• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data

1. Menghitung Pajak Penghasilan yang Terutang.

Peredaran Bruto Wajib Pajak selama Tahun 2019 adalah sebesar Rp765.605.460. Maka untuk penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang untuk CV Arti Bumi Intaran menggunakan tarif pajak Pasal 31E ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008. Berdasarkan Undang-undang PPh Pasal 31E, penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang untuk CV Arti Bumi Intaran adalah seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenai tarif sebesar 50% dari tarif PPh badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto CV Arti Bumi Intaran tidak melebihi Rp4.800.000.000 dengan kata lain mendapat fasilitas penuh berupa pengurangan tarif sebesar 50%.

Tabel 6. Penghitungan PPh Terutang Tahun 2019 (dalam ribuan rupiah).

Pendapatan Usaha:

Pendapatan Penjualan 765.605.460

Harga Pokok Penjualan 520.000.000

Laba Kotor 245.605.460

Beban Usaha:

Gaji Karyawan 70.500.000

Listrik/Telepon 65.044.914

Jasa Angkut 12.870.000

Biaya Paket 8.750.000

Biaya Pemeliharaan 6.800.000

Biaya Retribusi Sampah 180.000

Bahan Bakar Minyak 1.800.000

Sembako 3.200.000

Rumah Tangga Kantor 3.100.000

Jumlah 172.244.914

Laba Sebelum Pajak 73.360.546

a. Penyesuaian Fiskal Positif

Sembako 3.200.000

Jumlah Penyesuaian Fiskal Positif 3.200.000

b. Penyesuaian Fiskal Negatif 0

Jumlah Penyesuaian Fiskal Negatif 0

Penghasilan Neto Fiskal 76.560.546

Pembulatan 76.560.000

PPh Terutang (Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)) 9.570.000

Laba Setalah Pajak 66.990.546

Sumber: Data Diolah

Dalam Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat (1) huruf e, terkait dengan penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan dianggap bukan merupakan objek pajak sehingga penggantian atau imbalan tersebut bukan merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja sehingga harus dikoreksi positif.

PPh Terutang:

= (50% × 25%) × PKP yang mendapat fasilitas

= (50% × 25%) × Rp76.560.000

= Rp9.570.000.

Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh (PPh Pasal 17 ayat (4)).

Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp76.560.546 untuk penerapan tarif dibulatkan ke bawah menjadi Rp76.560.000.

2. Penerapan Prinsip Taxable dan Deductible Pada Laporan Laba Rugi CV Arti Bumi Intaran.

Berdasarkan penghitungan PPh terutang terdapat penyesuaian fiskal positif untuk biaya yang digunakan untuk pembelian sembako. Biaya ini merupakan biaya untuk pembelian sembako yang akan diberikan kepada karyawan dalam bentuk bingkisan untuk Lebaran, Natal dan Tahun Baru selama tahun 2019. Pemberian bingkisan kepada karyawan ini sudah merupakan kegiatan rutin setiap tahunnya menjelang Hari Raya besar.

Dalam Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat (1) huruf e, terkait dengan penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan dianggap bukan merupakan objek pajak sehingga penggantian atau imbalan tersebut bukan merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja. Namun dalam Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 6 yang mengatur mengenai biaya yang boleh dikurangkan dari Penghasilan Bruto dalam ayat (1) menjelaskan bahwa biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha antara lain biaya yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang boleh diakui sebagai biaya dan sebagai pengurang penghasilan bruto.

Berhubungan dengan hal tersebut, maka Wajib Pajak bisa menggunakan Prinsip Taxable dan Deductible dimana mengubah Biaya Sembako yang digunakan untuk pemberian bingkisan pada Hari Raya menjadi pemberian Tunjangan Hari Raya dalam bentuk uang sehingga biaya tersebut dapat diakui dan dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan bruto. Maksud dari Prinsip Taxable dan Deductible ini adalah suatu penghasilan dapat dipajaki bagi yang

menerimanya dan atas pengeluaran penghasilan tersebut dapat dibebankan sebagai biaya oleh pihak yang mengeluarkannya. Sehingga apabila Wajib Pajak mengakui Biaya Sembako tersebut menjadi biaya Tunjangan hari raya, maka

untuk Wajib pajak merupakan Deductible dan untuk karyawan yang menerima Tunjangan Hari Raya tersebut merupakan Taxable.

Berikut adalah penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang untuk CV Arti Bumi Intaran, dimana biaya sembako diganti menjadi Tunjangan Hari Raya.

