• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume Usaha Koperasi, SHU dan Bagian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengadaan Pupuk,

5.1.3.2. Volume Usaha Koperasi, SHU dan Bagian

dari pelayanan anggota dan nilai volume dari pelayanan terhadap pasar umum. Juga dianalisis keterkaitan pengadaan pupuk dengan volume usaha, dan apa yang terjadi jika pihak koperasi dan swasta masing-masing diberi peran lebih tinggi dalam distribusi pupuk.

Sisa hasil usaha koperasi (SHU) ditentukan oleh volume usaha, besaran nilai aset dan produktivitas anggota. Semakin besar volume usaha koperasi akan semakin besar juga SHU yang akan diterima. Semakin besar nilai total aset koperasi menunjukkan peluang menerima SHU yang besar semakin terbuka.

Diasumsikan jika produktivitas anggota koperasi semakin baik berpeluang meningkatkan SHU yang diterima koperasi. Sebaliknya, semakin besar SHU yang diterima koperasi maka makin besar bagian yang akan diterima anggota masing-masing. Begitu juga semakin tinggi produkvitas seorang anggota semakin besar bagian SHU yang ia terima.

Hasil estimasi pada (Lampiran 2) menunjukkan volume usaha koperasi (VOLUME) di Propinsi Sumatera Utara secara signifikan dipengaruhi positif oleh jumlah pengadaan pupuk koperasi, nilai volume usaha dari pelayanan kepada anggota dan pelayanan kepada pasar umum (S4ECKOP, VOLA dan VOLPSR), dan dipengaruhi negatif oleh pengadaan pupuk pengecer swasta (S4ECNKO). Sisa Hasil Usaha koperasi (SHU) secara signifikan dipengaruhi positif oleh volume usaha, jumlah aset dan indeks produktivitas anggota (VOLUME, ASET dan PRAN). Sedangkan bagian SHU yang diterima anggota (SHUA) secara signifikan dipengaruhi positif oleh besaran SHU dan indeks produktivitas anggota (SHU dan PRAN). Semua peubah dalam ketiga persamaan bersifat inelastis.

Pada Propinsi Sumatera Barat, hasil estimasi (Lampiran 3) menunjukkan volume usaha koperasi (VOLUME) secara signifikan dipengaruhi positif oleh jumlah pengadaan pupuk koperasi dan nilai volume usaha dari pelayanan kepada anggota (S4ECKOP dan VOLA). Tetapi ia dipengaruhi negatif oleh pengadaan pupuk pengecer swasta (S4ECNKO). Sisa Hasil Usaha koperasi (SHU) secara signifikan dipengaruhi positif oleh volume usaha dan jumlah aset koperasi (VOLUME dan ASET), tetapi tidak dipengaruhi oleh indeks produktivitas anggota. Sedangkan bagian SHU yang diterima anggota (SHUA) secara signifikan dipengaruhi positif oleh besaran SHU dan indeks produktivitas anggota (SHU dan PRAN). Semua peubah dalam ketiga persamaan bersifat inelastis, kecuali peubah S4ECKOP pada persamaan volume usaha bersifat elastis (1.19).

Pada Propinsi Jawa Barat, hasil estimasi (Lampiran 4) menunjukkan volume usaha koperasi (VOLUME) secara signifikan dipengaruhi positif oleh jumlah pengadaan pupuk koperasi, jumlah pengadaan pupuk swasta dan nilai volume usaha dari pelayanan kepada anggota (S4ECKOP, S4ECNKO dan VOLA). Sisa Hasil Usaha koperasi (SHU) secara signifikan dipengaruhi positif oleh volume usaha dan jumlah aset koperasi (VOLUME dan ASET). Sedangkan bagian SHU yang diterima anggota (SHUA) secara signifikan dipengaruhi positif oleh

besaran SHU dan indeks produktivitas anggota (SHU dan PRAN). Semua peubah dalam ketiga persamaan bersifat inelastis.

