• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAS VII DI SMPNEGERI 2 TUNTANG TAHUN PELAJARAN

ANALISIS DATA

A. Model evaluasi pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas VII di SMP Negeri 2 Tuntang tahun 2017/2018

Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan di lapangan, hasil penelitian menunjukkan bahwa model evaluasi berbasis kurikulum 2013 dalam evaluasi, guru sudah melakukan penilaian secara autentik yaitu menilai kompetensi sikap dengan: penilaian diri, penilaian antarteman, dan jurnal, sedangkan untuk penilaian kompetensi pengetahuan yang digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, tugas, UTS, dan UAS sebagai penilaian yang berisi data input sedangkan penilaian pada kompetensi keterampilan guru menggunakan nilai praktik, nilai unjuk kerja, nilai proyek, dan nilai portofolio sebagai data output. SR selaku guru PAI kelas VII mengatakan bahwa:

“Model evaluasi yang digunakan itu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kalau pengetahuannya itu ada tes tulis, tes lisan dan tugas. Kalau afektifnya memakai jurnal. Kalau keterampilannya itu nilai praktik, nilai unjuk kerja, nilai proyek dan nilai portofolio” (05 Desember 2017).

Seperti pendapat AY selaku siswa kelas VII A mengatakan bahwa:

“Biasanya dikasih tugas hafalan, surat-surat pendek terus tugas khutbah 1 dan khutbah 2, uts, uas lks, buku paket, dan ulangan harian” (13 Desember 2017).

Jadi guru melakukan evaluasi dengan tugas, soal-soal dari paket, soal-soal dari fotocopy sebagai penilaian kognitifnya, jurnal sebagai penilaian afektifnya sedangkan hafalan surat-surat pendek dan lembaran kerja yang diberikan oleh peserta didik sebagai penilaian kompetensi keterampilannya. Penggunaan evaluasi

56

dalam menilai peserta didik disesuaikan dengan materi yang diajarkan, tidak semua materi bisa digunakan dengan berbagai model evaluasi diatas. Evaluasi yang terdapat pada kurikulum 2013 guru menilai seluruh komponen meliputi aspek sikap, baik spiritual maupun sosial. Muhammad Fathurrohman (2015: 445), dalam kurikulum 2013 kompetensi sikap dibagi menjadi 2 yaitu sikap spiritual dan sikap sosial dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Pada kurikulum 2013 penilaian mencakup beberapa aspek yaitu aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Cara yang digunakan oleh guru PAI khususnya kelas VII di SMP Negeri 2 Tuntang mengambil nilai dengan pendekatan scientifik, yang meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara terpisah atau disendiri-sendirikan. Dan evaluasinya lebih menyeluruh karena dalam 1 KD (Kompetensi Dasar) penilaian sikap bisa lebih dari satu variabel yang digunakan. Guru juga mengisi sesuai dengan petunjuk penggunaannya, tidak ada penambahan atau pengurangannya. Seperti yang diungkapkan AI selaku wakil kepala bidang kurikulum PAI yaitu :

“Jadi masing-masing mapel ada titik berat sendiri-sendiri beda-beda ya misalnya kalau IPA itu kan ada kognitif, afektif, dan psikomotorik dan masing-masing mapel ini KD nya masuknya ke mana, kan beda-beda. Jadi tidak bisa serta merta semua secara umum sama karena tidak bisa, misalnya untuk keterampilan untuk mapel agama itu pakainya praktik terus pengetahuannya agama misalnya sejarah-sejarah nabi. Jelas kalau agama sudah bervariasi modelnya, yang lain juga sama, dan KD nya masing-masing mapel kan sudah mengarah ke penilaiannya Kurikulum 2013” (06 Desember 2017).

57

Dalam evaluasi tersebut disusun sebagai laporan perkembangan peserta didik baik bagi guru, ataupun orang tua peserta didik. Peneliti melihat bagi peserta yang belum mencpai KKM (Kreteria Ketuntasan Minimum) maka diadakan remidi agar peserta didik dapat mencapai KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah. Sebaliknya bagi peserta didik yang telah mencapai standar kompetensi maka peserta didik diberikan pengayaan dan dapat melanjutkan kemateri selanjutnya. Dalam mengevaluasi sebenarnya harus dilakukan secara menyeluruh tidak pada aspek kognitifnya saja akan tetapi pada aspek sikap dan keterampilan peserta didik yang diharapkan dapat melakukan penilaian secara autentik. Dalam kurikulum 2013 evaluasi tersebut dilakukan tidak hanya pada belajar siswa. Namun evaluasi dilakukan dalam proses pembelajaran hingga sampai hasil akhir untuk dijadikan raport.

