BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
D. Data Umum Perusahaan
CV Arti Bumi Intaran merupakan perusahaan berbadan usaha Perseroan Komanditer (CV), beralamat di Mangkuyudan MJ III/216 Yogyakarta. CV Arti Bumi Intaran juga memiliki website resmi yaitu http://artibumiintaran.net/ yang digunakan sebagai salah satu cara dalam mempromosikan produk dan jasa mereka.
Berikut adalah data umum perusahaan dari CV Arti Bumi Intaran.
1. Akte Pendirian Perusahaan Nomor : 04/2003 Tanggal : 17 Maret 2003
Notaris : Muchammad Agus Hanafi, SH 2. Akte Perusahaan (Perubahan)
Nomor : 15/2013
Tanggal : 17 Oktober 2013
Notaris : Sri Soewanti Soeweno, SH
3. Pengesahan Panitera pengadilan Negeri (PN) Kota Yogyakarta Hari/tanggal : Kamis, 01 Mei 2003
Nomor : 681/CV/KUM.01.01/VI/2003
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) & Perusahaan Kena Pajak (PKP) Nomor NPWP : 02.264.755.6-541.000
Tanggal Pengukuhan PKP : 10 Mei 2013
Nomor PKP : PEM-01739/WPJ.23/KP.0203/2013 5. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil
Nomor : 184/12-05/PK/VIII/2014----5168/13 Tanggal : 25 Agustus 2014
6. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Nomor : 120535201601/5170/33 Tanggal : 25 Agustus 2014
7. Tanda Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Nomor : 087/DIY/2014
Tanggal : 01 Juli 2014
52 BAB V
ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data
CV Arti Bumi Intaran sebagai Wajib Pajak Badan berusaha mematuhi kewajibannya dalam membayar pajak. Sebagai WP Badan yang berorientasi pada laba, tentunya WP Badan akan melakukan tindakan untuk memaksimalkan laba yang didapatkan. Wajib Pajak Badan akan berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena pajak merupakan beban yang pada akhirnya akan menurunkan laba setelah pajak. Oleh karena itu WP Badan membutuhkan perencanaan pajak atau tax planning yang tepat agar WP Badan dapat membayar pajak penghasilan menjadi
lebih rendah.
CV Arti Bumi Intaran dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu, peraturan ini mencabut peraturan pemerintah sebelumnya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu, yang mulai berlaku 1 Juli 2018.
Namun, pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas penghasilan usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk Koperasi,
Persekutuan Komanditer (CV), atau Firma. Setelah jangka waktu berakhir, Wajib Pajak Badan harus menggunakan skema normal yang mengacu pada Pasal 17 ayat (2a) atau Pasal 17 ayat (2b) dan Pasal 31E Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008.
Pada penelitian ini Penulis membuat Perencanaan Pajak (tax planning) menggunakan data Tahun 2019 kemudian menghitung Pajak Penghasilan terutang menggunakan tarif normal yang mengacu pada Pasal 17 ayat (2a) atau Pasal 17 ayat (2b) dan Pasal 31E Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008.
Penghitungan oleh Penulis ini bisa dijadikan sebagai contoh oleh Wajib Pajak dalam penghitungan Pajak Penghasilan terutang untuk periode Tahun Pajak berikutnya pada saat jangka waktu pengenaan Pajak Penghasilan bersifat final telah berakhir.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: Laporan Laba Rugi Komersial, Daftar Aktiva serta bulan dan tahun diperolehnya, serta data-data tambahan yang diperoleh selama penelitian. Data-data yang diperoleh secara lengkap disajikan sebagai berikut.
1. Laporan Laba Rugi 2019
Laporan Laba Rugi ini merupakan Laporan Laba Rugi Komersial yang disusun dengan mengacu pada prinsip akuntansi. Laporan ini berisikan pendapatan usaha, beban usaha dan laba sebelum pajak dalam satu tahun periode 1 Januari 2019 sampai dengan 30 Desember 2019.
