• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN TES AKHIR SUB TEMA DAN AKHIR TEMA SEHAT ITU PENTING UNTUK SISWA KELAS V SD SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN TES AKHIR SUB TEMA DAN AKHIR TEMA SEHAT ITU PENTING UNTUK SISWA KELAS V SD SKRIPSI"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN TES AKHIR SUB TEMA DAN AKHIR TEMA “SEHAT ITU PENTING” UNTUK SISWA KELAS V SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Sumartini NIM: 161134118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini peneliti persembahkan kepada:

Tuhan Yang Maha Esa

Orangtua peneliti, bapak Petrus Sugeng yang selalu mendoakan dan selalu memberikan dukungan.

Keluarga dan saudara kembarku yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.

Yayasan Dharma Putri yang telah memberikan dukungan dalam pendidikan.

Sahabat, Laurensius Yulian Novena Aji yang selalu memberikan semangat, dukungan dan menguatkan selama penelitian skripsi ini.

Almamater yang peneliti banggakan Universitas Sanata Dharma dan seluruh pendidik Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

(3)

v MOTTO

“It’s okay to be late, it’s okay if you’re not done yet. The most important thing is that your heart is happy in whatever you do. Because that’s what you like”

(Ria SW)

“Jangan menyerah, terus berjuang, Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik untuk kita”

(4)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES AKHIR SUB TEMA DAN AKHIR TEMA SEHAT ITU PENTING UNTUK SISWA KELAS V SD

Sumartini

Universitas Sanata Dharma 2020

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan langkah-langkah dan mendeskripsikan kualitas produk tes akhir sub tema dan akhir tema “Sehat Itu Penting” untuk siswa kelas V SD. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan modifikasi antara langkah-langkah penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall serta langkah-langkah penyusunan tes menurut Mardapi, Rakhmat & Solehudin. Pengembangan tersebut meliputi tujuh langkah yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, (6) uji coba dan (7) revisi produk. Instrumen dalam penelitian ini adalah soal tes, pedoman wawancara, dan lembar kuesioner. Wawancara digunakan sebagai analisis kebutuhan kepada guru kelas V SD BOPKRI Gondolayu.

Hasil penelitian menunjukkan pengembangan produk tes akhir sub tema dan akhir tema “Sehat Itu Penting” untuk siswa kelas V SD menggunakan modifikasi langkah-langkah antara penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall serta langkah-langkah penyusunan tes menurut Mardapi, Rakhmat & Solehudin. Pengembangan tersebut meliputi tujuh langkah yaitu potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi ahli, revisi desain, uji coba dan revisi produk. Hasil validasi menunjukkan produk tes akhir sub tema 1 memperoleh skor 3,14 (baik). Produk tes akhir sub tema 2 memperoleh skor 3,19 (baik). Produk tes akhir sub tema 3 memperoleh skor 3,26 (sangat baik). Produk tes akhir tema “Sehat Itu Penting” memperoleh skor 3,21 (baik). Penilaian produk tes ditinjau dari tiga aspek yaitu materi, konstruksi dan dan bahasa.

(5)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT TEST OF END SUB THEMES AND FINAL THEMES “SEHAT ITU PENTING”5th GRADE ELEMENTARY SCHOOL

Sumartini

Sanata Dharma University 2020

This research aimed to explain the steps and describe the quality of the final test product sub theme and the end theme "Sehat Itu Penting" for grade 5th grade elementary school students. This research was a type of research and development modifications between development research measures according to Borg and Gall as well as test preparation measures according to Mardapi, Rakhmat & Solehudin. The development included seven steps: (1) potential and problem, (2) data collection,(3) product design, (4) expert validation, (5) design revision,(6) trial and (7) product revision. The instruments in this study was about tests, interview guidelines, and questionnaire sheets. Interviews was used as a needs analysis to grade V teachers of BOPKRI Gondolayu Elementary School.

The results showed the development of the final test product sub theme and the final theme "Sehat Itu Penting" for grade 5th elementary school students used modification measures between development research according to Borg and Gall as well as test preparation measures according to Mardapi, Rakhmat & Solehudin. The development included seven steps: potential and problem, data collection, product design, expert validation, design revision, trial and product revision. Validation results show the final test product of sub theme 1 gained a score of 3.14 (good). The final test product of sub theme 2 gained a score of 3.19 (good). The final test product of sub theme 3 got a score of 3.26 (excellent). The final test product of the theme "Sehat Itu Penting" score 3.21 (good). Test product assessment was reviewed from three aspects namely material, construction and language.

