• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data laporan keuangan yang dipublikasikan oleh PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk di Bursa Efek Indonesia. Laporan tersebut berisi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan laba ditahan. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan 3 tahun sebelum akuisisi (2010-2012) dan 3 tahun sesudah akuisisi (2014-2016).

B. Statistik Deskriptif

Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka digunakan tabel statistik deskriptif. Tabel tersebut menampilkan deskriptif variabel yang ditinjau dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi. Nilai minimum menunjukkan nilai terkecil pada data, sedangkan nilai maksimum menunjukkan nilai terbesar pada data. Apabila standar deviasi lebih besar dari nilai rata-rata maka berarti data yang ada mempunyai variasi yang besar, namun apabila standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata maka berarti data yang ada memiliki variasi yang rendah.

Tabel V.1

Hasil Statistik Deskriptif

Rasio N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Current Ratio Sebelum 3 107,00 137,00 122,4100 15,01680

Sesudah 3 85,17 103,24 93,9800 9,04340 Debt to Equity Ratio Sebelum 3 1,70 5,00 2,9267 1,80558 Sesudah 3 2,49 3,28 2,8267 0,40772 Return on Equity Sebelum 3 15,75 35,16 22,7633 10,76672 Sesudah 3 -3,66 -0,34 -1,6667 1,75754 Net Profit Margin Sebelum 3 4,55 6,11 5,1033 0,87323 Sesudah 3 -1,96 -1,2 -0,8067 1,00485 Earning per Share Sebelum 3 371,58 588,00 469,5267 109,66044 Sesudah 3 -81,47 -16,54 -48,1233 32,50090 Economic Value Added Sebelum 3 -50.354.739.775.245 -8.905.229.458.686 -30.320.897.754.496 20.759.276.462.860,457 Sesudah 3 -122.088.234.877.924 4.039.691.962.631.600 1.270.546.006.884.363 2.398.164.293.193.637,500

Sumber: Data diolah, 2018

Hasil statistik deskriptif pada tabel V.1, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Current Ratio

Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai minimum dan maksimum current ratio sebelum akuisisi adalah 107,00 dan 137,00. Standar deviasi yang dimiliki current ratio sebesar 15,01680 dan dengan rata-rata 122,4100, standar deviasi menunjukkan nilai yang lebih kecil dari rata-rata, hal ini berarti data memiliki variasi yang rendah antara nilai maksimum dan minimum. Nilai minimum dan maksimum current ratio sesudah akuisisi adalah 85,17 dan 103,24. Standar deviasi current ratio sesudah akuisisi yaitu 9,04340 dan dengan nilai rata-rata 93,9800.

2. Debt to Equity Ratio

Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada tabel V.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum dan maksimum debt to equity ratio sebelum akuisisi adalah 1,70 dan 5,00. Standar deviasi yang dimiliki debt to equity

ratio sebesar 1,80558 dan dengan rata-rata 2,9267, standar deviasi

menunjukkan nilai yang lebih kecil dari rata-rata, hal ini berarti data memiliki variasi yang rendah antara nilai maksimum dan minimum. Nilai minimum dan maksimum debt to equity ratio sesudah akuisisi adalah 2,49 dan 3,28. Standar deviasi debt to equity ratio sesudah akuisisi yaitu 0,40772 dan dengan nilai rata-rata 2,8267.

3. Return on Equity

Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada tabel V.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum dan maksimum return on equity sebelum akuisisi adalah 15,75 dan 35,16. Standar deviasi yang dimiliki return on equity sebesar 10,76672 dan dengan rata-rata 22,7633, standar deviasi menunjukkan nilai yang lebih kecil dari rata-rata, hal ini berarti data memiliki variasi yang rendah antara nilai maksimum dan minimum. Nilai minimum dan maksimum return on equity sesudah akuisisi adalah -3,66 dan -0,34. Standar deviasi return on equity sesudah akuisisi yaitu 1,75754 dan dengan nilai rata-rata -1,6667.

4. Net Profit Margin

Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada tabel V.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum dan maksimum net profit margin sebelum akuisisi adalah 4,55 dan 6,11. Standar deviasi yang dimiliki net profit margin sebesar 0,87323 dan dengan rata-rata 5,1033, standar deviasi menunjukkan nilai yang lebih kecil dari rata-rata, hal ini berarti data memiliki variasi yang rendah antara nilai maksimum dan minimum. Nilai minimum dan maksimum net profit margin sesudah akuisisi adalah -1,96 dan -1,2. Standar deviasi net profit margin sesudah akuisisi yaitu 1,00485 dan dengan nilai rata-rata -0,8067.