Tabel 3. Laporan Laba Rugi Komersial Tahun 2019 (dalam Ribuan Rupiah)
Pendapatan Usaha:
Pendapatan dan Penjualan 765.605.460 Harga Pokok Penjualan 520.000.000
Laba Kotor 245.605.460
Beban Usaha:
Gaji Karyawan 70.500.000
Listrik/Telepon 65.044.914
Jasa Angkut 12.870.000
Biaya Paket 8.750.000
Biaya Pemeliharaan 6.800.000
Biaya Retribusi 180.000
Bahan Bakar Minyak 1.800.000
Sembako 3.200.000
Rumah Tangga Kantor 3.100.000
Jumlah 172.244.914
Laba Sebelum Pajak 73.360.546
Sumber: Laporan Keuangan CV Arti Bumi Intaran Tahun 2019
Penjelasan dari tiap-tiap pos dalam Laporan Laba Rugi CV Arti Bumi Intaran adalah:
a. Pendapatan Penjualan Rp765.605.460.
Jumlah ini merupakan jumlah seluruh pendapatan dan penjualan selama tahun 2019.
b. Harga Pokok Penjualan Rp520.000.000.
Jumlah ini merupakan Harga Pokok Penjualan selama tahun 2019.
c. Gaji Karyawan Rp70.500.000.
Jumlah ini merupakan biaya gaji untuk pegawai tetap dan pegawai tidak tetap di CV Arti Bumi Intaran selama tahun 2019.
d. Listrik/Telepon Rp65.044.914.
Jumlah ini merupakan biaya untuk tagihan listrik dan telepon ditempat usaha selama tahun 2019.
e. Jasa Angkut Rp12.870.000.
Jumlah ini merupakan biaya yang digunakan untuk membayar jasa angkut barang saat membeli bahan baku maupun mengirim barang jadi yang biaya pengiriman ditanggung oleh Wajib Pajak selama tahun 2019.
f. Biaya Paket Rp8.750.000.
Jumlah ini merupakan biaya yang digunakan untuk membayar paket yang dikirim untuk kebutuhan operasional perusahaan. Seperti surat menyurat maupun produk yang pengirimannya melalui jasa pengiriman seperti POS, JNE, J&T, dan lain sebagainya dimana seluruh biaya pengiriman ini ditanggung oleh Wajib Pajak selama tahun 2019.
g. Biaya Pemeliharaan Rp6.800.000.
Jumlah ini merupakan biaya yang digunakan untuk pemeliharaan mesin-mesin dalam mendukung operasional perusahaan selama tahun 2019.
Mesin yang dimiliki adalah mesin cetak, mesin cutting, mesin bending, mesin mastering, dan mesin wrapping.
h. Biaya Retribusi Rp180.000.
Jumlah ini merupakan biaya retribusi untuk pengangkutan sampah yang dihasilkan oleh perusahaan selama tahun 2019.
i. Bahan Bakar Minyak Rp1.800.000.
Jumlah ini merupakan biaya yang digunakan untuk membeli bahan bakar minyak kendaraan bermotor roda dua selama tahun 2019.
j. Sembako Rp3.200.000.
Jumlah ini merupakan biaya untuk pembelian sembako yang akan diberikan kepada karyawan dalam bentuk bingkisan untuk Lebaran, Natal dan Tahun Baru selama tahun 2019.
k. Rumah Tangga dan Kantor Rp3.100.000.
Jumlah ini merupakan biaya yang digunakan untuk menjaga keamanan, kebersihan, perlengkapan sarana perusahaan, serta makan dan minum dalam perusahaan selama tahun 2019
2. Daftar Aktiva
Daftar Aktiva CV Arti Bumi Intaran ini berisikan aktiva-aktiva yang dimiliki oleh Wajib Pajak dan digunakan untuk operasional perusahaan.