(6)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional... 6

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

(7)

xiii

a. Pengertian Kurikulum ... 8

b. Kurikulum 2013 ... 9

c. Tematik Integratif ... 9

d. Karakteristik Penilaian Kurikulum 2013 ... 10

2. Tes ... 11

a. Pengertian Tes... 11

b. Bentuk Tes ... 12

c. Pengembangan Tes ... 15

d. Tes Tipe Pilihan Ganda... 21

e. Tes Tipe Pilihan Uraian ... 21

f. Konstruksi Tes ... 21

g. Taksonomi Bloom... 21

3. Hasil Penelitian yang Relevan ... 40

B. Kerangka Berpikir ... 43

C. Pertanyaan Penelitian ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

A. Jenis Penelitian ... 47 B. Setting Penelitian ... 50 1. Lokasi Penelitian ... 50 2. Subjek Penelitian ... 50 3. Objek Penelitian ... 50 4. Waktu Penelitian ... 51 C. Prosedur Pengembangan ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Non Tes ... 57 a. Wawancara... 57 b. Kuesioner ... 58 E. Instrumen Penelitian ... 59 1 Pedoman Wawancara ... 59 2. Lembar Kuesioner... 61

F. Teknik Analisis Data ... 64

(8)

xiv

a. Hasil Wawancara ... 64

b. Saran Validasi Produk ... 65

2 Analisis Data Kuantitatif ... 65

a. Kuesioner ... 65

b. Tes ... 66

G. Produk Akhir ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN 73 A. Hasil Penelitian ... 73

1. Potensi dan Masalah ... 73

2. Pengumpulan Data... 73 3. Desain Produk ... 74 4. Validasi Desain ... 84 5. Revisi Desain ... 85 6. Uji Coba... 87 7. Revisi Produk ... 98 B. Pembahasan ... 99

1. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan ... 99

a. Potensi dan Masalah ... 99

b. Pengumpulan Data ... 100

c. Desain Produk ... 101

d. Validasi Desain ... 103

e. Revisi Desain ... 106

2. Kualitas Produk Tes Hasil Belajar ... 112

BAB V PENUTUP ... 115 A. Kesimpulan... 115 B. Keterbatasan Penelitian ... 116 C. Saran ... 117 DAFTAR PUSTAKA ... 117 LAMPIRAN ... 122

(9)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 59

Tabel 3.2 Lembar Kuesioner Pilihan Ganda ... 60

Tabel 3.3 Lembar Kuesioner Uraian ... 62

Tabel 3.4 Kategori Penskoran Kuesioner ... 64

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ... 66

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda ... 68

Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Kesukaran... 70

Tabel 4.1 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda dan Uraian Sub Tema 1 ... 75

Tabel 4.2 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda dan Uraian Sub Tema 2 ... 77

Tabel 4.3 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda dan Uraian Sub Tema 3 ... 79

Tabel 4.4 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda dan Uraian Tema ... 81

Tabel 4.5 Daftar Penilaian Validator ... 83

Tabel 4.6 Saran Validator ... 84

Tabel 4.7 Daftar Revisi Indikator ... 87

Tabel 4.8 Daftar Revisi Soal Pilihan Ganda ... 90

Tabel 4.9 Daftar Revisi Soal Uraian ... 93

Tabel 4.10 Daftar Revisi Pilihan Jawaban ... 94

(10)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literatur Map ... 43

Gambar 3.1 Bagan Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg dan Gall ... 46

Gambar 3.2 Bagan Prosedur Pengembangan ... 52

Gambar 3.3 Rumus Korelasi Biserial ... 77

Gambar 3.4 Rumus Daya Pembeda Pilihan Ganda ... 68

Gambar 3.5 Rumus Daya Pembeda Pilihan Uraian ... 68

Gambar 3.6 Rumus Tingkat Kesukaran Pilihan Ganda ... 69

(11)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Melakukan Penelitian ... 123

