• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMATANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA (SURVEI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANGKATAN 2006 YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2010) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEMATANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA (SURVEI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANGKATAN 2006 YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2010) - Test Repository"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

(Survei pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam

Angkatan 2006 yang Sedang Mengerjakan Skripsi di Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2010)

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

(2)

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 32706 Fax. 323433 Kode pos. 50721 Salatiga

* * * * * * ‘ http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudara: Qurrota A ’yun dengan Nomor Induk Mahasiswa: 111

06 042 yang beijudul: “KEMATANGAN KEPRIBADIAN

MAHASISWA (Survei Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Agama Islam Angkatan 2006 Yang Sedang Mengerjakan Skripsi di

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2010), telah

dimunaqosahkan dalam sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Selasa tanggal 31 Agustus

2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

Salatiga, 31 Auustus 2010 M

21 Ramadhan 1431 H

Dewan Penguji

Drs. A. Bahrudin, M.Ag Drs. Sumarno Widiadipa.M.Pd.

NIP. 19531223 1982 03 1 005 NIP. 19570520 1986 01 1001

Muna Erawati. S.Psi.,M.Si

NIP. 19751218 199903 2 002

(3)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Qurrota A’yun

NIM : 11106042

Jurusan : Tarbiyah

Program S tudi: Pendidikan Agama Islam

X _ 4. 1 1 |____ „ 1 J : _____ 4-. -.1 * rm U ^ 1r»«TTn OoTrn menyauilLaii Udiiwd SKlipsi y a iig oaya mild ini uciiai-uv^iicu muupcuvaii iiaon ivaija. % jciycx

sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan dari orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik iimiah.

Salatiga, 20 Agustus 2010

Yang menyatakan,

Qurrota A ’yun

11106042

(4)

Sebaik-baik manusia adalah orang yang dapat memberi manfaat bagi

sesamanya.

• Hidup itu pilihan, maka ciptakan banyak pilihan dan berusahalah

memilih sesuatu yang tak

'kan pernah Kau sesali.

• Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya.

(5)

Skripsi ini Aku persembahkan kepada:

Orang tuaku tercinta yang selalu mendampingiku dengan iringan do ’a,

saudariku tersayang,

-v7---(A'T 4 r\r

Lninumuizr r,i4* u .

dosen pembimbingku yang cantik dan penuh semangut,

sahabat-sahabat seperjuanganku,

serta semua orang yang Aku sayangi dan menyayangiku,

Terima kasih banyak

(6)

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang dengan pertolongan-Nya skripsi ini

dapat terselesaikan tanpa ada hambatan yang berarti. Sholawat serta salam semoga

istiqomah tercurah kepada Rosulullah SAW., beliau insan tersempurna yang

kepribadiannya menginspirasi banyak orang. Terima kasih yang setulus-tulusnya penulis

ucapkan kepada segenap jajaran pendidik STAIN Salatiga yang telah membimbing dan

menghantarkan Kami berproses menuju ke arah masa depan yang lebih baik.

Terimakasih (pula) yang tak terhingga penulis ucapkan kepada seiuruh pihak yang

telah membantu keiancaran persiapan, peiaksanaan seria penyusunan skripsi ini,

khususnya kepada: kedua orang tua dan keluargaku; atas dukungan do’a maupun

vinansial, dosen pembimbingku; atas spirit, pengorbanan waktu, tenaga serta pikirannya

hingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu, sahabat-sahabatku (Rada, Rifa’i, Mifa, Zaki,

Lia, Sholikin dan seluruh w^rga kelas PATB); terima kasih atas semangatnya, tak lupa

semua mahasiswa PAI angakatan ’06 serta adik-adikku yang telah bersedia menjadi

responden ‘dadakan’ sehingga skripsi ini dapat ‘sempurna’.

Salatiga, 20 Agustus 20i 0

(7)

A ’yun, Qurrota. 2010. Kematangan Kepribadian Mahasiswa (Survei pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2006 yang Sedang Mengerjakan Skripsi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2010). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muna Erawati S.Psi., M.Si.

Kata kunci: kematangan kepribadian, calon guru, PTAI.

Mahasiswa jurusan tarbiyah merupakan calon guru yang harus benar-benar memiliki kemampuan memberdayakan peserta didiknya. Untuk itu, mahasiswa calon guru harus sudah mempunyai cukup bekal, baik secara keilmuan, ketrampilan maupun kepribadian yang mendukung tugas mulia tersebut Dalam menjalankan tugas mulia itu, guru dituntut mengerahkan kemampuan, waktu, tenaga sena ukirannya secara menyeluluruh. Adapun kemampuan yang paling prediktif dalam mengukur kinerja guru adalah sifat kepribadian dari mahasiswa calon guru itu sendiri.

Penelitian ini merupakan penelitian survei pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi di STAIN Salatiga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kepribadian dan mengukur tingkat kematangan kepribadian mahasiswa yang akan wisuda. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif untuk menghindari subjektifitas hasil penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa yang akan wisuda memiliki tingkat kematangan cukup tinggi. Hal tersebut dapat dipahami karena ditinjau dari segi usia, mahasiswa yang rata-rata berusia 22-23 tahun dapat digolongkan pada usia dewasa awal. Sedangkan ditinjau dari segi latar belakang pendidikan dan tingkat sosial- ekonomi orang tua, mahasiswa memiliki tingkat yang cenderung berimbang antara yang tinggi dan yang rendah, jadi secara kualitas, pembentukan kepribadian dari lingkungan keluarga juga cukup baik.

(8)

PERSETUJUAN PEMBIMBING...

A. PTAI sebagai Penyelenggara Pendidikan...

1. PTAI sebagai Penylenggara Pendidikan...

2. Kompetensi Lulusan PTAI...

B. Peran Pendidikan Islam dalam Pengembangan Kepribadian

i

(9)

3. Peran Pendidikan Islam dalam Pengembangan Kepribadian... ... 18

C. Kepribadian dalam Perspektif Psikologi... ... 22

1. Definisi Kepribadian... ... 22

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian... ... 24

3. Kepribadian pada Usia Mahasiswa... ... ^8

D. Kematangan Kepribadian... 32

1. Kriteria Kematangan Kepribadian... 2. Masalah-Masalah yang Dihadapi Orang Dewasa... 37

E. Kepribadian dalam PersDektif Isiam... 39

1. Definisi Kepribadian... 2. Pembentukan Kepribadian M uslim... ... 41

3. Perkembangan Kepribadian Muslim... ... 43

4. Pencapaian Kepribadian Muslim y mg Utama... ... 44

BAB III RANCANGAN PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian... ... 48

B. Lokasi dan W aktu... ... 49

C. Populasi dan Sampel... ... ... 49

L Pooulasi... ... 49

2. Sampel... ... 50

D. Variabel... ... 51

E. Metode Pengumpulan Data... ... 54

L Dokumentasi... ... 54

ix

- !\

(10)

54

t

2. Angket...

F. Instrumen Pengukuran... 54

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 56

1. Validitas Instrumen... 57

2. Reliabilitas Instrumen... 58

H. Teknik Analisis Data... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran Umum STAIN Salatiga... 62

1. Gambaran Umum STAIN Salatiga... 62

2. Asas, Fungsi dan Tujuan STAIN Salatiga... 62

3. Visi dan Misi STAIN Salatiga... ... ... 64

4. Kurikulum STAIN Salatiga Tahun Akademik 2006/2007... 65

5. Kompetensi Lulusan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)... 67

B. Kondisi Subjek... 68

C. Paparan Data... 71

1. Uji Validitas dan Reliabilitas... 71

2. Analisis Data... 73

D. Pembahasan... 81

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 84

B. Saran... 85

(11)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

TABEL 1 indikator kompetensi lulusan PTAI...

TABEL 2 indikator kematangan kepribadian...

TABEL 3 contoh aitem angket...

TABEL 4 mata kuliah program studi PAI tahun akademik 2006/2007

TABEL 5 kompetensi lulusan PAI dan indikatornya...

1/-VJJU/JL» K) juiinaiA lv^apvmuv^u u\-i\aa_ocu rva.ii jcm o ivv^icuiiiii.

TABEL 7 jumlah responden berdasarkan usia...

TABEL 8 jumlah responden berdasarkan asai sekolah...

TABEL 9 jumlah responden berdasarkan pekerjaan orang rna...

TABEL 10 jumlah responden berdasarkan pendidikan orang tua...

TABEL 11 distribusi frekuensi sub-skala pemahaman diri...