Tabel 4. Daftar Aktiva beserta Bulan dan Tahun Diperolehnya (dalam ribuan rupiah). Sumber: Data Perusahaan CV Arti Bumi Intaran
Penjelasan dari masing-masing aktiva yang dimiliki oleh CV Arti Bumi Intaran dan pengelompokan jenis harta berwujud berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 /PMK.03 /2009 adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Penjelasan Masing-masing Aktiva CV Arti Bumi Intaran (dalam ribuan rupiah). 5 Mesin Cetak Sakurai Oliver
52E Januari 2015 110.000.000 Kel.1 6 Mesin Cetak Sakurai Oliver
52E Januari 2015 110.000.000 Kel.1 7 Mesin Cetak Sakurai Oliver
52E Januari 2015 110.000.000 Kel.1 8 Mesin
Cutting
DQ-SHLM-China Agustus 2005 42.900.000 Kel.1 9 Mesin
Cutting
Polar Mohr
Standard 90 Februari 2012 35.000.000 Kel.1 10 Mesin
Bending
Yingkou
Gronhi Februari 2005 87.000.000 Kel.1 11 Mesin
Januari 2017 36.850.000 Kel.1
15 Mesin
Wrapping Februari 2010 6.600.000 Kel.1
16 Mesin
Wrapping BSD 350B Januari 2018 9.700.000 Kel.1 17 Sepeda
Motor
Yamaha Mio
GT Januari 2014 14.000.000 Kel.1
Sumber: Data Diolah
3. Data Tambahan Yang Diperoleh
Data tambahan yang diperlukan oleh penulis merupakan data yang dapat dijadikan beban dan dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan bruto seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Meterai (BM), Pajak Hotel dan Pajak Restoran. Data tambahan yang diperoleh selama peneliti melakukan penelitian di CV Arti Bumi Intaran adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) untuk gedung usaha.
B. Analisis Data
1. Menghitung Pajak Penghasilan yang Terutang.
Peredaran Bruto Wajib Pajak selama Tahun 2019 adalah sebesar Rp765.605.460. Maka untuk penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang untuk CV Arti Bumi Intaran menggunakan tarif pajak Pasal 31E ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008. Berdasarkan Undang-undang PPh Pasal 31E, penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang untuk CV Arti Bumi Intaran adalah seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenai tarif sebesar 50% dari tarif PPh badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto CV Arti Bumi Intaran tidak melebihi Rp4.800.000.000 dengan kata lain mendapat fasilitas penuh berupa pengurangan tarif sebesar 50%.
Tabel 6. Penghitungan PPh Terutang Tahun 2019 (dalam ribuan rupiah).
Pendapatan Usaha:
Pendapatan Penjualan 765.605.460
Harga Pokok Penjualan 520.000.000
Laba Kotor 245.605.460
Beban Usaha:
Gaji Karyawan 70.500.000
Listrik/Telepon 65.044.914
Jasa Angkut 12.870.000
Biaya Paket 8.750.000
Biaya Pemeliharaan 6.800.000
Biaya Retribusi Sampah 180.000
Bahan Bakar Minyak 1.800.000
Sembako 3.200.000
Rumah Tangga Kantor 3.100.000
Jumlah 172.244.914
Laba Sebelum Pajak 73.360.546
a. Penyesuaian Fiskal Positif
Sembako 3.200.000
Jumlah Penyesuaian Fiskal Positif 3.200.000
b. Penyesuaian Fiskal Negatif 0
Jumlah Penyesuaian Fiskal Negatif 0
Penghasilan Neto Fiskal 76.560.546
Pembulatan 76.560.000
PPh Terutang (Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)) 9.570.000
Laba Setalah Pajak 66.990.546
Sumber: Data Diolah
Dalam Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat (1) huruf e, terkait dengan penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan dianggap bukan merupakan objek pajak sehingga penggantian atau imbalan tersebut bukan merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja sehingga harus dikoreksi positif.
PPh Terutang:
= (50% × 25%) × PKP yang mendapat fasilitas
= (50% × 25%) × Rp76.560.000
= Rp9.570.000.
Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh (PPh Pasal 17 ayat (4)).
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp76.560.546 untuk penerapan tarif dibulatkan ke bawah menjadi Rp76.560.000.