5. Earning per share

Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada tabel V.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum dan maksimum earning per share sebelum akuisisi

adalah 371,58 dan 588,00. Standar deviasi yang dimiliki earning per

share sebesar 109,66044 dan dengan rata-rata 469,5267, standar deviasi

menunjukkan nilai yang lebih kecil dari rata-rata, hal ini berarti data memiliki variasi yang rendah antara nilai maksimum dan minimum. Nilai minimum dan maksimum earning per share sesudah akuisisi adalah -81,47 dan -16,54. Standar deviasi earning per share sesudah akuisisi yaitu 32,50090 dan dengan nilai rata-rata -48,1233.

6. Economic Value Added

Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada tabel V.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum dan maksimum economic value added sebelum akuisisi adalah -50.354.739.775.245 dan -8.905.229.458.686. Standar

deviasi yang dimiliki economic value added sebesar

20.759.276.462.860,457 dan dengan rata-rata -30.320.897.754.496. Standar deviasi menunjukkan nilai yang lebih besar dari rata-rata, hal ini berarti data memiliki variasi yang tinggi antara nilai maksimum dan minimum. Nilai minimum dan maksimum economic value added sesudah

akuisisi adalah -122.088.234.877.924 dan 4.039.691.962.631.600.

Standar deviasi economic value added sesudah akuisisi yaitu

2.398.164.293.193.637,500 dan dengan nilai rata-rata

C. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum uji hipotesis dilakukan terhadap perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji Kolmogorov-smirnov, uji tersebut merupakan metode untuk mengetahui atau mendeteksi data apakah termasuk dalam distribusi normal atau tidak. Taraf signifikansi yang digunakan dalam uji

Kolmogorov-smirnov yaitu sebesar 5% atau 0,05, dengan kriteria

pengujian sebagai berikut :

a. Jika asymptotic sig > 0,05, maka data berdistribusi normal dan uji beda yang digunakan adalah parametric (paired sample t-test). b. Jika asymptotic sig < 0,05, maka data berdistribusi tidak normal dan

uji beda yang digunakan adalah non-parametrik (uji wilcoxon). Adapun hasil uji asumsi klasik Kolmogorov-smirnov dengan menggunakan SPSS versi 19 yaitu sebagai berikut:

Tabel V.2

Hasil Uji Kolmogorov-smirnov

Rasio Sebelum Akuisisi Sesudah Akuisisi Taraf Signifikansi Kesimpulan Current Ratio 1,000 1,000 0,05 Normal Debt to Equity Ratio 0,863 0,973 0,05 Normal Return on Equity 0,836 0,928 0,05 Normal Net Profit Margin 0,819 0,866 0,05 Normal Earning per Share 0,995 1,000 0,05 Normal Economic Value Added 1,000 0,769 0,05 Normal

Sumber : Data diolah, 2018

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik di atas, terlihat bahwa rata-rata data memiliki nilai signifikansi > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Sesuai dengan kriteria pengujian uji

Kolmogorov-smirnov maka uji statistik yang akan digunakan adalah

parametrik, yakni paired sample t-test. 2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara sebelum dan sesudah akuisisi. Uji hipotesis ini menggunakan paired sampe t-test dengan bantuan aplikasi SPSS 19.

Tabel V.3

Hasil Paired Sample t-test

Rasio t hitung Sig.(2-tailed) Α Kesimpulan Rasio Likuiditas Current Ratio 2,287 0,150 0,05 Ho diterima Rasio Solvabilitas Debt to Equity Ratio 0,083 0,941 0,05 Ho diterima Rasio Profitabilitas Return on Equity 4,151 0,053 0,05 Ho diterima Net Profit Margin 12,654 0,006 0,05 Ho ditolak

Rasio Pasar Earning

per Share 11,470 0,008 0,05 Ho ditolak Economic Value Added -0,939 0,447 0,05 Ho diterima

