• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

Pada bab ini, peneliti memaparkan analisis dari data yang diperoleh. Peneliti menganalisis jenis kohesi dan koherensi serta ketepatan pemakaiannya dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Peneliti hanya menyajikan beberapa data yang mewakili keseluruhan data. Data lain yang tidak dicantumkan oleh penulis dalam analisis data dapat dilihat dalam lampiran.

4.2.1 Jenis Kohesi dan Koherensi

Berdasarkan hasil analisis, peneliti menemukan paragraf yang mengandung kohesi dan koherensi. Berikut ini peneliti memaparkan jenis kohesi

dan koherensi yang ditemukan dalam paragraf pada karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.

4.2.1.1Kohesi Leksikal

Peneliti menemukan empat jenis kohesi leksikal yaitu (a) repetisi (pengulangan), (b) hiponimi (hubungan bagian atau isi), (c) sinonimi (persamaan), dan (d) ekuivalensi. Berikut ini dipaparkan keempat jenis kohesi leksikal tersebut. A. Repetisi

Peneliti menemukan jenis kohesi repetisi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi repetisi dipaparkan pada paragraf 29, 30, dan 31 sebagai berikut.

(29)Kebiasaan buruk dengan membuang sampah sembarangan sudah tak akan asing lagi, bahkan seakan sudah terbiasa lingkungan kotor sudah menjadi ciri khas warga kota. bagaimana tidak? Seperti masih banyak sampah yang berserakan di lingkungan, terlebih di sungai terlihat jelas banyak sampah, hingga hitam pekat warna air adanya pencemaran limbah. (1-a)

(30)Yang pertama adalah menjaga kebersihan diri sendiri. Menjaga

kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari , memotong kuku dan menggosok gigi akan membuat tubuh kita selalu bersih. Sehingga jika kebersihan telah didapat, maka tubuh kita akan menjadi sehat dan tidak akan mudah terserang oleh penyakit. (4-b)

(31)Kebersihan adalah suatu keadaan dimana tak ada sampah yang berserakan di mana-mana. Kebersihan sangatlah penting untuk dilakukan, karena dengan kebersihan yang akan menjaga kita dari ancaman-ancaman penyakit yang datang. (4-a)

Dari hasil analisis pada paragraf (29) ditemukan kata sampah yang diulang sebanyak satu kali. Pengulangan tersebut bertujuan memelihara kepaduan kalimat dengan cara mengulang kata kunci. Selain itu, pengulangan juga bertujuan untuk menekankan pentingnya kata tersebut, sehingga pembaca dapat memahami isi dari karangan melalui pengulangan kata tersebut.

Dari hasil analisis pada paragraf (30) ditemukan kata menjaga kebersihan diri sendiri yang diulang sebanyak dua kali. Pengulangan tersebut bertujuan memelihara kepaduan kalimat dengan cara mengulang kata kunci. Selain itu, pengulangan juga bertujuan untuk menekankan pentingnya kata tersebut, sehingga pembaca dapat memahami isi dari karangan melalui pengulangan kata tersebut.

Dari hasil analisis pada paragraf (31) ditemukan kata kebersihan yang diulang sebanyak dua kali. Pengulangan tersebut bertujuan memelihara kepaduan kalimat dengan cara mengulang kata kunci. Selain itu, pengulangan juga bertujuan untuk menekankan pentingnya kata tersebut, sehingga pembaca dapat memahami isi dari karangan melalui pengulangan kata tersebut. Fenomena yang sama dengan data 1a, 4a, dan 4b ditemukan juga pada data 2c, 3c, 5a, 6a, 9a, 9c, 10a, 12b, 12c, 13c, 14a, 15a, 15c, 16a, 17b, 19a, 19d, 19g, 20a, 20b yang dapat dicermati dalam lampiran.

B. Hiponimi

Peneliti menemukan jenis kohesi hiponimi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi hiponimi dipaparkan pada paragraf 32, 33, dan 34 sebagai berikut.