2. Penerapan Prinsip Taxable dan Deductible Pada Laporan Laba Rugi CV Arti Bumi Intaran.
Berdasarkan penghitungan PPh terutang terdapat penyesuaian fiskal positif untuk biaya yang digunakan untuk pembelian sembako. Biaya ini merupakan biaya untuk pembelian sembako yang akan diberikan kepada karyawan dalam bentuk bingkisan untuk Lebaran, Natal dan Tahun Baru selama tahun 2019. Pemberian bingkisan kepada karyawan ini sudah merupakan kegiatan rutin setiap tahunnya menjelang Hari Raya besar.
Dalam Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat (1) huruf e, terkait dengan penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan dianggap bukan merupakan objek pajak sehingga penggantian atau imbalan tersebut bukan merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja. Namun dalam Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 6 yang mengatur mengenai biaya yang boleh dikurangkan dari Penghasilan Bruto dalam ayat (1) menjelaskan bahwa biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha antara lain biaya yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang boleh diakui sebagai biaya dan sebagai pengurang penghasilan bruto.
Berhubungan dengan hal tersebut, maka Wajib Pajak bisa menggunakan Prinsip Taxable dan Deductible dimana mengubah Biaya Sembako yang digunakan untuk pemberian bingkisan pada Hari Raya menjadi pemberian Tunjangan Hari Raya dalam bentuk uang sehingga biaya tersebut dapat diakui dan dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan bruto. Maksud dari Prinsip Taxable dan Deductible ini adalah suatu penghasilan dapat dipajaki bagi yang
menerimanya dan atas pengeluaran penghasilan tersebut dapat dibebankan sebagai biaya oleh pihak yang mengeluarkannya. Sehingga apabila Wajib Pajak mengakui Biaya Sembako tersebut menjadi biaya Tunjangan hari raya, maka
untuk Wajib pajak merupakan Deductible dan untuk karyawan yang menerima Tunjangan Hari Raya tersebut merupakan Taxable.
Berikut adalah penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang untuk CV Arti Bumi Intaran, dimana biaya sembako diganti menjadi Tunjangan Hari Raya.
Tabel 7. Penghitungan PPh Terutang Dengan Prinsip Taxable dan Deductible (dalam ribuan rupiah)
Pendapatan Usaha:
Pendapatan dan Penjualan 765.605.460
Harga Pokok Penjualan 520.000.000
Laba Kotor 245.605.460
Beban Usaha:
Gaji Karyawan 70.500.000
Listrik/Telepon 65.044.914
Jasa Angkut 12.870.000
Biaya Paket 8.750.000
Biaya Pemeliharaan 6.800.000
Biaya Retribusi 180.000
Bahan Bakar Minyak 1.800.000
Sembako (Tunjangan Hari Raya) 3.200.000
Rumah Tangga Kantor 3.100.000
Jumlah 172.244.914
Laba Sebelum Pajak 73.360.546
Penghasilan Neto Fiskal 73.360.546
Pembulatan 73.360.000
PPh Terutang (Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)) 9.170.000
Laba Setelah Pajak 64.190.546
Sumber: Data Diolah
PPh Terutang:
= (50% × 25%) × PKP yang mendapat fasilitas
= (50% × 25%) × Rp73.360.000
= Rp9.170.000.
Setelah dilakukannya perubahan terhadap Biaya Sembako menjadi Tunjangan Hari Raya, Pajak Penghasilan terutang yang sebelumnya sebesar Rp9.570.000 turun menjadi Rp9.170.000 sehingga dalam hal ini Wajib Pajak dapat melakukan penghematan sebesar Rp400.000.
3. Penyusutan Aktiva Tetap.
Dilihat dalam Laporan Laba Rugi CV Arti Bumi Intaran tidak terdapat biaya penyusutan aktiva tetap sedangkan salah satu biaya yang dapat diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto adalah biaya penyusutan untuk harta berwujud menurut Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat (1) huruf b. Sehingga sesuai dengan peraturan tersebut Wajib Pajak dapat menjadikan biaya penyusutan sebagai pengurang penghasilan bruto dengan menggunakan Metode Garis Lurus atau Metode Saldo Menurun.
a. Penghitungan Penyusutan Aktiva Tetap dengan Metode Garis Lurus dan Metode Saldo Menurun berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 11.
