• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Data

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan komputer program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0.

1. Uji asumsi dasar a. Uji normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar 5% atau 0,05.

Tabel 13 Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Online Deception .079 104 .112 .979 104 .103 Self-Esteem .073 104 .200* .991 104 .743 Impression Management .065 104 .200 * .988 104 .472

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat pada kolom Kolmogorov-Smirnov dan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi online deception sebesar 0,112 > 0,05; nilai signifikansi self-esteem sebesar 0,200 > 0,05; serta nilai signifikansi impression management sebesar 0,200 > 0,05. Karena nilai signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data pada variabel online deception, self-esteem, dan impression management berdistribusi normal.

b. Uji linearitas

Pengujian pada program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 menggunakan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila nilai signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2008).

Tabel 14

Hasil Uji Linearitas Antara Online Deception dengan Self-Esteem

ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Online Deception * Self-Esteem Between Groups (Combined) 3753.615 34 110.400 1.071 .396 Linearity 922.491 1 922.491 8.949 .004 Deviation from Linearity 2831.123 33 85.792 .832 .715 Within Groups 7112.539 69 103.080 Total 10866.154 103 Tabel 15

Hasil Uji Linearitas Antara Online Deception dengan Impression Management

ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Online Deception * Impression Management Between Groups (Combined) 4118.415 33 124.800 1.295 .182 Linearity 597.280 1 597.280 6.196 .015 Deviation from Linearity 3521.135 32 110.035 1.141 .317 Within Groups 6747.739 70 96.396 Total 10866.154 103

Tabel tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara online deception dengan self-esteem menghasilkan nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,004. Karena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa antara variabel online deception dengan self-esteem terdapat hubungan yang linear. Selain itu, di antara online deception dengan

impression management menghasilkan nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,015. Karena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa antara online deception dengan impression management terdapat hubungan yang linier.

2. Uji asumsi klasik

a. Uji multikolinearitas

Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada pembahasan ini uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance inflation factor (VIF) pada model regresi. Pada umumnya, apabila nilai VIF lebih besar dari 5, maka suatu variabel bebas mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas yang lain (Priyatno, 2008).

Tabel 16 Hasil Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 96.698 21.391 4.520 .000 Self-Esteem -.318 .112 -.266 -2.840 .005 .985 1.016 Impression Management .248 .115 .201 2.147 .034 .985 1.016 a. Dependent Variable: Online Deception

Berdasarkan hasil penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa nilai variance inflation factor (VIF) kedua variabel bebas, yaitu variabel self-esteem dan impression management adalah 1,016. Hal tersebut menunjukkan bahwa antarvariabel independen tidak terdapat persoalan multikolinearitas, karena nilai VIF yang didapat kurang dari 5.

b. Uji Heteroskedastisitas

Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas. Metode pengujian untuk uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji Park. Priyatno (2008) menjelaskan bahwa Uji Park meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-masing variabel independen (LnX1 dan LnX2). Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

1. Ho : tidak ada gejala heteroskedastisitas 2. Ha : ada gejala heteroskedastisitas

3. Ho diterima apabila –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel yang berarti tidak terdapat heteroskedastisitas dan Ho ditolak apabila t hitung > t tabel atau –t hitung < –t tabel, yang berarti terdapat heteroskedastisitas.

Tabel 17

Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX1

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -32.598 21.026 -1.550 .124 lnx1 7.138 4.198 .166 1.700 .092

a. Dependent Variable: lnei2

Tabel 18

Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX2

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 4.671 13.013 .359 .720 lnx2 -.332 2.842 -.012 -.117 .907

a. Dependent Variable: lnei2

Hasil penghitungan di atas menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah 1,700 dan -0,117. Nilai t tabel dapat dicari dengan df = n – 2 atau df = 104 – 2 = 102 pada pengujian dua ekor (signifikansi 0,025), didapat nilai tabel sebesar

1,983495. Karena t hitung (1,700 dan -0,117) berada pada –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, sehingga -1,983495 ≤ 1,700 dan -0,117 ≤ 1,984467 maka Ho diterima, artinya pengujian antara Lnei2 dengan LnX1 dan Lnei2 dengan LnX2

tidak ada gejala heteroskedastisitas. c. Uji Otokorelasi

Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya otokorelasi dalam model regresi (Priyatno, 2008). Pengujian otokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji DW (Durbin-Watson). Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak ada autolorelasi (Priyatno, 2008).

