• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAS VII DI SMPNEGERI 2 TUNTANG TAHUN PELAJARAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMPN 2Tuntang

6. Sarana dan Prasarana

Sarana prasarana dalam pendidikan berfungsi untuk menunjang keberhasilan dalam berbagai kegiatan sekolah, baik dalam kegiatan administrasi maupun proses kegiatan belajar mengajar. Sarana prasarana adalah salah satu aspek terpenting yang dapat mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Tabel 3.3

Data sarana dan prasarana SMP Negeri 2 Tuntang No

Jenis Jumlah m2 Kondisi

Baik Buruk 1. Ruang kelas Kelas VII Kelas VIII Kelas IX 21 7 7 7 1323 V

44 2. Ruang kantor/ TU 1 42 V 3. Ruang kepsek 1 24 V 4. Ruang Guru 1 63 V 5. Ruang Wakasek 1 18 V 6. Ruang Kurikulum 1 18 V 7. Ruang BK/BP 1 28 V 8. Ruang Perpustakaan 1 77 V 9. Ruang Lab Komputer 1 56 V 10. Ruang Lab IPA 1 120 V 11. Ruang Lab Bahasa 1 63 V

12. Ruang Aula 1 84 V 13. Ruang Mushola 1 195 V 14. Ruang Uks 1 12 V 15. R. Lap Basket 1 1470 V 16. R. Lap Voly 1 675 V 17. Ruang Musik 1 32 V 18. Ruang Koperasi 1 21 V 19. R. WC Guru L 1 12 V 20. R. WC Guru W 1 12 V 21. R. WC Siswa L 1 18 V 22. R. WC Siswa W 1 18 V 23. R. WC Siswa W2 1 18 V B. Data Hasil Penelitian

1. Profil Informan

a. Andri Irawati, S.Pd (AI)

AI selaku wakil kepala bidang kurikulum dan guru mapel matematika SMP Negeri 2 Tuntang

45 b. Dra. Sri Rahayu (SR)

SR merupakan guru mata pelajaran PAI yang mengampu kelas VII-VIII c. Agus Triyono S.Pd, M.Pd (AT)

AT merupakan kepala sekolah SMP Negeri 2 Tuntang d. Anggita Dwi Rosita

(AR) Selaku siswa kelas VII D, lahir di Semarang tanggal 08 Juli 2005 e. Putri Sela Aulia

(PA) Selaku siswa kelas VII C, lahir di Semarang tanggal 10 April 2005 f. Arya Setyadi

(AY) Selaku siswa kelas VII A, lahir di Bekasi tanggal 17 Juni 2005 2. Temuan Penelitian

a. Model evaluasi pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas VII di SMP Negeri 2 Tuntang tahun 2017/2018.

Dari hasil data yang diperoleh peneliti dari berbagaiinforman, terkait dengan model evaluasi mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi pekerti di SMP Negeri 2 Tuntang yang didapatkan melalui wawancara dengan waka kurikulum, guru agama dan beberapa siswa.

Diterapkankannya kurikulum 2013 SMP Negeri 2 Tuntang dan jenis evaluasi berbasis kurikulum 2013 dari kemenag merupakan kurikulum yang masih dikatakan baru. Penerapan yang baru di uji coba selama satu tahun ini di kelas VII oleh pihak sekolah seperti yang dijelaskan oleh Ibu

46 AImengatakan bahwa:

“Baru 1 semester ini tahun 2017/2018 semester gasal ini baru pertama kali di kelas VII diterapkan kurikulum 2013”(06 Desember 2017). Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum KTSP yang berbasis kompetensi. KBK dijadikan acuan sebagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) diseluruh jenjang pendidikan sekolah. Penerapan kurikulum 2013 dalam mata pelajaran PAI itu sendiri adalah sebagai berikut:

Menurut SR selaku guru PAI kelas VII mengatakan bahwa:

“Penerapannya diuasahakan semaksimal mungkin, tapi masih banyak

kendalanya, siswa kalau disuruh diskusi belum bisa sepenuhnya dankerjasama antar siswa itu sendiri juga kurang. Kelemahannya ketika menggunakan kurtilas dengan mengedepankan siswa penenaman akan konsep pembelajaran tentang keimanan kurang maksimal akan tetapi materi yang lain bisa di bilang oke” (05 Desember 2017).