TABEL 12 distribusi frekuensi sub-skala hubungan dengan orang lain

TABEL 13 distribusi frekuensi sub-skala target masa depan...

TABEL 14 distribusi frekuensi sub-skala ikhtiar spiritual...

TABEL 15 distribusi frekuensi sub-skala ikhtiar non-spiritual...

TABEL 16 distribusi frekuensi sub-skala makna hidup..

TABEL 17 distribusi frekuensi kematangan kepribadian

(13)

Lampiran 1 : angket.

Lampiran 2 : tabulasi uji reliabilitas sub-skala pemahaman diri.

Lampiran 3 : tabulasi uji reliabilitas sub-skala hubungan dengan orang lain.

Lampiran 4 : tabulasi uji reliabilitas sub-skala target masa depan.

Lampiran 5 : tabulasi uji reliabilitas sub-skala ikhtiar spiritual.

Lampiran 6 : tabulasi uji reliabilitas sub-skala ikhtiar non-spiritual.

Lampiran 7 : tabulasi uji reliabilitas sub-skala makna hidup.

Lampiran 8 : tabulasi sub-skaia pemahaman diri.

Lampiran 9 : tabulasi sun-skala hubungan dengan orang lain.

Lampiran 10 : tabulasi sub-skala target masa depan.

Lampiran 11 : tabulasi sub-skala ikhtiar spiritual.

Lampiran 12 : tabulasi sub-skala ikhtiar non-spiritual.

Lampiran 13 . tabulasi sub-skala makna hidup.

Lampiran 14 : tabulasi kematangan kepribadian.

Lampiran 15 : daftar mahasiswa yang sudah mengajukan skripsi.

Lampiran 16 : surat izin penelitain.

(14)

PENDAHULUAN

A. I atar Belakang

Tanggung jawab mendidik anak sangat bergantung pada tiga faktor

utama, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat. Sekolah menempati posisi kedua setelah lingkungan keluarga

yang melanjutkan tugas orang tua dalam mengemban peran pendidikan.

Sekolah yeiig uimaksuu U! an;; adalah Scl'Jfjih tembaga ^•isdiuikaTi ySIig

berada di semua level dan tingkatan baik milik pemerintah maupun yang

dikelola swasta. Posisi sekolah berubah menjadi lingkungan pertama bagi

peserta didik yang telah memasuki usia remaja, sebab waktu mereka lebih

banyak dihabiskan di lingkungan sekolah dan komunitas sepermainannya dari

pada lingkungan keluarga. Disadari atau tidak, remaja mulai memenuhi

kebutuhan sosialnya sendiri dengan cara ini.

Usia remaja merupakan masa transisi menuju kedewasaan. Salah satu

kondisi kritis yang dialami dan harus mendapat penanganan serius adalah

dalam pembentukan dan pengembangan kepribadian. Keadaan jiwa remaja

masih sering terombang-ambing oleh pengaruh-penganih yang bersumber dari

dalam dan luar dirinya. Sedikit saja kesalahan perlakuan yang diberikan maka

akan berdampak besar pada penyimpangan perilaku yang mencerminkan

kepribadian tersebut. Namun pada kenyataannya, perkembangan remaja tidak

selalu bersifat negatif, ada juga perkembangan positif pada periode ini. Pada

(15)

usia ini, dalam diri remaja juga sudah mulai tumbuh nilai-nilai sosial. Dengan

demikian secara kejiwaan mereka sudah memiliki kesiapan (readiness) untuk

menerima bimbingan yang mengarahkan kepada pembentukan sikap moral

yang merupakan langkah awal dalam pembentukan kepribadian, akan tetapi

hal ini tidak mudah terwujud sebab banyak faktor eksternal yang

mempengaruhi dan melemahkan pembentukan kepribadian para remaja

disamping beberapa faktor internal dari dalam yang juga turut mempengaruhi.

Bimbingan ini bisa didapatkan dari berbagi sumber, terutama dari lembaga

pendidikan.

Salah satu lembaga pendidikan yang tci.ap eksls dalam mengemban

amanat tersebut adalah Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). PTAI secara

struktual, memiliki fungsi melanjutkan estafet keilmuan dari jenjang

sebelumnya. Hanya saja dari segi materi pembelajaran PTAI memiliki bentuk

yang berbeda yaitu lebih bersifat pengembangkan dan pendalaman wawasan

serta keterampilan peserta didik (mahasiswa). Meski demikian, PTAI sebagai

salah satu organisasi yang menyediakan layanan pembelajaran bagi

masyarakat, tidak har.va berperan dan bertanggung jawab dalam membina,

membangun dan mengembangan potensi (SDM) agar iebih berkualitas tapi

juga dalam ha! pengembangan kepribadian peserta didiknya (mahasiswa).

PTAI, dalam pandangan masyarakat, dipercaya sebagai penyelenggara

pendidikan yang tidak hanya mumpuni dalam bidang akademik tapi juga

mempunyai niiai iebih dibanding dengan lembaga lainnya yakni membekali

(16)

pendidikan agama dan nilai-nilai moral diyakini sebagai salah satu aspek

penting menuju terbentuknya kepribadian mahasiswa yang matang.

Sebagai organisasi sosial, hubungan (relasi) PTAI dengan masyarakat

tentunya sangat erat. Ditinjau dari segi lulusan, PTAI “wajib” menghasilkan

lulusan (ioutput) yang terjamin kualitasnya sehingga dapat menguntungkan

(bermanfaat) bagi masyarakat baik secara finansial maupun sosial. Terkait

dengan pentingnya kedudukan output ini, Komariah dan Triana (2005: 2)

menyatakan bahwa output merupakan fokus dari ikhtiar pendidikan. Output

memiliki tiiiukdt kc£*C2ltiil£aii tcrtin”**: d«i<•••;

pendidikan.

l/-/-v w m n o + o m rvv^i • ipv::v:: v* 't • • j/v i »v^i t

Hal ini menjelaskan bahwa kedudukan output sangat sentral dalam

rangka menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Lebih dari itu kualitas

output digunakan sebagai penentu eksistensi PTAI di wilayah tertentu. Akan

tetapi kualitas output sering hanya diukur dengan nilai akademik semata.

Sikap, perilaku dan ketrampilan kerap dikesampingkan hingga menimbulkan

ketidakkomprehensifan dalam pengukuran kompetensi. Padahal tujuan dari

pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik demi

mencapai kedewasaan yang sesuai dengan kepribadian masing-masing.

Ditambah dinamika yang terjadi saat ini, dunia kerja menuntut masalah

yang menyangkut moral-sosial mendapatkan porsi 90%, sedangkan yang

menyangkut aspek intelektual hanya 10%. Ketidakseimbangan yang terjadi

tentu saja harus segera mendapatkan penanganan yang serius. Salah satu

(17)

mengupayakan pemenuhan tenaga profesional, baik dari segi kuantitas

maupun kualitas, yang mempunyai kemampuan dalam memperbaiki dan

meningkatkan mutu pendidikan sehingga pengembangan potensi siswa dapat

dijaga keseimbangannya serta kebutuhan masyarakat akan tenaga profesional

dapat terpenuhi. Namun tentu saja pemenuhan kebutuhan tenaga profesional

ini tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu adanya bimbingan

keprofesian dari lembaga khusus keguruan yang mumpuni di bidangnya.

Satu-satunya PTAl di salatiga yang terus mengembangkan sayapnya di

bidang pendidikan kJiL'Susn’vfi ik?n k c r u s n adalah STAIN Salatiga.

Fokus pada pendidikan keguruan ditekuni dari awai berdirinya Spesialisasi

pendidikan keguruan (jurusan tarbiyah) STAIN Salatiga mempunyai beberapa

program studi sebagai pembidangan profesionalitas yang akan diberikan pada

mahasiswa calon guru.

Mahasiswa jurusan tarbiyah, sebagai calon guru, dibekali dengan

berbagai ilmu keguruan mulai dari materi pelajaran, metode pengajaran,

dasar-dasar ilmu pendukung seperti psikologi, sosilogi dan lainnya sampai

manajemen kelembagaan. Selain berbekal teori yang matang, mahasiswa juga

diberikan praktik langsung lewat pendidikan lapangan yang bertujuan agar

mahasiswa calon guru benar-benar memiliki kemampuan memberdayakan

peserta didik mereka nanti. Namun demikian, hai yang tak kaiah pentingnya

adalah kesiapan mental dan moral yang tercermin dari kepribadian mahasiswa

calon gurulah yang harus ditekankan, karena sifat kepribadian guru

(18)

memaparkan, sifat kepribadian dari mahasiswa calon guru merupakan alat

yang paling prediktif dalam mengukur kineija guru.

