• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

3. Laporan Keuangan a. Pengertian

Definisi laporan keuangan menurut Fahmi (2011:22) yaitu suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan. Menurut Hery (2015:3), laporan keuangan (financial statements) merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis.

b. Kegunaan

Berdasarkan konsep keuangan, maka laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya (Fahmi, 2011:25). Pada dasarnya laporan keuangan merupakan hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan memegang peranan yang luas dan mempunyai suatu posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.

Pihak yang berkepentingan tersebut salah satunya adalah pihak pemegang saham. Pihak pemegang saham perlu mengetahui

bagaimana kinerja perusahaan. Adanya laporan keuangan perusahaan yang secara periodik diumumkan oleh perusahaan dapat membantu pihak pemegang saham dalam proses pengambilan keputusan, dimana laporan keuangan tersebut menyediakan informasi mendasar mengenai kinerja perusahaan. Pihak pemegang saham dapat menganalisis bagaimana kondisi perusahaan serta prospek perusahaan nantinya khususnya dari segi profitabilitas yang akan dihasilkan. Fahmi (2011:26) menyatakan bahwa laporan keuangan sangat berguna dalam melihat kondisi suatu perusahaan, baik kondisi pada saat ini maupun dijadikan sebagai alat prediksi untuk kondisi di masa yang akan datang (forecasting analyzing).

c. Tujuan

Tujuan laporan keuangan yang dikutip dari Fahmi (2011:26) adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter. Menurut Hery (2015:5) tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Selain tujuan khusus tersebut, terdapat pula tujuan umum dari laporan keuangan yang dikutip dari Hery (2015:5). Berikut adalah tujuan umum laporan keuangan :

1) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban perusahaan, dengan maksud :

a) Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan.

b) Untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasi perusahaan.

c) Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya.

d) Menunjukkan kemampuan sumber daya yang ada untuk pertumbuhan perusahaan.

2) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba, dengan maksud :

a) Memberikan gambaran tentang jumlah dividen yang diharapkan pemegang saham.

b) Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada kreditor, supplier, pegawai, pemerintah, dan kemampuannya dalam mengumpulkan dana untuk kepentingan ekspansi perusahaan.

c) Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengendalian. d) Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam

3) Memungkinkan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4) Memberikan informasi lainnya yang diperlukan tentang perubahan aset dan kewajiban.

5) Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan oleh para pemakai laporan.

d. Jenis Laporan Keuangan 1) Neraca

Neraca (Balance Sheet) merupakan suatu laporan mengenai posisi keuangan perusahaan pada suatu titik waktu tertentu (Brigham dan Houston, 2013:87). Sudana (2015:18) menyatakan bahwa pada neraca tampak posisi aktiva, yang merupakan hasil keputusan investasi yang diambil oleh manajemen perusahaan, dan pasiva yang merupakan sumber-sumber keuangan untuk mendanai investasi pada aktiva tersebut pada suatu saat tertentu. Pada sisi aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap, sedangkan pada sisi pasiva terdiri dari utang lancar, utang jangka panjang, dan modal sendiri pemegang saham.

Dengan menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham, neraca dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengevaluasi tingkat likuiditas, struktur modal, dan efisiensi perusahaan, serta menghitung tingkat pengembalian aset atas laba bersih (Hery, 2015:65).

2) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi (Income Statement) merupakan laporan yang merangkum pendapatan dan beban perusahaan selama suatu periode akuntansi, biasanya satu kuartal atau satu tahun (Brigham dan Houston, 2013:93). Menurut Margaretha (2011:14) terdapat prinsip-prinsip yang biasa diterapkan dalam laporan laba rugi, diantaranya sebagai berikut :

a) Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok (penjualan barang dagang atau memberikan jasa), diikuti dengan harga pokok dari barang dan jasa yang dijual sehingga diperoleh laba kotor.

b) Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum (administrasi). c) Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar

operasi pokok, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha pokok.

d) Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi insidental, sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pendapatan pajak.