Tabel 19 Hasil Uji Otokorelasi

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .353a .125 .108 9.70329 2.234

a. Predictors: (Constant), Impression Management, Self-Esteem b. Dependent Variable: Online deception

Dari hasil tabel di atas diperoleh nilai d yang dihasilkan dari model regresi adalah 2,234. Nilai dU yang diperoleh melalui tabel Durbin-Watson dengan jumlah data (n) 104 dan k (jumlah varibel independen) 2 adalah 1,7198. Karena nilai DW = 2,234 berada di antara dU dan 4-dU (1,7198 ≤ 2,234 ≤ 2,2802), maka dapat dikatakan tidak ada otokorelasi.

3. Uji hipotesis a. Uji simultan F

Pengujian hipotesis dengan F test bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama). Hasil F-test menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen jika nilai p-value (pada kolom Sig.) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, yaitu taraf signifikansi 0,05 atau nilai F hitung (pada kolom F) lebih besar dari nilai F tabel. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi, atau dengan kata lain dapat digeneralisasikan (Priyatno, 2008). Hasil F-test dari output program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 dapat dilihat pada tabel Anova.

Nilai koefisien korelasi ganda (R) pada Model Summary digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel independen terhadap variabel dependen secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Nilai R berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila nilai R semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya apabila nilai R semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah (Priyatno, 2008).

Sugiyono (dalam Priyatno, 2008) memberikan pedoman untuk interpretasi koefisien korelasi ganda, adalah sebagai berikut:

Tabel 20

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R)

No. Interval Nilai R Interpretasi

1. 0,000 – 0,199 Sangat Rendah

2. 0,200 – 0,399 Rendah

3. 0,400 – 0,599 Sedang

4. 0,600 – 0,799 Kuat

5. 0,800 – 1,000 Sangat Kuat

Pada Model Summary juga ditunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Apabila nilai R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, sebaliknya apabila nilai R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna.

Tabel 21 Hasil Uji F

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1356.623 2 678.311 7.204 .001a

Residual 9509.531 101 94.154

Total 10866.154 103

a. Predictors: (Constant), Impression Management, Self-Esteem b. Dependent Variable: Online deception

Tabel 22

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .353a .125 .108 9.70329

a. Predictors: (Constant), Impression Management, Self-Esteem

b. Dependent Variable: Online deception

Dari data di atas diperoleh F hitung sebesar 7,204. Untuk menentukan F tabel, dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%, df1 (jumlah variabel-1) = 2, dan df2 (n-k-1) atau 104-2-1=101, maka hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 3,086371. Karena F hitung > F tabel (7,204 > 3,086371), maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dan impression management dengan online deception.

Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan sebesar 0,353 menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang rendah antara self-esteem dan impression management dengan online deception. Hasil penghitungan tersebut juga menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2). Nilai ini digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Nilai R2 (R Square) sebesar 0,125 atau 12,5%, yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independent, yaitu self-esteem dan impression

management, terhadap variabel dependen, yaitu online deception, sebesar 12,5%. Sisanya sebesar 87,5% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

b. Uji parsial (uji t)

Uji korelasi parsial dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel di mana variabel lain yang dianggap berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap (Priyatno, 2008). Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat. Sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah.

Sugiyono (dalam Priyatno, 2008) memberikan pedoman untuk interpretasi koefisien korelasi, adalah sebagai berikut:

Tabel 23

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (r)

No. Interval Koefisien

Korelasi (r) Interpretasi 1. 0,000 – 0,199 Sangat Rendah 2. 0,200 – 0,399 Rendah 3. 0,400 – 0,599 Sedang 4. 0,600 – 0,799 Kuat 5. 0,800 – 1,000 Sangat Kuat

Tabel 24

Korelasi Parsial Online Deception dengan Self-Esteem

Correlations Control Variables Online deception Self-Esteem Impression Management Online Deception Correlation 1.000 -.272 Significance (2-tailed) . .005 Df 0 101 Self-Esteem Correlation -.272 1.000 Significance (2-tailed) .005 . Df 101 0 Tabel 25

Korelasi Parsial Online Deception dengan Impression Management

Correlations

Control Variables

Online

deception Impression Management Self-Esteem Online Deception Correlation 1.000 .209 Significance (2-tailed) . .034 Df 0 101 Impression Management Correlation .209 1.000 Significance (2-tailed) .034 . Df 101 0

Berdasarkan penghitungan didapatkan hasil sebagai berikut:

1) Nilai korelasi parsial antara self-esteem dengan online deception (rx1y) di mana variabel self-esteem dikendalikan adalah sebesar -0,272. Hal ini

menunjukkan hubungan yang rendah antara antara self-esteem dengan online deception. Arah hubungan yang terjadi adalah negatif, karena nilai r negatif, artinya semakin tinggi self-esteem akan semakin rendah online deception.

