• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

B. Analisis Data Foto 1

1. Makna Denotasi

Denotasi yaitu relasi antara penanda dengan petanda dalam sebuah tanda, serta tanda dengan acuan realitas eksternalnya. Untuk mengungkap makna denotatif dalam sebuah foto dapat diketahui pada tahap perseptif, yaitu melakukan transformasi gambar ke kategori verbal atau verbalisasi gambar.2

Pada ranah denotasi, foto mentransmisikan sebuah realistis yang terekam. Ada imaji fotografi atau analogon yang merupakan turunan atau salinan dari realitas yang terjadi dari sebuah peristiwa yang tertangkap. Analogon inilah yang diterima sebagai kekuatan foto tersebut. Analogon yang hadir dari foto adalah juga bentuk pesan yang disampaikan pada ranah denotasi. Denotasi terhadap karya fotografi hanya menyatakan apa yang ada dan terlihat dalam gambar, tanpa memberi pemaknaan subjektif.3 Sebagai contoh: secara denotatif, babi adalah nama jenis binatang, namun secara konotatif, “babi” dapat diasosiasikan dengan hal lain, seperti: polisi yang korup, tentara yang kejam, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, denotasi dapat merupakan sebagai kata yang memiliki arti sesuai dengan apa yang ada didalam kamus bahasa indonesia, yang dapat merupakan makna sesungguhnya atau makna yang sebenarnya dari apa yang tertulis dan dilihat.

Artinya, denotasi dalam foto hanya akan membicarakan tentang apa yang difoto, tidak lebih dari itu. Menambahkan atau mengurangi baik secara objektif maupun anggapan subjektif terhadap apa yang tampak dalam foto

2

Sunardi, Semiotika Negativa, h. 156. 3

adalah hal yang dilarang ketika menjelaskan tentang makna denotasi pada foto.

Dalam data foto pertama, objek (analogon) apa saja yang didapat, antara lain:

a. Beberapa wanita memakai mukena sedang melaksanakan ibadah shalat.

b. Cahaya yang hanya tampak di dalam tenda dan di belakang tenda. c. Latar belakang yang dibuat blur (samar).

d. Foto tercetak dalam bentuk berwarna, dengan warna hitam sebagai warna dominan.

Makna denotasi yang didapat dengan memperhatikan beberapa analogon yang ada mengungkapkan, secara verbal dapat kita katakan dalam gambar ini terdapat tampilan beberapa perempuan yang dibingkai oleh sebuah jendela tenda, sedang melaksanakan ibadah shalat pada malam hari. 2. Makna Konotasi

Untuk memahami makna konotasi dari sebuah foto, dalam metode Barthes disebut dengan tahap konotasi kognitif, yaitu makna yang dibangun atas dasar imajinasi paradigmatik. Selain pemahaman kultural, juga dapat diperoleh dengan mengamati beberapa perkembangan prosedur yang mempengaruhi gambar sebagai analogon.4 Prosedur tersebut dikategorikan menjadi enam, antara lain:

4

2.1 Trick Effect

Trick Effect ialah memanipulasi gambar secara artifisial, dengan maksud membuat foto menjadi lebih baik lagi sehingga mengubah isi foto yang sebenarnya.5

Menyangkut istilah “manipulasi”, umumnya orang masih berpedoman bahwa sebuah foto hasil manipulasi adalah foto yang diutak-atik dengan sebuah perangkat. Selama ini istilah foto manipulasi semata mengacu pada sebuah tindakan pada foto yang sudah jadi. Dengan begitu, wajar pula kalau umumnya orang sering menyalahkan keberadaan perangkat lunak yangdisebut Photoshop.

“Bolehkah foto jurnalistik diolah dengan Photoshop?” Demikianlah pertanyaan yang sering dilontarkan publik dalam seminar foto jurnalistik di mana pun. Dalam kacamata umum, manipulasi foto memang mengutak-atik foto yang sudah jadi. Sesungguhnya, manipulasi foto itu banyak sekali jenis dan maksudnya. Manipulasi foto bisa terjadi tanpa olahan sama sekali pada fotonya, juga manipulasi foto bahkan bisa terjadi hanya semata dengan ucapan.

