HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
B. Kondisi Subjek
2. Analisis Data
Data penelitian kematangan kepribadian mahasiswa diperoleh dari
angket dan dokumen akademik STAIN Salatiga. Mahasiswa angkatan
2006 yang sudah mengajukan judul skripsi tercatat sejumlah 104 orang. „i— - - 1 --- j* — un j--- i— u— --- — j„L „
OwU.~:grvdii ia iitp ti v anu rvi u^i ia ya::g ouua:: aii^iilur.dri
berjumlah 33 orang. Langkah awal untuk menganalisis data interval adalah
mengelompokkan data dengan membuat distribusi frekuensi kemudian
mencari tendensi sentral (mean, median, mode),
a. Pemahaman Diri
Pembuatan distribusi frekuensi diawali dengan
mengidentifikasi nilai tertinggi dan terendah. Dari sub-skaia
pemahaman diri, tersaji nilai hipotetik tertinggi 88 dan nilai terendah 0.
Range untuk kedua nilai tersebut adalah 88, sedangkan jumlah kelas
adalah 5 kelas dengan kategori:
Keias pen am a : Seingat Tinggi.
Kelas kedua : Tinggi.
Kelas ketiga : Sedang.
Kelas keempat : Rendah.
Penentuan lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di
atas, diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
Lebar kelas = 8 8 :5 = 17,6 (dibulatkan menjadi 18)
Mengacu pada pendapat Irianto (2006: 12), pembulatan selalu
ke atas walaupun angka dibelakang koma kecil karena pembulatan ke
bawah akan menanggung resiko yaitu kemungkinan ada data yang
tidak masuk dalam kelompok yang telah ditentukan. Sajian data secara
utuh dapat dilihat pada tabel berikut ini:
T' _ 1 CV.'C-i. I I1--1 11
Distribusi frekuensi sub-skala pemahaman diri
NO INTERVAL (X) (F) FX CF PERSEN 1 72-89 80,5 8 644 33 24,24% 2 54-71 62.5 25 1562,5 25 75,76% 3 36-53 44,5 - - - -4 18-35 26,5 - - - -5 0-17 8,5 - - - -JUMLAH 33 2206,5 100% Keterangan: X = titik tengah F = frekuensi FC = frekuensi komuiatif
Dengan melihat distribusi frekuensi diatas, dapat diketahui
dengan jelas bahwa mode dari distribusi frekuensi tersebut adalah 62,5
yang terletak pada interval 54-71, dengan demikian kecenderungan
pamahaman diri mahasiswa berada pada kategori tinggi. Adapun
atas, berturut-turut adalah 65,38 dan 66,86 ini berarti rata-rata
mahasiswa berada pada kelas kedua sehingga dapat dikatakan bahwa
tingkat pemahaman diri mahasiswa cukup tinggi,
b. Hubungan dengan Orang Lain
Hasil dari sebaran skor sub-skala hubungan dengan orang lain,
tersaji nilai tertinggi 64 dan nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai
tersebut adalah 64, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas. Adapun
penentuan lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas,
diperoleh dengan pcih:tu:igan sebagai berikut:
Lebar kelas = 61 : 5 _ 12,8 (dibulatkan menjadi 13)
Tabel. 12
Distribusi frekuensi sub-skala hubungan dengan orang lain
NO INTERVAL (X) (F) FX CF PERSEN 1 52-65 58 2 116 33 6,06% 2 39-51 45 28 1260 31 84,85% 3 26-38 32 3 96 3 9,09% 4 13-25 19 - - - -5 0-12 6 - - - -JUMLAH 33 1472 100%
Dengan melihat distribusi frekuensi diatas. dapat diketahui
secara langsung bahwa modenya adaiuh 45 yang terletak pada interval
39-51 dengan demikian, kecenderungan hubungan sosial mahasiswa
berada pada kategori tinggi. Sedangkan median dan meannya adalah
44,74 dan 44,61, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata
mahasiswa memiliki tingkat hubungan sosial dengan orang lain yang
c. Target Masa Depan
Dari skor sub-skala target masa depan, tersaji nilai hipotetik
tertinggi 48 dan nilai terendah 0. Rentang (range) untuk kedua nilai
tersebut adalah 48, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas. Penentuan
lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, diperoleh
dengan perhitungan sebagai berikut:
Lebar kelas = 4 8 :5 = 9,6 (dibulatkan menjadi 10)
Tabel. 13
DiSi! rbiiSl ficr.uenSi Sub-skahi tii'gct ::la5a dcDiW
NO INTERVAL (A) (F) FX CF PERSEN
1l 40-49 44,5 14 s -j'l i 42,4% 2 30-39 34,5 19 655,5 19 57,6% 3 20-29 24,5 - - - -4 10-19 14,5 - - - -5 0-9 4,5 - - - -JUMLAH 33 1278,5 100%
Dari perhitungan mode, median dan mean diketahui nilainya
berturut-turut adalah 34,5, 38,5 dan 38,74 yang semuanya terdapat
pada kelas kedua. Ini menunjukkan bahwa kecenderungan mahasiswa
memiliki perencanaan yang matang untuk masa depan mereka.