Lampiran 2 Surat Izin Melakukan Validasi ... 124

Lampiran 3 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 125

Lampiran 4 Instrumen Validasi Ahli ... 127

Lampiran 5 Contoh Soal Produk 1 (Sub Tema 1) ... 132

Lampiran 6 Hasil Validasi Sub Tema 1 ... 140

Lampiran 7 Hasil Validasi Sub Tema 2 ... 148

Lampiran 8 Hasil Validasi Sub Tema 3 ... 156

Lampiran 9 Hasil Validasi Tema 4 ... 164

Lampiran 10 Hasil Rekapitulasi Validasi ... 173

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya untuk mengukur seberapa jauh tujuan-tujuan pembelajaran yang telah tercapai, dapat dilakukan dengan evaluasi. Alat ukur untuk mengevaluasi hasil belajar adalah tes (Kadir, 2015: 71). Tes adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan individu pada aspek tertentu baik yang tampak maupun yang tidak tampak dan hasilnya berupa angka atau skor (Susetyo, 2011: 2). Tes dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan proses dan hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Informasi hasil tes dapat digunakan sebagai sarana untuk memotivasi siswa dalam pencapaian kompetensi dasar, melaksanakan program remidial serta mengevaluasi kemampuan guru (Osnal, Suhartoni & Wahyudi 2016: 67-68). Tes merupakan bagian dari sistem penilaian dalam kurikulum.

Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah adalah upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan. Sejak tahun 2013 pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tentang penerapan kurikulum baru yang kemudian dikenal sebagai Kurikulum 2013. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Salah satu pembeda Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah proses penilaian. Berdasarkan pasal 1 Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Dalam Kurikulum 2013 ada tiga

(13)

ranah yang harus dinilai oleh guru dari siswanya, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Alimuddin, 2014: 23). Untuk menilai ketiga ranah tersebut, Kurikulum 2013 menggunakan lima karakteristik penilaian, yaitu 1) belajar tuntas, 2) penilaian autentik, 3) berkesinambungan, 4) berdasarkan acuan kriteria, dan 5) menggunakan teknik penilaian yang bervariasi.

Tes disusun secara terencana untuk mengungkap kemampuan maksimum peserta tes dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan di kelas dalam kurun waktu tertentu. Tes dalam pendidikan formal di sekolah, dapat berbentuk ulangan harian, ulangan pada topik atau materi tertentu (tes formatif), ulangan semester (tes sumatif), dan dapat juga berupa Ujian Nasional (UN). Tes formatif merupakan tes yang berfungsi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah mempelajari topik tertentu dan untuk mengetahui pembelajaran telah berhasil atau tidak. Tes sumatif merupakan program sekolah untuk mengukur ketercapaian standar kompetensi dalam kurun waktu tertentu. Tes sumatif di kelas berfungsi untuk menentukan kenaikan kelas atau ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian, tes memiliki kedudukan yang penting, sebagai salah satu sumber dalam pengambilan keputusan pendidikan (Susetyo, 2011: 7-8).

Kualitas tes yang baik secara keseluruhan dipengaruhi oleh tiap butir soal tes. Analisis butir soal sangat penting untuk diperoleh kualitas soal yang baik, sehingga dapat diperoleh gambaran tentang keberhasilan belajar siswa. Ada beberapa cara untuk melakukan analisis butir soal, yakni analisis validitas, analisis reliabilitas, analisis tingkat kesukaran, pengecoh, dan analisis daya pembeda. Analisis validitas bertujuan mengkaji alat ukur atau soal dalam

(14)

menilai apa yang seharusnya diukur. Analisis reliabilitas bertujuan mengkaji konsistensi atau ketetapan hasil tes, di mana alat ukur hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif sama jika dilakukan pengetesan secara berulang. Analisis pengecoh bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa yang sebenarnya dengan memberikan alternatif pilihan jawaban yang memungkinkan untuk dipilih siswa yang tidak memahami butir soal. Analisis tingkat kesukaran soal bertujuan untuk dapat membedakan soal-soal kategori mudah, sedang, dan sukar. Analisis daya pembeda bertujuan untuk mengkaji apakah soal tersebut punya kemampuan dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori yang memiliki kemampuan tinggi atau kemampuan rendah (Nurjanah & Marlianingsih, 2015: 70).

Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu guru kelas V di SD BOPKRI Gondolayu yang sedang menerapkan Kurikulum 2013 pada tanggal 29 Oktober 2019. Dari wawancara tersebut, didapatkan informasi bahwa selama ini guru membuat soal berdasarkan kompetensi dasar, indikator, dan kisi-kisi sebelum menyusun soal. Selain itu, guru mengintegrasikan soal yang disusun jika antar mata pelajaran masih bersinggungan. Wawancara juga mengungkapkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam membuat soal terutama ketika jangkauan materi tidak terlalu banyak dan guru kurang memperhatikan level kognitif (Taksonomi Bloom) saat membuat soal.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa guru kelas masih mengalami kesulitan dalam menyusun instrumen penilaian yang baik dan bermutu. Selama ini, dalam membuat instrumen penilaian, guru kurang memperhatikan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, pengecoh dan

(15)

daya pembeda dari instrumen soal yang disusun. Selain itu, soal dibuat terintegrasi hanya ketika ada mata pelajaran yang masih bersinggungan. Guru menyampaikan bahwa dalam menyusun soal pada setiap tema pembelajaran, mengalami kesulitan terutama pada tema 4. Kesulitan yang dialami yaitu ketika materi antar mata pelajaran tidak bersinggungan sehingga tidak dapat diintegrasikan. Guru membutuhkan referensi soal yang valid dan reliabel terutama pada tema 4 yaitu “Sehat Itu Penting”.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti akan mengembangkan tes akhir sub tema dan akhir tema “Sehat Itu Penting” dalam bentuk soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban dan soal uraian. Pengembangan tes hasil belajar juga akan mendeskripsikan kualitas jenis produk yang meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, pengecoh, dan daya pembeda. Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, maka peneliti ingin melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Pengembangan Tes Akhir Sub Tema dan Akhir Tema Sehat Itu Penting untuk Siswa Kelas V SD”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan tes akhir sub tema dan akhir tema “Sehat Itu Penting” untuk siswa kelas V SD?

2. Bagaimana kualitas produk tes akhir sub tema dan akhir tema “Sehat Itu Penting” untuk siswa kelas V SD?

(16)

C. Tujuan Penelitian

1. Memaparkan langkah-langkah pengembangan tes akhir sub tema dan akhir tema “Sehat Itu Penting” untuk siswa kelas V SD.

2. Mendeskripsikan kualitas produk tes akhir sub tema dan akhir tema “Sehat Itu Penting” untuk siswa kelas V SD.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengembangan produk tes.

b. Penelitian pengembangan produk tes diharapkan dapat berkontribusi dalam bidang pendidikan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Guru memiliki referensi atau contoh soal tes akhir sub tema dan akhir tema “Sehat Itu Penting”.

b. Bagi Siswa

Siswa mendapat pengalaman dalam mengerjakan soal secara tematik yang terintegrasi.

c. Bagi Peneliti

1. Peneliti dapat mengetahui cara membuat soal tes hasil belajar tipe pilihan ganda dan uraian yang sesuai dengan karakteristik pembuatan soal yang baik.

(17)

2. Peneliti dapat belajar menganalisis setiap butir soal untuk mengetahui kualitas soal.

3. Peneliti mendapat pengalaman dalam membuat soal secara terintegrasi.

E. Definisi Operasional

1. Tes hasil belajar adalah suatu tes untuk mengukur atau menilai pencapaian yang telah didapatkan oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

2. Pembelajaran tematik yaitu model dari kurikulum terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

3. Tes akhir sub tema adalah tes yang dilakukan setelah menyelesaikan 1 Kompetensi Dasar atau lebih dan terintegrasi dalam proses pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan.

4. Tes akhir tema adalah tes yang dilakukan setelah menyelesaikan sub tema dan terintegrasi dalam proses pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan 1. Bentuk/tampilan produk

a. Buku terdiri dari 135 halaman.

b. Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman. c. Kertas yang digunakan adalah art paper 130 gram.