Meskipun mahasiswa yang siap wisuda dipandang telah mencapai

kematangan spiritual, moral, intelektual, emosional dan sosial secara

berimbang, tetapi pada kenyataannya sering sekali terjadi penguasaan teori

dan pengandaian rasio secara berlebihan tanpa dibarengi dengan keterampilan

konkret, kurangnya pemahaman diri dan penghayatan keagamaan dalam setiap

tampilan perilaku dan lain sebagainya. Kurangannya keseimbangan antara

aspek satu dengan yang lain '.iycc af-ET: mCrUScik. hSHHOitiScSI Yun^ HlCmbuSt

kematangan diri mahasiswa tidak komprehensif. Oleh karena itu, dibutuhkan

pengetahuan, keterampilan serta pengalaman yang cukup untuk menjadi

mahasiswa unggul. Dengan berbekal ilmu, keterampilan serta pengalaman

yang cukup, mahasiswa siap wisuda, seyogyanya telah memiliki kesiapan,

baik fisik maupun mental, untuk terjun ke masyarakat yakni dunia sosial baru

yang lebih riil dan kompleks.

Mahasiswa (jurusan tarbiyah) yang sedang mengerjakan skripsi adalah

calon ‘produk jadi’ STAIN Salatiga. Mahasiswa yang hanya tinggal

menyelesaikan skripsi idealnya, telah cukup menguasai kompetensi-

kompetensi tertentu (kompetensi lulusan) yar.g telah direncanakan, baik dari

aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang siap terjun ke dunia

pendidikan serta masyarakat. Kompetensi lulusan hakikatnya suatu keadaan

(19)

ditetapkan. Akan tetapi tentu saja seberapa jauh penguasaannya tergantung

individu masing-masing.

Profil lulusan STAIN Salatiga yang diharapkan adalah mereka yang

menguasai IPTEKS sekaligus hidup dalam nilai-nilai agama (Islam), memiliki

kepribadian matang, kesempurnaan dan keseimbangan nilai-nilai moral, sosial

dan spiritual yang menyatu. Sudahkah mahasiswa STAIN Salatiga

mengevaluasi dan mempersiapkan diri menuju kehidupan selanjutnya dengan

kepribadian mantap? atau malah sama sekali tidak memperdulikan aspek

kepribadian tersebut?.

Berangkat dari paparan latar belakang di atas, peneliti mencoba

mengkaji dan mendalami aspek kepribadian mahasiswa dengan melakukan

penelitian yang berjudul: “KEMATANGAN KEPRIBADIAN

MAHASISWA” (Survei Pada Mahasiswa Progam Studi Pendidikan

Agama Isiam Angkatan 2006 yang Sedang Mengerjakan Skripsi di

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2010)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana profil kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga?

2. Bagaimana tingkat kematangan kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan:

(20)

2. Mengukur tingkat kematangan kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritik penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan ilmu

khususnya dalam bidang kepribadian.

2. Secara praktik penelitian ini bermanfaat:

a. Bagi institusi terkait, inform35' vana aHa danat diiadikan eehaoai hahan

rujukan supaya lebih meningkatkan program-program yang menunjang

_ *• J!1--- --- 1__ I____1, 4-_i_a_

rv tid iiu ti pc* 211 y v ' i u a i i i p a r , . tv i z i o u a p 1:uiu.vn..1.__

dihasilkan.

b. Bagi praktisi pendidikan di bidang akademik, khususnya bagian

kurikulum, informasi mengenai kematangan kepribadian ini akan

sangat diperlukan dalam upaya penyusunan dan mengembangkan

kurikulum yang mempertimbangkan pengembangan kepribadian dan

membekali mahasiswa dengan ketrampilan praktis sesuai dengan

kebutuhan institusi, pengguna lulusan (masyarakat), individu serta

antisipatif terhadap masa depan.

c. Bagi para pendidik, hasil survei ini bermanfaat sebagai masukan dalam

rangka mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran, hendaknya

mempertimbangkan keberagaman dan pengembangan kepribadian

peserta perkuliahan agar setiap peserta mendapatkan treatrnen yang

(21)

d. Bagi pengguna lulusan khususnya dalam bidang pendidikan, informasi

yang ada dapat digunakan sebagai bahan rujukan guna mengontrol dan

menyeleksi kompetensi apa saja (khususnya kompetensi kepribadian)

yang diperlukan guna terwujud profesionalisme.

e. Manfaat bagi para pemerhati pendidik dapat dijadikan sebagai bahan

acuan dalam mengevaluasi sitem pendidikan dan dapat ikut serta

menentukan kompetensi yang diperlukan, khususnya dalam aspek

kepribadian, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

f. Hasil oul vc: :iii juga 'dapat uigtiiiakaT: Sebagal aCucti: :::£haS*SWS yang

ingir. mengetahui dan mengukur tingkat kematangan kepribadian

dasar yang harus dicapai sebagai bekal setelah wisuda ketika ingin

terjun di masyarakat. Dan diharapkan penelitian survei ini dapat

dijadikan acuan bagi mahasiswa yang berminat melakukan penelitian-

(22)

?! ■ .. y ' f 'V ; /‘VW

J?

H : " :■... K * * i ;■-, k &

,’ j?-* , «k- •;.. v^'. .;■ V V’ / .. i J r * " •■ *{- * t.>4, *

1 |W i l S I , S s * .

as* ' «feSR | § l_ , . . / Vs-/ • ' ■• . • » • !>V ■j! 1 iK, ■* #4 s>, •' ,.

; -V * "v "■ ‘ , ' "■'/. ■* ,. '' V k ,

V'/'V; V '/ i ; :>■-■ ^ V ' - V „

. ■» ■* • § - , i s

.

1 , *.. i, nga|

1 fe M M

’k ’"'■> /-'i?i’

W '% J* , 'f ' * <*X /'p- ■■" v//'', :4 'i

’W? VTffifeV■ -.'M Jk' ■&■' IV W «

(23)

LANDASAN TEORI

A. PTAl sebagai Penyelenggara Pendidikan

I. PTAl sebagai Penyelenggara Pendidikan

Pendidikan secara hakiki menjadi bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari berbagai kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia.

Dalam pengertian umum, pendidikan sering diartikan sebagai usaha

pendcwas--!i nianusis. .“ "apun definisi pendidikan secara lebih konkret,

ditinjau dari segi hukum berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 ayat 1

yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”

(Usman, 2006: 7).

John Dewey daiam Jalaiuduin (2001: t>5) menyatakan bahwa

pendidikan sebagai saiah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai

bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan

mengembangkan serta membentuk disiplin hidup. Pendidikan merupakan

syarat utama yang menentukan kualitas individu. Isjoni (2006: 10)

mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin

(24)

berkualitas pola pikir, pola tindak serta pola laku seseorang. Oleh sebab itu

pendidikan merupakan barometer bagi kualitas setiap manusia.

PTAI adalah lembaga pendidikan tinggi yang identik dengan

pengembangan khasanah keilmuan Islam. Selain memasukkan kurikulum

umum, PTAI juga mengabdikan diri pada studi keilmuan Islam yang

menjadi pijakan utama pengembangan keilmuan dan kurikulumnya. PTAI

sebagai perguruan tinggi, mempunyai hak khusus dalam

menyelenggarakan pendidikan yaitu berhak menyelenggarakan program

akademik, profesi dan/atau vokasi sebagaimana tercantum pada UU

tentang Sisdiknas pasal 20 ayat 3.

Pada jenjang perguruan tinggi, peserta didik (mahasiswa)

diarahkan pada pembidangan studi khusus yang menjadi dasar

pengembangan profesionalitas. Kompetensi yang harus dikuasai mencakup

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Bertolak dari paparan tersebut,

terlihat jelas bahwa ketiga aspek tersebut merupakan aspek yang harus

terus dikembangkan guna mencapai lulusan yang tidak hanya berkualitas

dalam segi profesi tetapi juga sebagai manusia yang memiliki kualitas

kepribadian yang utuh.

Ada empat kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang pendidik,

yang seyogyanya juga dikuasai oleh calon pendidik, yaitu kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan

kompetensi sosial. Maka dari itu, sebagai calon guru mahasiswa pun

(25)

mahasiswa dengan program pengembangan kepribadian yang menyatu

dalam kompetensi dasar, yang bertujuan agar terbentuk lulusan yang

berkualitas.