Tabel 7. Penghitungan PPh Terutang Dengan Prinsip Taxable dan Deductible (dalam ribuan rupiah)

Pendapatan Usaha:

Pendapatan dan Penjualan 765.605.460

Harga Pokok Penjualan 520.000.000

Laba Kotor 245.605.460

Beban Usaha:

Gaji Karyawan 70.500.000

Listrik/Telepon 65.044.914

Jasa Angkut 12.870.000

Biaya Paket 8.750.000

Biaya Pemeliharaan 6.800.000

Biaya Retribusi 180.000

Bahan Bakar Minyak 1.800.000

Sembako (Tunjangan Hari Raya) 3.200.000

Rumah Tangga Kantor 3.100.000

Jumlah 172.244.914

Laba Sebelum Pajak 73.360.546

Penghasilan Neto Fiskal 73.360.546

Pembulatan 73.360.000

PPh Terutang (Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)) 9.170.000

Laba Setelah Pajak 64.190.546

Sumber: Data Diolah

PPh Terutang:

= (50% × 25%) × PKP yang mendapat fasilitas

= (50% × 25%) × Rp73.360.000

= Rp9.170.000.

Setelah dilakukannya perubahan terhadap Biaya Sembako menjadi Tunjangan Hari Raya, Pajak Penghasilan terutang yang sebelumnya sebesar Rp9.570.000 turun menjadi Rp9.170.000 sehingga dalam hal ini Wajib Pajak dapat melakukan penghematan sebesar Rp400.000.

3. Penyusutan Aktiva Tetap.

Dilihat dalam Laporan Laba Rugi CV Arti Bumi Intaran tidak terdapat biaya penyusutan aktiva tetap sedangkan salah satu biaya yang dapat diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto adalah biaya penyusutan untuk harta berwujud menurut Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat (1) huruf b. Sehingga sesuai dengan peraturan tersebut Wajib Pajak dapat menjadikan biaya penyusutan sebagai pengurang penghasilan bruto dengan menggunakan Metode Garis Lurus atau Metode Saldo Menurun.

a. Penghitungan Penyusutan Aktiva Tetap dengan Metode Garis Lurus dan Metode Saldo Menurun berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 11.

No. Barang Bulan

2015 110.000.000 25 27.500.000 82.500.000 27.500.000 55.000.000 27.500.000 27.500.000 27.500.000 0 0 6 Sakurai

Oliver 52E

Januari

2015 110.000.000 25 27.500.000 82.500.000 27.500.000 55.000.000 27.500.000 27.500.000 27.500.000 0 0 7 Sakurai

Oliver 52E

Januari

2015 110.000.000 25 27.500.000 82.500.000 27.500.000 55.000.000 27.500.000 27.500.000 27.500.000 0 0 Mesin

No. Barang Bulan

2017 36.850.000 25 36.850.000 9.212.500 27.637.500 9.212.500 18.425.000 9.212.500

Mesin

Jumlah Penyusutan Tahun 2019 (Rp) 11.637.500

Sumber: Data Diolah

N

2015 110.000.000 50 55.000.000 55.000.000 27.500.000 27.500.000 13.750.000 13.750.000 13.750.000 0 0 6 Sakurai

Oliver 52E

Januari

2015 110.000.000 50 55.000.000 55.000.000 27.500.000 27.500.000 13.750.000 13.750.000 13.750.000 0 0 7 Sakurai

Oliver 52E

Januari

2015 110.000.000 50 55.000.000 55.000.000 27.500.000 27.500.000 13.750.000 13.750.000 13.750.000 0 0 Mesin

N

2017 36.850.000 50 36.850.000 18.425.000 18.425.000 9.212.500 9.212.500 4.606.250

Mesin

9.700.000 4.850.000 4.850.000 2.425.000 Sepeda

Jumlah Penyusutan Tahun 2019 (Rp) 7.031.250

Sumber: Data Diolah

b. Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang dengan Biaya Penyusutan Menggunakan Metode Garis Lurus dan Metode Saldo Menurun Berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 11.