Sedangkan menurut AI selaku wakil kepala bidang kurikulum PAI yaitu: “Selama ini saya melihat untuk Kurikulum 2013 itu kan banyak penerapannya ya ada beberapa yang sudah jalan tetapi ada juga yang masih menggunakan model KBM KTSP. Di materi-materi tertentu sudah menerapkan Kurikulum 2013 kalau secara materi sudah jelas sesuai dengan Kurikulum 2013. tapi untuk model pembelajaran Kurikulum 2013 kan banyak siswa yang aktif to, terlibat didalamnya disini kombinasi jadi karena kita masih belajar Kurikulum 2013 ini jadi ya belum bisa full seperti yang diharapkan, kemi berusaha ke arah sana”(06 Desember 2017).

Kurikulum 2013 dan kurikulum KTSP memiliki berbagai jenis evaluasi yang berbeda terkait dengan jenis evaluasi yang diterapkanpada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menilai dan mengukur

47

kemampuan para peserta didik yang dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Penerapan kurikulum KTSP dan kurikulum 2013 jika ditinjau dari segi evaluasinya.

Menurut AI selaku wakil kepala bidang kurikulum mengatakan bahwa: “Kalau dari penilaian, evaluasikan penilaiannya ya memang Kurikulum 2013 itu betul-betul penilaian yang autentik artinya penilaian apapun yang dikerjakan anak itu dapat dijadikan penilaian. Kalau 2006 itu kan hanya sebatas pengetahuan kemudian keterampilan. Pengetahuan saja kan hanya beberapa tapi untuk Kurikulum 2013 lebih spesifik lagi. Dan pengetahuan dan keterampilan masih dibagi beberapa lagi. Nah itu yang memang perbedaannya sangat jauh terutama di dalam pengolahan dan pengmbilan juga beda dan bervariasi” (06 Desember 2017).

Sedangkan menurt SR selaku guru PAI kelas VII Mengatakan bahwa: “Cara penilaiannya beda, kalau KTSP secara global, kalau Kurikulum 2013 disendiri-sendirikan seperti pengetahuan, sikap, keterampilan sendiri-sendiri. KTSP itu dibebankan kepada semua guru mapel dan setiap semester itu dikumpulkan kepada guru PKN dan guru Agama. Kalau Kurikulum 2013 semua guru masing-masing punya rekapannya dan disetorkan ke walikelas langsung. Kalau Kurikulum 2013 dideskripsikan dengan ulasan bahasa yang jelas cukup menguasai materi yang diajarkan, dan setiap materi diberi deskripsi penilaiannya. Dan pengambilan nilau keterampilan saya ambil dari nilai optimim (nilai yang paling tinggi) kalau pengetahuan saya pakainya dari nilai rata-rata” (05 Desember 2017).

Jadi jenis evaluasi kurikulum 2013 dan kurikulum KTSP memiliki perbedaan yang signifikan berkaitan dalam mengolah dan merekap nilai peserta didik.Penilaian KTSP fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai SKL yang ditentukan. Dan penilaian kurikulum 2013 fokus penilaian dititik beratkan kepada

48

penilaian autentik pengukuran hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Dalam kurikulum 2013 banyak sekali pendekatan-pendekatan dalam melaksanakan proses KBM. Biasanya guru lebih sering memakai pendekatan scientifik. Pendekatanscientifik dalam pembelajaran menekankan kepada para peserta didik untuk memperoleh, mengolah, dan menyimpulkan informasi yang diperolehnya secara mandiri, dengan memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam memahami berbagai materi dengan pendekatan secara ilmiah.