Hasil estimasi pada Lampiran 5 menunjukkan volume usaha koperasi (VOLUME) di Propinsi Jawa Timur secara signifikan hanya dipengaruhi positif oleh nilai volume usaha dari pelayanan kepada anggota (VOLA), dan tidak dipengaruhi baik oleh jumlah pengadaan pupuk koperasi maupun jumlah pengadaan pupuk swasta. Sisa Hasil Usaha koperasi (SHU) secara signifikan dipengaruhi positif oleh volume usaha dan jumlah aset koperasi (VOLUME dan ASET). Sedangkan bagian SHU yang diterima anggota (SHUA) secara signifikan hanya dipengaruhi positif oleh besaran SHU, dan tidak dipengaruhi oleh indeks produktivitas anggota koperasi. Peubah VOLUME pada persamaan SHU dan peubah SHU pada persamaan SHUA keduanya bersifat elastis (1.01 dan 1.19). Sedangkan semua peubah lainnya bersifat inelastis.

Pada Propinsi Bali, hasil estimasi pada Lampiran 6 menunjukkan volume usaha koperasi (VOLUME) secara signifikan dipengaruhi positif oleh jumlah pengadaan pupuk dan produksi beras koperasi, dan nilai volume usaha dari pelayanan kepada anggota (S4ECKOP, PROBRKOP dan VOLA). Tetapi ia tidak dipengaruhi oleh jumlah pengadaan pupuk swasta. Sisa Hasil Usaha koperasi (SHU) secara signifikan dipengaruhi positif oleh volume usaha dan indeks produktivitas anggota koperasi (VOLUME dan PRAN). Sedangkan bagian SHU yang diterima anggota (SHUA) secara signifikan dipengaruhi positif oleh besaran SHU, jumlah anggota dan indeks produktivitas anggota koperasi (SHU, ANG, PRAN). Semua peubah dalam ketiga persamaan bersifat inelastis.

Pada Propinsi NTB, hasil estimasi pada Lampiran 7 menunjukkan volume usaha koperasi (VOLUME) secara signifikan dipengaruhi positif oleh jumlah pengadaan pupuk koperasi dan nilai volume usaha dari pelayanan kepada anggota (S4ECKOP dan VOLA), dan dipengaruhi negatif jumlah pengadaan pupuk swasta (S4ECNKO). Sisa Hasil Usaha koperasi (SHU) secara signifikan dipengaruhi positif oleh volume usaha dan indeks produktivitas anggota koperasi (VOLUME dan PRAN). Sedangkan bagian SHU yang diterima anggota (SHUA) secara signifikan dipengaruhi positif oleh besaran SHU dan jumlah anggota (SHU dan ANG), tetapi tidak dipengaruhi oleh indeks produktivitas anggota koperasi. Semua peubah dalam ketiga persamaan bersifat inelastis.

Pada Propinsi Jawa Tengah hasil estimasi pada Lampiran 8 menunjukkan volume usaha koperasi (VOLUME) secara signifikan dipengaruhi positif oleh nilai volume usaha dari pelayanan kepada anggota dan pelayanan kepada pasar umum (VOLA dan VOLPSR), dan tidak dipengaruhi oleh jumlah pengadaan pupuk baik oleh pengecer koperasi maupun swasta dan oleh jumlah produksi beras koperasi. Sisa Hasil Usaha koperasi (SHU) secara signifikan dipengaruhi positif oleh volume usaha dan besaran nilai aset koperasi (VOLUME dan ASET). Sedangkan bagian SHU yang diterima anggota (SHUA) secara signifikan dipengaruhi positif oleh besaran SHU dan nilai indeks produktivitas anggota koperasi (SHU dan PRAN). Semua peubah dalam ketiga persamaan bersifat inelastis.

