0.04 0.01 0.29 0.87 -0.28 ASET -0.01 0.00 0.01 0.00 0.00 -0.02 0.00 VOLUME 0.00 0.01 -1.32 0.00 -7.17 0.00 -0.39 SHU 0.00 0.00 -0.63 0.00 -2.24 0.00 -0.46 SHUA 0.00 0.00 -0.51 0.00 -0.97 0.00 -0.53 PRAN 0.00 0.00 -2.59 0.00 -1.26 0.00 -0.41 PRAS 0.00 0.00 -0.09 0.00 -7.50 0.00 -0.03 PRUS 0.00 0.00 -0.04 0.00 -2.51 0.00 0.02

5.3. Analisis Dampak Perubahan Kebijakan Alternatif untuk Mendukung Koperasi dalam Menunjang Ketahanan Pangan

Sebagai tindak lanjut mengatasi persoalan pupuk dan beras dilakukan simulasi terhadap dua kelompok skenario alternatif. Kelompok pertama mencakup tiga skenario yang bertujuan untuk menemukan kebijakan alternatif yang efektif mengatasi kelangkaan pupuk pada petani, meningkatkan produksi gabah dan pendapatan petani, meningkatkan pembelian gabah dan produksi beras koperasi serta meningkatkan kinerja koperasi dalam menunjang ketahanan pangan.

Skenario-skenario tersebut adalah :

1. Pengurangan penyaluran pupuk oleh pengecer swasta dan pengurangan kelangkaan pupuk sebesar 50 %, dan kenaikan pengadaan pupuk oleh pengecer koperasi sebesar 50 %.

2. Pengurangan penyaluran pupuk pengecer swasta dan pengurangan kelangkaan pupuk sebesar 50 %, kenaikan pengadaan pupuk oleh pengecer koperasi 50 %, kenaikan penggunaan pupuk petani anggota koperasi dan petani non-anggota koperasi masing-masing 25 %, dan kenaikan pembelian gabah koperasi 25 %.

3. Kenaikan pengadaan pupuk oleh pengecer koperasi sebesar 100 %, kenaikan penggunaan pupuk oleh petani anggota koperasi maupun petani non-anggota koperasi masing-masing 25 %, dan kenaikan pembelian gabah oleh koperasi 25 %, dan pengurangan pengadaan pupuk oleh pengecer swasta dan pengurangan kelangkaan pupuk masing-masing sebesar 100 %.

Skenario pertama dimaksudkan untuk melihat dampak pada model ketika koperasi dan swasta diberikan peran yang sama dalam penyaluran pupuk. Skenario kedua merupakan pengembangan dari skenario pertama yakni disertai tindakan riil mengatasi kelangkaan pupuk pada petani yaitu dengan menaikkan jumlah penggunaan pupuk petani baik petani anggota maupun petani non-anggota koperasi sebesar 25 % dan meningkatkan pembelian gabah koperasi. Peningkatan pembelian gabah disini dimaksudkan sebagai memerankan kembali koperasi dalam pembelian gabah dan beras petani. Skenario ketiga adalah jika koperasi diberikan peran sepenuhnya dalam penyaluran pupuk, diikuti tindakan pencegahan kelangkaan pupuk dan mengatasi kelangkaan pada petani serta peningkatan peran koperasi dalam pembelian gabah dan beras petani.

Untuk tujuan pemecahan masalah penyaluran pupuk dan pengadaan beras secara menyeluruh dilakukan juga simulasi terhadap skenario alternatif kelompok kedua. Skenario kelompok kedua ini disusun berdasarkan peubah-peubah indikator kebijakan yang signifikan mempengaruhi model pada masing-masing propinsi dan memiliki respon kuat. Pada keseluruhan model, peubah-peubah tersebut adalah harga pupuk tingkat petani, harga gabah, penggunaan pupuk petani, jumlah pembelian gabah koperasi, kapasitas RMU, gudang dan lantai jemur koperasi dan peralatan penunjang, serta aset dan volume usaha koperasi. Skenario kapasitas RMU, gudang dan lantai jemur dan peralatan penunjang koperasi dimaksudkan untuk menunjang pengembangan sistem bank padi yang sedang dijalankan koperasi.

Skenario yang diambil disini adalah :

1. Kenaikan harga pupuk level petani 5 % dan kenaikan harga gabah 10 %. 2. Kenaikan penggunaan pupuk petani sebesar 25 %, kenaikan harga gabah dan

jumlah pembelian gabah koperasi masing-masing sebesar 10 %. 3. Penurunan penggunaan pupuk petani dan harga gabah sebesar 10 %.