(32)Bukan hanya itu lingkungan kotor pun terdapat di pemukiman padat,

padat pabrik, padat pariwisata, hingga kontrakan sekali. Bagaimana tidak? Seharusnya warga sadar akan kebersihan lingkungan dengan membiasa kan hidup bersih seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan rumah rutin, dan membiasakan anak hidup dengan kebersihan, bukan dengan membiarkan nya dengan bermain di lingkungan yang penuh dengan kotoran. (1-b)

(33)Penyakit tak datang dengan sendiri nya melainkan lingkungan yang kotor. Sumber penyakit dapat tumbuh dengan cepat bahkan dahsyat berkembangnya sumber penyakitpun terdapat pada penumpukan sampah, limbah pabrik, hingga ada pada air yang tergenang. Air yang tergenang kenapa dapat menimbulkan penyakit? air yang terlalu lama

tergenang dapat merangsang serangga nyamuk untuk dapat berkembang biak dengan cepat. (1-c)

(34)Dengan adanya banjir, warga terpaksa mengungsi keatas atap rumah untuk menyelamatkan diri bersama kucingnya, musibah yang tidak disangkah-sangkah seperti ini, kalau dilihat sepeleh tetapi kadang membawa kerugian yang sangat besar. Seperti barang-barang yang tidak sempat diselamatkan, atau peliharaan, tentu membuat kita merasa resah dan kecewa. (8-b)

Dari hasil analisis pada paragraf (32) ditemukan kata pemukiman padat yang mempunyai relasi makna dengan kata padat pabrik, padat pariwisata. Kohesi hiponimi mempunyai relasi makna antara pemukiman padat yang merupakan makna generik dan padat pabrik, padat pariwisata yang merupakan makna spesifik. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat.

Dari hasil analisis pada paragraf (33) ditemukan kata serangga yang mempuyai relasi makna dengan kata nyamuk. Kohesi hiponimi mempunyai relasi makna antara serangga yang merupakan makna generik dan nyamuk yang merupakan makna spesifik. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat.

Dari hasil analisis pada paragraf (34) ditemukan kata banjir yang mempuyai relasi makna dengan kata musibah. Kohesi hiponimi mempunyai relasi makna antara musibah yang merupakan makna generik dan banjir yang merupakan makna spesifik. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. Kohesi hiponimi yang ditemukan oleh peneliti adalah 3 data, semua data telah dipaparkan pada analisis data di atas.

C.Sinonimi

Peneliti menemukan jenis kohesi sinonimi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi sinonimi dipaparkan pada paragraf 35, 36, dan 37 sebagai berikut.

(35)Untuk menjaga Lingkungan agar tetap bersih, indah dan sehat, kita harus membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Jangan membuang sampah sembarangan, seperti kekali atau sungai atau kedalam parit. (3-a)

(36)Semakin sering manusia membuang sampah sembarangan atau tidak

pada tempatnya maka semakin banyak sampah yang akan menumpuk dan pada akhirnya siklus air tersumbat. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus maka seluruh komponen hidup yang ada didalam air akan mati akibat air yang sudah tercemar. (7-c)

(37)Jadi semoga kita tidak kena musibah banjir, diharapkan pada semua warga sadar akan akibat atau dampak membuang sampah sembarangan. (8-d)

Dari hasil analisis pada paragraf (35) ditemukan kata kekali yang mempuyai persamaan dengan kata sungai. Kohesi sinonimi tersebut mempunyai makna yang sama. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat.

Dari hasil analisis pada paragraf (36) ditemukan kata membuang sampah sembarangan yang mempuyai persamaan dengan kata tidak pada tempatnya. Kohesi sinonimi tersebut mempunyai makna yang sama. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat.

