• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAS VII DI SMPNEGERI 2 TUNTANG TAHUN PELAJARAN

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Menurut Bloom (1971) bahwa evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kennyataanya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa (Daryanto, 1999: 1).

Dalam istilah asing, pengukuran adalah measurement, sedang penilaian adalah evaluation. Evaluasi berarti menilai tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu. Menurut Cronbach dan Stufflebeam bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan (Daryanto, 1999: 6).

Jadi evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan serta mengukur sejauh mana hasil yang diperoleh siswa dalam mencakup aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Penilaian memainkan peranan penting di sekolah. Untuk itu, guru harus mampu memilih prosedural-prosedural penilaian yang tepat untuk membuat keputusan pembelajaran (Suprananto, 2012: 11).

Evaluasi dalam proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan untuk mengetahui dan menilai sejauh mana pencapaian yang dilakukan oleh

16

siswa selama proses pembelajaran serta menentukan sejauh mana hasil dari implementasi kurikulum yang diterapkan. Penilaian merupakan salah satu aspek penting dalam proses pembelajaran disamping dapat memantau dan melihat sejauh mana perkembangan siswa baik dari segi perilaku maupun prestasi akademisnya penilaian juga dapat memberikan evaluasi bagi peserta didik dalam memahami dirinya. Penilaian yang dilakukan dapat dengan memberi skor, nilai atau angka yang biasa dilakukan dalam penilaian hasil belajar.

Pada kurikulum 2013 penilaian mencakup beberapa aspek yaitu aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam kurikulum 2013 kompetensi sikap dibagi menjadi 2 yaitu sikap spiritual dan sikap sosial dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan pserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab (Fathurrohman, 2015: 445).Penilaian yang dilakukan secara menyeluruh dari semua segi aspek akan memberikan informasi yang akurat terhadap perkembangan para siswa, dan salah satu aspek yang dijadikan ajang perubahan dan penataan dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum 2013 adalah penataan standar penilaian. Pada akhirnya penataan penilaian tersebut tetap bermuara dan berfokus pada pembelajaran, karena pembelajaran merupakan inti dari implementasi kurikulum 2013.

Penilaian pencapaian kompetensi pengetahuan merupakan bagian dari penilaian pendidikan. Dalam lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan

17

Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan bahwa penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik yang mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Penilaian hasil peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Fathurrohman, 2015: 473). 2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Tujuan berhubungan dengan sesuatu yang akan dicapai sedangkan fungsi memiliki kedudukan yang dinamis dalam mencapai suatu tujuan. Adapun tujuan dari evaluasi yaitu:

a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dapat pula diketahui posisi kemampuan siswa dibandingkan siswa lainnya;

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan ketrampilan yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan;

18

c. Menentukan tindak lanjut penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pembelajaran serta strategi pelaksanaannya; dan

d. Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa (Fathurrohman, 2015: 440-441).

Dari tujuan di atas sejalan dengan fungsi evaluasi. Dalam dunia pendidikan evaluasi terdapat beberapa makna jika ditinjau dari beberapa segi:

a. Manfaat bagi siswa

Dengan diadakannya evaluasi, maka siswa akan dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh oleh siswa dari pekerjaan menilai yaitu:

1) Memuaskan, jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan, dan hal itu menyenangkan, tentu kepuasan itu diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu. Akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat, agar lain kali mendapatkan hasil yang memuaskan lagi; dan

2) Tidak memuaskan, jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar lain kali keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia belajar giat. Namun demikian, keadaan sebaliknya dapat terjadi. Ada beberapa siswa yang lemah kemauannya, akan menjadi putus asa dengan hsil kurang memuaskan yang telah diterimanya.

19 b. Manfaat bagi guru

1) Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil menguasai bahan. Dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan yang belum berhasil.

2) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa, sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.

3) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh angka jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Apabila demikian guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode yang lain dalam mengajar.

c. Manfaatnya bagi sekolah

1) Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cermin kualitas sesuatu sekolah.

20

2) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.

3) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh siswa (Daryanto, 1999: 9-11).

Dengan mengetahui manfaat evaluasi di atas fungsi evaluasi yaitu:

a. Evaluasi berfungsi selektif untuk mengadakan seleksi terhadap siswanya;

b. Evaluasi berfungsi diagnostik untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan siswa;

c. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan untuk menempatkan siswa secara pasti dalam kelompok belajarnya; dan

d. Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan siswa dalam suatu program yang diterapkan (Daryanto, 1999: 14-16).

3. Ruang lingkup aspek/domain penilaian

Penilaian sangat erat kaitannya dengan pencapaian dari proses pembelajaran. Dalam penilaian sudah banyak diketahui oleh umum bahwa menurut Taksonomi Bloom (1956) pengklasifikasian hasil belajar siswa yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

21

a. Ranah Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Artinya, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif (Purwanto, 1988: 201). Aspek kognitif dibedakan menjadi 6 jenjang yaitu:

1) Pengetahuan, dengan pengetahuan siswa diminta kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana.