1. Aspek Afektif

Hasil penelitian yang didapat dari lapangan oleh beberapa key informan melalui wawancara penulis menyimpulkan bahwa penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui jurnal harian, penilaian diri dan penilaian antar teman. Dalam penilaian jurnal SR menggunakan jurnal kelas dan penilaian diri beliau menggunakan pengamatan terhadap siswa ketika pada waktu proses pembelajaran berlangsung. Karena pengamatannya dilakukan setiap harinya guru akan hafal dengan sikap yang ditampakkan oleh peserta didik. Dengan demikian akan menghasilkan penilaian dari masing-masng guru terhadap peserta didik. Sedangkan penilaian antar teman peneliti melihat guru mengobservasi

58

siswa dengan bentuk perilaku terhadap temannya dan terkadang dilakukan pada waktu proses pembelajaran. Menurut Tatik Pudjiani (2004: 49-53)penilaian sikap adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara individual. Guru melakukan penilaian kompetensi sikap melalui empat teknik yaitu observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta didik, dan jurnal.

Jadi dalam melakukan evaluasi kompetensi sikap bisa dilakukan dengan berbagai teknik tersebut akan tetapidalam melakukan evaluasi guru juga dihadapkan berbagai hambatan seperti yang dipaparkan oleh SR bahwa tidak semua teknik evaluasi itu diterapkan secara menyeluruh karena kerjasama antar siswa itupun masih kurang serta kurangnya fasilitas yang memadai.Seperti yang diungkapkan oleh SR selaku guru PAI kelas VII yakni:

“Kendalanya banyak banget, yang pertama karena yang jelas belum canggih dan istilahnya baru gagap-gagap, pelaksanaannya juga baru tahun pertama, yang kedua karena banyaknya siswa itu ya waktunya tidak mencukupi, yang ketiga, kemampuan guru kurang, SDM nya memang lemah. Dan untuk siswa, untuk menilai antar teman itu tidak begitu terbuka, jujur dan kurang obyektif” (05 Desember 2017).

Peneliti juga melihat pada waktu melakukan diskusi para peserta didik terkadang tidak ada yang memperhatikan dan ada juga yang asyik dengan dirinya sendiri dan ngobrol bersama kelompok lain. Untuk penilaian sikap skala yang digunakan pada aplikasi penilaian dengan memberikan deskripsi A, B, C dan D.

59

Untuk penilaian sikap SR juga menggunakan jurnal, penilaian diri dan penilaian antar teman. Jika menggunakan jurnal sebagai penilaian di dalam kelas dan melakukan penilaian diri dengan menggunakan pengamatan terhadap sikap siswa ketika di dalam kelas. Dan adapun penilaian antar teman SR melihat bagaimana bersikap disiplin dengan memperhatiakan siswa yang gojek sendiri pada saat pelajaran, tidak mau mengerjakan tugas.

2. Aspek Kognitif

Evaluasi pada aspek kognitif dilakukan dengan menggunakan tes tertulis berupa soal-soal dari buku paket maupun dari guru PAI itu sendiri. Menurut Tatik Pudjiani (2004: 61-63) guru melakukan penilaian kompetensi pengetahuan menggunakan tiga teknik yaitu:

a. Tes tertulis yaitu tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Instrumen tes berupa pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

b. Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui mengkomunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan pendidik.

c. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok.

Seperti halnya yang dipaparkan oleh SR di atas bahwa untuk evaluasi pada aspek kognitif yang digunakan adalah tes tertulis dengan menggunakan soal-soal dari buku paket maupun soal-soal dari guru PAI itu sendiri dan biasanya juga diberikan tugasterkait dengan materi yang diajarkan. Adapun aspek kognitif

60

dipaparkan pada KI-3 pada kurikulum 2013. Menurut beliau juga SR selaku guru PAI kelas VII mengatakan bahwa:

“Ya kalau KI-3 mengunakan tes tertulis terus tes lisan terus tugas biasanya”(05 Desember 2017).