Terbukti dengar, perhitungan mode, median dan mean yang berada
pada kelas kedua yaitu kategori tinggi
d. Ikhtiar Spiritual
Hasil dari skor hipotetik sub-skala ikhtiar spiritual, tersaji nilai
kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, adalah:
Lebar kelas = 24 : 5 = 4,8 (dibulatkan menjadi 5)
Tabel. 14
Distribusi frekuensi sub-skala ikhtiar spiritual
NO INTERVAL (X) (F) FX CF PERSEN 1 20-24 22 2 44 33 6,1% i_f _ 15-19 17 10 170 31 30,3% 3 10-14 12 16 192 21 48,5% 4 5-9 7 5 35 5 15,1% 5 0-4 2 - - -JUMLAH 33 441 i 00%
Dengan meiinat distribusi frekuensi uiaias, uapai diketahui
bahwa modenya adalah 12 yang terletak pada kelas ketiga, dengan
demikian mayoritas mahasiswa melakukan usaha spiritual untuk
mencapai cita-cita/target masa depan berada pada kategori sedang.
Adapun median dari distribusi frekuensi di atas adalah 13,1 yang
terletak pada kelas ketiga, dengan demikian setengah dari jumlah
keseluruhan mahasiswa melakukan usaha spiritual untuk mencapai
cita-cita/target masa depan berada pada kategori sedang.
Sedangkan meannya adalah 13,36 yang terletak pada kelas
kedua, ini berarti rata-rata mahasiswa melakukan usaha spiritual untuk
e. Ikhtiar Non-Spirituai
Hasil dari sebaran skor hipotetik sub-skala ikhtiar non-spiritual,
tersaji nilai tertinggi 16 dan nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai
tersebut adalah 16, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas. Penentuan
lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, diperoleh
dengan perhitungan sebagai berikut:
Lebar kelas = 1 6 : 5 = 3,2 (dibulatkan menjadi 4)
Tabel. 15
Distribusi frekuensi sub-skala :kh*:zii l i u t r c L 't J t iu u .:
nvo INTERVAL L J*). (F) FX CF PERSEN
i ii s» 1 C\ 17,5 3 C
c 339,1%
2 12-15 13,5 21 283,5 30 63,6%
3 8-11 9,5 9 85,5 9 27,3%
4 4-7 5,5
- - --5 0-3 1,5 -
--
-JUMLAH 33 421,5 100%
Dari perhitungan mode, median dan mean diketahui nilainya
berturut-turut adalah 13,5, 12,94 dan 12,77 yang semuanya terdapat
pada kelas kedua. Ini menunjukkan bahwa usaha non-spiritual yang
dilakukan mahasiswa cukup intensif untuk meraih cita-cita mereka. Ini
berarti mayoritas mahasiswa melakukan usaha dengan sungguh-
sungguh demi mencapai masa depan yang diharapkan,
f. Makna Hidup
Hasil dari sebaran skor sub-skala makna hidup, tersaji nilai
tertinggi 40 dan nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai tersebut
kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut:
Lebar kelas = 40 (+1) : 5 = 8.2 (dibulatkan menjadi 91
Tabel. 16
Distribusi frekuensi sub-skala makna hidup
NO INTERVAL (X) (F) FX CF PERSEN 1 36-44 40 6 240 33 18,2% 2 07 31 24 744 07i— t 70 70/./ / / V 3 18-26 22 3 66 3 9,1% 4 9-17 13 - - - -5 0-8 4 - - - -JUMLAH iOM/ 100%
Dai i perhiiungan mode, median dan mean diketahui nilainya
berturut-turut adalah 31, 30,98 dan 31,82 yang semuanya terdapat pada