Salah satu contoh, adalah foto-foto korban tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi di Gunung Salak yang sudah bertaburan di internet padahal, saat tim SAR pun belum bisa mencapai lokasi kecelakaan. Itu adalah foto manipulasi. Foto-foto yang beredar cepat itu adalah foto dari kecelakaan pesawat di Afrika, tapi dikatakan sebagai foto di Gunung Salak. Manipulasi jenis ini adalah mengubah informasi sebuah foto,

5

sehingga foto kejadian A bisa menjadi foto kejadian B. Tanpa Photoshop, sebuah manipulasi bisa terjadi.

Dalam sampel foto 1, tidak terlihat adanya indikasi trick effect. Proses edit hanya sebatas pemotongan sebagian gambar atau cropping dengan menggunakan sebuah aplikasi pengolahan data foto atau gambar, seperti Photoshop dan aplikasi sejenisnya yang dilakukan untuk membuang gambar yang dirasa tidak perlu atau mengganggu komposisi visual dari foto sampel ini. Selain itu, sentuhan editing dalam batas yang normal dengan tujuan mengatur kontras warna yang lebih baik juga dilakukan pada foto 1, namun tanpa mengubah foto atau gambar yang sebenarnya.

2.2 Pose

Pose, sebagaimana dijabarkan penulis dalam bab 2, dipahami sebagai gaya, sikap, ekspresi ataupun posisang fotografer. Pose seringkali mudah ditemukan dalam foto yang berisi objek manusia atau hewan. Sedangkan dalam foto dengan objek pemandangan alam misalnya, kita tidak akan menemukan pose didalamnya. Sebab, pemandangan alam yang menjadi objek foto tidak terdapat unsur gaya, ekspresi apalagi sikap.

Pada data foto 1, terlihat beberapa wanita yang sedang shalat dengan ekspresi khusyu‟ dan khidmat. Mereka menunduk dan memejamkan mata. Posisang fotografer dalam memotret moment ini berada tepat di samping subjek foto dengan meletakkan kamera pada posisi yang sejajar dengan subjek foto.

Dalam gambar data foto 1 merupakan jenis foto human interest, dengan format gambar horizontal. Human interest merupakan foto yang menggambarkan suka dan duka perjalanan hidup manusia. Nilai-nilai keseharian manusia dapat terekam melalui aliran fotografi ini. Foto Human interest juga merupakan komentar sosial, dan karakter fotonya dapat menimbulkan emosi, tawa, atau sedih.6

2.3 Object

Keseluruhan elemen yang ada dalam satu bingkai foto sebenarnya bisa dikatakan sebagai objek foto. Namun terkait dengan object dalam membaca foto di sini, sebagaimana yang penulis jabarkan dalam bab 2, object dipahami sebagai benda-benda atau yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga dapat diasosiasikan dengan ide-ide tertentu juga merupakan point of interest (POI) atau pusat perhatian dalam foto.

Penempatan beberapa wanita itu sebagai POI sangat menarik untk dilihat. Terlebih warna putih yang dikenakan wanita tersebut menjadi sangat kontras, dengan dominan warna hitam yang memenuhi frame sehigga mata yang melihat gambar ini akan langsung tertuju pada wanita yang memakai mukena warna putih itu.

2.4 Photogenia

Dalam Photogenia, kita akan melihat foto dari segi tehnik pengambilannya. Meliputi lighting (pencahayaan), exposure (ketajaman foto), bluring (keburaman), panning (efek kecepatan), moving (efek

6

gerak), freeze (efek beku), maupun angle (sudut pandang pengambilan objek).

Dari sisi pencahayaan, penulis melihat objek berada di luar ruangan (outdoor) pada malam hari dengan kondisi minim cahaya, sehingga sang fotografer menggunakan bantuan flash (lampu kilat) internal kamera dan memanfaatkan sedkit cahaya lampu di dalam dan di belakang tenda. Hal ini dapat diamati dari bayangan (shadow) wajah sejumlah wanita tersebut.