3) Laporan Arus Kas

Laporan arus kas (Statement of Cash Flows) merupakan laporan mengenai dampak aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan suatu perusahaan pada arus kas sepanjang periode akuntansi

(Brigham dan Houston, 2013:98). Dalam pelaporan keuangan, yang menjadi fokus utama adalah laba, karena laba merupakan indikator yang baik untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan kas di mendatang, namun laporan arus kas juga penting dan tetap dibutuhkan.

Berikut alasan laporan arus kas tetap dibutuhkan menurut Hery (2015:102) :

a) Kadang kala ukuran laba tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya.

b) Seluruh informasi mengenai kinerja perusahaan selama periode tertentu dapat diperoleh lewat laporan ini.

c) Dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi arus kas perusahaan di masa mendatang.

Laporan arus kas memuat tiga kategori aktivitas. Menurut Brigham dan Houston (2013:98) kategori tersebut adalah : a) Aktivitas operasi, meliputi laba bersih, penyusutan, dan

perubahan dalam modal kerja selain kas dan utang jangka pendek.

b) Aktivitas investasi, meliputi pembelian atau penjualan aset tetap.

c) Aktivitas pendanaan, meliputi penerimaan kas melalui penerbitan utang jangka pendek, utang jangka panjang,

saham, penggunaan kas untuk membayar dividen, membeli saham atau obligasi yang beredar.

4) Laporan Laba Ditahan

Laporan laba ditahan (Statement of Retained Earnings) merupakan laporan yang menyajikan seberapa besar jumlah laba perusahaan yang ditahan di dalam usaha dan tidak dibayarkan sebagai dividen (Brigham dan Houston, 2013:100). Laba ditahan timbul sebagai hasil dari kegiatan perusahaan, yaitu laba bersih (Hery, 2015:51). Laba bersih tersebut sebagian akan ditahan atau diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan.

e. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis (Subramanyam dan Wild, 2012:4). Analisis laporan keuangan penting dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan (Sudana, 2015:23). Suatu perusahaan perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja yang telah dicapai manajemen perusahaan. Analisis laporan keuangan merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari analisis bisnis (Subramanyam dan Wild, 2012:9). Menurut Subramanyam dan Wild (2012:9), analisis bisnis bertujuan untuk memperoleh pengambilan keputusan bisnis dengan

mengevaluasi informasi yang tersedia tentang situasi keuangan perusahaan, manajemen, rencana dan strategi, serta lingkungan bisnisnya.

Secara umum, tujuan dan manfaat dari dilakukannya analisis laporan keuangan adalah (Hery, 2015:133) :

1) Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu, baik aset, liabilitas, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai selama beberapa periode.

2) Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang menjadi kekurangan perusahaan.

3) Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang menjadi keunggulan perusahaan.

4) Untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan di masa mendatang, khususnya yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5) Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen.

6) Sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis, terutama mengenai hasil yang telah dicapai.

f. Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan (Hery, 2015:163).

Rasio keuangan dapat dianalisis dengan beberapa cara (Margaretha, 2011:24) diantaranya :

1) Analisis horizontal/trend analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu. Trend dapat dilihat dari rasio-rasio perusahaan selama kurun waktu tertentu.

2) Analisis vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk waktu yang sama.

3) Kombinasi (1) dan (2). g. Jenis-jenis Rasio Keuangan

1) Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas (Liquidity Ratio) adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu (Fahmi, 2011:59). Jenis-jenis rasio likuiditas adalah rasio lancar (current ratio), rasio sangat lancar (quick ratio atau acid

test ratio), dan rasio kas (cash ratio). Dalam penelitian ini, rasio

likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio.

a) Rasio lancar (current ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia (Hery, 2015:178). Dalam praktik, standar rasio lancar yang baik

adalah 200% atau 2:1 (Hery, 2015:179). Artinya, perusahaan dapat dikatakan berada dalam posisi aman untuk jangka pendek.

