• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data

2 Analisis Data Kuantitatif

Kuesioner yang telah disusun oleh peneliti akan divalidasi oleh ahli. Kuesioner berisi 20 pernyataan dengan rentang skor 1-4 di mana nilai 1= sangat tidak baik, 2= tidak baik, 3=baik, 4=sangat baik. Jika hasil validasi masuk dalam kategori sangat baik, maka peneliti akan mempertimbangkan apakah perlu ada revisi atau tidak. Hasil validasi ahli dan guru akan dianalisis dan dikategorikan dalam tabel menurut skala Likert. Sugiyono (2014: 166), membagi penskoran kuesioner sebagai berikut.

Tabel 3.4 Kategori Penskoran Kuesioner Interval Tingkat Pencapaian Kualifikasi

3,25 < M ≀ 4,00 Sangat baik

2,50 < M ≀ 3,25 Baik

1,75 < M ≀ 2,50 Kurang baik 0,00 < M ≀ 1,75 Tidak baik

Keterangan: M = rata-rata skor pada aspek yang dinilai

Jika hasil validasi masuk dalam kategori kurang baik, maka peneliti akan menjadikan saran dan komentar dari ahli sebagai acuan untuk melakukan revisi. Bila diperlukan, soal akan diubah dan

dirombak. Jika hasil validasi masuk dalam kategori tidak baik, maka peneliti akan mengulang dan memperhatikan saran dan komentar ahli sebagai acuan pembuatan soal.

b. Tes

Peneliti menggunakan teknik analisis tes untuk menjawab rumusan masalah mengenai kualitas produk tes yang dibuat.

1) Analisis Validitas

Menurut Sukardi (2008: 31), validitas suatu instrumen evaluasi adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Menurut Sudiyono (2006: 182), validitas dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh butir soal, dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Penilaian berkaitan dengan kemampuan instrumen penilaian menyajikan informasi yang tepat tentang kondisi anak yang dinilai (Wainer & Braun, dalam Kusaeri, 2014 a: 50).

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi biserial, rumus yang digunakan yaitu:

π‘Ÿ 𝑝𝑏𝑖 =𝑀𝑝 βˆ’ 𝑀𝑑 𝑆𝐷𝑑 βˆšπ‘

π‘ž

Gambar 3.3 Rumus Korelasi Biserial

rpbi = koefisien validitas.

Mp = skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh siswa, yang untuk butir soal yang bersangkutan telah dijawab dengan benar.

Mt = skor rata-rata dari skor total. SDt = deviasi standar dari skor total.

p = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya.

q = proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya.

Setelah analisis validitas dilakukan, langkah yang peneliti lakukan selanjutnya adalah menganalisis reliabilitas soal tes. 2) Analisis Reliabilitas

Menurut Sukmadinata (2011: 229), reliabilitas berkaitan dengan tingkat konsistensi atau ketetapan hasil pengukuran. Menurut Kusaeri (2014 a : 57), reliabilitas merujuk pada konsistensi suatu pengukuran. Artinya, bagaimana hasil penilaian konsisten dari pengukuran yang satu ke lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program SPSS 16.0 untuk soal pilihan ganda dan soal uraian yang kemudian dianalisis menggunakan tabel kriteria reliabilitas. Menurut Masidjo (1995:209) tabel kriteria reliabilitas sebagai berikut.

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 - 0,70 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah Negatif

Negatif – 0,20 Sangat Rendah

Jika hasil uji reliabilitas masuk dalam kualifikasi sangat tinggi maupun tinggi, maka soal dinyatakan konsisten atau tidak

diperlukan adanya penggantian soal. Jika hasil uji reliabilitas masuk dalam kualifikasi cukup, maka soal dinyatakan cukup konsisten atau diperlukan adanya penggantian soal dengan pertimbangan tertentu. Jika hasil uji reliabilitas masuk dalam kualifikasi rendah dan sangat rendah, maka soal dinyatakan tidak konsisten atau soal perlu diganti secara keseluruhan.

Setelah analisis reliabilitas dilakukan, langkah yang peneliti lakukan selanjutnya adalah menganalisis daya pembeda di setiap butir soal.

Setelah analisis reliabilitas dilakukan, langkah yang peneliti lakukan selanjutnya adalah menganalisis daya pembeda di setiap butir soal.

3) Analisis Daya Pembeda

Menurut Kusaeri (2014 a: 107), daya pembeda adalah kemampuan sebuah soal membedakan siswa yang pandai dan kurang pandai. Indeks daya pembeda berkisar antara -1 sampai dengan +1. Jika daya pembeda negatif, berarti lebih banyak kelompok bawah (peserta tes yang kurang pandai) menjawab benar soal dibandingkan dengan kelompok atas (peserta tes yang pandai). Sebaliknya, jika daya pembeda positif, banyak siswa kelompok atas mampu menjawab soal dengan benar dibandingkan kelompok bawah. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal, semakin tinggi kemampuan soal itu membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

indeks daya pembeda menurut Kusaeri (2014 a: 108) sebagai berikut.

Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda dapat digunakan rumus berikut.

𝐷𝑃 =𝐡𝐴 βˆ’ 𝐡𝐡1 2𝑁

Gambar 3.4 Rumus Daya Pembeda Pilihan Ganda

DP = daya pembeda soal

BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah N = jumlah siswa yang mengerjakan tes

Untuk menghitung daya pembeda soal bentuk soal uraian dapat menggunakan rumus berikut.

𝐷𝑃 =π‘€π‘’π‘Žπ‘› π‘˜π‘’π‘™π‘œπ‘šπ‘π‘œπ‘˜ π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘  βˆ’ π‘€π‘’π‘Žπ‘› π‘˜π‘’π‘™π‘œπ‘šπ‘π‘œπ‘˜ π‘π‘Žπ‘€π‘Žβ„Ž π‘†π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘’π‘š π‘ π‘œπ‘Žπ‘™

Gambar 3.5 Rumus Daya Pembeda Uraian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan program komputer microsoft exel untuk soal pilihan ganda dan uraian untuk kemudian dianalisis menggunakan tabel kriteria daya pembeda. Menurut Kusaeri (2014 a: 109) tabel kriteria daya pembeda sebagai berikut.

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda No Range Daya

Pembeda

Kategori Keputusan 1. 0,40 – 1,00 Sangat memuaskan Diterima

2. 0,30 – 0,39 Memuaskan Diterima

3. 0,20 – 0,29 Tidak memuaskan Ditolak/direvisi 4. 0,00 – 0,19 Sangat tidak

memuaskan

Direvisi total

Untuk produk akhir penelitian, peneliti menggunakan indeks daya pembeda 0,20 hingga 1,00. Peneliti menggunakan indeks daya pembeda 0,20 - 1,00 karena masih ada kemungkinan soal untuk direvisi kembali. Setelah analisis daya pembeda dilakukan, langkah yang peneliti lakukan selanjutnya adalah menganalisis tingkat kesukaran setiap soal.

4) Analisis Tingkat Kesukaran

Menurut Kusaeri (2014 a: 106), tingkat kesukaran soal adalah peluang siswa menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran soal dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar dari 0 sampai 1. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan, semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki tingkat tingkat kesukaran sebesar 0 berarti tidak ada siswa yang mampu menjawab benar soal tersebut. Bila soal memiliki tingkat kesukaran sebesar 1 maka soal itu dipastikan dapat dijawab benar oleh semua siswa. Menurut (Nitko, dalam Kusaeri , 2014 a: 106) perhitungan indeks tingkat kesukaran untuk soal bentuk pilihan ganda sebagai berikut.

π‘‡π‘–π‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘‘ πΎπ‘’π‘ π‘’π‘˜π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› (𝑇𝐾) =π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ π‘–π‘ π‘€π‘Ž π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘šπ‘’π‘›π‘—π‘Žπ‘€π‘Žπ‘ π‘π‘’π‘›π‘Žπ‘Ÿ π‘ π‘œπ‘Žπ‘™ π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ π‘–π‘ π‘€π‘Ž π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘šπ‘’π‘›π‘”π‘–π‘˜π‘’π‘‘π‘– 𝑑𝑒𝑠

Gambar 3. 6 Rumus Tingkat Kesukaran Pilihan Ganda

Sementara, untuk menghitung tingkat kesukaran soal uraian digunakan rumus yaitu:

π‘‡π‘–π‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘‘ πΎπ‘’π‘ π‘’π‘˜π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› (𝑇𝐾) = π‘€π‘’π‘Žπ‘›

π‘†π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘’π‘š π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘π‘˜π‘Žπ‘›

Gambar 3.7 Rumus Tingkat Kesukaran Uraian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan program microsoft exel untuk soal pilihan ganda dan uraian yang kemudian dianalisis menggunakan tabel (Kusaeri, 2014 a: 107) sebagai berikut.

Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Kesukaran No Range Tingkat Kesukaran Kategori Keputusan 1. 0,7 – 1,0 Mudah Ditolak/direvisi 2. 0,3 – 0,7 Sedang Diterima 3. 0,0 – 0,3 Sulit Ditolak/direvisi

Setelah analisis tingkat kesukaran dilakukan, langkah yang peneliti lakukan selanjutnya adalah menganalisis pengecoh di setiap butir soal.

5) Analisis Pengecoh

Menurut Kusaeri (2014 a: 109), pengecoh atau bisa disebut penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya pilihan jawaban yang tersedia. Suatu pilihan jawaban dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh paling tidak dipilih oleh 5% siswa, dan pengecoh lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang kurang pandai.

Dokumen terkait