Dari hasil analisis pada paragraf (37) ditemukan kata akibat yang mempuyai persamaan dengan kata dampak. Kohesi sinonimi tersebut mempunyai makna yang sama. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. Fenomena yang sama dengan data 3a, 7c, dan 8d ditemukan juga pada data 2b, 9a, 10a, 10b, 13b, 17b, dan 19e yang dapat dicermati dalam lampiran.

D.Ekuivalensi

Peneliti menemukan jenis kohesi ekuivalensi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi ekuivalensi dipaparkan pada paragraf 38, 39, dan 40 sebagai berikut.

(38)Membuang sampah di sembarang tempat akan berakibat tidak baik bagi kesehat tubuh dan lingkungan sampah sebaiknya di buang di tempat

pembuangan sampah agar tidak menimbulkan banyak masalah pada

lingkungan . sampah yang dibuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan terserang berbagai penyakit. (6-a)

(39)Pada saat Lukman melangkahkan kakinya menuju ke sungai,

langkahnya terhenti oleh suatu pemandangan yang tidak mengenakkan. Dilihatnya Pak Hadi yang dengan seenaknya saja membuang sampah ke sungai. Tanpa rasa berdosa dan bersalah pak Hadi pun berlalu dari pandangannya. Lukman ingin sekali menegur pak Hadi, namun pak Hadi berlalu begitu cepat. Lukman kembali melanjutkan Langkah kakinya menuju sungai untuk mengambil air. Usai mengambil air Lukman pun kembali ke rumah. (12b)

(40)Suatu Sore Anto disuruh ibu nya membuang Sampah ditempat

pembuangan Sampah , tapi Anto ternyata membuang sampah itu

ditempat yang bukan tempat pembuangan sampah , Anto membuang sampah dipinggir jalan. padahal disitu ada tulisan yang berupa larangan yaitu “dilarang membuang sampah sembarangan”, akan tetapi Anto malah melanggar aturan itu. (17-a)

Dari hasil analisis pada paragraf (38) ditemukan kata buang yang mempuyai ekuivalensi dengan kata pembuangan. Kedua kata pada kohesi ekuivalensi tersebut bersifat sepadan/sebanding. Hal tersebut bertujuan supaya kalimat tersebut lebih variatif.

Dari hasil analisis pada paragraf (39) ditemukan kata langkahnya yang mempuyai ekuivalensi dengan kata melangkahkan. Kedua kata pada kohesi ekuivalensi tersebut bersifat sepadan/sebanding. Hal tersebut bertujuan supaya kalimat tersebut lebih variatif.

Dari hasil analisis pada paragraf (40) ditemukan kata membuang yang mempuyai ekuivalensi dengan kata pembuangan. Kohesi ekuivalensi tersebut bersifat sepadan/sebanding. Hal tersebut bertujuan kalimat tersebut lebih variatif. Peneliti menemukan 3 data jenis kohesi ekuivalensi, semua data telah dipaparkan pada analisis data di atas.

4.2.1.2Kohesi Gramatikal

Peneliti menemukan tiga jenis kohesi gramatikal yaitu (a) referensi (penunjukkan), (b) substitusi (penggantian), dan (c) konjungsi (kata hubung). Berikut ini dipaparkan ketiga jenis kohesi gramatikal tersebut.

A. Referensi

Berdasarkan arah penunjukannya referensi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu (a) referensi anaforis dan (b) referensi kataforis.

(a) Referensi Anaforis

Peneliti menemukan jenis kohesi referensi anaforis dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi referensi anaforis dipaparkan pada paragraf 41, 42, dan 43 sebagai berikut.