Senada dengan yang diungkapkan oleh PA selaku siswa kelas VII mengatakan bahwa:

“Sering diberi evaluasi ya seperti menghafalkan remidi dan mengerjakan tugas-tugas yang lain. Untuk tugasnya mencari catatan tentang khutbah, mengerjakan UTS, mengerjakan UAS, ulangan, dan remidi”(13 Desember 2017).

Jadi pada aspek kognitif pencapaian kompetensi yang dilakukan oleh guru PAI yaitu dengan menggunakan tes tertulis, tugas, UTS, dan UAS untuk mengukur sejauh mana pemahaman dan pengetahuan capaian kompetensi peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru.Untuk tes tertulis, tes lisan dan tugas. Biasanya setelah pembelajaran setelah sub bab materi sudah terselesaikan atau diajarkan semua. Dan peneliti melihat bahwa evaluasi yang diberikan oleh guru materi iman menggunakan tes lisan. Sedangkan materi akhlak, sholat, thoharoh, Al-Quran dan Tarikh menggunakan tes tertulis sebagai evaluasi hariannya.

3. Aspek Psikomotorik

Berdasarkan pemaparan dari berbagaikey informan untuk evaluasi pada aspek psikomotorik tidak harus dilakukan dengan praktek. ada praktek karena tergantung dengan Kompetensi Dasarnya. Pada kurikulum 2013 evaluasi pada aspek psikomotorik terdapat beberapa teknik diantaranya tes praktik, penilaian

61

proyek, penilaian produk, dan penlaian portofolio. Penilaian yang diambil dari aspek psikomotorik juga tidak terlepas dari pengukuran pada aspek kognitif peserta didik. Menurut Suharsimi Arikunto, (1996: 185) yaitu pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun biasanya pengukuran psikomotorik dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Seperti yang dikatakan oleh SR selaku guru PAI kelas VII bahwa:

“KI-4 keterampilan ada praktik, unjuk kerja proyek, dan portofolio itu kan di RPP juga ada mbk”(05 Desember 2017).

Hal itu senada dengan yang diungkapkan oleh AR selaku siswa kelas VII D mengatakan bahwa:

“Kadang setelah pembelajaran diberi kesimpulan. Ya biasanya hafalan, tugas, soal-soal dari paket, soal-soal foto copyan dari guru, diberi lembaran kerja, tes tertulis ada setelah pembelajaran”(13 Desember 2017).

Jadi Sesuai dengan hasil pengamatan peneliti. peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi yang diberikan oleh peserta didik dalam mencapai kompetensi aspek psikomotorik untuk KI-4 dengan menggunakan hafalan surat-surat pendek dan lembaran kerja yang diberikan oleh siswa sebagai penilaian peserta didik dan melakukan praktik dengan materi-materi tertentu sebagai evaluasinya.

62

B. Implementasi model evaluasi pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas VII di SMP Negeri 2 Tuntang 2017/2018

Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya yang memiliki ciri khas yang berbeda baik ditinjau dari segi proses pembelajaran, pendekatan-pendekatan, salah satunya yaitu proses pembelajaran yang dipandu dengan pendekatan scientifik/ilmiah. Materi pembelajaran yang berbasis fenomena dan fakta yang didalamnya peserta didik diajarkan untuk berfikir secara kritis dan mendalam yang dapat memecahkan berbagai permasalahan secara mandiri.

Menurut Bruner metode scientifik merupakan teori belajar penemuan yang terdiri dari empat hal pokok yaitu pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan sesuatu penghargaan intrinsik.

Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan.

Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan Hosnan (2014: 35). Pendekatan scientifik pada proses pembelajaran dapat melatih para peserta didik untuk lebih aktif, kreatif, dan dapat mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya dalam melaksanakan diskusi. Menurut SR selaku guru PAI kelas VII mengatakan bahwa:

63

“Pendekatan scientifik kelebihannya siswa menjadi lebih aktif, kreatif, mandiri sehingga siswa dapat mengembangkan pola pikirnya, guru tidak terlalu capek, guru hanya mengawasi dan hanya berbicara dan potensi siswa bisa keluar” (05 Desember 2017).