No. Barang Bulan
2015 110.000.000 25 27.500.000 82.500.000 27.500.000 55.000.000 27.500.000 27.500.000 27.500.000 0 0 6 Sakurai
Oliver 52E
Januari
2015 110.000.000 25 27.500.000 82.500.000 27.500.000 55.000.000 27.500.000 27.500.000 27.500.000 0 0 7 Sakurai
Oliver 52E
Januari
2015 110.000.000 25 27.500.000 82.500.000 27.500.000 55.000.000 27.500.000 27.500.000 27.500.000 0 0 Mesin
No. Barang Bulan
2017 36.850.000 25 36.850.000 9.212.500 27.637.500 9.212.500 18.425.000 9.212.500
Mesin
Jumlah Penyusutan Tahun 2019 (Rp) 11.637.500
Sumber: Data Diolah
N
2015 110.000.000 50 55.000.000 55.000.000 27.500.000 27.500.000 13.750.000 13.750.000 13.750.000 0 0 6 Sakurai
Oliver 52E
Januari
2015 110.000.000 50 55.000.000 55.000.000 27.500.000 27.500.000 13.750.000 13.750.000 13.750.000 0 0 7 Sakurai
Oliver 52E
Januari
2015 110.000.000 50 55.000.000 55.000.000 27.500.000 27.500.000 13.750.000 13.750.000 13.750.000 0 0 Mesin
N
2017 36.850.000 50 36.850.000 18.425.000 18.425.000 9.212.500 9.212.500 4.606.250
Mesin
9.700.000 4.850.000 4.850.000 2.425.000 Sepeda
Jumlah Penyusutan Tahun 2019 (Rp) 7.031.250
Sumber: Data Diolah
b. Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang dengan Biaya Penyusutan Menggunakan Metode Garis Lurus dan Metode Saldo Menurun Berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 11.
Tabel 10. Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang dengan Biaya Penyusutan Menggunakan Metode Garis Lurus dan Metode Saldo Menurun
Keterangan Metode Garis
Lurus (Rp)
Metode Saldo Menurun (Rp)
Laba Kotor 245.605.460 245.605.460
Beban Usaha:
Gaji Karyawan 70.500.000 70.500.000
Listrik/Telepon 65.044.914 65.044.914
Jasa Angkut 12.870.000 12.870.000
Biaya Paket 8.750.000 8.750.000
Biaya Pemeliharaan 6.800.000 6.800.000
Biaya Retribusi 180.000 180.000
Bahan Bakar Minyak 1.800.000 1.800.000
Rumah Tangga Kantor 3.100.000 3.100.000
Biaya Penyusutan 11.637.500 7.031.250
Jumlah Beban Usaha 180.682.414 176.076.164
Laba Sebelum Pajak 64.923.046 69.529.296
Penghasilan Neto Fiskal 64.923.046 69.529.296
Pembulatan 64.923.000 69.529.000
PPh Terutang (Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)) 8.115.375 8.691.125
Laba Setelah Pajak 56.807.671 60.838.171
Sumber: Data Diolah
1) PPh Terutang dengan Metode Garis Lurus:
= (50% × 25%) × PKP yang mendapat fasilitas
= (50% × 25%) × Rp64.923.000
= Rp8.115.375.
2) PPh Terutang dengan Metode Saldo Menurun:
= (50% × 25%) × PKP yang mendapat fasilitas
= (50% × 25%) × Rp69.529.000
= Rp8.691.125.