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan hasil paired sample t-test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan antara sebelum dan sesudah akuisisi, dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi current

ratio sebesar 0,150 dan t hitung sebesar 2,287. Nilai signifikansi

tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni, sebesar 0,05 (α = 5%), dan t hitung yang lebih kecil dari t tabel (4,303), maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rasio likuiditas dilihat dari current

b. Rasio Solvabilitas

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi debt to

equity ratio sebesar 0,941 dan t hitung sebesar 0,083. Nilai

signifikansi tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni, sebesar 0,05 (α = 5%), dan t hitung yang lebih kecil dari t tabel (4,303), maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rasio solvabilitas dilihat dari debt to equity ratio sebelum dan sesudah akuisisi.

c. Rasio Profitabilitas

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi return on

equity sebesar 0,053 dan t hitung sebesar 4,151. Nilai signifikansi

tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni, sebesar 0,05 (α = 5%), dan t hitung yang lebih kecil dari t tabel (4,303), maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rasio profitabilitas dilihat dari return

on equity sebelum dan sesudah akuisisi.

Pada hasil uji hipotesis net profit margin menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,006 dan t hitung sebesar 12,654. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni, sebesar 0,05 (α = 5%), dan t hitung yang lebih besar dari t tabel (4,303), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rasio profitabilitas dilihat dari

d. Rasio Pasar

Hasil uji hipotesis earning per share menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,008 dan t hitung sebesar 11,470. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni, sebesar 0,05 (α = 5%), dan t hitung yang lebih besar dari t tabel (4,303), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rasio pasar dilihat dari

earning per share sebelum dan sesudah akuisisi.

e. Economic Value Added

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi return on

equity sebesar 0,447 dan t hitung sebesar -0,939. Nilai signifikansi

tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni, sebesar 0,05 (α = 5%), dan t hitung yang lebih kecil dari t tabel (4,303), maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan economic value added sebelum dan sesudah akuisisi.

D. Pembahasan 1. Current Ratio

Hasil uji paired sample t-test menunjukkan bahwa tingkat signifikansi perbedaan current ratio sebelum dan sesudah akuisisi sebesar 0,150. Hasil tersebut lebih besar dari kriteria tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni 0,05, maka hipotesis pertama yang

menyatakan “Current ratio berbeda antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk” tidak terbukti.

Current ratio (rasio lancar) digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia (Hery,2015:178). Semakin besar nilai rasio artinya perusahaan semakin lancar dalam memenuhi kewajibannya. Sebaliknya jika nilai rasio lancar rendah, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan kekurangan modal untuk membayar utangnya.

Kharisma (2009) dalam penelitiannya pada perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI periode 2006-2009 menemukan perbedaan yang signifikan sedangkan Novaliza dan Djajanti (2013) yang meneliti kinerja perusahaan publik yang melakukan merger dan akuisisi tahun 2005-2007 tidak menemukan adanya perbedaan rasio yang signifikan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Dalam penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan current ratio antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Indomobil Internasional Tbk. Hal ini tercermin dari hasil uji statistik. Nilai current ratio perusahaan mengalami penurunan terlihat dari data berikut :

Tabel V.4 Data Current Ratio

2010 2011 2012 2014 2015 2016

CR

(%) 107 137 123.23 103.24 93.53 85.17

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa nilai rasio lancar kurang dari 200% dan cenderung menurun. Dengan rendahnya nilai rasio lancar (current ratio) maka dapat dikatakan bahwa perusahaan belum mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.

Berikut adalah tabel yang menunjukkan data aset lancar dan kewajiban lancar dari tahun ke tahun. Tabel V.5

Data Aset Lancar dan Kewajiban Lancar (dalam Rp) 2010 2011 2012 2014 2015 2016 Aset Lancar 4.509.195.840.356 7.405.638.601.708 9.813.158.955.054 11.845.370.194.860 12.192.274.613.320 11.639.697.824.750 Kewajiban Lancar 4.216.611.387.508 5.414.351.268.862 7.963.486.975.807 11.473.255.532.702 13.035.531.353.729 12.594.693.691.894

Data tersebut menggambarkan bahwa komposisi antara aset lancar dan kewajiban lancar memiliki selisih yang tidak terlalu besar, meskipun keduanya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun pada dua tahun terakhir jumlah aset lancar cenderung lebih kecil dari jumlah kewajiban lancar.