Implementasi model evaluasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI dengan pendekatan scientifik sudah menerapkan sesuai dengan kemenag dan pihak sekolah juga sudah menerapkan kurikulum 2013 dengan maksimal. Seperti yang diungkapkan AI selaku wakil kepala bidang kurikulum PAI yaitu :

“Untuk metode scientifiknya itukan menitik beratkan misalnya anak-anak diskusi salah satunya kan implementasinya salah satu bukti bahwa menggunakan Scientifik itu kan diskusi kemudian nanti memecahkan masalah dalam diskusi itu kemudian presentasi itu kan salah satu ciri dari

scientifik itu, dan masing-masing guru untuk K13 yang kelas VII sudah banyak yang menggunakan itu tetapi tidak serta merta setiap KD melakukan begitu. Kalau implementasi di sikluskan dari 10-100 kalau dari pembelajaran bisa dikatakan 80 %, kalau dari penilaian 100% karena dituntut harus sesua dengan kurikulum 2013” (06 Desember 2017).

Tidak jauh beda yang dikemukakan AI, menurut SR, implementasi model evaluasinya yakni:

“Ya implementasinya dikatakan berapa persen ya, ya hampir semuanya dipakai” (05 Desember 2017).

Jadi peneliti menyimpulkan bahwa implementasi model evaluasi mata pelajaran PAI sudah berjalan dengan baik dan menyeluruh. Pihak sekolah berusaha dengan maksimal dalam menerapkan kurikulum 2013 yang baru dilaksanakan pada 1 semester ini di kelas VII karena masih dalam uji coba pelaksanaan kurikulum 2013. Adapun implementasi model evaluasi yang diterapkan khususnya pada mata

64

pelajaran PAI juga tidak terlepas dari kendala-kendala yang ada seperti yang diungkapkan oleh SR, kendala dalam pelaksanaan model evaluasi adalah:

“Kendalanya banyak banget, yang pertama karena yang jelas belum canggih dan istilahnya baru gagap-gagap, pelaksanaannya juga baru tahun pertama, yang ke dua karena banyaknya siswa itu ya waktunya tidak mencukupi, yang ketiga, kemampuan guru kurang, SDM nya memang lemah. Dan untuk siswa, untuk menilai antar teman itu tidak begitu terbuka, jujur dan kurang obyektif. Penilaian kan ada siswa dan guru to mbk kalau antar teman kurang obyektif itu kendalanya” (05 Desember 2017).

Dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dalam implementasi model evaluasi, pihak guru senantiasa memberi pelatihan secara terus menerus dalam berdiskusi serta bimbingan dan arahan yang jelas dalam pembelajaran, diharapkan siswa bisa memiliki pemahaman dalam melakukan evaluasi sesuai kurikulum yang diterapkan.

Menurut AI selaku wakil kepala bidang kurikulum mengatakan bahwa:

“Solusinya memang salah satu caranya anak-anak lebih sering lagi, semakin sering melakukan hal seperti itu, sering berlatih, sering berlatih diskusi, sering melihat temennya berani berartikan dia juga bisa terpancing akhirnya ikut menjadi berani harapannya itu” (06 Desember 2017).

65 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Model evaluasi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VII di SMP Negeri 2 Tuntang

a. Model evaluasi pada aspek kognitif

Kompetensi pengetahuan peserta didik diukur dengan menggunakan tes tertulis (soal-soal dari buku pakat dan soal dari foto copyan guru), tes lisan, tugas, UTS, dan UAS.

b. Model evaluasi pada aspek afektif

Kompetensi sikap peserta didik menggunakan penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal harian.

c. Model evaluasi pada aspek psikomotorik

Kompetensi keterampilan peserta didik diukur dengan membiasakan peserta didik untuk hafalan surat-surat pendek dan lembaran kerja.

2. Implementasi model evaluasi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VII di SMP Negeri 2 Tuntang

a. Peserta didik melakukan diskusi

b. Peserta didik memecahkan masalah dalam diskusi c. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi

d. Guru mengimplementasikan model evaluasi dengan melihat topik atau Kompetensi Dasar (KD) terlebih dahulu

66

e. Guru memakai jurnal di setiap persemester dan terkadang di waktu pertemuan dengan para peserta didik

f. Tidak semua Kompetensi Dasar (KD) digunakan 4 model evaluasi oleh guru.