2) Nilai korelasi parsial antara impression management dengan online deception (rx2y) di mana variabel impression management dikendalikan adalah sebesar 0,209. Hal ini menunjukkan hubungan yang rendah antara impression management dengan online deception. Arah hubungan yang terjadi adalah positif, karena nilai r positif, artinya semakin tinggi impression management akan semakin tinggi online deception.

4. Analisis deskriptif

Tujuan analisis deskriptif adalah untuk memberi gambaran umum mengenai kondisi sampel yang diteliti mengenai online deception, self-esteem, dan impression management. Gambaran umum tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 26

Deskripsi Data Penelitian

Skala Jml Sbjk Data Hipotetik M SD Data Empirik M SD Skor Min Skor Maks Skor Min Skor Maks Online Deception 104 37 148 92,5 18,5 40 97 73,1923 10,27116 Self-Esteem 104 52 208 130 26 130 171 159,942 8,59648 Impression Management 104 44 176 110 22 78 116 97,7019 8,34555 Keterangan: M = mean SD = standar deviasi

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilakukan kategorisasi responden secara normatif guna memberikan intepretasi terhadap skor skala. Kategorisasi yang digunakan adalah kategorisasi jenjang berdasarkan pada model distribusi normal. Tujuan dari kategorisasi ini adalah menempatkan subjek ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2009). Kontinum jenjang ini akan dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Apabila responden digolongkan dalam lima kategori, maka akan didapat kategorisasi serta distribusi skor sebagai berikut:

Tabel 27

Kategorisasi Responden Berdasarkan Skor Skala Penelitian

Variabel

Kategorisasi Responden Rerata Empirik Kategori Skor Jumlah Persentase

Online Deception Rendah 37  X < 74 53 50,96% 73,19231 Sedang 74  X < 111 51 49,04% Tinggi 111  X ≤ 148 - - Self-Esteem Rendah 52  X < 104 - - Sedang 104  X < 146 25 24,04% Tinggi 146  X ≤ 208 79 75,96% 159,9423 Impression Management Rendah 44  X < 70,4 13 12,5% Sedang 70,4  X < 96,8 91 87,5% 97,70192 Tinggi 96,8  X ≤ 123 - - a. Online Deception

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 104 responden penelitian terdapat 53 mahasiswa atau sekitar 50,96% mahasiswa memiliki tingkat online deception yang rendah, 51 mahasiswa atau sekitar 49,04% mahasiswa memiliki tingkat online deception yang sedang, dan tidak ada yang memiliki tingkat online deception yang tinggi. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa responden secara umum memiliki tingkat online deception yang rendah, yaitu sebanyak 50,96% mahasiswa dengan rerata empirik sebesar 73,19231.

b. Self-esteem

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 104 responden penelitian tidak terdapat mahasiswa yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah, 25

mahasiswa atau sekitar 24,04% memiliki tingkat self-esteem yang sedang; dan 79 mahasiswa atau sekitar 75,96% memiliki tingkat self-esteem yang tinggi. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa responden secara umum memiliki tingkat self-esteem yang tinggi, yaitu sebanyak 75,96% mahasiswa dengan rerata empirik sebesar 159,9423.

c. Impression management

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 104 responden penelitian terdapat 13 mahasiswa atau sekitar 12,5% memiliki tingkat impression management yang rendah, 91 mahasiswa atau sekitar 87,5% memiliki tingkat impression management yang sedang; dan tidak terdapat mahasiswa yang memiliki tingkat impression management yang tinggi. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa responden secara umum memiliki tingkat impression management yang sedang, yaitu sebanyak 87,5% mahasiswa dengan rerata empirik sebesar 97,70192.

5. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif

Sumbangan relatif dan sumbangan efektif memberikan informasi tentang besarnya sumbangan pengaruh masing-masing variabel independen atau prediktor terhadap variabel dependen dalam model regresi. Sumbangan relatif menunjukkan ukuran besarnya sumbangan suatu variabel independen terhadap jumlah kuadrat regresi, sedangkan sumbangan efektif menunjukkan besarnya

sumbangan suatu variabel independen terhadap keseluruhan efektifitas garis regresi yang digunakan sebagai dasar prediksi. Hasil penghitungan menunjukkan: a. Sumbangan relatif self-esteem terhadap online deception sebesar 62,17% dan sumbangan relatif impression management terhadap online deception sebesar 37,83%.

b. Sumbangan efektif self-esteem terhadap online deception sebesar 7,76% dan sumbangan efektif impression management terhadap online deception sebesar 4,72%. Total sumbangan efektif self-esteem dan impression management terhadap online deception ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,125 atau 12,5%.