Selain itu, periode pengamatan yang singkat menyebabkan pengaruh akuisisi belum terlihat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka selaras dengan hasil penelitian Novaliza dan Djajanti (2013) yakni tidak menemukan adanya perbedaan rasio.

8

2. Debt to Equity Ratio

Hasil uji paired sample t-test menunjukkan bahwa tingkat

signifikansi perbedaan debt to equity ratio sebelum dan sesudah akuisisi sebesar 0,941. Hasil tersebut lebih besar dari kriteria tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni 0,05, maka hipotesis kedua yang menyatakan “Debt to equity ratio berbeda antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk” tidak terbukti.

Debt to equity ratio atau rasio utang terhadap modal merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal (Hery, 2015:198). Semakin kecil nilai rasio artinya semakin baik perusahaan dalam mengelola struktur modalnya.

Esterlina dan Firdausi (2017) yang meneliti perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tahun 2010-2011 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia serta Kharisma (2009) dalam penelitiannya pada perusahaan pengakuisisi menemukan perbedaan yang signifikan sedangkan Novaliza dan Djajanti (2013) yang meneliti kinerja perusahaan publik yang melakukan merger dan akuisisi tahun 2005-2007 tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Dalam penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan debt to equity ratio antara sebelum dan sesudah

akuisisi pada PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. Hal ini tercermin dari hasil uji statistik. Nilai debt to equity ratio yang mengalami peningkatan mencerminkan terjadinya peningkatan utang pada perusahaan.

Tabel V.6

Data Debt to Equity Ratio

2010 2011 2012 2014 2015 2016

DER (X) 5 1.7 2.08 2.49 2.71 3.28

Tingginya nilai DER menunjukkan komposisi total utang yang lebih besar dari total modal, hal ini berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Berikut adalah tabel yang menunjukkan data peningkatan utang dari tahun ke tahun dan perbandingannya dengan ekuitas.

Tabel V.7

Data Total utang dan ekuitas (dalam Rp)

2010 2011 2012 2014 2015 2016

Utang lancar 4.216.611.387.508 5.414.351.268.862 7.963.486.975.807 11.473.255.532.702 13.035.531.353.729 12.594.693.691.894 Utang jk pjg 2.160.459.398.054 2.415.408.901.282 3.905.731.976.049 5.271.119.667.308 5.128.334.628.663 6.328.830.213.832 Total Utang 6.377.070.785.562 7.829.760.170.144 11.896.218.951.856 16.744.375.200.010 18.163.865.982.392 18.923.523.905.726 Total Ekuitas 1.277.322.403.505 5.084.181.475.898 5.708.445.072.505 6.727.022.634.910 6.697.091.857.105 6.709.818.352.953

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa total utang mengalami peningkatan setiap tahunnya dan jumlahnya lebih besar dibanding total ekuitas.

Perbedaan pada debt to equity ratio dapat dirasakan pada jangka waktu yang lebih panjang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka selaras dengan hasil penelitian Novaliza dan Djajanti (2013) yakni tidak menemukan adanya perbedaan rasio.

3. Net Profit Margin

Hasil uji paired sample t-test menunjukkan bahwa tingkat signifikansi perbedaan net profit margin sebelum dan sesudah akuisisi sebesar 0,006. Hasil tersebut lebih kecil dari kriteria tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni 0,05, maka hipotesis ketiga (3a) yang menyatakan “net profit margin berbeda antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk” dapat terbukti.

Margin laba bersih (net profit margin) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan bersih (Hery, 2015:235). Semakin besar nilai rasio artinya semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan.

Esterlina dan Firdausi (2017) menemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam penelitiannya, hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Novaliza dan Djajanti (2013) yang tidak menemukan perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Berikut data EAT dan penjualan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. Tabel V.8

Data EAT dan penjualan (dalam Rp)

2010 2011 2012 2014 2015 2016

EAT 508,022,189,438 970,891,331,743 899,090,885,530 (67,093,347,900) (22,489,430,531) (312,881,005,784) Penjualan 10,935,334,616,535 15,776,580,286,659 19,780,838,481,456 19,458,165,173,088 18,099,979,783,215 15,049,532,331,662

Tabel V.9

Data Laporan Laba Rugi (dalam Rp)