Akan tetapi dalam implementasi juga tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang dihadapi selama proses evaluasi tersebut.

Adapun faktornya meliputi:

a. Selama proses pembelajaran dengan pendekatan scientifik banyak anak-anak yang belum berani dalam melaksanakan diskusi

b. Sarana yang masih belum canggih c. Waktu evaluasi kurang mencukupi d. Kemampuan guru kurang

e. Penilaian antar teman kurang terbuka Adapun solusi yang bisa ditempuh yaitu :

a. Siswa sering berlatih diskusi

b. Guru memberikan umpan balik terhadap siswa agar bisa aktif c. Melakukan penilaian antar teman

67 B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran guna perkembangan ke arah yang lebih baik lagi: 1. Bagi Guru

Guru merupakan faktor utama dalam pemebalajaran di kelas yang mampu menilai keberhasilan peserta didik dari kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, diharapkan dapat melakukan evaluasi berbasis kurikulum 2013 dengan maksimal dan menyeluruh terhadap peserta didik. Khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sesuai dengan tujuan dari kurikulum 2013.

2. Bagi Pihak Lembaga

Lingkungan sekolah merupakan tempat belajar para peserta didik. dimana terjadi proses kegiatan belajar mengajar yang hendaknya memiliki segala sarana dan prasarana yang memadai sehingga memudahkan guru dalam mengimplementasikan evaluasi berbasis kurikulum 2013.

C. Penutup

Alhamdulillahirobbil’alamin, tiada kata yang sesuai dituturkan karena rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah memberikan jalan kemudahan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Penilaian Autentik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII di SMP Negeri 2 Tuntang Tahun 2017/2018” ini dengan baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi

68

Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang akan ditunggu syafaatnya di akhir nanti.

Penulisan karya ilmiah atau skripsi ini tidak luput dari keterbatasan pengetahuan dan kekhilafan penulis, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan wawasan keilmuan dan disiplin ilmu bagi individu maupun pihak guru.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan, bantuan dan dukungan dari semua pihak, sehingga penulis skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tiada daya dan upaya kecuali izin Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Sa’dun. 2003. Instrumen Perangkat Pembelajaran 2013. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembagan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-dasar Evaluasi Pendidian. Jakarta: Bumi Aksara _______________. 2002. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Basuki, Ismet dan Hariyanto. 2014. Assessment Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013. Yogyakarta: Kalimedia.

Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hidayati, Lilik. 2014. Kurikulum 2013 dan Arah Baru Pendidikan Agama Islam. Brebes.Vol.19, no. 1

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, Cet. 21. Bogor : Ghalia Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 2002. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Purwanto, Ngalim. 1988. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Karya.

_________________. 1996. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Putra Nusa & Lisnawati Santi. 2013. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Bnadung.

Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajara Mengajar. Bandung : PT Rosdakarya.

Sukandarrumudi. 2004. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta : Gadjah Mada University.

Suparta. 2016. Pengantar Teori dan Aplikasi Pengembangan Kurikulum PAI. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suprananto, Kusaeri. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Uno, Hamzah B dan Koni, Satria. 2016. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Muslikhatun 2. NIM : 111-14-341

3. TT : Boyolali, 25 Mei 1996

4. Usia : 22 Tahun

5. Agama : Islam

6. Alamat : Dusun Glinggang, RT/RW 04/03, Desa Glinggang, Kec. Kemusu, Kab. Boyolali

7. Nama Orang Tua Ayah : Taslim Ibu : Sumirah 8. Riwayat Pendidikan

a. MIN Kendel : Tahun 2001-2007 b. MTS Islamiyah Kendel : Tahun 2007-2010 c. SMK Muh 2 Andong : Tahun 2010-2014 9. Riwayat Organisasi

NO ORGANISASI JABATAN

1 ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS)

Sekretaris

2 HIZBUL WATHAN (HW) Sie Agama

3 KOMUNITAS GERAKAN JUMAT BERBAGI

Dokumen terkait