kelas kedua. Ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa mamiliki
kecenderungan tinggi dalam memahami dan menghayati setiap
aktifitas dengan penuh kebermaknaan. Dengan demikian, mahasiswa
memiliki orientasi yang jelas, semangat serta motivasi yang tinggi
dalam setiap kegiatan yang mereka jalani dan selalu belajar dari
kegagalan.
g. Kematangan Kepribadian
Dari keseluruhan aitem, tersaji nilai hipotetik tertinggi 280 dan
nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai tersebut adalah 280,
sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas, dengan kategori:
Kelas pertama : Sangar Tinggi.
: Tinggi. Kelas kedua
Kelas ketiga : Sedang.
Kelas keempat : Rendah.
Kelas kelima : Sangat rendah.
Penentuan lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di
atas, diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
Lebar kelas = 280 (+1): 5 = 56,2 (dibulatkan menjadi 57)
Tabel. 17
Distribusi frekuensi kematangan kepribadian
NO •rT-WTS-« m » r A v
t •'AL
(X) (F) FX Z'"1??PERSEN
1 228-284 256 4 1024 •n 12,1% 2 171-227 199 29 577! o r » 87,9% 3 114-170 ^142 “ -4 57-113 85 - - - -5 0-56 28 - - --JUMLAH
33 6795 100%Di-ngan melihat distribusi frekuensi diatas, dapat diketahui
bahwa mode dari distribusi frekuensi tersebut adalah 199 yang terletak
pada kelas kedua, dengan demikian mayoritas mahasiswa cenderung
memiliki tingkat kematangan tinggi. Adapun median dari distribusi
frekuensi di atas adalah 202,99 yang terletak pada kelas kedua, dengan
demikian setengah dari jumlah keseluruhan mahasiswa memiliki
tingkat kematangan pada posisi tinggi. Sedangkan mcannya adalah
205,91 yang terletak pada keias kedua juga, ini berarti rata-rata
mahasiswa mempunyai tingkat kematangan kepribadian yang tingggi
modus ini menunjukkan bahwa distribusi frekuensi tersebut memiliki kurva normal.
D. Pembahasan
Berdasarkan perhitungan mode, median dan mean, mayoritas
mahasiswa memiliki kecenderungan pemahaman diri pada kelas tinggi.
Adapun pada aspek hubungan sosial dengan orang lain, mahasiswa berada
pada kelas kedua dengan kategori tinggi juga. Ini berarti bahwa tingkat
p C iitU liM liM i! u ; : i Gcv! " " U \ a i n U O u i i ^ a n P C i s O n a i j a i i g d i* ..« li'k p m a h s S iS W p i
sudah cukup baik.
Sedangkan pada aspek target masa depan, ikhtiar non-spiritual serta
kebermaknaan hidup, mode, median dan meannya juga menunjukkan kelas
yang sama, berarti mayoritas mahasiswa memiliki kecenderungan tinggi pada
aspek-aspek tersebut. Akan tetapi ketika dilihat dari aspek ikhtiar spiritual,
mahasiswa berada pada kelas yang sedang, posisi mahasiswa yang berada
pada kelas sedang menunjukkan bahwa tingkat tersebut juga tidak terlalu
rendah. Meskipun demikian, ini sunggu! disayangkan karena kematangan
pada aspek-aspek tertemu tidak dibarengi dengan kematangan dibidang
spiritual.