Berdasarkan tabel perbandingan penghitungan PPh terutang (Tabel 10) diketahui besarnya PPh Terutang dengan Biaya Penyusutan menggunakan Metode Garis Lurus adalah sebesar Rp8.115.375, sedangkan PPh Terutang dengan Biaya Penyusutan menggunakan Metode Saldo Menurun adalah sebesar Rp8.691.125. Berdasarkan penghitungan Pajak Penghasilan terutang yang dihitung oleh penulis menggunakan tarif Pasal 31E adalah sebesar Rp9.570.000. Apabila Wajib Pajak menggunakan Metode Penyusutan Garis Lurus maka Wajib Pajak mendapatkan penghematan pajak sebesar Rp1.454.625 (Rp9.570.000 - Rp8.115.375), sedangkan jika wajib pajak menggunakan Metode Penyusutan Saldo Menurun Wajib Pajak hanya mendapatkan penghematan pajak sebesar Rp878.875 (Rp9.570.000 - Rp8.691.125).
c. Penghitungan Penyusutan Aktiva Tetap dengan Metode Garis Lurus dan Metode Saldo Menurun menggunakan Present Value.
Berdasarkan penghitungan penyusutan aktiva tetap pada tabel 8 dan tabel 9, dapat dilihat bahwa hanya terdapat dua aktiva tetap yang dapat disusutkan sampai dengan tahun 2019 yaitu Mesin Mastering tipe HP LaserJet Enterprise M653dn dan Mesin Wrapping tipe BSD 350B. Sehingga untuk penghitungan Penyusutan Aktiva Tetap dengan Metode Garis Lurus dan Metode Saldo Menurun menggunakan Present Value penulis hanya akan menghitung untuk kedua aktiva
tetap tersebut.
Present Value merupakan berapa nilai uang saat ini untuk nilai
tertentu di masa yang akan datang. Dalam penghitungan ini penulis menggunakan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI 7-day (Reverse) Repo Rate yang berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016 menggantikan BI Rate. Rumus yang digunakan:
𝑃𝑉 =(1+𝑖)𝐹𝑉𝑛 𝑃𝑉 = 𝐹𝑉(1+𝑖)1 𝑛
Dimana:
FV : Penyusutan Aktiva
i : Tingkat Suku Bunga BI 7-day (Reverse) Repo Rate n : Jumlah Tahun
Aktiva Bulan Perolehan
Pembelian (Rp)
Tahun Bunga (%)
PV Penyusutan
(Rp)
𝟏 (𝟏 + 𝒊)𝒏 HP LaserJet Enterprise M653dn Januari 2017 36.850.000 2017 4,25% 9.212.500 1
(1 + 4,25%)1 8.836.930,46
2018 6,00% 9.212.500 1
(1 + 6,00%)2 8.199.092,20
2019 5,00% 9.212.500 𝟏
(𝟏 + 𝟓, 𝟎𝟎%)𝟑 7.958.103,88
BSD 350B Januari 2018 9.700.000 2018 6,00% 2.425.000 1
(1 + 6,00%)1 2.287.735,85
2019 5,00% 2.425.000 𝟏
(𝟏 + 𝟓, 𝟎𝟎%)𝟐 2.199.546,49
Sumber: Data Diolah
Aktiva HP LaserJet Enterprise M653dn Januari 2017 36.850.000 2017 4,25% 18.425.000 1
(1 + 4,25%)1 17.673.860,91
Berdasarkan penghitungan pada tabel 11, penyusutan dengan Metode Garis Lurus menggunakan Present Value untuk tahun 2019 adalah sebesar Rp10.157.650,37 (7.958.103,88 + 2.199.546,49) dan penyusutan dengan Metode Saldo Menurun menggunakan Present Value (tabel 12) untuk tahun 2019 adalah sebesar Rp6.178.598,43
(3.979.051,94 + 2.199.546,49).
d. Memilih Metode Penyusutan yang menghasilkan Pajak Penghasilan yang lebih rendah.
Pemilihan Metode Penyusutan yang diperbolehkan berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku adalah dengan Metode Garis Lurus dan Metode Saldo menurun. Menurut Suandy (2016: 137), jika Wajib Pajak mempunyai prediksi laba yang cukup besar maka dapat menggunakan Metode Penyusutan yang dipercepat (Metode Saldo Menurun) sehingga beban penyusutan tersebut dapat mengurangi penghasilan kena pajak dan memperoleh Pajak Penghasilan yang lebih rendah. Tetapi, jika diperkirakan Wajib Pajak belum bisa memberikan keuntungan yang besar atau timbul kerugian maka pilihannya adalah dengan menggunakan Metode Penyusutan Garis Lurus sehingga beban penyusutan dapat ditunda untuk tahun berikutnya.