2010 2011 2012 2014 2015 2016 PENGHASILAN BERSIH 10.935.334.616.535 15.776.580.286.659 19.780.838.058.900 19.458.165.173.088 18.099.979.783.215 15.049.532.662 BEBAN POKOK PENGHASILAN 9.530.324.580.348 13.787.256.396.060 17.328.884.481.456 16.822.193.875.496 15.352.337.918.614 12.383.420.122.230 LABA KOTOR 1.405.010.036.187 1.989.323.890.599 2.451.953.577.444 2.635.971.297.592 2.727.641.864.601 2.666.112.209.432 Beban penjualan (548.299.996.547) (777.336.127.208) (991.521.374.760) (1.332.600.918.933) (1.427.503.024.219) (1.280.694.184.761) Beban umum dan

administrasi (527.713.514.837) (606.774.473.692) (796.656.232.072) (1.079.510.544.900) (1.221.838.876.911) (1.280.235.501.703) Pendapatan operasi

lain 159.576.180.397 420.442.880.803 483.147.162.260 926.980.830.304 1.071.172.622.788 583.691.495.354 Beban lain-lain (95.678.072.481) (141.081.416.128) (132.210.840.651) (115.987.079.149) LABA USAHA 488.572.705.200 1.025.656.170.502 1.049.245.060.391 1.009.759.247.935 1.037.261.745.608 572.886.939.173 Bagian atas laba

bersih entitas asosiasi – bersih 270.791.623.537 314.886.694.444 270.676.285.974 (287.166.245.478) (178.126.758.008) (134.629.743.284) Pendapatan keuangan 32.795.206.665 58.151.070.841 80.400.988.572 49.277.475.288 107.783.526.736 142.197.671.928 Beban keuangan (184.877.377.196) (210.332.227.696) (327.250.971.716) (752.981.716.933) (763.876.361.796) (807.222.167.439) LABA SEBELUM BEBAN PAJAK PENGHASILAN 607.282.158.206 1.188.361.708.091 1.073.071.363.221 18.888.760.812 183.306.856.528 (247.734.763.943) Beban pajak penghasilan - bersih (99.259.968.768) (217.470.376.348) (173.980.477.691) (85.982.108.712) (205.796.287.059) (65.146.241.841) LABA (RUGI) TAHUN

BERJALAN 508.022.189.438 970.891.331.743 899.090.885.530 (67.093.347.900) (22.489.430.531) (312.881.005.784)

Laba perusahaan sesudah akusisi menurun dibandingkan dengan sebelum akuisisi.Setelah adanya akuisisi, terlihat dari data laporan laba rugi bahwa perusahaan memiliki beban operasional yang tinggi dengan penjualan yang menurun. Adanya beban operasional yang tinggi menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan menjadi menurun dan negatif, sehingga NPM perusahaan rendah dan negatif. Nilai NPM yang menurun mencerminkan menurunnya kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan.

Dalam penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan net profit margin antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. Hal ini tercermin dari hasil uji statistik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka selaras dengan hasil penelitian dari Esterlina dan Firdausi (2017) yang menemukan adanya perbedaan rasio.

4. Return on Equity

Hasil uji paired sample t-test menunjukkan bahwa tingkat signifikansi perbedaan return on equity sebelum dan sesudah akuisisi sebesar 0,053. Hasil tersebut lebih besar dari kriteria tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni 0,05, maka hipotesis ketiga (3b) yang menyatakan “Return on Equity berbeda antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk” tidak terbukti. Hasil pengembalian atas ekuitas (return on equity) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih (Hery, 2015:230). Semakin besar nilai rasio maka semakin efektif perusahaan.

Esterlina dan Firdausi (2017) menemukan perbedaan signifikan hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Kharisma (2009) serta Novaliza dan Djajanti (2013) yang tidak menemukan perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Berikut data EAT dan ekuitas perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. Tabel V.10

Data EAT dan ekuitas (dalam Rp)

2010 2011 2012 2014 2015 2016

EAT 508,022,189,438 970,891,331,743 899,090,885,530 (67,093,347,900) (22,489,430,531) (312,881,005,784) Ekuitas 1,277,322,403,505 5,084,181,475,898 5,708,445,072,505 6,727,022,634,910 6,697,091,857,105 6,709,818,352,953

Dalam penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan return on equity antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. Hal ini tercermin dari hasil uji statistik. Perusahaan belum mampu menghasilkan peningkatan laba bersih yang cukup tinggi pada setiap rupiah yang diinvestasikan oleh pemegang saham. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka selaras dengan hasil penelitian Kharisma (2009) serta Novaliza dan Djajanti (2013) yakni tidak menemukan perbedaan rasio.