(41)Suatu hari terjadi musim hujan yang berkepanjangan. Akibat ulah Baim, maka dikampungnya mengalami Banjir Bandang. Keadaan ini berlangsung cukup parah sehingga ketinggian banjir hampir melewati atap rumahnya.(5-b)

(42)Akibat dari kejadian tersebut, banyak hal buruk menimpanya. Diantaranya adalah seluruh harta bendanya rusak akbiat banjir, kegiatan lainnya lumpuh total. Belum lagi penyakit yang dideritanya akibat dari pasca banjir. Baim harus terbaring lemas di rumah sakit karena terkena penyakit diare dan demam berdarah. (5-c)

(43)Akibat dari itu, saat ini hutan telah kehilangan fungsinya, hutan tidak lagi menjadi tempat hidup para tumbuhan dan binatang. Bahkan sebagian dari mereka ikut punah akibat kehilangan tempat tinggal. Hutan juga kini tidak bisa lagi menyediakan sumber makanan bagi

manusia. Habislah sumber daya di dalam hutan sehingga kini manusia tidak bisa di manfaatkan lagi. (14-c)

Dari hasil analisis pada paragraf (41) ditemukan kata ini. Penunjukkan pada kata ini mengacu pada konstituen sebelum kata yang ditunjuk. Kata ini dalam paragraf (41) menunjuk pada banjir bandang.

Dari hasil analisis pada paragraf (42) ditemukan kata tersebut. Penunjukkan pada kata tersebut mengacu pada konstituen sebelum kata yang ditunjuk. Kata tersebut dalam paragraf (42) menunjuk pada kejadian banjir.

Dari hasil analisis pada paragraf (43) ditemukan kata itu. Penunjukkan pada kata itu mengacu pada konstituen sebelum kata yang ditunjuk. Kata itu dalam paragraf (43) menunjuk pada akibat dari menebang pohon dan membunuh binatang di hutan. Fenomena yang sama dengan data 5b, 5c, dan 14c ditemukan juga pada data 2a, 4d, 7e, 10c, 11b, 16a, 17b, 18a, 19c, 19d, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran.

(b) Referensi Kataforis

Peneliti menemukan jenis kohesi referensi kataforis dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi referensi kataforis dipaparkan pada paragraf 44, 45, dan 46 sebagai berikut.

(44)Kebersihan lingkungan harus dijaga bersama dengan kesadaran masyarakat akan hidup sehat dan nyaman tanpa polusi udara yang tercemar. Mencerminkan kebersihan adalah sebagian dari iman. (6-c) (45)Dimana-mana kita sering melihat tulisan, baik dipinggir jalan, maupun

di Sekolah, di Kantor, bahkan di rumah kita sekalipun, ada tulisan yang membuat kita sadar dan harus kita pikirkan akibat perbuatan tersebut

yaitu, Dilarang membuang sampah sembarangan. karena jika kita membuang sampah sembarangan, maka semua kita akan terkena dampaknya yaitu banjir akan melanda kita karena sampah membuat selokan-selokan air tersumbat, sehingga air hujan tidak lancar mengalir,

terjadilah genangang air meluap hingga meluap dengan ketinggian yang tidak diduga masyarakat. (8-a)

(46)Ada pun dampak yang sering terjadi , setelah kurang perhatian kita tentang kebersihan lingkungan adalah timbulnya berbagai macam jenis penyakit seperti diare, gatal-gatal, demam, dan berbagai macam penyakit lainnya. Maka hendaklah kita bersama -sama menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya serta Sampah yang dapat di daur ulang dapat Kita gunakan untuk Keperluan dan penghasilan hidup. (16-c)

Dari hasil analisis pada paragraf (44) ditemukan kata adalah. Penunjukkan pada kata adalah mengacu pada konstituen sesudah kata yang ditunjuk. Kata adalah dalam paragraf (44) menunjuk pada sebagian dari iman.

Dari hasil analisis pada paragraf (45) ditemukan kata yaitu. Penunjukkan pada kata yaitu mengacu pada konstituen sesudah kata yang ditunjuk. Kata yaitu dalam paragraf (45) menunjuk pada Dilarang membuang sampah sembarangan.