D. Pembahasan

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dan impression management dengan online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hal tersebut didasarkan atas hasil output program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.00 for windows dengan menggunakan penghitungan analisis regresi linier berganda, yakni nilai p-value sebesar 0,001 < nilai taraf signifikansi 0,05 sedangkan nilai F hitung sebesar 7,204 > F tabel sebesar 3,086371. Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan sebesar 0,353 menunjukkan bahwa

terjadi hubungan signifikan yang rendah antara self-esteem dan impression management dengan online deception.

Self-esteem dan impression management secara bersama-sama mempunyai hubungan yang signifikan dengan online deception. Individu dengan self-esteem yang tinggi akan dapat lebih mudah menerima dirinya sendiri, sehingga tidak akan mencoba menutupi dirinya kepada orang lain. Ketika seseorang nyaman dengan dirinya sendiri, dia akan mempunyai kepercayaan diri untuk berinteraksi dengan orang lain baik berinteraksi secara langsung maupun melalui facebook. Individu dengan impression management yang rendah akan berusaha menjadi dirinya sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain. Orang tersebut akan tampil apa adanya tanpa bermaksud untuk disenangi orang lain atau agar tampak lebih baik daripada orang lain.

Amichai-Hamburger (2005) menyatakan bahwa komunikasi melalui internet merupakan hal yang menarik bagi orang-orang yang kesulitan mencari teman, oleh karena itu mereka mempunyai kebutuhan sosial yang tidak terpenuhi dan sangat mungkin untuk melakukan online deception melalui komunikasi internet. Menurut Coopersmith (1967), self-esteem rendah mempunyai karakteristik menarik diri dari pergaulan. Perilaku menarik diri dari pergaulan akan mengakibatkan kesulitan dalam mencari teman. Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret mempunyai self-esteem tinggi, sehingga terhindar dari online deception yang tinggi dalam menggunakan facebook sebagai alat komunikasi melalui internet. Remaja dengan self-esteem tinggi akan mudah berinteraksi dan terbuka

dengan orang lain dalam kehidupan nyata, sehingga tidak perlu menampilkan diri palsu dalam berkomunikasi melalui internet.

Pengguna situs online sadar mengenai seting pada situs online dan hubungannya dengan online deception yang akan terjadi, oleh karena itu seseorang akan menampilkan diri sebagai orang yang menarik (Ellison, dkk., 2006). Profil pada situs online merupakan sesuatu yang mudah untuk diedit oleh penggunanya. Pengguna dapat menambahkan suatu konten agar dirinya terlihat tampak lebih menarik atau tidak menunjukkan aspek dirinya yang dapat meperburuk citranya. Profil yang tersedia dapat diisi dengan informasi apa saja yang ingin dibagikan, sehingga membentuk identitas diri yang diinginkan. Impression management akan tercipta melalui profil yang telah dibuat dan aktivitas lain yang dilakukan oleh pemilik akun. Pengguna facebook dapat mengatakan hal-hal positif agar disukai oleh teman-temannya atau agar dianggap sebagai orang yang menyenangkan. Vaast (dalam Lucid, 2009) menyatakan bahwa seseorang mampu membuat orang lain terpesona mengenai dirinya karena orang lain tidak mempunyai akses ke dunia offline-nya atau dirinya yang sebenarnya. Pengguna dunia online dapat dengan mudah meninggalkan diri offline-nya yang tidak ingin ditunjukkan kepada teman online-nya dan menekankan hal yang ingin ditunjukkan kepada orang lain.

Hasil analisis korelasi parsial diperoleh nilai koefisien korelasi (r) antara self-esteem dengan online deception adalah -0,272 (p=0,005; p<0,05). Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi parsial tersebut maka hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan antara self-esteem dengan

online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hubungan yang terjadi menunjukkan hubungan yang rendah antara antara self-esteem dengan online deception. Arah hubungan yang terjadi adalah negatif karena nilai r negatif, artinya semakin tinggi self-esteem akan semakin rendah online deception. Sebaliknya, semakin rendah self-esteem akan semakin tinggi online deception. Joinson (2004) menjelaskan bahwa seseorang dengan self-esteem yang rendah lebih mudah melakukan online deception menggunakan media internet. Seseorang dengan self-esteem rendah akan berusaha menghindari rasa takut terhadap penolakan dari orang lain dalam berkomunikasi. Untuk menghindari penolakan tersebut, seseorang dapat melakukan online deception agar dapat lebih dterima oleh orang lain.