2. Kompetensi Lulusan PTAI

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa setiap tindak pendidikan

dan pembelajaran pastilah berujung pada pencapaian kompetensi yang

direncanakan. Bloom (Sunarto dan Hartono, 1999: 29) mengemukakan

bahwa tujuan akhir dari proses pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu penguasaan pengetahuan (kognitif), penguasaan nilai (afektif) dan

penguasaan keterampilan (psikomotorik).

Secara umum, ada tujuh kompetensi dasar yang harus dikuasai

oleh lulusan PTAI menurut Furchan, Muhaimin dan Maimun (2005: 18-

19), ketujuh kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kom peten s i berbahasa A rab.

2. Kompetensi dasar keislaman.

3. Kompetensi berbahasa Inggris.

4. Kompetensi menggunakan komputer.

5. Kompetensi berkaitan dengan sikap kerja (beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan, disiplin, jujur, teliti, tanggungjawab, kematangan

emosi, inovatif dan profesional).

6. Kompetensi bekerjasama dengan orang lain.

(26)

Dari sini jelaslah bahwa kepribadian menempati posisi penting

sebagai salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai mahasiswa

setelah menjalani proses pendidikan. Adapun indikator kompetensi secara

khusus yang harus dimiliki lulusan PTAI (Furchan, Muhaimin & Maimun,

2005: 22-25) adalah sebagai berikut:

Table. 1

Indikator kompetensi lulusan PTAI

Sumber: Buku Kurikulum Berbasis Kompetensi karangan Furchan, Muhaimin &

» 4~:__ IVlaiiiiuii.

Tujuan prA I Kompetensi Lulusan Indikator Kompetensi

Menghas'lkan normatif dan empiris akidah, syariah, akhlak serta sejarah dan peradaban islam.

(kompetensi)

akademik dan

2. General knowledge. Memahami pokok-pokok EPS,

IPA dan humaniora.

a. Menjalankan perintah

Allah dan menjauhi

icuangan-Nya.

b. Berpikir, berbicara dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.

Bergama, memiliki rasa

kebangsaan, kebhinekaan,

demokratis, rasa solidaritas sosial.

5. Sikap ilmiah. Cinta ilmu pengetahuan, cinta

(27)

Tujuan PTAI Kompetensi Lulusan Indikator Kompetensi

6. Profesional. Mampu melaksanakan

pekeijaan secara efektif dan

efisien serta memiliki

komiimen terhadap mutu hasil pekeijaan.

7. Kewirausahaan. Inovatif, ulet, kreatif pantang

menyerah, adaptif, responsif,

mandiri, mempunyai

keinginan untuk maju, berani menanggung resiko.

pikiran secara lisan

dengan sistematis dan mudah dipahami.

b. Mampu menulis karya ilmiah dengan sistematis dan menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan teks berbahasa Arab/Inggris tanpa banyak kesulitan.

baru dalam memecahkan masaiah.

c. Mengambil keputusan:

mampu memilih salah

Mampu mencari, meneiola dan menyajikan informasi secara sistematis, kritis dan objektif.

12. Memiliki

keterampilan dalam

(28)

Tujuan PTAI Kompetensi Lulusan Indikator Kompetensi

memimpin dan bergaul

dengan masyarakat.

Furchan, Muhaimin & Maimun menambahkan, Kurikulum dan

Hasil Belajar (KBH) tersebut bersifat tentatif, artinya masing-masing

PTA1 dapat menambah dan mengurangi dengan catatan harus relevan

dengan visi dan misi PTAI serta kondisi komckstual kekinian.

Dari beberapa kompetensi di atas, kompetensi yang berkaitan

dengan pengembangan kepribadian khususnya dijabarkan secara cukup

gamblang terkait kompetensi yang berhubungan dengan internal maupun

eksternal.

B. Peran Pendidikan Islam dalam Pengembangan Kepribadian

1. Definisi Pendidikan Islam

Pendidikan Islam mempunyai ani luas. Di sekolah-sekolah formal

maupun non formal, pendidikan Islam sering diasumsikan pada studi

agarna seperti aqidah, fikih, hadits, tafsir, Al-Qur’ari, tarikh Nabi dan lain

sebagainya. Arti pendidikan Islam menurut Achmadi (1992: 20) adalah

(29)

sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia

seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam”.

Acbmadi menambahkan bahwa, pendidikan Islam didasarkan pada

konsep manusia. Konsep manusia seutuhnya, dalam pandangan Islam,

dapat diformulasikan secara garis besar sebagai manusia beriman dan

bertaqwa serta memiliki berbagai kemampuan yang teraktualisasi dalam

hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam

sekitarnya dengan baik, positif dan konstruktif.

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan islam

Achmadi (1992: 25) menyebutkan ada tiga fungsi pendidikan islam

yaitu:

1. Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri

manusia, alam sekitar dan mengenai kebesaran Ilahi, sehinga tumbuh

kretivitas yang benar.

2. Menyucikan diri manusia dari syirik dan berbagai sikap hidup dan

perilaku yang dapat mencemari fitrah kemanusiaannya; dengan

menginternalisasikan nilai-nilai insani d a 1 Ilahi pada subjek didik.

3. Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan

kehidupan baik individual maupun sosial.

Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa salah satu fungsi pendidikan

Islam adalah fungsi pedagogik yang tersebut dalam Surat Al-Baqarah:

(30)

o j^ Jij ’iJ}

£ 3

vJ Ck ^sCJjJj < ^= J-T j jv^=uJ*j5

“sebagaimana Kami leiah mengutus kepada 'kamu sekalian seorang

Rosul diantcra kamu yang membacakan ayai-cyat Kami kepadamu,

menyucikanmu, mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikamoh dan

mengajarkanmu apa yang belum kamu ketahui

Jaialuddin (2001: 89-90) menyatakan bahwa tujuan utama

pendidikan Islam identik dengan tujuan Islam itu sendiri. Ia juga

menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam ialah agar manusia menjadi

pengabdi Allah yang patuh dan setia. Tujuan ini hanya dijadikan dasar

dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam yang iebih konkret. Dari sini

terlihat jelas bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam didasarkan pada

aspek keagamaan dan secara operasional dijabarkan dalam tujuan yang

lebih konktet (khusus).

Sehubungan dengan hal tersebut, secara lebih operasionai Acnmadl

(1992: 63) berpendapat bahwa usaha pendidikan ditujukan untuk

mengubah dan mengembangkan manusia menuju arah kesempurnaan

dengan bimbingan dan arahan yang berdasarkan pada nilai ketuhanan yang

memiliki kebenaran mutlak dan sesuai dengan fitrah (potensi dasar)

manusia. Acmadi mengisyaratkan bahwa proses pendidikan ditujukan

pada pengembangan peserta didik yang secara garis besar mengacu pada

(31)

ajaran yang hanya menyentuh aspek doktrin ketuhanan saja, tetapi juga

menyentuh pada aspek perubahan dan perkembangan (potensi) pada diri

manusia. Allah mengisyaratkan, dalam Surat Ar-Ra’d ayat 11:

* ••f i ' i ’ S,- * - i'

“...sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum

sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka.... ”

Dari ayat di atas dapat dengan jelas diketahui bahwa pengubahan

diri merupakan syarat utama jika manusia menginginkan Allah mengubah

nasibnya. Jadi aspek pengembangan kepribadian merupakan sentral dari

ikhtiar pendidikan, dari itu pendidik dituntut untuk terus menciptakan

suasana yang kondusif agar pengembangan kepribadian peserta didik

tercapai dengan optimal.

Menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-syaebani (Achmadi,

1992: 60) tujuan pendidikan Islam memiliki empat ciri pokok yaitu:

1. Sifat yang bercorak agama dan akhlak.

2. Sifat kekoinprehensifan yang mencakup segala aspek pribadi sujek

didik dan semua aspek perkembangan masyarakat.

3 Sifat berkesinambungan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara

unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.

4. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang

dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan

(32)

kebudayaan di mana-mana dan kesanggupannya untuk berubah dan

perkembangan bila diperlukan.

Asy-syaebani (Jalaluddin. 2001: 90) juga menegaskan bahwa

tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak

hingga mencapai tingkat akhlak karimah. Tujuan ini sama persis dengan

misi kerosulan yang diemban oleh Muhammad bin Abdullah yaitu

membimbing manusia menuju kesempurnaan akhlak (akhlak yang mulia).

Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan

pendidikan Islam adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

mencapai kesempurnaan fisik maupun mental, kesempurnaan akhlak dan

kesempurnaan keimanan (takwa). Jadi pendidikan Islam secara ideal,

menuntun peserta didik yang menuju kematangan yang meliputi aspek

individu, sosial maupun spiritual.