Dari hasil analisis pada paragraf (46) ditemukan kata adalah. Penunjukkan pada kata adalah mengacu pada konstituen sesudah kata yang ditunjuk. Kata adalah dalam paragraf (46) menunjuk pada timbulnya berbagai macam jenis penyakit. Fenomena yang sama dengan data 6c, 8a, dan 16c ditemukan juga pada data 2b, 11a, 17a, 19j yang dapat dicermati dalam lampiran.

B. Substitusi

Peneliti menemukan jenis kohesi substitusi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi substitusi dipaparkan pada paragraf 47, 48, dan 49 sebagai berikut.

(47)Aku mempunyai seorang teman yang bernama Baim. Baim memiliki kebiasaan buruk yang dilakukannya. Seringkali Baim membuang sampah di sembarangan tempat. Ketika membuang sampah, Baim hanya membuang sampah di selokan depan rumahnya. Kebiasaan buruk ini sudah diperingati. (5-a)

(48)Setelah beberapa lama terdiam di atas atap rumahnya, Lukmanpun kembali ke tempat pengungsian dengan menggunakan sampannya. Di

sana ada banyak warga yang telah mengungsi menyelamtkan diri dari luapan air sungai itu. Tiba-tiba tubuh Lukman menjadi sangat dingin dan lemas, matanya berkunang-kunang dan tak lama setelah itu iapun tak sadarkan diri. Warga yang melihat kejadian ini segera berlarian ke arah Lukman dan segera membawanya ke rumah sakit. (12-e)

(49)Akibat dari lingkungan yang kotor karena pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya. Cuaca pun menjadi kotor, cuaca yang kotor itu mengakibatkan banyak penduduk yang sakit. (17-c)

Dari hasil analisis pada paragraf (47) ditemukan penggantian berupa dilakukannya dan di rumahnya. Penggantian tersebut bertujuan untuk memperoleh unsur pembeda. Kata ganti –nya pada kata dilakukannya dan rumahnya mengacu pada Baim.

Dari hasil analisis pada paragraf (48) ditemukan penggantian berupa di sana. Penggantian tersebut bertujuan untuk memperoleh unsur pembeda. Kata ganti tempat pada kata di sana mengacu pada tempat pengungsian.

Dari hasil analisis pada paragraf (49) ditemukan penggantian berupa tempatnya. Penggantian tersebut bertujuan untuk memperoleh unsur pembeda. Kata ganti –nya pada kata tempatnya mengacu pada tempat pembuangan sampah. Fenomena yang sama dengan data 5a, 12e, dan 17c ditemukan juga pada data 6b, 9b, 9c, 12a, 14a, 14b, 15a, 16c, 17a, 18a, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran.

C.Konjungsi

Peneliti menemukan jenis kohesi konjungsi dalam paragraf pada karangan para guru. Konjungsi yang ditemukan yaitu (a) konjungsi adversatif (pertentangan), (b) konjungsi kausal (sebab akibat), (c) konjungsi korelatif

(penegasan), (d)konjungsi subordinatif (syarat), (e) konjungsi temporal (waktu), dan (f) konjungsi koordinatif (penghubung/pemilihan).

(a) Konjungsi Adversatif

Peneliti menemukan konjungsi adversatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh konjungsi adversatif dipaparkan pada paragraf 50, 51, dan 52 sebagai berikut.

(50)Dengan adanya banjir, warga terpaksa mengungsi keatas atap rumah untuk menyelamatkan diri bersama kucingnya, musibah yang tidak disangkah-sangkah seperti ini, kalau dilihat sepeleh tetapi kadang membawa kerugian yang sangat besar. Seperti barang-barang yang tidak sempat diselamatkan, atau peliharaan, tentu membuat kita merasa resah dan kecewa. (8-b)