Rumus current ratio:

b) Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio) atau disebut juga rasio cepat merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset sangat lancar (kas+sekuritas jangka pendek+piutang), tidak termasuk persediaan barang dagang dan aset lancar lainnya (Hery, 2015:181). Rasio cepat atau rasio sangat lancar menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset sangat lancar (di luar persediaan barang dagang dan aset lancar lainnya) yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total kewajiban lancar (Hery, 2015:181).

Rumus quick ratio :

c) Rasio kas (cash ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas atau setara kas yang

πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑𝑠 πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ πΏπ‘–π‘Žπ‘π‘–π‘™π‘‘π‘–π‘’π‘ 

πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑𝑠 βˆ’ πΌπ‘›π‘£π‘’π‘›π‘‘π‘œπ‘Ÿπ‘¦ πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ πΏπ‘–π‘Žπ‘π‘–π‘™π‘‘π‘–π‘’π‘ 

tersedia untuk membayar utang jangka pendek (Hery, 2015:183). Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan yang sesungguhnya dalam melunasi kewajiban lancarnya yang akan segera jatuh tempo dengan menggunakan uang kas atau setara kas yang ada (Hery, 2015:183).

Rumus cash ratio :

2) Rasio Solvabilitas

Menurut Sartono dalam Fahmi (2011:62), rasio solvabilitas adalah mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai dengan utang. Jenis-jenis rasio solvabilitas adalah rasio utang terhadap aset (debt to asset ratio), rasio utang terhadap modal (debt to

equity ratio), rasio utang jangka panjang terhadap modal (long term debt to equity ratio), rasio kelipatan bunga yang dihasilkan

(times interest earned ratio), dan rasio laba operasional terhadap kewajiban (operating income to liabilities ratio). Dalam penelitian ini, rasio solvabilitas yang digunakan adalah Debt to

Equity Ratio.

a) Rasio utang terhadap modal atau Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal (Hery, 2015:198). Jadi rasio ini berguna untuk mengetahui besar perbandingan jumlah

πΎπ‘Žπ‘  + π‘†π‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Ž πΎπ‘Žπ‘  π‘ˆπ‘‘π‘Žπ‘›π‘” πΏπ‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ

dana dari kreditur dengan jumlah dana dari pemilik perusahaan. Standar umum rata-rata industri sebesar 90%, bila di atas rata-rata perusahaan dianggap kurang baik (Kasmir, 2008:159 dalam Widiyanti, 2014).

Rumus Debt to Equity Ratio:

b) Rasio utang terhadap aset (debt to asset ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset (Hery, 2015:195). Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang, atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset (Hery, 2015:195). Rumus Debt to Asset Ratio:

c) Rasio utang jangka panjang terhadap modal (long term debt to

equity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur besarnya proporsi utang jangka panjang terhadap modal (Hery, 2015:200). Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar perbandingan jumlah dana yang berasal dari kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan.

π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΏπ‘–π‘Žπ‘π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘–π‘’π‘  π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘†β„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘’β„Žπ‘œπ‘™π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘  πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦

π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘ˆπ‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑒𝑑

Rumus Long Term Debt to Equity Ratio:

d) Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan (times interest earned

ratio) merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana atau

berapa kali kemampuan perusahaan dalam membayar bunga (Hery, 2015:201). Semakin tinggi times interest earned ratio maka berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar bunga (Hery, 2015:202).

Rumus Times Interest Earned Ratio:

e) Rasio laba operasional terhadap kewajiban (operating income

to liabilities ratio) merupakan rasio yang menunjukkan

(sejauh mana atau berapa kali) kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban (Hery, 2015:203).