Tabel 10. Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang dengan Biaya Penyusutan Menggunakan Metode Garis Lurus dan Metode Saldo Menurun

Keterangan Metode Garis

Lurus (Rp)

Metode Saldo Menurun (Rp)

Laba Kotor 245.605.460 245.605.460

Beban Usaha:

Gaji Karyawan 70.500.000 70.500.000

Listrik/Telepon 65.044.914 65.044.914

Jasa Angkut 12.870.000 12.870.000

Biaya Paket 8.750.000 8.750.000

Biaya Pemeliharaan 6.800.000 6.800.000

Biaya Retribusi 180.000 180.000

Bahan Bakar Minyak 1.800.000 1.800.000

Rumah Tangga Kantor 3.100.000 3.100.000

Biaya Penyusutan 11.637.500 7.031.250

Jumlah Beban Usaha 180.682.414 176.076.164

Laba Sebelum Pajak 64.923.046 69.529.296

Penghasilan Neto Fiskal 64.923.046 69.529.296

Pembulatan 64.923.000 69.529.000

PPh Terutang (Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)) 8.115.375 8.691.125

Laba Setelah Pajak 56.807.671 60.838.171

Sumber: Data Diolah

1) PPh Terutang dengan Metode Garis Lurus:

= (50% × 25%) × PKP yang mendapat fasilitas

= (50% × 25%) × Rp64.923.000

= Rp8.115.375.

2) PPh Terutang dengan Metode Saldo Menurun:

= (50% × 25%) × PKP yang mendapat fasilitas

= (50% × 25%) × Rp69.529.000

= Rp8.691.125.

Berdasarkan tabel perbandingan penghitungan PPh terutang (Tabel 10) diketahui besarnya PPh Terutang dengan Biaya Penyusutan menggunakan Metode Garis Lurus adalah sebesar Rp8.115.375, sedangkan PPh Terutang dengan Biaya Penyusutan menggunakan Metode Saldo Menurun adalah sebesar Rp8.691.125. Berdasarkan penghitungan Pajak Penghasilan terutang yang dihitung oleh penulis menggunakan tarif Pasal 31E adalah sebesar Rp9.570.000. Apabila Wajib Pajak menggunakan Metode Penyusutan Garis Lurus maka Wajib Pajak mendapatkan penghematan pajak sebesar Rp1.454.625 (Rp9.570.000 - Rp8.115.375), sedangkan jika wajib pajak menggunakan Metode Penyusutan Saldo Menurun Wajib Pajak hanya mendapatkan penghematan pajak sebesar Rp878.875 (Rp9.570.000 - Rp8.691.125).

c. Penghitungan Penyusutan Aktiva Tetap dengan Metode Garis Lurus dan Metode Saldo Menurun menggunakan Present Value.

Berdasarkan penghitungan penyusutan aktiva tetap pada tabel 8 dan tabel 9, dapat dilihat bahwa hanya terdapat dua aktiva tetap yang dapat disusutkan sampai dengan tahun 2019 yaitu Mesin Mastering tipe HP LaserJet Enterprise M653dn dan Mesin Wrapping tipe BSD 350B. Sehingga untuk penghitungan Penyusutan Aktiva Tetap dengan Metode Garis Lurus dan Metode Saldo Menurun menggunakan Present Value penulis hanya akan menghitung untuk kedua aktiva

tetap tersebut.

Present Value merupakan berapa nilai uang saat ini untuk nilai

tertentu di masa yang akan datang. Dalam penghitungan ini penulis menggunakan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI 7-day (Reverse) Repo Rate yang berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016 menggantikan BI Rate. Rumus yang digunakan:

𝑃𝑉 =(1+𝑖)𝐹𝑉𝑛 𝑃𝑉 = 𝐹𝑉(1+𝑖)1 𝑛

Dimana:

FV : Penyusutan Aktiva

i : Tingkat Suku Bunga BI 7-day (Reverse) Repo Rate n : Jumlah Tahun

Aktiva Bulan Perolehan

Pembelian (Rp)

Tahun Bunga (%)

PV Penyusutan

(Rp)

𝟏 (𝟏 + 𝒊)𝒏 HP LaserJet Enterprise M653dn Januari 2017 36.850.000 2017 4,25% 9.212.500 1

(1 + 4,25%)1 8.836.930,46

2018 6,00% 9.212.500 1

(1 + 6,00%)2 8.199.092,20

2019 5,00% 9.212.500 𝟏

(𝟏 + 𝟓, 𝟎𝟎%)𝟑 7.958.103,88

BSD 350B Januari 2018 9.700.000 2018 6,00% 2.425.000 1

(1 + 6,00%)1 2.287.735,85

2019 5,00% 2.425.000 𝟏

(𝟏 + 𝟓, 𝟎𝟎%)𝟐 2.199.546,49

Sumber: Data Diolah

Aktiva HP LaserJet Enterprise M653dn Januari 2017 36.850.000 2017 4,25% 18.425.000 1

(1 + 4,25%)1 17.673.860,91

Berdasarkan penghitungan pada tabel 11, penyusutan dengan Metode Garis Lurus menggunakan Present Value untuk tahun 2019 adalah sebesar Rp10.157.650,37 (7.958.103,88 + 2.199.546,49) dan penyusutan dengan Metode Saldo Menurun menggunakan Present Value (tabel 12) untuk tahun 2019 adalah sebesar Rp6.178.598,43

(3.979.051,94 + 2.199.546,49).

d. Memilih Metode Penyusutan yang menghasilkan Pajak Penghasilan yang lebih rendah.