(51)Namun sekarang kurang lebih lima tahun terakhir ini telah datang orang-orang tidak kami kenal sebelumnya untuk mengambil dan merusak semua kekayaan alam yang kami miliki: tanah, hutan, Emas, batu bara, batu koral, pasir, dan kayu. Kayu yang kami miliki di ambil dengan cara membuka perusahaan yang berujung pada pembabatan dan penggrusakan terhadap hutan secara besar-besaran namun ujungnya selalu masyarakat pedesaan yang disalahkan dan ini lah buktinya yang kita rasakan sekarang kabut asap yang tebal menutupi alam, jagat raya ini dengan kejam seperti kejamnya para pengusaha kaya. tidak hanya itu banjirpun sering datang melanda sehingga segala macam penyakit pun datang tiba-tiba ha ha.. ha.. ha dengan kejamnya merenggut jiwa -jiwa tak berdosa. (11-c)

(52)Banyak orang yang mengklaim dirinya pecinta Lingkungan hidup, tetapi bila berhadapan dengan sampah, nyalinya tak dapat berbuat banyak. Kita semua sudah membela diri bahwa kita hidup sehat, hidup bersih, tetapi malas mengusahakan kerbersihan itu sendiri. (19-f)

Dari hasil analisis pada paragraf (50) ditemukan konjungsi adversatif berupa tetapi. Konjungsi tersebut menunjukkan adanya makna perlawanan. Makna perlawanan yang dihasilkan yaitu musibah banjir yang datang dianggap sepele, faktanya justru membawa kerugian besar.

Dari hasil analisis pada paragraf (51) ditemukan konjungsi adversatif berupa namun. Konjungsi tersebut menunjukkan adanya makna perlawanan.

Makna perlawanan yang dihasilkan yaitu perlawanan keadaan dulu dengan keadaan sekarang di pedalaman Kalimantan Timur.

Dari hasil analisis pada paragraf (52) ditemukan konjungsi adversatif berupa tetapi. Konjungsi tersebut menunjukkan adanya makna perlawanan. Makna perlawanan yang dihasilkan yaitu banyak orang yang mengklaim dirinya pecinta lingkungan, fa ktanya bertentangan yaitu pada saat berhadapan dengan sampah mereka tidak berbuat banyak. Fenomena yang sama dengan analisis data 8b, 11c, dan 19f ditemukan juga pada data 12a, 17a, 18c, 19h, 20a, 20c yang dapat dicermati dalam lampiran.

(b) Konjungsi Kausal

Peneliti menemukan jenis konjungsi kausal dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh konjungsi kausal dipaparkan pada paragraf 53, 54, dan 55 sebagai berikut.

(53)Apabila kita membuang sampah kedalam sungai atau kali akan membuat polusi, sehingga ikan-ikan akan mati, dan terjadi pendangkalan terhadap kali tersebut. Demikian juga apabila sampah di buang kedalam parit, akan menyebabkan banjir, sebab pada saat musim hujan tiba, saluran-saluran air akan tersumbat dan terjadilah banjir. (3-b)

(54)Kebersihan adalah suatu keadaan dimana tak ada sampah yang berserakan di mana-mana. Kebersihan sangatlah penting untuk dilakukan, karena dengan kebersihan yang akan menjaga kita dari ancaman-ancaman penyakit yang datang. (4-a)

(55)Suatu hari terjadi musim hujan yang berkepanjangan. Akibat ulah Baim,

maka dikampungnya mengalami Banjir Bandang. Keadaan ini berlangsung cukup parah sehingga ketinggian banjir hampir melewati atap rumahnya. (5-b)

Dari hasil analisis pada paragraf (53) ditemukan konjungsi kausal berupa sehingga dan sebab. Konjungsi tersebut menyatakan adanya makna sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi sehingga yaitu polusi yang

mengakibatkan ikan-ikan akan mati, sedangkan makna yang dihasilkan oleh konjungsi sebab yaitu membuang sampah sembarangan akan mengakibatkan banjir karena saluran air akan tersumbat.

Dari hasil analisis pada paragraf (54) ditemukan konjungsi kausal berupa karena. Konjungsi tersebut menyatakan adanya makna sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi karena yaitu dengan menjaga kebersihan akibatnya kita terhindar dari ancaman penyakit.

