• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

B. Self-Esteem

1. Pengertian self-esteem

Baron dan Byrne (2004) menyatakan bahwa self-esteem adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu dan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif-negatif. Evaluasi mengenai diri sendiri ini sebagian besar adalah berasal dari orang lain. Individu mengevaluasi dirinya sendiri melalui pendapat orang lain atau dengan membandingkan dirinya dengan orang lain. Seorang remaja dapat membandingkan prestasi akademiknya dengan teman satu angkatannya untuk mengetahui apakah dia mempunyai kemampuan akademik yang bagus.

Self-esteem (penghargaan-diri) menurut Sobur (2003) adalah suatu penilaian dan perkiraan mengenai kepantasan-diri (self-worth), misalnya “saya peramah” dan “saya sangat pandai”. Seseorang akan memberikan penilaian seberapa berartinya dirinya bagi orang lain dalam kehidupan sosialnya.

Santrock (2003) menyatakan bahwa self-esteem atau harga-diri merupakan dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Contohnya, seorang remaja mengerti bahwa dirinya bukan hanya seseorang, tetapi juga seseorang yang baik. Desmita (2007) menyatakan bahwa menjadi seseorang yang disukai oleh teman-teman sebayanya mampu meningkatkan self-esteem remaja.

Self-esteem menurut Coopersmith (1967) adalah penilaian pribadi mengenai kepantasan diri yang diekspresikan melalui tindakan dan penilaian tersebut ditujukan kepada dirinya sendiri. Ini merupakan pengalaman subjektif yang individu sampaikan kepada orang lain melalui tindakan verbal dan perilaku lain yang terlihat. Self-esteem mencerminkan perilaku penerimaan atau tidak siterima, dan mengindikasikan taraf seseorang percaya terhadap kemampuan dirinya sendiri, keberartian dirinya, kesuksesan dirinya, dan perasaan berharga.

Mruk (2006) mendefinisikan self-esteem sebagai status kompetensi seseorang dalam mengatasi tantangan untuk mendapatkan hidup yang layak. Kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan sesorang. Terdapat berbagai tantangan yang harus dilewati oleh seseorang untuk mencapai kehidupan yang bermakna. Kemampuan untuk menyelesaikan tantangan sangat diperlukan untuk mencapai kehidupan yang bermakna tersebut.

Branden (2005) menyatakan bahwa self-esteem adalah pengalaman bahwa seseorang pantas dengan hidup ini dan pada prasyarat hidup. Setiap orang mempunyai keyakinan dalam kemampuannya untuk berpikir dan menghadapi tuntutan hidup. Keyakinan tersebut terdapat juga di dalam hak seseorang untuk bahagia, perasaan berharga, layak, menilai kebutuhan dan keinginan seseorang, serta menikmati hasil usahanya.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa self-esteem adalah penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri berdasarkan pengalaman subjektif dirinya meliputi kompetensi yang dimilikinya,

perasaan kepantasan-diri, keberhasilan dalam menyelesaikan tantangan dan masalah, serta penerimaan dari orang lain terhadap dirinya. Penilaian diri tersebut dinilai dari rentang positif hingga negatif yang diekspresikan melalui verbal dan perilakunya sehari-hari.

2. Tingkatan self-esteem

Coopersmith (1967) membedakan self-esteem ke dalam dua tingkatan, yaitu self-esteem tinggi dan self-esteem rendah. Individu dengan self-esteem yang tinggi mempunyai kepercayaan diri dalam pandangan dan penilaian bahwa mereka akan menghasilkan sesuatu yang baik. Self-esteem yang tinggi mampu membawa orang dalam perilaku yang mandiri, kreatif, dan asertif dalam pergaulan sosial. Sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah mempunyai rasa tidak percaya diri dan gelisah dalam mengungkapkan ide-idenya. Mereka lebih nyaman untuk tidak menarik perhatian orang lain dan menarik diri dari pergaulan.

Mruk (2006) membagi esteem menjadi tiga tingkatan, yaitu self-esteem rendah, medium, dan tinggi.

a. Self-esteem rendah

Seseorang dengan self-esteem rendah mempunyai karakteristik tidak stabil, kekurangan rasa percaya diri, cenderung menghindari ancaman daripada menjalankan harapan-harapan yang dimilikinya atau menikmati hidup, tidak berani mengambil risiko, depresi, pesimis, serta merasa sendiri dan asing.