Adapun kematangan kepribadian mahasiswa secara keseluruhan,
berdasarkan perhitungan mean, median dan mode menunjukkan kelas interval
yang sama, yaitu kelas tinggi, berarti mahasiswa yang sudah akan wisuda
mahasiswa tersebut, perkembangan yang ditunjukkan cukup seimbang;
walaupun pada aspek ikhtiar spiritual berada pada kategori sedang tetapi
masih merupakan tingkat yang wajar. Dengan demikian, gambaran umum
kepribadian mahasiswa calon out put STAIN Salatiga secara keseluruhan
adalah memiliki kematangan yang cukup seimbang antara aspek satu dengan
yang lainnya. Paparan di atas merupakan profil kepribadian mahasiswa yang
menjawab pertanyaan penelitian yang pertama yaitu: “Bagaimana profil
kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga?”.
Sedangkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kedua, yaitu
“Bagaimana tingkat kematangan kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga?”
hasil temuan dari penelitian ini diketahui tingkat kematangan kepribadian
mahasiswa STAIN Salatiga adalah tinggi.
Menanggapi hasil temuan tersebut, Ahmadi & Sholeh (2005: 45)
mengatakan bahwa mahasiswa yang berkisar antara 18-25 tahun masih
termasuk pada periode dewasa dini/awal dimana pada periode ini terjadi
proses penemuan identitas diri. Adapun tugas perkembangan pada usia
mahasiswa adalah pemantapan dan pengujian lebih lanjut tentang pendirian
hidup serta penyiapan diri dengan bekal kemampuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk merealisasikan pendirian hidup yang telah dipilihnya.
Mengenai periode ini Hurlock (1996: 272) mengungkapkan bahwa
masa dewasa awai ini merupakan masa yang penuh masalah dan ketegangan
emosional, akan tetapi terjadi pula perubahan nilai-nilai, kreatifitas dan
Salatiga telah cukup berhasil dalam menghadapi masalah-masalah tersebut
yang ditunjukkan pada tingkat kematangan kepribadian mahasiswa yang
tinggi. Hurlock (1996: 14-15) menjelaskan bahwa kegagalan dalam mengatasi
masalah akan berakibat pada kekurangmatangan dan penyesuaian diri yang
buruk.
Ditinjau dari latar belakang pendidikan dan sosial-ekonomi orang tua,
subjek penelitian memiliki latar belakang yang cukup beragam dan seimbang.
Isjoni (2006: 10) mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin berkualitas pola pikn, pola tindak, serta pola laku seseorang.
Oleh sebab itu pendidikan merupakan barometer bagi kualitas setiap manusia.
Tingginya tingkat pendidikan orang tua mencerminkan kualitas orang tua
yang dapat mempengaruhi kualitas pembentukan kepribadian anak.
Adapun tingkat pendidikan orang tua subjek yang cenderung seimbang
antara yang tinggi dan rendah mengindikasikan bahwa pengasuhan terhadap
anak yang berimbas pada kualitas pembentukan kepribadian anak juga
tergolong cukup baik, berarti pertumbuhan kepribadiannya di lingkungan
keluarga berlangsung cukup normal. Sedangkan ditinjau dari segi tingkat
sosial-ekonomi yang cenderung berada pada kelas menengah ke bawah,
memiliki keuntungan tersendiri bagi pembentukan kepribadian mahasiswa
yaitu tingkat berhubungan sosial mahasiswa dengan orang lain memiliki
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan pada penelitian tentang kematangan
kepribadian mahasiswa ini, dapat disimpulkan bahwa:
!. Kepribadian mahasiswa STAIN Salatin mpmiliki tinokat kematanoano .... . o © —
-tinggi.