5. Earning per Share

Hasil uji paired sample t-test menunjukkan bahwa tingkat signifikansi perbedaan earning per share sebelum dan sesudah akuisisi sebesar 0,008. Hasil tersebut lebih kecil dari kriteria tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni 0,05, maka hipotesis keempat yang menyatakan “earning per share berbeda antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk” dapat terbukti.

Earning per share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan seberapa

besar keuntungan bersih yang diperoleh investor atas per lembar saham yang beredar selama satu periode, dan merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor (Martono, 2016). Semakin besar nilai rasio maka semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham.

Kharisma (2009) menemukan adanya perbedaan signifikan sedangkan Fitriasari (2016) tidak menemukan perbedaan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Berikut data laba dan jumlah saham yang beredar perusahaan antara sebelum dan sesudah akuisisi: Tabel V.11

Data Laba dan saham (dalam Rp)

2010 2011 2012 2014 2015 2016

Laba 448,671,163,584 812,967,575,161 801,730,101,599 (128,191,730,970) (45,726,385,458) (289,419,917,738) Saham

yang

beredar 1,036,979,405 1,170,508,260 2,765,278,412 2,765,278,412 2,765,278,412 2765278412

Sesudah akuisisi perusahaan memiliki laba yang negatif (rugi) dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar, hal ini mengakibatkan nilai laba per lembar saham menjadi negatif. Nilai EPS yang negatif atau rendah menunjukkan bahwa perusahaan tidak memberikan manfaat yang diharapkan oleh investor, dan tidak dapat menarik investor lain untuk menanamkan modalnya.

Dalam penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan earning per share antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. Hal ini tercermin dari hasil uji statistik dan dengan adanya penurunan laba dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka selaras dengan hasil penelitian Kharisma (2009) yakni menemukan adanya perbedaan rasio.

6. Economic Value Added

Hasil uji paired sample t-test menunjukkan bahwa tingkat signifikansi perbedaan economic value added sebelum dan sesudah akuisisi sebesar 0,445. Hasil tersebut lebih besar dari kriteria tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni 0,05, maka hipotesis kelima yang menyatakan “economic value added berbeda antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk” tidak terbukti.

Economic value added (EVA) adalah ukuran nilai tambah ekonomis

yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen (Utomo, 1999). Jika nilai EVA positif, maka laba operasi setelah pajak melebihi biaya modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tersebut, dan tindakan manajemen menambah nilai bagi pemegang saham (Brigham dan Houston, 2013:112). EVA menunjukkan ukuran baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti, 2012:69).

Dalam penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan economic value added antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. Hal ini tercermin dari hasil uji statistik. Laba operasi yang dihasilkan perusahaan lebih rendah atau kecil daripada biaya modal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan belum berhasil menciptakan nilai tambah dan adanya penurunan pada nilai aset perusahaan.

7. Kinerja Keuangan

Pada umumnya akuisisi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Setelah terjadinya akuisisi perusahaan mengharapkan terbentuknya sinergi yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan lebih baik daripada sebelum akuisisi. Adanya peningkatan kinerja perusahaan juga dapat mempengaruhi nilai perusahaan bagi para investor atau pemegang saham.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang berasal dari data rasio keuangan serta economic value added (EVA), dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. Dari pernyataan tersebut, maka hipotesis keenam yakni “kinerja keuangan berbeda antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk” tidak terbukti. Hal ini disebabkan karena periode pengamatan yang diteliti relatif singkat, sehingga pengaruh akuisisi belum dapat terlihat.

8. Berdasarkan kinerja keuangan yang telah diamati antara sebelum dan sesudah akuisisi, PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk, sebagai perusahaan yang diakuisisi oleh perusahaan asing yakni Gallant Venture, dirasa telah mengambil keputusan yang kurang tepat. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya peningkatan kinerja keuangan sesudah akuisisi. Akan

Dokumen terkait