Seseorang dengan self-esteem rendah juga cenderung sulit untuk menerima nasihat positif, tetapi cenderung fokus menerima informasi negatif mengenai dirinya.

b. Self-esteem medium

Seseorang dengan self-esteem medium mempunyai karakteristik yang tidak cukup mampu membawanya menuju self-esteem yang tinggi, tetapi juga mempunyai karakteristik yang cukup untuk tidak membawanya menuju self-esteem yang rendah.

c. Self-esteem tinggi

Karakteristik seseorang dengan self-esteem tinggi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu menyenangkan dan tidak menyenangkan. Karakteristik yang menyenangkan dapat dibagi menjadi dua lagi, yaitu karakter yang berfungsi untuk menjaga diri (self-maintenance) dan yang berfungsi untuk mencapai aktualisasi diri. Self-maintenance membantu dalam mengatasi stres dan menghindari kecemasan yang memungkinkan seseorang untuk kembali berfungsi dalam menghadapi stres dan trauma. Seseorang dengan self-esteem tinggi mengalami perasaan yang lebih baik mengenai dirinya, mengenai masa depan, dan mengenai kehidupan. Seseorang dengan self-esteem yang tinggi juga identik dengan karakteristik ekstraversi, perilaku prososial, hubungan yang menyenangkan dengan orang lain, dan hubungan yang baik dalam sebuah kelompok. Selain karakteristik-karakteristik yang menyenangkan, self-esteem yang tinggi juga mempunyai karakteristik yang tidak menyenangkan.

Seseorang dengan self-esteem tinggi akan menyalahkan orang lain atas kegagalannya mencapai seseuatu dan melakukan downward social comparison, yaitu memandang orang lain lebih rendah daripada dirinya. Beberapa orang dengan self-esteem tinggi mempunyai karakteristik selalu membela diri, narsis, dan anti-sosial, seperti bullying (mengganggu orang lain).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa tingkatan self-esteem dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, medium, dan tinggi. Seseorang dengan self-esteem rendah cenderung kurang merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan orang lain, kurang merasa percaya diri, dan tidak berani mengambil risiko dalam hidupnya. Seseorang dengan self-esteem medium mempunyai karakterisitk perpaduan antara self-esteem rendah dan tinggi. Seseorang dengan self-esteem tinggi cenderung percaya diri, optimis, dan dapat mengatasi stres dan trauma dengan baik. Tetapi, tidak semua karakeristik yang dimiliki self-esteem tinggi adalah karakterisitik positif. Sikap selalu membela diri yang tinggi, meremehkan orang lain, dan terkadang mengganggu orang lain adalah karakteristik orang dengan self-esteem tinggi yang tidak menyenangkan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem

Perilaku seseorang didorong oleh beberapa hal untuk menimbulkan perilaku tersebut muncul. Terdapat empat faktor utama yang berpengaruh terhadap self-esteem seseorang (Coopersmith, 1967), yaitu:

a. Rasa menghargai, penerimaan, dan perhatian yang diterima individu dari orang lain yang penting dalam hidupnya. Individu akan menilai dirinya sebagaimana dirinya dinilai oleh orang lain.

b. Kesuksesan, status, dan posisi yang pernah diraih. Kesuksesan pada umumnya mempengaruhi pengakuan dan posisi seseorang di dalam masyarakat.

c. Nilai dan aspirasi seseorang. Kesuksesan, kekuasaan, dan perhatian dilihat sesuai dengan nilai dan tujuan seseorang.

d. Perilaku individu dalam menerima devaluasi. Seseorang mungkin akan merasa tertekan karena dinilai gagal oleh orang lain. Kemampuan untuk mempertahankan self-esteem ini akan mengurangi kecemasan dan membantu individu untuk mencapai keseimbangan diri lagi.

Menurut Branden (1992), self-esteem terbentuk dari faktor internal dan ekstrnal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari ide-ide atau keyakinan dan kebiasaan atau perilaku seseorang. Pemikiran terhadap diri sendiri dapat menentukan tingkat penghargaan diri seseorang. Jika seseorang dipenuhi oleh pikiran negatif mengenai dirinya, maka penghargaan dirinya juga negatif (Coopersmith, 1967). Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan, yaitu pesan verbal dan nonverbal yang terlihat serta pengalaman-pengalaman yang berasal dari orangtua, guru, orang-orang yang dianggap penting, organisasi, dan kebudayaan. Perlakuan maupun perkataan orang lain terhadap seprang individu akan sangat mempengaruhi penilaian terhadap dirinya. Pujian maupun

celaan dapat menentukan sikap seseorang terhadap diri sendiri di masa yang akan datang.