Dari hasil analisis pada paragraf (55) ditemukan konjungsi kausal berupa maka dan sehingga. Konjungsi tersebut menyatakan adanya makna sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi maka yaitu ulah Baim dengan membuang sampah sembarangan mengakibatkan kampungnya mengalami banjir, sedangkan makna yang dihasilkan oleh konjungsi sehingga yaitu keadaan banjir yang parah mengakibatkan ketinggian banjir hampir melewati atap. Fenomena yang sama dengan data 3b, 4a, dan 5b ditemukan juga pada data 2b, 2c, 3b, 3c, 4b, 4c, 4d, 5b, 5c, 6b, 7a, 7d, 8a, 8c, 9a, 9b, 10b, 11b, 11c, 12d, 13c, 14b, 14c, 15a, 15b, 16a, 16c, 17c, 18a, 18b, 19e, 19h, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran.

(c) Konjungsi Korelatif

Peneliti menemukan jenis konjungsi korelatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh konjungsi korelatif dipaparkan pada paragraf 56, 57, dan 58 sebagai berikut.

(56)Penyakit tak datang dengan sendiri nya melainkan lingkungan yang kotor. Sumber penyakit dapat tumbuh dengan cepat bahkan dahsyat berkembangnya sumber penyakitpun terdapat pada penumpukan sampah, limbah pabrik, hingga ada pada air yang tergenang. Air yang

tergenang kenapa dapat menimbulkan penyakit? air yang terlalu lama tergenang dapat merangsang serangga nyamuk untuk dapat berkembang biak dengan cepat. (1-c)

(57)Dari sekian banyak kegiatan manusia yang sering merusak lingkungan dan alam. Pembuangan sampah tidak pada tempatnya merupakan salah satu hal terburuk yang dilakukan. Jelas sekali manusia begitu paham

bahwa jika membuang sampah sembarangan terutama didaerah aliran sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir. (7-b)

(58)Sekarang Kisah Desaku yang nyaman, aman dan indah itu telah menjadi dongeng Sebelum tidur oleh ayahku tercinta, ayah selalu menceritakan kepada anak-anak dan cucu-cucunya bahwa dulu, kehidupan masyarakat sangatlah mudah baik dalam hal bercocok tanam, maupun usaha -usaha lainnya karena lingkungan hidup seperti air dan hutan di sekitar kampung sangatlah teduh dan nyaman. karena semua warga kampung sangat aktif dalam menjaga kebersihan kampung dan kelestarian hutannya. yang sangat hijau, rimbun dan teduh temoat segala hewan-hewan berteduh. (11-b)

Dari hasil analisis pada paragraf (56) ditemukan konjungsi korelatif berupa bahkan. Konjungsi tersebut menyatakan adanya makna penegasan. Makna penegasan yang dihasilkan oleh konjungsi bahkan yaitu penyakit berkembang biak secara dahsyat.

Dari hasil analisis pada paragraf (57) ditemukan konjungsi korelatif berupa bahwa. Konjungsi tersebut menyatakan adanya makna penegasan. Makna penegasan yang dihasilkan oleh konjungsi bahwa yaitu jika membuang sampah sembarangan terutama di daerah aliran sungai akan menyebabkan banjir.

Dari hasil analisis pada paragraf (58) ditemukan konjungsi korelatif berupa bahwa. Konjungsi tersebut menyatakan adanya makna penegasan. Makna penegasan yang dihasilkan oleh konjungsi bahwa yaitu kehidupan zaman dulu jauh lebih mudah. Fenomena yang sama dengan analisis data 1c, 7b, 11b ditemukan juga pada data 1a, 2a, 2c, 7a, 8a, 11b, 13a, 14b, 14c, 14d, 15b, 18a, 18c, 19e, 19f, 20c yang dapat dicermati dalam lampiran.

Dokumen terkait