Rumus Operating Income to Liabilities Ratio:

3) Rasio Profitabilitas

Menurut Sartono dalam Fahmi (2011:68), rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang dilihat dari besar kecilnya tingkat keuntungan

π‘ˆπ‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘—π‘Žπ‘›π‘”π‘˜π‘Ž π‘π‘Žπ‘›π‘—π‘Žπ‘›π‘” π‘€π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π‘ π‘’π‘π‘’π‘™π‘’π‘š π‘π‘’π‘›π‘”π‘Ž π‘‘π‘Žπ‘› π‘π‘Žπ‘—π‘Žπ‘˜ π΅π‘’π‘π‘Žπ‘› π‘π‘’π‘›π‘”π‘Ž πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π‘‚π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘–π‘œπ‘›π‘Žπ‘™ πΎπ‘’π‘€π‘Žπ‘—π‘–π‘π‘Žπ‘›

yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun

investasi. Jenis-jenis rasio profitabilitas adalah hasil

pengembalian atas aset (return on asset), hasil pengembalian atas ekuitas (return on equity), margin laba kotor (gross profit

margin), margin laba operasional (operating profit margin),

margin laba bersih (net profit margin). Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang digunakan adalah Net Profit Margin dan

Return on Equity.

a) Margin laba bersih (Net Profit Margin) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan bersih (Hery, 2015:235). Standar umum rata-rata industri untuk net profit margin adalah 20%, jika berada di atas rata-rata industri maka margin laba suatu perusahaan baik, begitu pun sebaliknya (Kasmir, 2008:201 dalam Widiyanti, 2014).

Rumus Net Profit Margin :

b) Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih (Hery, 2015:230). Semakin tinggi rasio pengembalian atas ekuitas (return on equity), semakin

πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” π΄π‘“π‘‘π‘’π‘Ÿ π‘‡π‘Žπ‘₯ (𝐸𝐴𝑇) π‘†π‘Žπ‘™π‘’π‘ 

baik. Standar umum rata-rata industri untuk ROE adalah 40% (Kasmir, 2008:205 dalam Widiyanti, 2014).

Rumus Return on Equity :

c) Hasil pengembalian atas aset (return on asset) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset (Hery, 2015:228). Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset (Hery, 2015:228).

Rumus Return on Asset :

d) Margin laba kotor (gross profit margin) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba kotor atas penjualan bersih (Hery, 2015:231). Semakin tinggi margin laba kotor berarti semakin tinggi pula laba kotor yang dihasilkan dari penjualan bersih (Hery, 2015:231).

Rumus Gross Profit Margin:

πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΈπ‘˜π‘’π‘–π‘‘π‘Žπ‘  πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑒𝑑 πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π‘˜π‘œπ‘‘π‘œπ‘Ÿ π‘ƒπ‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž

e) Margin laba operasional (operating profit margin) merupakan rasio yang digunakan untuk mrngukur besarnya persentase laba operasional ata penjualan bersih (Hery, 2015:233). Semakin tinggi margin laba operasional berarti semakin tinggi pula laba operasional yang dihasilkan dari penjualan bersih (Hery, 2015:233).

Rumus Operating Profit Margin:

4) Rasio Pasar

Rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar (Fahmi, 2011:70). Rasio pasar mengukur seberapa besar nilai pasar saham perusahaan dibanding dengan nilai buku (Murdabahari, 2013). Rasio ini sering digunakan untuk kepentingan investor sebagai ukuran untuk melihat kondisi keuntungan potensial yang dapat diperoleh. Jenis-jenis rasio pasar yaitu earning per share, price earning ratio, dan dividen yield. Dalam penelitian ini rasio pasar yang digunakan adalah Earning

per share.

a) Earning per share (EPS) merupakan salah satu indikator keberhasilan yang telah dicapai perusahaan dalam menciptakan keuntungan bagi pemegang sahamnya (Priatinah dan Kusuma, 2012).

πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π‘œπ‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘–π‘œπ‘›π‘Žπ‘™ π‘ƒπ‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž

Rumus Earning per share :

b) Price earning ratio merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan (Moeljadi 2006:75).

Rumus Price earning ratio:

c) Dividen yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang (Jones, 2004:41).