Model evaluasi yang digunakan pada mata pelajaran PAI di kelas VII Menurut SR selaku guru PAI kelas VII mengatakan bahwa:

“Pendekatan scientifik kelebihannya siswa menjadi lebih aktif, kreatif, mandiri sehingga siswa dapat mengembangkan pola pikirnya, guru tidak terlalu capek, guru hanya mengawasi dan hanya berbicara dan potensi siswa bisa keluar. Kekurangannya fasilitas belum terpenuhi, kebiasaan siswa pada pola KTSP belum bisa ditinggalkan murid hanya mendengarkan tok mbk, jenis diskusi dan presentasi siswa belum terbiasa dan masih merasa kesulitan dan penanaman konsep keimanan tidak maksimal ini khusus keimanan yang lain mungkin oke. Adapun model evaluasi yang digunakan ituberbeda-beda Kalau dari aspek kognitif atau pengetahuan memakai tes tertulis, tes lisan dan tugas tapi kalau afektifnya memakai jurnal dan keterampilannya memakan nilai praktik, nilai unjuk kerja, nilai proyek, dan nilai portofolio” (05 Desember 2017).

Dan menurut SR juga selaku guru PAI kelas VII mengatakan bahwa: “Model evaluasi yang digunakan itu kognitif, afektif dan psikomotorik. Kalau pengetahuannya itu ada tes tulis, tes lisan, dan tugas. Kalau afektifnya memakai jurnal. Kalau keterampilannya itu nilai praktik, nilai unjuk kerja, nilai proyek, dan nilai portofolio” (05 Desember 2017).

49

Sedangkan menurut AR selaku siswa kelas VII D mengatakan bahwa: “Kadangsetelah pembelajaran diberi kesimpulan. Ya biasanya hafalan, tugas, soal-soal dari paket, soal-soal foto copyan dari guru, diberi lembaran kerja, tes tertulis ada setelah pembelajaran” (13 Desember 2017).

Jadi evaluasi yang diterapkan pada kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik. Penilaian outentik memperhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karakteristik peserta didik sesuai dengan jenjangnya. Penilaian autentik biasanya dilaksanakan selamasesudah pembelajaran berlangsung, menggunakan teknik dalam penilaian, dan tidak hanya mengandalkan tes dan tugas-tugas semata. Autentik dari segi istrumennya terdapat tes tertulis, tes lisan, tes proyek, tes kinerja, dan sebagainya.

Seperti pendapat PA selaku siswa kelas VII C mengatakan bahwa:

“sering diberi evaluasi ya seperti menghafalkan, remidi dan mengerjakan tugas-tugas yang lain. Untuk tugasnya mencari catatan tentang khutbah, mengerjakan UTS, mengerjakan UAS, ulangan, dan remidi” (13 Desember 2017).

Jadi model evaluasi pada mata pelajaran PAI beliau menggunakan evaluasi sesuai dengan kurikulum yang diterapkan yaitu kurikulum 2013 dengan berbagai jenis penilaian. Adapun penilaian kognitif yang digunakan seperti tes tertulis tes lisan dan tugas, untuk pencapaian penilaian kompetensi sikap menggunakan jurnal sedangkan penilaian dengan kompetensi keterampilan menggunakan nilai praktik, nilai unjuk kerja, nilai

50

proyek, dan nilai portofolio. Dalam penerapan berbagai model evaluasi Kurikulum 2013 tidak semua digunakan,karena tidak semua mata pelajaran dan materi bisa dievaluasi menggunakan model tersebut. Jadi penggunaan evaluasi dalam menilai peserta didik disesuaikan dengan meteri yang disampaikan dan diajarkan.Sebagaimana pada penjelasan sebelumnya, penerapan model evaluasi kurikulum 2013 sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan.