Hasil analisis korelasi parsial antara impression management dengan online deception diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,209 (p=0,034; p<0,05). Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi parsial tersebut maka hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan antara impression management dengan online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hubungan yang terjadi menunjukkan hubungan yang rendah antara antara impression management dengan online deception. Arah hubungan yang terjadi adalah positif karena nilai r positif, artinya semakin tinggi impression management akan semakin tinggi online deception. Begitu juga jika semakin rendah impression management, akan semakin rendah online deception. Perbuatan online deception mempunyai tujuan untuk mencapai

perkenalan secara online (Piazza dan Bering, 2009). Seseorang yang menggunakan layanan layanan online mencapai keseimbangan antara membuat kesan yang bagus pada profil online-nya dan membuat profil yang mendukung kepribadian aslinya. Seseorang mempunyai kesemptan yang besar untuk menemukan identitas baru atau possible self di dalam dunia online yang tidak dapat diekspresikan melalui dunia nyata karena ketidakbebasan dalam dunia nyata.

Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R²) diketahui besarnya sumbangan efektif kedua variabel bebas (self-esteem dan impression management) terhadap variabel tergantung (online deception), yaitu sebesar 0,125. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebesar 12,5% variabel online deception dijelaskan oleh variabel self-esteem dan impression management. Sisanya sebesar 87,5% dijelaskan atau dipengaruhi oleh faktor lainnya. Hancock, Thom-Santelli, dan Ritchie (2004) menjelaskan bahwa dua faktor yang mempengaruhi online deception adalah isi dari online deception itu sendiri dan hubungan dengan target online deception. Isi dari online deception dapat berupa perasaan, fakta, dan perilaku. Perasaan cemas untuk menjalin hubungan akrab dengan orang lain akan menimbulkan online deception agar seseorang dapat menjaga jarak dengan orang lain (Vrij, 2008). Begitu juga dengan perasaan cemas untuk lepas dari hubungan akrab dengan orang lain. Sedangkan Donath dan Boyd (2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi online deception adalah orang yang mengenal subjek dan siapa yang akan menjatuhkan sanksi kepada pelaku deception. Jika seseorang berteman dengan orang asing yang tidak mengenal dirinya di situs jejaring sosial, maka orang tersebut

mempunyai kesempatan untuk melakukan deception yang lebih besar. Hal ini terjadi orang asing tersebut tidak akan dapat membedakan diri subjek di dunia offline dan online.

Hasil sumbangan relatif self-esteem terhadap online deception sebesar 62,17% dan relatif impression management terhadap online deception sebesar 37,83%. Sumbangan efektif self-esteem terhadap online deception sebesar 7,76% dan sumbangan efektif impression management terhadap online deception sebesar 4,72%. Hal ini menunjukkan bahwa self-esteem memberikan pengaruh yang lebih besar daripada impression management terhadap online deception pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Self-esteem yang merupakan penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri berdasarkan pengalaman subjektif dirinya dari rentang positif hingga negatif lebih berpengaruh terhadap tingkat online deception. Terkait dengan self-esteem, Steinfield, Ellison, dan Lampe (2008) menjelaskan bahwa penggunaan facebook cenderung lebih sering dilakukan oleh remaja dengan self-esteem yang rendah. Situs social network membuat remaja dengan self-esteem rendah lebih mudah dalam berinteraksi dengan orang lain di luar kehidupan pribadinya, oleh karena itu situs social network mampu memberikan efek yang lebih besar pada kehidupannya.

Sedangkan terkait dengan impression management, remaja paling sering menampilkan diri palsu ketika sedang bersama teman-teman sebayanya dan paling jarang menampilkan diri palsu ketika bersama teman-teman dekatnya (Santrock, 2007). Alasan remaja menampilkan diri palsu adalah keinginan untuk memberi kesan

yang baik atau mencoba berbagai perilaku baru. Tetapi, beberapa remaja merasa tidak nyaman dengan menampilkan diri palsu, sementara beberapa tidak mempermasalahkannya. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa seseorang dengan impression management yang tinggi belum tentu memiliki deception yang tinggi, begitu juga dengan sebaliknya.

Hasil analisis dan kategorisasi variabel online deception pada mahasiswa

Dokumen terkait