Rumus Dividen yield:

h. Economic Value Added (EVA)

EVA merupakan estimasi laba ekonomi usaha yang sebenarnya untuk tahun tertentu, dan sangat jauh berbeda dari laba bersih akuntansi dimana laba akuntansi tidak dikurangi dengan biaya ekuitas, sementara dalam perhitungan EVA, biaya ini dikeluarkan (Brigham dan Houston, 2013:111).

Rumus EVA :

EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital) Dimana, πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž π‘ π‘’π‘‘π‘’π‘™π‘Žβ„Ž π‘π‘Žπ‘—π‘Žπ‘˜ π‘†π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š π‘π‘–π‘Žπ‘ π‘Ž π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿ π»π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘Ž π‘π‘Žπ‘ π‘Žπ‘Ÿ π‘π‘’π‘Ÿ π‘™π‘’π‘šπ‘π‘Žπ‘Ÿ π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π‘π‘’π‘Ÿ π‘™π‘’π‘šπ‘π‘Žπ‘Ÿ π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 π‘π‘’π‘Ÿ π‘™π‘’π‘šπ‘π‘Žπ‘Ÿ π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š π»π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿ π‘™π‘’π‘šπ‘π‘Žπ‘Ÿ π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š

NOPAT = laba bersih operasi setelah pajak (Net Operating Profit

After Tax)

WACC = biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average

Cost of Capital)

WACC = (Ki x D) + (Ke x E)

Invested Capital = (Total utang + Total Modal) – Utang jangka

pendek Dimana, D = π‘ˆπ‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘ˆπ‘‘π‘Žπ‘›π‘”+π‘€π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ E = π‘€π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘ˆπ‘‘π‘Žπ‘›π‘”+π‘€π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

Ki = biaya utang setelah pajak D = proporsi utang

Ke = biaya modal E = proporsi modal

Jika nilai EVA positif, maka laba operasi setelah pajak melebihi biaya modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tersebut, dan tindakan manajemen menambah nilai bagi pemegang saham (Brigham dan Houston, 2013:112). EVA menunjukkan ukuran baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti, 2012:69). Hasil perhitungan EVA dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Nilai EVA > 0 atau bernilai positif, hal ini berarti laba operasi setelah pajak lebih besar daripada biaya modal. Dapat dikatakan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi investor serta berhasil meningkatkan nilai aset.

b. Nilai EVA = 0 atau impas, jika hasil perhitungan EVA impas maka hal ini berarti laba operasi perusahaan telah habis digunakan untuk menutupi biaya modal. Laba operasi digunakan untuk membayar kewajiban kepada investor dan kreditur. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak berhasil menciptakan nilai tambah.

c. Nilai EVA < 0 atau bernilai negatif, artinya laba operasi lebih kecil/rendah daripada biaya modal. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak berhasil menciptakan nilai tambah dan menurunkan nilai aset perusahaan.

4. Akuisisi

Menurut PSAK No. 22 akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi, dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. Menurut Sudana (2015:274), akuisisi adalah penggabungan dua perusahaan yang mana perusahaan akuisitor membeli sebagian saham perusahaan yang diakuisisi, sehingga pengendalian manajemen perusahaan yang diakuisisi berpindah kepada perusahaan

akuisitor, sementara kedua perusahaan masing-masing tetap beroperasi sebagai suatu badan hukum yang berdiri sendiri.

Adapun tipe-tipe akuisisi berdasarkan bentuk akuisisi bisnis dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu (Go, 1992:22) :

a. Akuisisi Finansial (Financial Acquisition)

Akuisisi finansial merupakan suatu tindakan akuisisi terhadap satu atau beberapa perusahaan tertentu yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai keuntungan finansial.

b. Akuisisi Strategis (Strategic Acquistition)

Akuisisi strategis merupakan suatu akuisisi yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menciptakan sinergi dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan jangka panjang.