Penilaian pada aspek spiritual dan sosialdalam kurikulum 2013 terdapat pada KI-1 dan KI-2. Penilaian dilakukan dengan mengobservasi sikap siswa.

Seperti yang diungkapkan oleh SR selaku guru PAI kelas VII sebagai berikut:

“KI-1 dan KI-2 kan afektif ya mbk jadi model evaluasinya saya menggunakan jurnal, penilaian diri dan penilaian antar teman mbk” (05 Desember 2017).

Penilaian aspek kognitif pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti terdapat pada Kompetensi Inti 3 atau KI-3dan evaluasinya pada setiap Kompetensi Dasarnya.

Seperti yang diungkapkan AI selaku wakil kepala bidang kurikulum PAI yaitu :

“Jadi masing-masing mapel ada titik berat sendiri-sendiri beda-beda ya misalnya kalau IPA itu kan ada kognitif, afektif dan psikomotorik dan masing-masing mapel ini KD nya masuknya ke mana, kan beda-beda. Jadi tidak bisa serta merta semua secara umum sama karena tidak bisa, misalnya untuk keterampilan untuk mapel agama itu pakainya praktek terus pengetahuannya agama misalnya

sejarah-51

sejarah nabi. Jelas kalau agama sudah bervariasi modelnya, yang lain juga sama, dan KD nya masing-masing mapel kan sudah mengarah ke penilaiannya Kurikulum 2013” (06 Desember 2017).

Seperti yang diungkapkan SR selaku guru PAI kelas VII sebagai berikut: “Kalau K1-3 mengunakan tes tertulis terus tes lisan terus tugas”(05 Desember 2017).

Evaluasi kurikulum 2013 tidak hanya mencakup aspek afektif dan kognitif. Aspek psikomotorik dijabarkan pada KI-4 pada kurikulum tersebut. Evaluasi pada aspek keterampilan menyesuaikan Kompetensi Dasarnya. Jika materi bisa dipraktikkan, maka siswa akan mempraktikkan sesuai dengan yang diajarkan.

Seperti yang diungkapkan oleh SR selaku guru PAI kelas VII sebagai berikut:

“KI-4 keterampilan ada praktik, unjuk kerja proyek, dan portofolio itu kan di RPP juga ada mbk” (05 Desember 2017).

Seperti pendapat AY selaku siswa kelas VII A mengatakan bahwa:

“Biasanya dikasih tugas hafalan, surat-surat pendek terus tugas khutbah 1 dan khutbah 2, uts, uas lks, buku paket, dan ulangan harian” (13 Desember 2017).

52

b. Implementasi model evaluasi pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas VII di SMP Negeri 2 Tuntang tahun 2017/2018.

Dalam implementasi model evaluasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI pihak sekolah sudah menerapkan hampir 100 % karena harus dituntut oleh kemenag untuk menggunakan kurikulum 2013.

Seperti yang diungkapkan AI selaku wakil kepala bidang kurikulum PAI yaitu :

“Untuk metode scientifiknya itukan menitik beratkan misalnya anak-anak diskusi salah satunya kan implementasinya salah satu bukti bahwa menggunakan Scientifik itu kan diskusi kemudian nanti memecahkan masalah dalam diskusi itu kemudian presentasi itu kan salah satu ciri dari scientifik itu, dan masing-masing guru untuk Kurikulum 2013 yang kelas VII sudah banyak yang menggunakan itu tetapi tidak serta merta setiap KD melakukan begitu. Misalnya PAI, PAI kan kadang melakukan itu dengan melihat topiknya atau KD nya apa begitu juga dengan mapel yang lain tapi sudah menerapkan seperti itu. Kalau implementasi di sikluskan dari 10-100 kalau dari pembelajaran bisa dikatakan 80 %, kalau dari penilaian 100% karena dituntut harus sesua dengan kurikulum 2013” (06 Desember 2017). Tidak jauh beda yang dikemukakan AI, menurut SR, implementasi model evaluasinya yakni:

“Ya implementasinya dikatakan berapa persen ya, ya hampir semuanya dipakai. Cuma kadangkan persemester boleh tidaknya setiap pertemuan jurnal harus ada, ada tapi tidak harus di setiap pertemuan. Portofolio ya sudah diimplementasikan, Cuma tidak semua materi menggunakan 4 model yang ada di kurtilas” (05 Desember 2017).