3. Peran Pendidikan Islam dalam Pengembangan Kepribadian

Manusia dalam pandangan isiam, memiliki potensi dasar nan luhur

yang merupakan anugerah dan amanat Allah. Potensi dasar tersebut

merupakan “bahan mentah” yang harus terus dikembangkan agar menjadi

sempurna. Potensi dasar tersebut disebut fitrah. Empat belas abad yang

lalu, Ai-Qur’an menjelaskan bahwa Allah telah memberikan fitrah kepada

manusia. Fitrak bermakna khilqah yang berarti manusia diciptakan

memiliki pembawaan beragama tauhid. Fitrah manusia merupakan pola

(33)

Dalam Surat Al-Rum ayat 30 Allah menjelaskankan tentang fitrah

tersebut:

jZj 'j (J-lIJl jjLs jjJl 4l)l cj^Jai L

i~~>-0 b j% Z 'j j£ 3 T J D ifi

“maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang

lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya ”

Ayat tersebut secara tekstual menegaskan bahwa manusia

diciptakan Allah atas fitrah tersebut. Fitrah yang merupakan acuan

penciptaan manusia itu berasal dari fitrah Allah. Baharuddin (2005: 20)

menganalisis, fitrah merupakan potensi yang ada pada manusia dan berasal

dari Allah, oleh karena itu seharusnya fitrah dipandang dari dua sisi pula.

Pertama, fitrah yang berhubungan dengan Allah yaitu milik Allah. Kedua,

fitrah dalam hubugannya dengan manusia merupakan landasan penciptaan

manusia yang kemudian menjadi rnilik manusia. Dengan kata lain,

manusia diciptakan menganut pola tertentu yang disebut fitrah.

Teori fitrah menginformasikan bahwa bakat manusia bersifat baik

(beragama tauhid) tetapi pada perkembangannya, seorang anak dapat

keluar dari bakat tersebut karena pengaruh kedua orang tua (dalam arti

(34)

“setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah

(suci). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,

Nasrani atau M ajusF (HR. Bukhari)

Berdasarkan teori fitrah, Baharuddin (2005: 145) menjelaskan

fungsi pendidikan Islam yaitu untuk menjaga dan menumbuh-kembangkan

iman anak. Materi dan kurikulum pendidikan Islam harus berusaha

memberikan nuansa yang kondusif bagi perkembangan potensi baik anak

dan menutupi potensi jahat yang menutupinya. Dengan kata lain, fungsi

pendidikan IslaUi adalah untuk raenumbuh-kcmbangkui. iman, bukan

mengerasi (mengikis) iman.

Achmadi (1992: 63-64) menjelaskan bahwa pencapaian tertinggi

yang menjadi tujuan dasar pendidikan Islam yang bersifat mutlak yaitu:

a. Menjadi hamba Allah yang bertakwa.

Tujuan ini sejalan dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu

untuk beribadah kepada Allah. Dari itu pendidikan islam harus

mencakup dua hal, yaitu: Pertama, pendidikan harus memungkinkan

manusia mengerti Tuhannya, sehingga seluruh rangkaian ibadahnya

dilakukan dengan penuh penghayatan akan keesaan-Nya serta

senantiasa tunduk pada syariah dan petunjuk ilahi. Kedua, pendidikan

harus menggerakkan kemampuan manusia untuk memahami,

memanfaatkan dan menggunakan segala ciptaan Allah untuk

(35)

b. Mengantarkan peserta didik menjadi khalifatullah fi l ard (wakil Tuhan

di bumi) yang mampu memakmurkan, membudayakan dan, lebih jauh

lagi, mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.

c. Untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia

sampai akhirat, baik individu maupun masyarakat.

Untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia, manusia memerlukan

kemampuan untuk memperolehnya berupa ilmu dan ketrampilan-

ketrampilan teknis lainnya. Begitu pula untuk mencapai kebahagiaan

akhirat manusia juga memerlukan ilmunya. Sebagaimana ditegaskan

dalam hadits yang artinya:

"barang siapa meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah

akan memudahkan jalan menuju surga baginya’’. (HR. Ahmad)

Dalam Surat Al-Mujadallah ayat 11 juga disebutkan:

s-ji ’ji

“ ...Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu

pengetahuan beberapa derajat... ”.

Jadi tegaslah bahwa pendidikan Islam mempunyai peran yang

besar dalam mengembangkan kepribadian peserta didik. Melalui

pendidikan, peserta didik dibekali ilmu pengetahuan serta ketrampilan

sehingga diharapkan mereka dapat menjadi manusia yang mempunyai

(36)

C. Kepribadian dalam Perspektif Psikologi

1. Definisi Kepribadian

Secara etimologi, kepribadian berasal dari kata personare (Yunani)

yang berarti menyuarakan melalui alat. Di zaman Yunani kuno para

pemain sandiwara berdialog menggunakan semacam penutup muka

(topeng) yang dinamakan persona. Dari kata ini kemudian dipindahkan

keri alam hahasa Tncrprk meniadi ne.rsnnnlitv vanp kemudian diteriemahkan ---—oc;) ---v r --- --- s j o '■ - j

-kedalam bahasa Indonesia menjadi kepribadian (Jalaluddin, 2001: 171).

n — »«. ,* Miiyii 1_:---f\ pcngci nan irvv^:— ~ tVl UUU»'*.e —% ot

perbedaan definisi dari para ahli psikologi mengenai isi dan batasannya.

Ahmadi dan Sholeh (2005: 150) menjelaskan, perbedaan mengenai bagian

yang paling hakiki dari kepribadian dapat ditelaah melalui pandangan

filsafat yang digunakan para ahli yang pada akhirnya menentukan

pengertian tentang kepribadian tersebut. Lambat laun seiring dengan

pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, berbagai aliran filsafat itu

pun saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain. Guna

memberikan gambaran yang lebih luas mengenai kepribadian berikut ini

dikemukakan pendapat-pendapat para ahli, walau tidak seiuruhnya, antara

lain:

Woodworth mengatakan, bahwa kepribadian merupakan kualitas

tingkah laku total individu. Senada dengan Woodworth, Dashiell

mengartikan kepribadian sebagai gambaran total tentang tingkah laku

(37)

mengemukakan bahwa kepribadian ialah sistem yang relatif stabil

mengenai karakteristik individu, bersifat internal dan berkontribusi

terhadap pikiran, perasaan serta tingkah laku yang konsisten (Yusuf LN.

dan Nurrihsan, 2007: 3).

Carl Gustav Jung menilai, kepribadian sebagai wujud pernyataan

kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam kehidupannya. Adapun

Gordon W AHport menyatakan bahwa kepribadian merupakan susunan

dinamis psikofisis dalam diri seseorang yang menentukan dirinya dapat

atau tidak untuk menyesuaikan din dengan lingkungannya (Jalnluddin,

2001: 172).

Bertolak dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa kepribadian adalah kesatuan sistem (totalitas) psiko-fisik individu,

tercermin dalam tampiian tingkah laku yang menentukan caranya yang

khas dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Dari kesimpulan tersebut dapat dimengerti bahwa kepribadian

bukan hanya berkisar pada ‘struktur dalam’ berupa aspek fisik dan mental

saja tetapi juga mempunyai ‘struktur luar’ yakni aspek sosial yang berupa

penyesuaian diri terhadap orang lain. Struktur dalam dari kepribadian

tampak pada pola pikir, sifat-sifat, wama kulit dan lainnya. Sedangkan

struktur luar tampak dari sikap dan tingkah lakunya yang khas dalam

merespon keadaan lingkungan di sekitarnya. Kedua struktur ini tentunya

harus dipahami sebagai satu kesatuan yang utuh, saling melengkapi dan

(38)

Ditengah masyarakat kita yang syarat akan nilai moral, aspek

sosiai (penyesuaian diri) sering diteijemahkan sebagai akhlak (sikap

moral). Akhlak merupakan struktur luar yang bersifat dinamis dalam

menghadapi situasi, kondisi dan perubahan yang teijadi di 'lingkungan.

Akhlak menjadi ukuran keberhasilan seseorang dalam penyesuaian diri

dengan keadaan sekitarnya. Seseorang yang mempunyai sikap moral

(akhlak) yang baik akan diterima dengan baik pula oleh lingkungan begitu

juga sebaliknya.