Apabila ditinjau dari keterkaitan bidang usaha perusahaan yang bergabung, maka penggabungan dua atau lebih perusahaan dapat dibedakan menjadi (Sudana, 2015:274) :

a. Penggabungan vertikal, adalah penggabungan dua atau lebih

perusahaan yang berada pada tingkat proses produksi yang tidak sama.

b. Penggabungan horizontal, adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang berada pada tingkat proses produksi yang sama.

c. Penggabungan konglomeratif, adalah penggabungan dua perusahaan

Adapun motif yang mendorong perusahaan melakukan akuisisi yaitu motif ekonomi, motif sinergi, motif divertifikasi dan motif non ekonomi. Perusahaan melakukan akuisisi dengan harapan dapat terbentuk sinergi berupa sinergi finansial, sinergi manajerial, sinergi teknologi dan sinergi pemasaran antara perusahaan pengakuisisi dan perusahaan terakuisisi. Menurut Sudana (2015:275), ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan, diantaranya sebagai berikut :

a. Mencapai operasi yang ekonomis

Dua atau lebih perusahaan yang sejenis jika beroperasi sebagai entitas yang terpisah, dalam pemanfaatan aset yang dimiliki masing-masing perusahaan akan sering kurang optimal, yang diakibatkan kapasitas aset yang lebih besar dari kebutuhan masing-masing perusahaan. Di samping itu banyak aset yang dimiliki masing-masing perusahaan bersifat duplikasi, dan jika perusahaan bergabung, maka aset yang diduplikasi tersebut dapat dikurangi.

b. Pertumbuhan

Penggabungan dua perusahaan atau lebih akan mempercepat pertumbuhan perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena intensitas persaingan akan berkurang dan kemampuan perusahaan untuk bersaing juga meningkat, karena perusahaan beroperasi secara lebih efisien, sehingga harga produk yang dihasilkan bisa lebih murah.

c. Diversifikasi

Diversifikasi dapat dicapai melalui penggabungan dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko. Hal ini bisa dicapai, karena perusahaan yang berada pada kelompok industri yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda pula. Dengan penggabungan, maka ketika satu perusahaan mengalami kerugian, perusahaan lain masih memperoleh laba, sehingga secara keseluruhan variabilitas laba yang diperoleh setelah penggabungan menjadi stabil, atau risikonya menjadi lebih kecil.

Perspektif secara keseluruhan dari suatu proses akuisisi terdiri dari beberapa tahapan berikut ini (Go, 1992:15-16) :

a. Penentuan sasaran akuisisi.

b. Identifikasi calon perusahaan yang dianggap potensial untuk diakuisisi melalui prosedur pelacakan.

c. Membatasi jumlah calon perusahaan yang akan diambil alih. d. Menghubungi pihak manajemen perusahaan bersangkutan untuk

mewujudkan keinginan memberikan penawaran dan kemungkinan memperoleh informasi tambahan.

e. Berdasarkan tahap permulaan tersebut, dibuat suatu evaluasi yang realistis mengenai kelayakan akuisisi tersebut.

f. Mendapatkan laporan keuangan untuk periode 5 tahun terakhir dan informasi-informasi lain yang relevan seperti kontrak-kontrak yang telah ditandatangani, leasing, dan sebagainya.

g. Menetapkan suatu harga tawaran tertentu yang dilengkapi dengan berbagai persyaratan serta bentuk-bentuk pembayaran yang dapat berupa cash, stocks, notes dan sebagainya.

h. Mengungkapkan sumber-sumber keuangan.

i. Membuat suatu persetujuan yang secara prinsip tidak mengikat dan memperjelas posisi masing-masing dalam hal kelanjutan manajemen lama dan pemenuhan kewajiban.

j. Melakukan suatu studi secara lebih mendalam dan komprehensif

(in-depth study) mengenai perusahaan yang akan diambil alih.

k. Menyiapkan penandatanganan kontrak atas persetujuan akuisisi. l. Terakhir adalah realisasi pengalihan aktiva dan realisasi pembayaran.

Dokumen terkait