Berdasarkan penghitungan diatas, diketahui Metode Penyusutan dengan menggunakan Metode Garis Lurus menghasilkan biaya penyusutan yang lebih besar dibandingkan dengan Metode Saldo Menurun, sehingga penggunaan Metode Penyusutan Garis Lurus
dapat menghasilkan Pajak Penghasilan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena nominal biaya penyusutan akan mempengaruhi nominal Penghasilan Neto Fiskal yang menjadi dasar penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang. Jika semakin besar biaya penyusutan maka semakin kecil Penghasilan Neto Fiskal dan Pajak Penghasilan yang terutang pun menjadi lebih kecil, begitu juga sebaliknya jika semakin kecil biaya penyusutan maka semakin besar Penghasilan Neto Fiskal dan Pajak Penghasilan yang terutang pun menjadi lebih besar. Sehingga dalam kasus ini penulis menyarankan Wajib Pajak menggunakan Metode Penyusutan Garis Lurus.
4. Data Tambahan Terkait Biaya yang Boleh Dikurangkan dengan Penghasilan Bruto.
Data Tambahan Terkait Biaya yang Boleh Dikurangkan dengan Penghasilan Bruto yang didapatkan oleh penulis selama melakukan penelitian di CV Arti Bumi Intaran adalah Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) huruf a terkait dengan biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan usaha salah satunya pajak yang menjadi beban Wajib Pajak dalam rangka usahanya selain Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Meterai (BM), Pajak Hotel, dan Pajak Restoran, dapat dibebankan sebagai biaya. Berikut penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang dengan menambahkan Pajak Bumi dan Bangunan yang dapat dibebankan sebagai biaya.
Tabel 13. Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang dengan Biaya PBB (dalam ribuan rupiah)
Pendapatan Usaha:
Pendapatan dan Penjualan 765.605.460
Harga Pokok Penjualan 520.000.000
Laba Kotor 245.605.460
Beban Usaha:
Gaji Karyawan 70.500.000
Listrik/Telepon 65.044.914
Jasa Angkut 12.870.000
Biaya Paket 8.750.000
Biaya Pemeliharaan 6.800.000
Biaya Retribusi 180.000
Bahan Bakar Minyak 1.800.000
Pajak Bumi dan Bangunan 369.286
Rumah Tangga Kantor 3.100.000
Jumlah 169.414.200
Laba Sebelum Pajak 76.191.260
Penghasilan Neto Fiskal 76.191.260
Pembulatan 76.191.000
PPh Terutang (Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)) 9.523.875
Laba Setelah Pajak 66.667.385
Sumber: Data Diolah
PPh Terutang:
= (50% × 25%) × PKP yang mendapat fasilitas
= (50% × 25%) × Rp76.191.000
= Rp9.523.875
Berdasarkan penghitungan Pajak Penghasilan dengan menambahkan Biaya Pajak Bumi dan Bangunan yang digunakan untuk usaha, terdapat selisih Pajak Penghasilan yang semula Rp9.570.000 menjadi Rp9.523.875 dimana Wajib Pajak dapat menghemat pajak sebesar Rp46.125.
C. Pembahasan
Setelah dilakukannya analisis data terhadap Penghitungan Pajak terutang dengan menerapkan Perencanaan Pajak (tax planning) yang meliputi penyesuaian fiskal dengan menggunakan Prinsip Taxable dan Deductible, pemilihan Metode Penyusutan yang menghasilkan Pajak Penghasilan terutang yang paling kecil, dan menambahkan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai pengurang penghasilan bruto, maka selanjutnya penulis menghitung kembali Pajak Penghasilan yang terutang dengan menerapkan seluruh perencanaan pajak (tax planning) yang sesuai untuk Wajib Pajak.