2. Faktor-Faktor yang Me*“ jJei:gartifel Kepribadian

Dalam Ilmu Jiwa Perkembangan di dunia Barat, ada tiga teori

perkembangan, yaitu:

a. Teori Nativisme, yang meyakini bahwa perkembangan manusia

ditentukan (dipengaruhi) oleh bakatnya, bakat tersebut mempunyai

potensi baik maupun jahat.

b. Teori Empirisme, mengungkapkan bahwa perkembangan manusia

ditentukan lingkungan atau pendidikan, bakat bawaan tidak

mempunyai pengaruh sama sekali. Teori ini berasumsi bahwa manusia

pada saat dilahirkan seperti kertas putih dan yang akan mewarnainya

tergantung oleh lingkungan.

c. Teori Konvergensi, mengakui bahwa perkembangan anak ditentukan

secara bersama-sama oleh pambawaan bakat dan lingkungan atau

(39)

Jadi, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi pembentukan dan

perkembangan kepribadian individu yaitu faktor hereditas (bawaan) dan

lingkungan. Berikut ini penjelasan kedua faktor tersebut dan hubungan

antara keduanya,

a. Faktor Hereditas

Faktor hereditas memiliki peranan penting dalam pertumbuhan

dan perkembangan anak. Seorang anak dilahirkan ke dunia ini

membawa berbagai pembawaan yang diwarisi dari orang tua atau

nenek moyangnya. Faktor ini memiliki pengaruh long sung maupun

tidak langsung pada kepribadian individu. Secara langsung, sifat-sifat

yang diwarisi dari orang tua akan menentukan sifat dan temperamen

yang dimiliki seseorang, sedangkan secara tidak langsung, bentuk

tubuh, warna kulit dan yang lainnya akan mempengaruhi cara anak

dalam interaksi dan penyesuaian dirinya terhadap orang lain.

Adapun pembawaan utama yang mempengaruhi kepribadian

antara lain: bentuk tubuh, raut muka, wama kulit, intelegensi, bakat,

sifat/watak dan penyakit (Ahmadi dan Sholeh, 2005: 47). Faktor

hereditas menentukan kekhasan individu yang membedakan antara

individu satu dengan yang lainnya. Individu yang hidup di tengah

lingkungan sosiai tidak hanya pasif menerima pengaruh-pengaruh dari

luar saja tetapi ia juga merespon pengaruh tersebut. Masing-masing

(40)

Reaksi mereka pun berbeda antara satu dengan yang lainnya, sesuai

dengan pola kepribadian masing-masing.

Apakah pengaruh tersebut diterima atau ditolak sangat

bergantung pada kualitas dan filter kepribadian yang dimiliki.

Sehingga dapat dikatakan respon terhadap stimuli yang sama, antara

satu orang dengan yang lain berbeda,

b. Faktor Lingkungan

Faktor kedua yang sangat berperan dalam pertumbuhan dan

perkembangan individu adalah lingkungan. Ahmads dan ^hc-leh (2005:

55-56) memaparkan, lingkungan ini terdiri dari lingkungan keluarga,

sekolah, masyarakat dan keadaan alam lingkungan sekitar. Besar kecil

pengarah lingkungan terhadap tumbuh-kembang anak tergantung pada

keadaan intern (jasmani dan rohani) serta ekstern individu tersebut.

Keluarga merupakan tempat individu diasuh dan dibesarkan.

Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi pembentukan

kepribadian individu. Pola-pola yang dianut oleh keluarga akan dianut

pula oleh anak yang pada akhirnya membentuk pola kepribadiannya.

Keadaan ekonomi dan kesanggupan orangtua daiam mengasuh anak

berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap

pertumbuhan jasmaninya. Adapun yang mempengaruhi kepribadian

dan kualitas individu secara tidak langsung ialah tingkat pendidikan

(41)

Sedangkan lingkungan sekolah, masyarakat dan faktor alam

juga mendukung dalam perkembangan kepribadian. Lingkungan

tersebut memberikan stimuli dan pengaruh baik maupun buruk kepada

individu. Keadaan sosial, adat kebiasaan, sistem nilai yang dianut

masyarakat adalah jim at ampuh yang digunakan dalam mempengaruhi

kepribadian individu. Seseorang yang hidup di tengah masyarakat

agamis akan memiliki kepribadian agamis pula. Tingkah laku ya.ng

ditampilkan, kebiasaan-kebiasaan serta ritual-ritual yang dijalani

___ _ , * — 1 I 1 -I-. .+ 'O M.'ln ^ 'i« r» Li/4nr» r\t iliCilCCliiiinivaii lia* t w i v u u i . i K g li u p u ;u j«*•»«=> »»*-•'-p '-*•

daerah piurai, mereka akan menganut nilai yang tidak jauh berbeda

dengan masyarakat di sekitarnya,

c. Hubungan antara Hereditas dan Lingkungan

Dari paparan diatas telah dijelaskan dua faktor dasar yang

mengendalikan perilaku manusia. Di satu pihak kita dihadapkan

kenyataan bahwa tindakan-tindakan manusia dibentuk oleh pengaruh

sosial, adat kebiasaan, nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Di

pihak lain ada fakta yang tak kalah sahihnya bahwa individu tidak

hanya pasif menerima pengaruh-pengaruh dari luar dirinya dengan

cara seragam, tetapi mereka juga aktif menanggapi dan menyeleksi

sesuai pola kepribadian masing-masing.

Pada sub-bab ini penulis bermaksud menunjukkan bahwa

kedua pandangan ekstrim tersebut bukanlah sesuatu yang harus

(42)

pengaruh hereditas dan lingkungan. Dalam praktiknya kedua faktor

tersebut saling melengkapi satu sama lain.

Pada saat dilahirkan, dapat dikatakan secara cukup meyakinkan

bahwa dampak lingkungan sama sekali tidak ada. Bayi memasuki

kehidupan jasmani dengan pola genetik yang terdiri dari faktor-faktor

yang diturunkan. Sewaktu tumbuh, faktor-faktor turunan ini akan terus

menjadi matang dan mempengaruhi jalannya perkembangan.

Seseorang tidak berkembang dalam keadaan vakum tetapi dalam dunia

yan g pent!” stim uli. St;::*"1': lingkungan sem acam itu sangat diperlukan

bagi perkembangan karena kepribadian individu dihasilkan dari

keadaan saling pengaruh antara lingkungan dan jasmani.

Jasmani yang diturunkan mengandung berbagai potensi

sedangkan lingkungan menentukan bagaimana dan sejauh mana

potensi tersebut dapat diwujudkan. Kerangka kepribadian sangat

mungkin diturunkan dan merupakan pembawaan tetapi ini merupakan

kerangka plastis yang dapat dibentuk dengan bermacam cara oleh

pengalaman yang berbeda sewaktu seseorang berkembang.

3. Kepribadian pada Usia Mahasiswa

Para ahli sepakat bahwa untuk mengetahui perkembangan

psikologis, maka harus menggunakan hal-hal yang bersifat psikologis

sebagai landasannya. Dalam masa perkembangan, Kroh (Ahmadi dan

Sholeh, 2005: 33) menyatakan bahwa dari fase satu ke fase lain individu

(43)

individu umumnya terjadi dua kali, yaitu pada tahun ketiga atau keempat

dan pada permulaan masa pubertas. Berdasarkan pendapat tersebut

perkembangan individu dapat digambarkan dalam periodesasi berikut:

a. Masa kanak-kanak, dari lahir sampai masa kegoncangan pertama.

b. Masa keserasian Sekolah, dari masa kegoncangan pertama sampai

masa kegoncangan ke dua.

c. Masa kematangan, dari masa kegoncangan ke dua sampai akhir masa

remaja. Usia remaja tidak dapat ditentukan secara pasti, tetapi

umumnya sekitar usia 21 tahun.

Adapun perkembangan individu dari sejak lahir hingga dewasa

menurut Ahmadi dan Sholeh (2005: 34) dapat digambarkan sebagai

berikut:

a. Masa usia pra-sekolah, yaitu sekitar umur 0-6 tahun.

b. Masa usia sekolah dasar, yaitu sekitar umur 6-12 tahun.

c. Masa usia sekolah menengah, yaitu sekitar umur 12-19 tahun.

d. Masa usia mahasiswa, yaitu sekitar umur 18-25 tahun.

Hurlock (1996: 14-15) berpendapat bahwa rentang kehidupan

dibagi menjadi sepuluh tahap yang masing-masing memiliki pola

perkembangan dan perilaku tertentu walaupun tidak semua individu

melewati setiap tahap secara normal. Masing-masing tahap mempunyai

masalah yang harus diatasi sebelum individu masuk ke tahap berikutnya.