Perlu juga diketahui, terdapat beberapa pilihan penggunaan cahaya bantuan (flash) dalam pengoperasian kamera. Pertama dapat menggunakan flash internal kamera, flash eksternal (lampu kilat tambahan), atau dengan menggunakan seperangkat alat lighting yang biasa dipakai di studio-studio foto.7 Di sini penulis meyakini fotografer memotret foto dalam data foto 1 menggunakan flash internal kamera karena melihat beberapa indikator, pertama atas shadow yang nampak di bagian wajah. Kedua, atas hasil foto yang berada pada tingkat pencahayaan rendah (under exposure). Keyakinan penulis juga diperkuat oleh keterangan Lasti Kurnia sebagai fotografer foto tersebut.

Adanya perbedaan ketajaman objek pada latar depan (foreground) dan latar belakang (background) mengindikasikan foto diambil menggunakan tehnik ruang tajam sempit, yang berarti pengaturan diafragma berada antara f/2,8 sampai f/5,1. Dengan posisi diafragma tersebut maka kecepatan rana (speed) untuk menghasilkan pencahayaan

7

yang nampak dalam data foto 1 berkisar antara S: 1/30 sampai 1/60. Atau juga dapat dikompensasi dengan menggunakan ISO 400 sampai 800. Titik fokus yang ditempatkan pada latar depan jendela (di dalam tenda) ini dilakukan fotografer sebagai upaya penegasan fokus pesan yang ingin disampaikan, dalam hal ini pesan tentang kegiatan ibadah para pengungsi.

Melihat POI yang ada dalam foto memberi indikasi foto diambil dengan sudut pandang sejajar mata manusia atau dalam istilah angle fotografi disebut dengan eye level. Sudut pengambilan ini memberi kesan yang sama dengan cara mata kita melihat terhadap objek. Posisi dan arah kamera memandang objek yang akan diambil layaknya mata kita melihat objek secara biasa. Kamera dan lensa sejajar dengan objek. Pengambilan angle eye view biasanya digunakan untuk mengambil foto potret terhadap manusia, dimana posisi kamera layaknya posisi mata kita sendiri, memberi kesan sejajar, kesamaan dan sederajat.Dengan penggunaan angle ini, secara teknik tidak terlalu menimbulkan pesan tertentu.

Perlu juga diketahui, pemilihan angle dalam fotografi sedikit banyak juga dapat memberi pesan tertentu, dan juga biasanya dari angle yang digunakan fotografer, kita dapat melihat bagaimana sudut pandang seorang fotografer dalam menampilkan sebuah foto. Contohnya, ketika seorang fotografer memotret Jokowi dengan menggunakan low angle (memotret dengan kamera yang berada lebih rendah dari objek), maka kesan yang timbul terhadap Jokowi adalah akan dapat terlihat sebagai sosok yang berwibawa. Akan menjadi berbeda pesan ketika seorang

fotografer memotret Jokowi dengan posisi kamera yang berada lebih tinggi (high angle), maka kesan yang timbul terhadap Jokowi akan dapat terlihat kerdil dan tidak berwibawa.

2.5 Aestheticism

Aestheticism atau komposisi merupakan susunan dari berbagai objek atau gambar yang mempunyai dua sifat saling bertentangan, bisa “membangun” gambar namun juga bisa mengacaukan gambar. Gambar pada foto ini terlihat menarik dan eye catching karena penempatan wanta yang sedang shalat ini dibingkai oleh sebuah jendela. Dalam dunia fotografi, hal ini juga disebut sebagai framing.

Jika dilihat dari komposisinya, foto tersebut memperhatikan kaidah 1/3 (rule of third) dengan menempatkan POI di 1/3 bagian kiri foto. Ukuran POI yang penuh secara vertikal gambar mengarahkan sekaligus menegaskan mata untuk langsung mengarah pada objek.