4. Kenaikan kapasitas prasarana dan sarana produksi beras koperasi : RMU, gudang dan lantai jemur, dan peralatan penunjang sebesar 25 %.

5. Kenaikan aset dan volume usaha koperasi sebesar 10 %.

5.3.1. Evaluasi Skenario Alternatif Kelompok Pertama

Hasil simulasi skenario kebijakan alternatif kelompok pertama dapat dilihat pada Tabel 6, 7 dan 8. Tabel 6 menyajikan hasil simulasi peran swata dan koperasi seimbang dalam distribusi pupuk. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jika swasta dan koperasi diberikan peran sama dalam distribusi pupuk berdampak menurunkan pengadaan pupuk level propinsi dan kabupaten. Juga skenario tersebut berdampak menurunkan penggunaan pupuk, produksi gabah, penjualan gabah dan pendapatan petani non-anggota koperasi sebagian besar propinsi sampel dan menurunkan pembelian gabah, produksi beras dan kapasitas produksi beras koperasi di Propinsi Jawa Barat. Sebaliknya, skenario tersebut berdampak meningkatkan penggunaan pupuk, produksi gabah dan pendapatan dari petani anggota koperasi sebagian besar propinsi sampel serta meningkatkan peubah-peubah kinerja koperasi semua propinsi.

Berdasarkan hasil simulasi di atas, kebijakan memerankan pihak swasta dan koperasi secara bersama-sama dalam distribusi pupuk masih merugikan pihak petani. Karena itu skenario ini tidak layak untuk diterapkan.

Tabel 6. Hasil Simulasi Skenario Peran Swasta dan Koperasi Seimbang P R O P I N S I

SUMUT SUMBAR JABAR JATIM BALI NTB JATENG

PEUBAH

(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)

LINI II & III

S2SMUT -37.51 -33.30 -45.77 -40.08 -35.70 -33.81 -0.62 S3KAB -38.90 -33.29 -52.01 -42.39 -46.12 -30.83 -0.31 HARGA PUPUK PPETKOP 0.14 0.06 4.70 0.92 -7.81 -7.50 -10.12 PETANI KOPERASI DPPETKOP 10.14 2.31 -0.25 0.40 0.62 0.51 1.70 GPETKOP 1.31 0.52 -0.03 0.18 0.03 0.14 1.01 JGPETKOP 1.18 0.56 0.93 0.18 -1.45 0.79 0.86 IPETKOP 2.21 0.41 2.00 0.21 -0.68 0.91 3.29 PETANI NON-KOP DPPETNKO -30.51 -1.60 0.00 -1.89 -1.66 2.80 -14.78 GPETNKO -10.27 -0.75 0.00 -1.01 -0.60 0.57 -0.86 JGPETNKO -10.86 -0.56 1.27 0.30 -0.65 0.46 -1.00 IPETNKO -10.65 -1.15 2.01 0.24 -0.94 0.67 -1.29 BERAS KOPERASI PGKOP -3.44 0.39 1.25 0.31 -0.15 -1.14 -1.01 BGKOP 3.21 0.18 -1.49 0.00 0.28 0.36 0.55 PROBRKOP 2.53 0.14 -0.98 0.20 0.34 0.39 0.53 CPPRODBR 0.75 0.08 -1.26 0.22 0.52 0.47 0.30 KINERJA KOPERASI MOSE 0.20 -0.02 -0.03 0.00 0.01 0.04 0.05 MOLU -0.03 0.02 0.00 0.00 0.00 0.13 0.00 ASET 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.54 0.00 VOLUME 21.79 44.32 7.28 3.63 9.51 3.63 1.88 SHU 11.71 23.34 3.47 4.93 2.97 3.62 2.19 SHUA 19.54 26.37 2.82 9.88 1.29 1.91 2.54 PRAN 42.47 38.80 1.11 3.46 1.68 2.16 1.94 PRAS 7.71 1.71 0.26 2.77 9.94 2.70 0.10 PRUS 27.29 21.67 0.23 2.99 0.01 2.36 0.19

Hasil simulasi pengembangan dari skenario peran swata dan koperasi seimbang pada Tabel 7 dan hasil simulasi peningkatan peran koperasi secara penuh pada Tabel 8 menunjukkan bahwa kedua skenario berdampak meningkatkan nilai semua peubah-peubah pada petani anggota dan non-anggota koperasi, produksi dan kapasitas produksi beras koperasi serta peubah-peubah kinerja koperasi. Akan tetapi skenario peran koperasi secara penuh memberikan dampak dengan persentase yang lebih besar. Sebaliknya kedua skenario menurunkan pengadaan pupuk pada level propinsi dan kabupaten.