(44)

kekurangmatangan dan penyesuaian diri yang buruk. Tahap-tahap tersebut

adalah:

a. Periode prenatal.

b. Masa bayi yang baru lahir: dari kelahiran sampai akhir minggu kedua.

c. Masa bayi: akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.

d. Masa kanak-kanak awal: dua sampai enam tahun.

e. Masa kanak-kanak akhir: enam sampai sepuluh atau dua belas tahun

f. Masa puber/praremaja: sepuluh atau dua belas sampai tiga belas atau

ttiiipa! ' *c!aS tahun.

g. Masa remaja: tiga belas atau empat belas «ampai delapan belas tahun.

h. Masa dewasa awal: delapan belas sampai empat puluh tahun.

i. Masa dewasa madya/pertengahan: empat puluh sampai enam puluh

tahun.

j. Masa tua/usia lanjut: enam puluh sampai meninggal.

Mengacu pada tahap perkembangan yang dipaparkan Hurlock,

dapat diidentifikasi bahwa usia mahasiswa termasuk pada periode dewasa

awal yang terdapat pada rentang umur antara 18-40 tahun. Menurut

Hurlock (1996: 246) masa dewasa awal merupakan masa dimana terjadi

penurunan perubahan fisik maupun psikologis. Masa ini merupakan

periode penyesuaian diri terhadap pola kehidupan baru dan harapan-

harapan sosial baru.

Senada dengan penggolongan tersebut, Ahmadi dan Sholeh (2005:

(45)

tahun digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal.

Mereka juga mengungkapkan, proses pematangan biologis-fisiologis

semakin melambat dan pada akhirnya mencapai taraf kematangan.

Bersamaan dengan kematangan biologis-fisologis tersebut, penemuan

pendirian hidup semakin mantap. Beberapa ahli menggambarkan ini

sebagai proses penemuan identitas diri, yaitu diri sebagai penemu dan

pelaksana nilai-nilai tertentu.

Tugas perkembangan pada usia mahasiswa adalah pemantapan

pendirian hidup. Maksudnya ialah pengujian lebih lanjut tentang pendHan

hidup serta penyiapan diri dengan t>eka! kemampuan dan keterampilan

yang diperlukan untuk merealisasikan pendirian hidup yang telan

dipilihnya. Pengujian sangat penting karena pencapaian pendirian hidup

dengan bentuk pasti jarang terjadi. Pengujian pendirian hidup usia

mahasiswa dilakukan dengan berbagai kontak sosial dalam berbagai

kesempatan. Dengan melakukan kontak sosial, terjadi perubahan secara

berkala dari sikap hidup yang idealis menuju sikap hidup yang realistis,

namun tidak berarti bahwa usia mahasiswa tidak memiliki ideaiisme.

Mahasiswa umumnya memiliki idealisme yang cukup besar namun

merupakan idealisme yang realistik yaitu yang dapat dijelmakan ke dalam

tindakan (Ahmadi dan Sholeh, 2005: 45-48)

Selain itu, tugas perkembangan pada masa dewasa awal,

dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat yang mencakup

(46)

suami/istri membentuk keluaraga, membesarkan anak-anak, mengelola

rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga negara dan

menggabungkan diri pada kelompok sosial yang cocok (Hurlock, 1996:

252).

Dari itu, dapat diambil kesimpulan bahwa usia mahasiswa

merupakan usia dewasa awal. Adapun tugas perkembangan yang harus

dilakukan mahasiwa pada periode ini adalah menemukan identitas diri,

mulai memikirkan masa depan yang menyangkut bidang pekerjaan,

berkeluarga ;;iaupu:i OC:^!aS^a:sr.a:, RlGuyCSuuik?" dCi*g«*r, po!u

kehidupan dan harapan-harapan sosial yang baru dan mulai

mempersiapkan diri untuk menerima tanggung jawab di lingkungan

keluarga, lingkungan pekerjaan serta lingkungan masyarakat.

D. Kematangan Kepribadian

1. Kriteria Kematangan Kepribadian

Hampir semua teori psikologi membahas tentang kesehatan mental

yang pada akhirnya bermuara pada pola kepribadian. Freud dengan

psikoanaiisanya yang mewakili pandangan tradisional (orthodox),

membahas kesehatan mental dengan menggunakan sudut pandang orang

yang mengalami gangguan mental. Beberapa tokoh terkemuka seperti Cari

Jung, Gordon W. Allport dan Cari Rongers mengecam cara tradisional

tersebut. Tokoh-tokoh tersebut merupakan pelopor aliran humanistik

(47)

Allport mengemukakan, kriteria ideal individu yang mempunyai

kematangan kepribadian (Sundari HS, 2005: 25) mempunyai beberapa ciri,

yaitu:

a. Memiliki perluasan wawasan diri (extention o f self) yang meliputi

proyeksi ke depan yang berupa perencanan serta cita-cita (harapan)

untuk kehidupan yang lebih baik masa depan serta mengambil bagian

dalam setiap aktivitas/pekerjaan yang ditekuninya.

b. Memiliki persepsi yang objektif {self objectification) yang meliputi

Jsi- ...-- , -1- ! ’ 1 u J~._ 7... 7-* nbnnnn

UUi uai; nw'rjr.

individu untuk memahami dirinya sendiri. Sedangkan humor ialah

kecakapan untuk memperoleh kenyamanan diri dalam

mempertahankan hubungan dengan orang lain,

c. Menyatunya filsafat hidup dalam kehidupan sehari-hari {philosophy o f

life). Individu yang matang mendasarkan setiap aktifuasnya pada

filsafat hidup yang memberikan arti dan tujuan pada kehidupannya.

Adapun Schultz (1991: 30-35) dengan analisisnya, menggolongkan

kriteria kematangan kepribadian menurut Allpnrt menjadi tujuh kriteria

yaitu.

a. Memiliki perluasan perasaan diri

Ketika diri berkembang, maka perhatian yang mula-mula

berpusat pada diri individu meluas menjangkau banyak orang dan

benda di sekitarnya serta nilai-niiai dan cita-cita abstrak. Orang yang

(48)

ada di luar dirinya dan mulai berinteraksi dengan orang lain. Dengan

beriteraksi, seseorang akan mulai membangun hubungan yang hangat

dengan orang lain.

b. Kehangatan hubungan dengan orang lain

Allport membedakan kehangatan hubungan menjadi dua

macam yaitu kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan

terharu. Orang yang matang, memperlihatkan keintiman (cinta)

terhadap orang tua, anak, teman akrab dan lain sebagainya. Cinta dari

orang vcuk svhsi tanpa syarat dan t:dsr. nicngikat. Sedangkan perasaan

terharu adalah salah satu pemahaman tentang kondisi dasar manusia

dan perasaan kekeluargaan dengan sesama bangsa.

Kehangatan hubungan merupakan perluasan perasaan diri yang

berkembang dengan baik. Dengan demikian, ia akan mampu

berhubungan sekaligus mempertahankannya secara positif terhadap

dirinya dan objek-objek lain di luar dirinya ^ekalipun menyadari ada

ketidak harmonisan (humor).

c. Kestabilan emosi

Pribadi yang matang mampu mengontroi emosi sehingga emosi

tersebut tidak mengganggu aktivitas mereka. Kontrol ini bukan

merupakan represi, tetapi emosi ini diarahkan kcarah yang lebih

konstruktif. Mereka juga mampu menerima emosi -emosi orang lain

(49)

Allport juga menyebut kualitas kestabilan emosi ini dengan

“sabar terhadap kekecewaan”. Hal tersebut menunjukkan bagaimana

seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan. Mereka sabar

terhadap kekecewaan tetapi tidak menyerah pada kekecewaan serta

memikirkan cara yang berbeda untuk keluar dari kekecewaan tersebut.

d. Persepsi yang realistis

Draw* v a n o m a ta n o m e.manrlana Hnnia secara o h ie k tif. M ereka---o J----O---O---O --- J

menerima realitas sebagaimana mestinya. Mereka tidak memaksa

lingkungan untuk terhsdap persepsi meraket ataupun

sebaliknya.

e. Keterampilan dan etos kerja yang tinggi

Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan

menenggelamkan diri pada pekerjaan tersebut.keberhasilan dalam

pekerjaan merupakan perkembangan dari keterampilan yang dimiliki.