Pada semua propinsi sampel, volume usaha koperasi memiliki perilaku makin meningkat searah kenaikan nilai volume usaha dari pelayanan kepada para anggota koperasi. Secara umum, semua koperasi lebih dominan kepada pelayanan kepada para anggotanya dibanding pelayanan kepada pasar umum. Ini merupakan wujud fungsi sosial yang tengah diemban koperasi. Khusus pada beberapa propinsi seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat dan NTB volume usaha koperasi makin menurun searah kenaikan jumlah pengadaan pupuk oleh pengecer swasta. Ini berarti kehadiran pengecer swasta dalam penyaluran pupuk turut mengurangi kesempatan koperasi-koperasi pada propinsi-propinsi tersebut untuk menambah volume usahanya. Sebelum kebijakan baru distribusi pupuk dan pengadaan beras yang berlaku saat ini, kebijakan sebelumnya memberikan kewenangan penuh kepada koperasi dalam penyaluran pupuk dan pengadaan beras. Dengan kebijakan tersebut, banyak koperasi telah terlibat dalam distribusi pupuk dan pengadaan pangan sehingga unit-unit usaha penyaluran pupuk dan pengadaan pangan turut memberikan kontribusi signifikan terhadap volume usaha koperasi. Setelah kebijakan baru berlaku, koperasi tersaingi oleh pihak swasta dan karena itu mempengaruhi besaran volume usaha mereka.

Secara khusus pada Propinsi Jawa Barat volume usaha koperasi malahan makin meningkat searah kenaikan jumlah pengadaan pupuk oleh pengecer swasta. Bahkan pada Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah volume usaha koperasi tidak dipengaruhi sama sekali oleh jumlah pengadaan pupuk baik oleh pengecer swasta maupun pengecer koperasi. Juga di Bali, volume usaha tidak dipengaruhi oleh pengadaan pupuk pengecer swasta. Hal ini menunjukkan pada

propinsi-propinsi tersebut usaha koperasi tetap berjalan normal tanpa terganggu oleh perubahan kebijakan yang memberikan wewenang lebih besar kepada pihak swasta. Sedangkan pada semua propinsi kecuali Jawa Timur dan Jawa Tengah, kenaikan pengadaan pupuk oleh pengecer koperasi turut mendorong kenaikan volume usaha koperasi. Pada Sumatera Barat, pengadaan pupuk pengecer koperasi ini memiliki respon kuat untuk meningkatkan volume usaha.

Hasil-hasil estimasi menunjukkan bahwa gerak kenaikan volume usaha dan kenaikan besaran nilai aset akan mendorong kenaikan besaran SHU yang diterima koperasi. Hal ini terjadi pada hampir semua propinsi. Ini menunjukkan bahwa kedua peubah ini berhubungan erat dengan besaran SHU. Selain itu kenaikan indeks produktivitas anggota turut mendorong kenaikan nilai SHU. Produktivitas anggota menunjukkan seberapa besar kemampuan mereka menyumbangkan return pada besaran volume usaha. Kenaikan indeks produktivitas ini merupakan suatu indikator bagi kenaikan SHU koperasi. Pada Propinsi Suametara Utara, Bali dan NTB besaran SHU koperasi dipengaruhi juga produktivitas anggota ini. Meskipun demikian, peubah produksivitas indeks produktivitas anggota koperasi ini masih memberikan kontribusi yang kecil bagi pembentukan SHU.

Sedangkan bagian SHU yang diterima para anggota makin meningkat sejalan dengan kenaikan nilai SHU yang dicapai koperasi. Perilaku ini terjadi di semua propinsi dan menunjukkan bahwa kenaikan besaran SHU akan memberikan peluang lebih besar kepada para anggota untuk menerima bagiannya masing-masing. Beberapa propinsi seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Bali dan Jawa Tengah indeks produktivitas anggota turut mempengaruhi kenaikan bagian SHU yang akan mereka terima. Meskipun demikian kontribusi peubah produktivitas anggota terhadap besaran bagian SHU yang diterima anggota masih begitu kecil, juga ia tidak memiliki respon yang kuat terhadap kenaikan bagian SHU. Sedangkan pada Propinsi Jawa Timur dan NTB, indeks produktivitas anggota tidak mempengaruhi besaran bagian SHU yang akan diterima anggota.

5.1.3.3. Produktivitas Anggota, Produktivitas Aset, dan

Dokumen terkait