Berdasarkan hasil simulasi di atas, kedua skenario tersebut memberikan dampak yang lebih baik pada semua model. Karena itu kedua skenario ini diprioritaskan untuk diterapkan. Meskipun masih terdapat dampak penurunan pada pengadaan pupuk level propinsi dan kabupaten, tetapi kerugian ini kemungkinan hanya bersifat jangka pendek akibat pengalihan wewenang yang semula dari pihak swasta kepada pihak koperasi. Pemulihan secara cepat dapat dicapai pemerintah melalui pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan baru yang diambil.

Tabel 7. Hasil Simulasi Skenario Pengembangan dari Peran Swasta dan Koperasi Secara Seimbang

P R O P I N S I

SUMUT SUMBAR JABAR JATIM BALI NTB JATENG

PEUBAH

(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)

LINI II & III

S2… -37.51 -30.77 -45.77 -40.08 -35.70 33.81 0.62 S3KAB -38.90 -30.64 -52.01 -42.39 -46.12 30.83 -0.31 HARGA PUPUK PPETKOP 0.14 0.36 4.70 0.92 -7.81 -9.05 -10.12 PETANI KOPERASI DPPETKOP - - - - - - - GPETKOP 4.39 5.42 2.64 11.35 1.14 6.63 5.37 JGPETKOP 4.44 5.83 3.87 11.67 8.60 1.76 3.04 IPETKOP 4.72 4.26 8.38 10.70 12.41 0.87 8.02 PETANI NON-KOP DPPETNKO - - - - - - - GPETNKO 8.36 12.08 6.28 13.33 8.98 5.04 1.57 JGPETNKO 8.72 8.70 8.17 13.59 9.24 5.19 1.83 IPETNKO 8.67 17.05 12.92 10.88 13.38 7.57 2.36 BERAS KOPERASI PGKOP 1.72 3.95 2.08 2.00 2.61 -0.28 -0.84 BGKOP - - - 1.81 - - - PROBRKOP 19.74 10.37 24.55 2.76 30.24 26.74 15.36 CPPRODBR 5.88 6.54 31.21 30.60 45.93 32.00 8.64 KINERJA KOPERASI MOSE 1.60 2.95 0.68 0.64 0.49 3.52 1.32 MOLU -0.27 0.02 -0.05 -0.01 -0.29 1.14 0.14 ASET 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 2.66 0.00 VOLUME 21.79 44.32 10.14 3.63 16.60 10.39 2.07 SHU 11.71 23.34 4.84 4.93 5.18 4.41 2.41 SHUA 19.54 26.37 3.93 9.88 2.25 2.01 2.79 PRAN 42.47 38.80 1.60 3.46 2.93 7.04 2.13 PRAS 7.71 1.71 0.35 2.77 17.36 5.38 0.10 PRUS 27.29 21.67 0.33 2.99 0.49 9.93 0.22

Tabel 8. Hasil Simulasi Skenario Peran Koperasi secara Penuh P R O P I N S I

SUMUT SUMBAR JABAR JATIM BALI NTB JATENG

PEUBAH

(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)

LINI II & III

S2S… -75.03 -73.85 -64.46 -87.15 -71.41 -67.64 -6.42 S3KAB -77.80 -73.46 -76.35 -91.92 -92.23 -61.65 -4.92 HARGA PUPUK PPETKOP 0.41 0.48 9.04 1.91 -15.62 -18.10 -18.54 PETANI KOPERASI DPPETKOP - - - - - - - GPETKOP 4.39 5.42 2.64 11.35 1.14 6.63 5.37 JGPETKOP 4.44 5.83 4.75 11.66 9.01 3.35 6.17 IPETKOP 4.72 4.26 10.27 10.75 12.41 6.20 15.25 PETANI NON-KOP DPPETNKO - - - - - - - GPETNKO 8.36 12.08 6.28 13.33 8.98 5.04 1.57 JGPETNKO 8.72 8.70 9.35 14.54 9.20 5.06 1.83 IPETNKO 8.67 17.05 14.78 11.64 13.38 7.38 2.36 BERAS KOPERASI PGKOP 1.72 3.95 3.25 2.30 2.61 -1.52 -1.85 BGKOP - - - 1.90 - - - PROBRKOP 21.95 25.90 24.55 2.98 30.24 26.74 15.36 CPPRODBR 13.52 15.24 31.21 30.60 45.93 32.00 8.64 KINERJA KOPERASI MOSE 3.67 2.95 -0.07 0.64 0.49 3.57 1.32 MOLU -0.62 0.02 0.00 -0.01 -0.29 1.18 0.14 ASET 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.71 0.00 VOLUME 43.58 66.21 17.75 7.36 26.04 13.58 3.74 SHU 23.43 34.35 8.47 10.00 8.12 6.73 4.34 SHUA 39.09 29.60 6.87 20.05 3.54 3.11 5.03 PRAN 84.95 44.60 4.12 7.02 4.59 9.21 3.84 PRAS 15.45 9.56 0.61 5.61 27.23 8.28 0.17 PRUS 54.58 30.71 0.57 6.05 0.49 14.89 0.36