2.6 Syntax

Syntax adalah penyusunan tanda-tanda menjadi satu kalimat atau satu makna tertentu.8 Syntax tidak harus dibangun dengan lebih dari satu foto. Dalam satu foto pun dapat dibangun syntax. Pembentukan syntax seperti ini biasanya dibantu dengan caption. Foto ini menceritakan bahwa pengungsi korban gempa melaksanakan shalat Tarawih pertama sebelum memulai puasa di mushala darurat berupa tenda di posko terpadu di Desa Kute Glime, Ketol, Aceh Tengah, Selasa (9/7). Sebanyak 52.113 pengungsi di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah terpaksa

8

melaksanakan ibadah puasa Ramadan di pengungsian yang tersebar di lebih dari 70 lokasi, baik posko terpadu maupun pengungsian mandiri di pekarangan rumah.

Dari berbagai aspek teramati yang telah dijabarkan di atas, didapati makna konotasi dari data foto 1 yang menggambarkan bahwa dalam keadaan darurat dan berduka pun tidak menyurutkan niat para pengungsi untuk beribadah. Para pengungsi korban gempa tetap melaksanakan shalat Tarawih pertama di mushala darurat berupa tenda. 3. Mitos

Makna mitos yang terbangun dari foto ini adalah sebuah keteguhan hati masyarakat Aceh yang menjalankan ajaran Islam dalam kondisi apapun. Masyarakat Aceh yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam dan dijuluki dengan Serambi Mekkah ini memang sudah menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari, bahkan di kondisi apapun. Diberlakukannya hukum Islam dengan benar, menimbulkan efek kepada masyarakatnya sadar akan pentingnya mengikuti aturan Islam. Islam sangat berperan penting sebagai sarana pemersatu dan menjadi rujukan masyarakat. Islam juga memiliki daya konstruktif, regulatif dan formatif dalam membangun tatanan hidup. Bagi masyarakat, terutama yang berdomisili di desa-desa, agama telah dijadikan indikator yang mampu membentuk satu kesatuan sosial yang kuat. Mereka umumnya selalu patuh pada perintah-perintah Allah dan Rasul-nya, meyakini bahwa ajaran Islam akan menyejahterakan mereka di dunia dan di akhirat kelak. Adat dan agama tidak bisa di pisahkan dalam kehidupan masyarakatnya. Ini terlihat dari

masyarakat Aceh yang hampir tidak mampu membedakan antara hukum dan adat.

4. Nilai Budaya

Setelah melalui proses pemaknaan denotasi, konotasi dan mitos, maka dapat disimpulkan bahwa nilai budaya yang didapat pada data foto 1 adalah nilai agama. Dalam data foto 1, tersirat masyarakat Aceh sangat memegang teguh nilai agama. Para pengungsi korban gempa tetap melaksanakan ibadah shalat tarawih sebelum memulai puasa Ramadan meskipun di dalam mushala darurat berupa tenda. Perlu diketahui, shalat tarawih adalah shalat sunnah yang dilaksanakan khusus pada malam bulan Ramadan. Adapun yang dimaksud dengan hukum sunnah adalah apabila dikerjakan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa. Waktu pelaksanaannya adalah selepas isya‟ dan biasanya dilakukan secara berjamaah di masjid sebanyak 11 rakaat (8 rakaat shalat tarawih dan 3 rakaat witir).

5. Interpretasi

Lasti Kurnia, selaku fotografer, mengungkapkan bahwa pesan dari foto ini adalah saat orang lain bisa tarawih di rumah dengan keluarga, suka cita pergi ke masjid bersama, sedangkan saudara kita yang lain sedang menyambut Ramadan dengan kondisi tertimpa musibah. Dalam hal ini, Lasti ingin menggugah empati dan mengajak pembacanya untuk lebih peduli terhadap musibah yang terjadi melalui fotonya. Ia ingin memberi perspektif agar orang lain peduli sesama dan ikut merasakannya. Bagi seorang jurnalis seperti Lasti, suatu bencana tidak hanya selalu dimaknai dengan kacamata sempit yang hanya sebatas meliput bagaimana kronologis bencana terjadi,

berapa jumlah korban, bagaimana penanganan bencana, pencarian korban, dan sebagainya, tetapi juga mencari dampak-dampak lain di luar lokasi yang menderita bencana. Karena menurutnya, tidak ada peristiwa yang tidak memberi dampak pada orang lain.

Dokumen terkait