Tetapi dalam pekerjaan, yang dibutuhkan tidak hanya keterampilan

semata, orang yang matang juga harus mempunyai rasa ikhlas,

antusias, melibatkan diri dan bersungguh-sungguh dalam

menyelesaikan tugas. Dengan kata lain dalam melaksanakan pekerjaan

harus ditopang dengan keterampilan dan etos kerja yang tinggi.

f. Pemahaman dan penerimaan diri

Kualitas utama dari kematangan kepribadian adalah

pemahaman dan penerimaan diri secara obyektif. Pada diri yang

(50)

P

melihatnya (kemampuan insight). Orang yang matang menerima

segala yang ada pada diri meraka, termasuk kekurangan dan

kelemahan tanpa menyerah secara pasif pada kekurangan dan

keiemahan tersebut.

g. Mempunyai filsafat hidup yang selalu menyatu dengan tingkah laku

dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan kriteria kepribadian yang sehat (matang) menumt

Hurlock (Yusuf LN. dan Nurrihsan, 2007: 12-14) sebagai berikut: mampu

menilai d:;*, situasi dai! prestasi yang diperoleh sccsrs realistik, “ .r.nenma

tanggung jawab; mandiri (autonomi), dapat mengontrol emosi, berorientasi

pada tujuan dan keluar (ekstrovert), diterima secara sosial, memiliki

filsafat hidup dan berbahagia.

Siswanto (2007: 155) menyimpulkan, sebagian garis besar teori-

teori psikologi mempunyai persamaan dalam memberikan kriteria individu

yang sehat dan matang secara mental, yaitu individu tersebut mempunyai

persepsi ‘hidup disaat ini’ dan tidak dibayang-bayangi trauma masa lalu,

hidupnya digerakkan oleh tujuan, memiliki persepsi yang objektif,

memiliki tanggung jawab terhadap orang lain serta melihat kesempatan

sebagai tantangan, bukan ancaman.

Berdasar beberapa pendapat di atas, dapat dijabarkan bahwa

(51)

a. Memahami diri sendiri (kemampuan insight).

b. Memiliki humor yakni kemampuan untuk mempertahankan hubungan

dengan orang lain.

c. Memiliki cita-cita (tujuan hidup).

d. Melakukan usaha untuk mencapai cita-cita.

e. Menemukan kebermaknaan hidup dalam setiap aktivitas yang dijalani.

2. Masalah-Masalah yang Dihadapi Orang Dewasa

Masa dewasa membawa serta tingkat kematangan tertentu yang

dampari v-ii pencapaian usia tertentu. i*rang

dewasa cenderung menghadapi beberapa masalah yang lebih kompleks

dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Andrew Mcghie (1996:

106-117) menyebutkan beberapa masalah psikologis yang dihadapi orang

dewasa, antara lain:

a. Pekerjaan

Orang dewasa melakukan pekerjaan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Pekerjaan memberikan situasi dimana orang

dewasa mempunyai kemungkinan menemukan kebermaknaan hidup.

Tetapi kadang-kadang jenis pekerjaan yang diperoleh bukanlah jenis

pekerjaan yang disukai dan sesuai dengan keahliannya. Dalam

pekerjaan tersebut, orang dewasa dituntut untuk dapat menunjukkan

kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas, bersosialisasi

dengan baik dan mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai

(52)

b. Pendekatan dan pernikahan

Orang dewasa juga menghadapi masalah pasangan yang cocok.

Seiring dengan bertambahnya usia, kebutuhan akan pasangan pun

mulai direncanakan dan dipersiapkan sedemikian rupa.

c. Menjadi orang tua

Setelah memperoleh pasangan, orang dewasa mulai dihadapkan

pada masalah keturunan. Anak merupakan keturunan langsung yang

menjadi generasi penerusnya dan bentuk dari perwujudan kasih sayang

dar: kedua orang tuanya.

d. Kehilangan orang yang disayangi

Secara psikologis, orang dewasa telah cukup siap menerima

tekanan jiwa yang diakibatkan kehilangan sosok yang paling

disayangi. Sosok tersebut bisa orang tua, pasangan hidup, saudara,

anak dan lain sebagainya.

e. Proses menjadi manula

Tahap lanjut dari kehidupan dewasa adalah masa manula. Masa

ini memeriukan persiapan psikologis maupun fisik. Dari segi fisik,

biasanya orang dewasa mulai lebih menjaga kesehatan dengan pola

hidup sehat. Dari segi psikologis, orang dewasa mulai mengfokuskan

(53)

E. Kepribadian dalam Persektif Islam

1. Definisi Kepribadian

Basaroedin (Baihaqi. 2008: 232-235) memaparkan bahwa ada

sembilan istilah khas dalam khazanah keislaman yang dapat dijadikan

padanan istilah kepribadian, yaitu: fitrah, nafs, qolb, ruh, aql, basyar,

insan, fiiad, dan nas. Kemudia dia menganalisis bahwa istilah keislaman

yang dapat mewadahi makna kepribadian adalah istilah nafs, Menurutnya,

nafs, walaupun cenderung diartikan negatif, tetapi sesungguhnya memiliki

potCuSi positif dan negatifi

Lebih lanjut Basaroedin menjelaskan, secara umum nafs, dalam

kontek pembicaraan manusia, menunjuk pada sisi daiam manusia yang

berpotensi baik dan buruk. Dalam pandangan Al-Qur’an, nafs diciptakan

Allah dalam kedaan sempurna yang berfungsi menampung serta

mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi

dalam manusia inilah yang oleh Al Qur’an dianjurkan untuk diberi

perhatian yang lebih besar. Allah berfirman dalam surat Asy-Syams ayat

7-8:

, -- , ** , " f - '

“demi jiw a manusia serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka

Allah mengilhamkan kepada jiw a itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan ”

Namun demikian diperoleh pula isyarat bahwa hakikatnya potensi

(54)

tarik keburukan lebih kuat dari daya tarik kebaikan. Maka manusia

dituntut untuk memelihara kesucian nafs, dan tidak mengotorinya. Dalam

surat Asy-Syams ayat 9-10 ditegaskan,

0 O ' ^ 3 O *4* j Cr* C1*'

“sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan nafs itu, dan

sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya''

Menurut Abduh dalam Baihaqi (2008: 235) nafs pada hakikatnya

lebih mudah melakukan iial-hai yang baik dari paoa keburukan dan pada

dasarnya nafs diciptakan Allah untuk melakukan keabaikan.

Dai amal-Qur’an ditemukan bahwa nafs brfungsi sebagai wadah

yang menampung ide/pengetahuan dan kemauan yang keras (13: 11).

Perubahan nafs ini merupakan syarat mutlak bagi terjadinya perubahan

dunia. Menurut Shihab, seiain menampung pengetahuan dan kehendak,

dalam juga terdapat nurani yang menuntun manusia menyesali

perbuatannya serta merasa berdosa atas kesalahan yang telah diperbuatnya.

Lebih lanjut dalam Al-Qur’an juga terdapat isyarat bahwa nafs juga

mewadahi pengetahuan (potensi) yang terdaiam, yang tidak disadari oleh

Gambar

Table. 1Indikator kompetensi lulusan PTAI
Table. 2Indikator kematangan kepribadian
Table. 3Contoh aitem angket
Tabel. 4Mata kuliah program studi PAI tahun akademik 2006/2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan harga saham BRMS tersebut dipicu spekulasi pasar atas beredarnya berita bahwa perseroan akan melakukan Tender Offer harga sahamnya di Rp.840 terkait dengan rencana

Faktor kedua adalah rasio W/P, semakin banyak air digunakan untuk pengadukan, semakin sedikit jumlah nukleus pada unit volume sehingga ruangan antar nukleus

Salah satu karakteristik aspal yang cukup penting adalah nilai penetrasi, untuk meningkatkan kualitas nilai penetrasi aspal pada penelitian ini dilakukan penambahan

lembaga keuangan, memiliki peranan yang sangat penting dalam

Tujuan ini secara rinci dapat diurai menjadi membangun pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Utara dalam arti luas (eksekutif, legislatif, dan instansi terkait

Metode purposive sampling adalah penentuan sampel berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti (Siagian dan Sugiarto, 2002:120). Kriteria perusahaan

Dwi Puja Kesuma, yang ditulis oleh Editiawarman; kedua , Kebijakan Kriminal Terhadap Cyber Sex (Menggunakan Internet Untuk Tujuan Seksual) Dalam Pembaharuan Hukum

Selain biasanya digunakan menjadi bungkus makanan, kulit jagung yang seringnya dibuang bisa juga kita manfaatkan menjadi dekorasi ruangan dengan membentuknya menjadi bunga nan