5.3.2. Evaluasi Skenario Alternatif Kelompok Kedua

Hasil simulasi skenario kebijakan alternatif kelompok kedua pada masing-masing propinsi sampel dapat dilihat pada Lampiran 9 – 15. Hasil simulasi skenario kenaikan harga pupuk dan harga gabah pada Propinsi Sumatera Utara, Jawa Barat dan Jawa Tengah memberikan dampak yang relatif sama. Kenaikan harga pupuk 5 % diikuti kenaikan harga gabah 10 % berdampak meningkatkan peubah-peubah petani dan kinerja koperasi tetapi menurunkan pembelian gabah,

produksi beras dan kapasitas produksi beras koperasi. Sementara pada Propinsi Sumatera Barat, Jawa Timur, Bali dan NTB, kenaikan harga pupuk dan kenaikan harga gabah memberikan dampak negatif kepada para petani.

Hasil simulasi skenario alternatif ini menunjukkan pada dasarnya di Propinsi Sumatera Utara, Jawa Barat dan Jawa Tengah harga pupuk dan harga gabah dapat dinaikan. Sementara pada keempat propinsi lainnya kenaikan harga gabah menguntungkan bagi petani, tetapi kenaikan harga pupuk sebesar 5 % saja sudah merugikan petani.

Hasil simulasi skenario-skenario selanjutnya pada semua propinsi adalah relatif sama. Skenario kenaikan penggunaan pupuk oleh petani sebesar 25 % diikuti harga gabah dan pembelian gabah oleh koperasi sebesar 10 % ketiganya berdampak positif secara umum pada semua peubah model. Karena itu skenario ini potensial untuk diterapkan. Sebaliknya skenario yang berlawanan yakni penurunan terhadap penggunaan pupuk dan harga gabah memberikan dampak serius menurunkan produksi gabah dan pendapatan para petani serta kinerja koperasi. Skenario ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa berbagai sebab dan alasan bahkan kebijakan yang diambil pemerintah yang menyebabkan penurunan penggunaan pupuk pada petani, pada dasarnya merugikan para petani.

Skenario peningkatan kapasitas prasarana dan sarana produksi beras koperasi dimaksudkan untuk mengoperasikan kembali prasarana dan sarana koperasi yang telah menganggur akibat kebijakan pupuk dan beras yang telah dijalankan. Skenario tersebut sekaligus meningkatkan kemampuan koperasi dalam penanganan pengadaan pangan. Skenario ini juga dimaksudkan untuk mendukung sistem bank padi yang sedang dijalankan koperasi.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa jika kapasitas RMU koperasi yang ada sekarang ditingkatkan, juga gudang dan lantai jemur dan peralatan pendukung lainnya diperluas maka menjamin peningkatan pembelian gabah, produksi dan kapasitas produksi beras koperasi. Juga skenario ini memberikan dampak positif pada kinerja koperasi. Jika kemudian dilanjutkan dengan kebijakan untuk mendorong peningkatan nilai aset dan volume usaha koperasi maka akan memberikan hasil yang cukup besar bagi peningkatan kinerja koperasi.

Untuk pengembangan sistem bank padi ke depan maka gabungan beberapa skenario alternatif di atas merupakan kesatuan kebijakan yang penting. Gabungan skenario kebijakan peningkatan penggunaan pupuk petani secara langsung, kebijakan menaikan harga gabah, pemberian kredit atau modal kepada koperasi untuk pembelian gabah dan kenaikan kapasitas prasarana dan sarana produksi beras koperasi serta kebijakan mendorong kenaikan aset dan volume usaha koperasi adalah kesatuan kebijakan yang menunjang pengembangan system bank padi. Lebih dari itu, kebijakan alternatif tersebut secara bersama-sama akan menjamin produksi dan pendapatan para petani maupun produksi beras yang dihasilkan koperasi.

5.4. Model Alternatif Penyaluran Pupuk dan Pengadaan

Dokumen terkait