Self-esteem remaja dipengaruhi beberapa hal dalam kehidupannya. Penampilan fisik remaja sangat mempengaruhi self-esteem remaja (Santrock, 2007). Menurunnya self-esteem remaja dapat dikarenakan bentuk tubuh mereka yang mengalami perubahan di masa pubertas. Mereka mengalami rasa tidak nyaman, takut, dan malu dengan perubahan yang terjadi pada perubahan tubuh mereka. Hal lain yang mempengaruhi self-esteem remaja adalah konteks sosial, seperti keluarga, teman, dan sekolah (Santrock, 2007). Jumlah waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul bersama, kualitas komunikasi antaranggota keluarga, dan keterlibatan remaja dalam pengambilan keputusan di keluarga. Penilaian teman-teman sebaya terhadap diri remaja sangat berkaitan dengan cara remaja menilai diri mereka sendiri. Remaja akan membandingkan diri mereka dengan teman-temannya dalam bergaul.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa faktor utama pembentukan self-esteem adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dalam diri seseorang, misalnya pemikiran mengenai dirinya sendiri, keyakinan yang dimiliki mengenai diri sendiri, dan perilaku-perilaku kebiasaan. Self-esteem pada remaja seringkali dipengaruhi oleh penampilan fisik yang berubah karena pubertas. Remaja merasa tidak nyaman dan takut pada perubahan fisik yang dialaminya. Faktor eksternal yang mempengaruhi self-esteem berasal dari lingkungan luar diri individu. Faktor

eksternal dapat berupa penerimaan, penghargaan, dan perhatian orang lain terhadap individu. Remaja akan membandingkan dirinya dengan orang lain, terutama yang sebaya dengannya, untuk menilai dirinya sendiri.

4. Cara meningkatkan self-esteem

Schilardi (2007) berpendapat bahwa terdapat beberapa cara meningkatkan self-esteem. Cara-cara meningkatkan self-esteem tersebut adalah:

a. Mengetahui arti “self-esteem”

Self-esteem merupakan opini mengenai diri sendiri yang realistis dan bersikap menghargai. Realistis mempunyai arti mampu menghadapi kenyataan, serta jujur dan sadar akan kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Menghargai mempunyai arti bahwa individu tersebut mempunyai perasaan yang bagus secara menyeluruh mengenai dirinya. Self-esteem tidak sama dengan egois. b. Sadar akan keadaan diri sendiri

Pengalaman dan persepsi seseorang mengenai lingkungan sekitar dapat mengubah bagaimana perasaan mereka terhadap diri sendiri. Perilaku seseorang akan mempengaruhi caranya berpikir, kemudian akan mempengaruhi perasaan terhadap dirinya sendiri.

c. Menghilangkan pikiran negatif

Pikiran-pikiran negatif tanpa alasan yang jelas dapat menghindarkan diri dari pengalaman-pengalaman yang bagus mengenai hidup.

Pikiran-pikiran negatif dapat menghalangi penerimaan-diri seseorang. Melakukan atau menggunakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki diri sendiri dapat membantu mencapai penghargaan diri.

e. Menjaga kegembiraan

Menjaga kegembiraan membantu seseorang meningkatkan self-esteem-nya dengan cara membangun kepercayaandirinya terhadap kemampuannya.

f. Mengembangkan karakter dan spiritualitas

Hanya orang-orang yang merasa terikat untuk saling menyayangi antarsesama cenderung merasa aman. Orang-orang yang merasa dekat dengan Tuhan juga sering merasa lebih aman dan menerima penguatan mengenai harga dirinya. g. Optimis

Sikap optimis akan membawa seseorang kepada kepuasan dalam hidup. Kepuasan hidup dibangun di atas kecerdasan emosi, tetap melakukan apa yang sedang dikerjakan, perkembangan yang sedang terjadi pada diri sendiri, serta menentukan arti dan tujuan di antara hal-hal lain di dalam hidup.

Menurut Santrock (2007), terdapat empat cara meningkatkan self-esteem bagi remaja. Cara-cara tersebut adalah sebgai berikut:

a. Mengidentifikasi penyebab rendahnya self-esteem dan bidang-bidang kompetensi yang penting bagi diri remaja

Remaja memiliki self-esteem tertinggi saat mereka dapat tampil secara kompeten dalam bidang yang penting bagi dirinya. Remaja sebaiknya

didorong untuk mengidentifikasi dan menghargai bidang-bidang kompetensinya.

b. Menyediakan dukungan emosional dan persetujuan sosial

Dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam bentuk konfirmasi dari orang lain memiliki pengaruh kuat terhadap self-esteem remaja. Dukungan dapat diberikan melalui keluarga, guru, pelatih, atau orang dewasa lain. Persetujuan teman-teman sebayanya menjadi semakin penting di masa remaja, sehingga peran teman-temannya merupakan hal yang berpengaruh bagi diri remaja.