2. M ahasisw a ST A IN Salatiga cukup baik dalam m em aham i diri.
3. Mahasiswa STAIN Salatiga memiliki tir.gkat hubungan sosial yang cukup
baik.
4. Mahasiswa STAIN Salatiga memiliki perencanaan masa depan yang
matang.
5. Mahasiswa STAIN Salatiga tidak begitu intensif dalam melakukan ikhtiar
secara spiritual.
6. Mahasiswa STAIN Salatiga cukup intensif dalam melakukan ikhtiar non
spiritual dalam rangka merealisasikan rencana masa depan mereka.
7. Mahasiswa STAiN Salatiga memberikan penghayatan hidup yang
menyatu daiatn pelaksanaan aktifitas sehari-hari.
B. Saran
Hasil penelitian survei ini merupakan data awal yang harus terus
dikembangkan supaya lebih bermanfaat bagi banyak pihak. Kesimpulan dari
hasil penelitian ini hendaknya ditindaklanjuti oleh:
1. STAIN Salatiga khususnya dan PTAIN pada umumnya, supaya terus
meningkatkan perannya dalam mengembangkan program-program untuk
mengembangkan kepribadian mahasiswa.
2. Para pendidik agar lebih memperhatikan aspek pemgembangan
kepribadian dan menerapkannya dalam proses kegiatan belajai mengajar
(KBM).
3. Praktisi pendidikan bidang akademik khususnya bagian kurikulum, agar
mempertimbangkan aspek perkembangan kepribadian peserta didik dalam
penyusunan kurikulum.
4. Bagi peneliti selanjutnya agar menggali dan mengembangkan penelitian
tentang kepribadian yang bertolak dari data survei ini, sebagai tindak
lanjut penelitian dengan mengembangkan variabel dan metode penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian yang masih memerlukan banyak
koreksi dan pembenahan. Akhirnya, segaia kritik dan saran yang membangun
dari berbegai pihak sangat penulis harapkan demi meningkatkan kualitas
,lmu
Pendidikan
■Yogyakarta: Aditya Media Ahmadi, A. & Munawar S. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.Ankunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
--- (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (1996). Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Edisi III. Yogyakarta: Puataka Pelajar.
---. (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Banaruudiu. (2005). Aktualisasi Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baihaqi, MIF. (2008). Psikologi Pertumbuhan: Kepribadian Sehat untuk
Mengembangkan Optimisme. Bandung: Remaja Ro^iakarya.
Furchan, A. (2007). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Furchan, A., Muhaimin & Agus M (2005). Pengembangan Kurukulum Berbasis
Kompetensi di PTAI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadeli. (2006). Metode Penelitian Kependidikan. Jakarta: Quantum Teaching.
Hadjar, I. (1999). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan.
Jakarta: Rajagrafmdo Persada.
Hurlock, E. B. (1996). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Diterjemahkan oleh: Iswidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Eriangga.
Isjoni. (2006). Pendidikan sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Ja'.aluddin. (2001). Teologi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafmdo Persada.
Komariah, A. & Cepi T. (2005). Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Muhadjir, N. (1996). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi III. Yogyakarta- Reka Srasm.
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat.
Diterjemahkan oleh: Yustinus. Yogyakarta: Kanisius.
Siswanto. (2007). Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.
Yogyakarta: Andi.
Sukmadinata, N. S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sundari HS., S. (2005). Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sunarto & Agung B. H. (1999). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta dan
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suryabrata, S. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Widjadipa, S. (2007). Kontribusi Sifat Kepribadian terhadap Kinerja Mengajar Guru.
Jurnal Attarbiyah, No. 2 tahun XVIII 102-133.
Usman, H. (2006). Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Yusuf LN., S. & Ahmad J. N. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Al-Qur’an terjemah.
Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan STAIN Salatiga Tahun Akademik 2006/2007. Salatiga: STAINSalatiga Press.
Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan STAIN Salatiga Tahun Akademik 2009/2010. Salatiga: STAINSalatiga Press.
Peraturan Pemerintah RI. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Cemerlang.