Pemilihan Metode Penyusutan yang diperbolehkan berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku adalah dengan Metode Garis Lurus dan Metode Saldo menurun. Menurut Suandy (2016: 137), jika Wajib Pajak mempunyai prediksi laba yang cukup besar maka dapat menggunakan Metode Penyusutan yang dipercepat (Metode Saldo Menurun) sehingga beban penyusutan tersebut dapat mengurangi penghasilan kena pajak dan memperoleh Pajak Penghasilan yang lebih rendah. Tetapi, jika diperkirakan Wajib Pajak belum bisa memberikan keuntungan yang besar atau timbul kerugian maka pilihannya adalah dengan menggunakan Metode Penyusutan Garis Lurus sehingga beban penyusutan dapat ditunda untuk tahun berikutnya.

Berdasarkan penghitungan diatas, diketahui Metode Penyusutan dengan menggunakan Metode Garis Lurus menghasilkan biaya penyusutan yang lebih besar dibandingkan dengan Metode Saldo Menurun, sehingga penggunaan Metode Penyusutan Garis Lurus

dapat menghasilkan Pajak Penghasilan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena nominal biaya penyusutan akan mempengaruhi nominal Penghasilan Neto Fiskal yang menjadi dasar penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang. Jika semakin besar biaya penyusutan maka semakin kecil Penghasilan Neto Fiskal dan Pajak Penghasilan yang terutang pun menjadi lebih kecil, begitu juga sebaliknya jika semakin kecil biaya penyusutan maka semakin besar Penghasilan Neto Fiskal dan Pajak Penghasilan yang terutang pun menjadi lebih besar. Sehingga dalam kasus ini penulis menyarankan Wajib Pajak menggunakan Metode Penyusutan Garis Lurus.

4. Data Tambahan Terkait Biaya yang Boleh Dikurangkan dengan Penghasilan Bruto.

Data Tambahan Terkait Biaya yang Boleh Dikurangkan dengan Penghasilan Bruto yang didapatkan oleh penulis selama melakukan penelitian di CV Arti Bumi Intaran adalah Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) huruf a terkait dengan biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan usaha salah satunya pajak yang menjadi beban Wajib Pajak dalam rangka usahanya selain Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Meterai (BM), Pajak Hotel, dan Pajak Restoran, dapat dibebankan sebagai biaya. Berikut penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang dengan menambahkan Pajak Bumi dan Bangunan yang dapat dibebankan sebagai biaya.

Tabel 13. Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang dengan Biaya PBB (dalam ribuan rupiah)

Pendapatan Usaha:

Pendapatan dan Penjualan 765.605.460

Harga Pokok Penjualan 520.000.000

Laba Kotor 245.605.460

Beban Usaha:

Gaji Karyawan 70.500.000

Listrik/Telepon 65.044.914

Jasa Angkut 12.870.000

Biaya Paket 8.750.000

Biaya Pemeliharaan 6.800.000

Biaya Retribusi 180.000

Bahan Bakar Minyak 1.800.000

Pajak Bumi dan Bangunan 369.286

Rumah Tangga Kantor 3.100.000

Jumlah 169.414.200

Laba Sebelum Pajak 76.191.260

Penghasilan Neto Fiskal 76.191.260

Pembulatan 76.191.000

PPh Terutang (Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)) 9.523.875

Laba Setelah Pajak 66.667.385

Sumber: Data Diolah

PPh Terutang:

= (50% × 25%) × PKP yang mendapat fasilitas

= (50% × 25%) × Rp76.191.000

= Rp9.523.875

Berdasarkan penghitungan Pajak Penghasilan dengan menambahkan Biaya Pajak Bumi dan Bangunan yang digunakan untuk usaha, terdapat selisih Pajak Penghasilan yang semula Rp9.570.000 menjadi Rp9.523.875 dimana Wajib Pajak dapat menghemat pajak sebesar Rp46.125.

Dokumen terkait