2) Pemahaman, dengan pemahaman siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.

3) Aplikasi, untuk aplikasi siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih sautu abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.

4) Analisis, siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar.

5) Sintesis, apabila penyusunan soal tes bermaksud meminta siswa melakukan sintetis maka pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga meminta siswa untuk menyusun kembali.

6) Evaluasi, apabila penyusunan soal bermaksud untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai sesuatu kasus yang diajukan oleh penyusun soal (Arikunto, 2015: 130-132).

22 b. Ranah Afektif

Jenjang penilaian pada ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom dan Masia (1973) yaitu:

1) Menerima (Receiving), diharapkan siswa memiliki kesadaran, kemauan untuk menerima, perhatian terseleksi. Pada tahap ini belajar peka terhadap keberadaan fenomena atau rangsangan.

2) Menanggapi (Responding), siswa berpartisipasi aktif sebagai bagian dari pebelajar. Menanggapi rangsangan yang datang berupa gagasan, benda, atau sistem nilai.

3) Menilai (Value), Diharapkan siswa dapat menerima nilai, memilih nilai, dan komitmen. Pada tahap ini siswa memahami bahwa benda, gejala, atau suatu perilaku mempunyai nilai.

4) Organisasi (Organization), diharapkan siswa dapat mengorganisasikan nilai menjadi prioritas untuk membandingkan, mengaitkan dan melakukan sintetis nilai-nilai.

5) Menghayati Nilai (Internalizing Values), diharapkan siswa memiliki sistem nilai yang mongontrol perilakunya (Basuki dan Hariyanto, 2014: 186-187).

c. Ranah Psikomotorik

Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun biasanya pengukuran psikomotorik dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Instrumen yang

23

digunakan mengukur keterampilan biasanya berupa matriks. Ke bawah menyatakan perperincian aspek (bagian keterampilan) yang akan diukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor yang dapat dicapai (Arikunto, 1996: 185). Jadi penilaian pada ranah psikomotorik dapat dilakukan melalui keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik yang pencapaiannya melalui keterampilan fisik yang dapat dilihat atau diperhatikan dengan berbagai instrumen yang digunakan.

4. Jenis-jenis Evaluasi

a. Penilaian Kompetensi Sikap

Penilaian sikap adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara individual. Guru melakukan penilaian kompetensi sikap melalui empat teknik yaitu:

1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan indera, baik langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator yang perlu diamati.

2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.

3) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.

24

4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Guru melakukan penilaian kompetensi pengetahuan menggunakan tiga teknik yaitu:

1) Tes tertulis yaitu tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Instrumen tes berupa pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. 2) Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui mengkomunikasi

langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan pendidik.

3) Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara perorangan atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Guru menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan empat teknik yaitu:

1) Tes Praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan

25

tuntutan kompetensi. Instrumen tes praktik berupa soal untuk melakukan simulasi, identifikasi, atau uji praktik kerja.

2) Penilaian proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Proyek dapat berupa perkerjaan rumah secara individu atau kelompok.

3) Penilaian produk adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan suatu karya. Instrumen produk berupa lembar penilaian produk.

4) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan peserta didik terhadap lingkungannya (Pudjiani, 2014: 48-67).

Jadi untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat dilakukan berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian sebuah kompetensi. Penilaian berdasarkan pada indikator-indikator dalam pencapaian hasil belajar peserta didik. Baik pada domain kognitif,

26

afektif,dan psikomotorik. Banyak sekali berbagai cara dan teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi peserta didik. Evaluasi dapat dilakukan pada waktu proses pembelajaran berlangsung atau diakhir pembelajaran. Dari berbagai model evaluasi tersebut dapat diketahui dan diukur sejauh mana kemampuan dari para peserta didik. Di setiap proses pembelajaran khususnya pembelajaran PAI memilki tujuan yang akan dicapai oleh para peserta didik sesuai standar kurikulum yang diterapkan. Untuk mengetahui berhasil dan tidaknya kurikulum tersebut maka dapat dilakukan suatu penilaian maupun evaluasi. Peserta didik dapat dinilai dari beberapa aspek yaitu kompetensi sikap yang dapat diambil dari penilaian observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal. Kompetensi pengetahuan dapat diambil dari bentuk tes tertulis, non tes, dan penugasan. Sedangkan kompetensi keterampilan dapat diambil dari berbagai bentuk seperti penilaian praktik, proyek produk, dan portofolio.

Dengan terjadinya perubahan perilaku dari peserta didik sebagai hasil belajar dapat mencakup hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, motivasi, dan sikap yang disadari dan disengaja maka dengan perubahan perilaku tersebut peserta didik dengan sendirinya dapat mengembangkan kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap, dan kemampuan keterampilannya.

27

demikian dapat diukur kemampuan peserta didik jika ditinjau dari segi aektif, kognitif, dan psikomotorik.

Dokumen terkait