Tabel 14. Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang dengan menerapkan tax planning (dalam ribuan rupiah)
Pendapatan Usaha:
Pendapatan dan Penjualan 765.605.460
Harga Pokok Penjualan 520.000.000
Laba Kotor 245.605.460
Beban Usaha:
Gaji Karyawan 70.500.000
Listrik/Telepon 65.044.914
Jasa Angkut 12.870.000
Biaya Paket 8.750.000
Biaya Pemeliharaan 6.800.000
Biaya Retribusi 180.000
Bahan Bakar Minyak 1.800.000
Sembako (Tunjangan Hari Raya) 3.200.000
Biaya Penyusutan 11.637.500
Pajak Bumi dan Bangunan 369.286
Rumah Tangga Kantor 3.100.000
Jumlah 184.251.700
Laba Sebelum Pajak 61.353.760
Penghasilan Neto Fiskal 61.353.760
Pembulatan 61.353.000
PPh Terutang (Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)) 7.669.125
Laba Setelah Pajak 53.684.635
Sumber: Data Diolah
PPh Terutang:
= (50% × 25%) × PKP yang mendapat fasilitas
= (50% × 25%) × Rp61.353.000
= Rp7.669.125.
Hasil penghitungan Pajak Penghasilan terutang yang menggunakan Perencanaan Pajak (tax planning) adalah sebesar Rp7.669.125. Sebelumnya penulis telah menghitung Pajak Penghasilan terutang yang menggunakan tarif Pasal 31E Undang-undang Pajak Penghasilan adalah sebesar Rp9.570.000, sehingga jika Wajib Pajak menggunakan Perencanaan Pajak (tax planning) seperti dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang dalam Tabel 12 maka Wajib Pajak dapat menghemat dalam membayar Pajak Penghasilan yang terutang sebesar Rp1.900.875.
83 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan
Perencanaan Pajak (tax planning) yang dapat dilakukan oleh WP Badan CV Arti Bumi Intaran sehingga WP Badan dapat membayar pajak penghasilan lebih rendah adalah sebagai berikut.
1. CV Arti Bumi Intaran dapat menggunakan Prinsip Taxable dan Deductible untuk mengubah Biaya Sembako yang digunakan untuk pemberian bingkisan pada Hari Raya menjadi pemberian Tunjangan Hari Raya dalam bentuk uang sehingga biaya tersebut dapat diakui dan dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan bruto. Apabila Wajib Pajak menggunakan Biaya Sembako menjadi Tunjangan Hari Raya, maka Pajak Penghasilan terutang yang sebelumnya sebesar Rp9.570.000 turun menjadi Rp9.170.000 sehingga dalam hal ini Wajib Pajak dapat melakukan penghematan sebesar Rp400.000.
2. CV Arti Bumi Intaran dapat menambahkan penyusutan aktiva tetap sebagai biaya penyusutan karena dapat dibebankan sebagai biaya dan sebagai pengurang penghasilan bruto menurut Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat (1) huruf b. Setelah dilakukan penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang menggunakan dua Metode Penyusutan diketahui bahwa jika Wajib Pajak menggunakan Metode Penyusutan Garis Lurus maka Wajib Pajak dapat melakukan penghematan sebesar Rp1.454.625.
3. CV Arti Bumi Intaran dapat menambahkan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai pengurang penghasilan bruto karena berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) huruf a terkait dengan biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan usaha salah satunya pajak yang menjadi beban Wajib Pajak dalam rangka usahanya selain Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Meterai (BM), Pajak Hotel, dan Pajak Restoran, dapat dibebankan sebagai biaya. Sehingga dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang dengan menambahkan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai pengurang penghasilan bruto, Wajib Pajak dapat melakukan penghematan sebesar Rp46.125.
4. Secara keseluruhan apabila CV Arti Bumi Intaran menggunakan semua
4. Secara keseluruhan apabila CV Arti Bumi Intaran menggunakan semua