c. Meningkatkan prestasi

Mengajarkan keterampilan secara langsung dapat meningkatkan self-esteem remaja. Remaja dapat mengetahui tugas-tugas yang penting untuk meraih tujuan. Pengalaman tersebut dapat digunakan remaja untuk mnampilkan perilaku yang serupa di kemudian hari.

d. Meningkatkan coping (mengatasi masalah) remaja

Mengatasi masalah secara realistis, jujur, dan tidak defensif dapat menghasilkan evaluasi-diri yang positif. Evaluasi-diri yang positif dapat membawa pada persetujuan diri dan meningkatkan self-esteem.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa cara meningkatkan self-esteem sangatlah beragam. Meningkatkan self-esteem dapat melalui diri sendiri maupun dari lingkungan luar. Beberapa cara meningkatkan self-esteem melalui diri sendiri di antaranya adalah

dengan cara memahami arti dari “self-esteem” itu sendiri, memahami keadaan diri sendiri, tidak berpikiran negatif mengenai diri sendiri maupun orang lain, mencari tahu dan memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh diri sendiri, menjaga pikiran-pikiran positif, mengembangkan kemampuan yang dimiliki, dan bersikap optimis terhadap hasil yang akan dicapai. Beberapa cara meningkatkan self-esteem melalui lingkungan luar adalah mencari tahu mengapa self-self-esteem seseorang dapat rendah, memberikan motivasi, meningkatkan kemampuan seseorang, dan membuat seseorang agar mengatasi masalah secara jujur dan realistis.

5. Aspek-aspek self-esteem

Coopersmith (1967) menjelaskan empat aspek self-esteem sebagai berikut: a. Power (kekuatan)

Power atau kekuatan merupakan kemampuan individu dalam mengontrol perilakunya sendiri dan orang lain.

b. Significance (keberartian)

Significance atau keberartian merupakan perhatian, penerimaan, dan rasa kasih sayang yang diterima dari orang lain.

c. Virtue (kebajikan)

Virtue atau kebajikan adalah kepatuhan kepada kode moral, etika, dan prinsip-prinsip agama.

d. Competence (kompetensi)

Competence atau kompetensi ditandai dengan performa yang tinggi pada umurnya dengan tingkatan dan tugas yang bermacam-macam.

Teori yang diungkapkan oleh Branden (1992) menyatakan bahwa self-esteem mempunyai dua aspek utama, yaitu:

a. Self efficacy

Keefektifan diri mempunyai arti keyakinan dalam pemikiran, kemampuan berpikir, kemampuan penilaian, kemampuan memilih, kemampuan memutuskan, kemampuan untuk memahami minat dan kebutuhan, dan kepercayaan diri.

b. Self-respect

Self-respect berarti suatu sikap untuk mencapai hak dalam hidup dan bahagia, kenyamanan dalam pemikiran, kenyamanan dalam keinginan, kenyamanan dalam kebutuhan, serta perasaan bahagia merupakan bagian dari hidup.

Selain Coopersmith dan Branden, Mruk (2006) mengungkapkan aspek self-esteem sebagai berikut:

a. Status

Status dapat digambarkan sebagai kestabilan seseorang dalam situasi-situasi tertentu. Status ekonomi dan pernikahan merupakan contoh dari kestabilan ini.

b. Lived

Penghargaan pada diri sendiri tidak dapat dihindari karena didasarkan pada masa lalu, muncul pada masa sekarang, dan berakibat pada masa ynag akan datang.

c. Competence

Kompetensi mengarah pada fisik, kognitif, dan kemampuan sosial seseorang, sebagaiman juga dengan kelemahan yang dimiliki.

d. Challenge

Tantangan berarti menghadapi suatu tugas yang mempunyai hasil yang tidak pasti, menuntut kita untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki, dan memberikan kesempatan untuk mencapai keberhasilan atau kegagalan, tetapi bukan tanpa pengorbanan.

e. Worthiness

Kelayakan merupakan dimensi dari self-esteem yang berkisar dari tinggi hingga rendah.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa aspek-aspek self-esteem adalah power, significance, competence, dan self efficacy. Power merupakan kekuatan seseorang dalam mengendalikan dirinya sendiri dan orang lain. Significance merupakan perlakuan orang lain terhadap diri seseorang berupa perhatian, penerimaan, dan rasa kasih. Competence merupakan kemampuan seseorang dalam bidang-bidang tertentu. Self efficacy merupakan kemampuan dan keyakinan dalam menilai diri sendiri,

memahami kebutuhan dan minat dirinya, serta kepercayaan diri terhadap lingkungan sekitarnya.

Dokumen terkait