Penerapannya yang baru diuji coba dan baru diterapkan 1 semester ini dikelas VII sudah bisa dikatakan sesuai dengan kurikulum yang diterapkan. Akan tetapi dalam implementasi model evaluasi tersebut juga

53

tidak terlepas dari suatu masalah dan kendala yang dihadapinya, terutama pada para peserta didiknya.

Menurut AI, kendala dalam pelaksanaan model evaluasi adalah:

“Kendalanya kalau dalam implementasi melaksanakan pembelajaran

scientifik kendalanya banyak anak-anak sini yang belum berani jadi masih malu-malu, masih mintanya harus dibimbing. Jadi untuk mengemukakan pendapat itu masih takut, masih malu nah kendalanya disitu. Jadi itukan termasuk menghambat proses dalam pelaksanaan diskusi nah biasanya kalau yang kelompok yang berani ya hanya yang itu-itu saja tidak semuanya dan kalau guru saya rasa tidak ada masalah untuk guru yang bersangkutan. Kecuali kalau guru yang bersangkutan

kog mengeluh jadi saya tau, tapi sampai saat ini kan tidak ada yang begitu. Jadi bisa berjalan” (06 Desember 2017).

Sedangkan menurut SRselaku guru PAI kelas VIIyakni:

“Kendalanya banyak banget, yang pertama karena yang jelas belum canggih dan istilahnya baru gagap-gagap, pelaksanaannya juga baru tahun pertama, yang ke dua karena banyaknya siswa itu ya waktunya tidak mencukupi, yang ketiga, kemampuan guru kurang, SDM nya memang lemah. Dan untuk siswa, untuk menilai antar teman itu tidak begitu terbuka, jujur dan kurang obyektif. Penilaian kan ada siswa dan guru to mbk kalau antar teman kurang obyektif itu kendalanya ” (05 Desember 2017).

Faktor penghambat dalam implementasi model evaluasi mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yakni banyaknya model evaluasi yang harus dinilai oleh guru baik dari segi afektif, kognitif dan psikomotorik membuat kesulitan tersendiri dalam mengevaluasi secara individu maupun antar teman.

54

Adapun solusi yang bisa ditempuh dengan berbagai kendala diatas menurut AI selaku wakil kepala bidang kurikulum mengatakan bahwa:

“Solusinya memang salah satu caranya anak-anak lebih sering lagi, semakin sering melakukan hal seperti itu, sering berlatih, otomatis anak-anak kan terbiasa, kalau ini sajakan baru 1 semester ini kegiatan seperti itu kan baru nah otomatis anak-anak kan masih kurang berlatihnya mungkin nanti ke depannya kalau sering kali melakukan kegiatan-kegiatan seperti itu dan anak-anak sering berlatih diskusi, sering melihat temennya berani berartikan dia juga bisa terpancing akhirnya ikut menjadi berani harapannya itu” (06 Desember 2017) Sedangkan menurut SR mengungkapkan bahwa:

“Ya solusinya tidak satu siswa yang menilai, jadi bisa membandingkan antara yang satu dengan yang lainnya” (05 Desember 2017).

Dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dalam implementasi model evaluasi, pihak guru senantiasa memberi pelatihan secara terus menerus dalam berdiskusi serta bimbingan dan arahan yang jelas dalam pembelajarandiharapkan siswa bisa memiliki pemahaman dalam melakukan evaluasi sesuai kurikulum yang diterapkan.

55 BAB IV

Dokumen terkait