(18)

d. Ukuran buku A5 2. Isi produk

a. Instrumen tes hasil belajar berupa 4 paket soal yang terdiri dari 3 soal ulangan atau tes akhir sub tema dan 1 soal akhir tema “Sehat Itu Penting”. b. Setiap paket instrumen tes hasil belajar terdiri dari 25 butir soal dengan

4 pilihan jawaban yang dilengkapi dengan kunci jawaban.

c. Setiap paket instrumen tes hasil belajar berbentuk uraian sejumlah 5 butir soal yang dilengkapi dengan kunci jawaban.

d. Keseluruhan instrumen hasil belajar berupa 100 butir soal pilihan ganda dan 20 butir soal uraian.

e. Instrumen terdiri dari 3 ulangan harian di mana materi diambil berdasarkan sub tema “Peredaran Darahku Sehat”, “Gangguan Kesehatan pada Organ Peredaran Darah”, “Cara Memelihara Kesehatan Organ Peredaran Darah Manusia” serta 1 kali tes akhir tema yang merupakan gabungan dari 3 sub tema tersebut.

f. Masing-masing paket instrumen pilihan ganda dan uraian akan divalidasi oleh 2 ahli dan dinyatakan layak untuk diujicobakan dan digunakan dengan perbaikan sesuai saran dari validator.

g. Materi yang digunakan dalam menyusun soal diambil dari buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017 tema 4 ”Sehat Itu Penting” dan buku Penilaian BUPENA Jilid 5B.

h. Isi buku terdapat pemetaan Kompetensi Dasar dan indikator, kisi-kisi, paket soal, penilaian, rubrik penskoran uraian dan kunci jawaban.

(19)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Kajian teori pada penelitian ini berisi teori-teori yang mendukung penelitian yaitu: Kurikulum 2013, tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, tes tipe pilihan ganda, tes tipe uraian dan konstruksi tes hasil belajar. 1. Kurikulum

a) Pengertian Kurikulum

Berdasarkan pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Arifin (2011: 4), kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi didalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Kurikulum adalah mata pelajaran atau materi ajar yang berisikan pengalaman belajar untuk siswa yang direncanakan, baik yang mereka peroleh di sekolah ataupun di luar sekolah (Ansyar, 2015: 56). Menurut Fadlillah (2014: 14), kurikulum adalah kegiatan untuk siswa yang dibuat oleh sekolah sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(20)

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat isi, bahan ajar, tujuan dan kegiatan yang akan ditempuh sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

b) Kurikulum 2013

Menurut Mulyasa (2016: 66), Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pernah diujicoba pada tahun 2004. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun 2013/2014. Kurikulum 2013 pada dasarnya menekankan pada pembelajaran siswa aktif dengan pendekatan saintifik dan penilaian autentik (Kurniasih & Sani, dalam Kastina, 2017: 2). Menurut Fadlillah (2014: 16), Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skill dan hard skill yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 adalah tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun 2013/2014. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran siswa aktif menggunakan pendekatan saintifik dan penilaian autentik.

c) Tematik Integratif

Pembelajaran terpadu adalah model pembelajaran dengan cara menggabungkan materi menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh

(21)

(Trianto, 2007: 38). Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang beranjak dari tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami konsep lain, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang lainnya (Tim Pengembang PGSD, dalam Susanto, 2014: 286).

Pembelajaran terpadu atau tematik adalah studi di mana siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dan menjadi lingkungan mereka sebagai sumber belajar. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari aspek studi matematika, bahasa, ilmu alam, ilmu sosial, musik, keterampilan, olah raga, dan lainnya (Trianto, 2010: 79).

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dan materi sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

d) Karakteristik Penilaian Kurikulum 2013

Menurut Permendikbud RI Nomor 66 Tahun 2013, penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai hasil belajar siswa mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya, penilaian dalam Kurikulum 2013 merupakan penilaian autentik, di mana penilaian lebih menekankan pada produk atau hasil yang dikerjakan oleh siswa. Guru harus memiliki wawasan

(22)

yang luas agar penilaian dapat disesuaikan dengan pengalaman maupun permasalahan-permasalahan dalam kehidupan nyata (Fadlillah, 2014: 209). Penilaian autentik adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang sebelumnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) (Kunandar, dalam Purwanto, 2011: 366-367).

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. 2. Tes

a) Pengertian Tes

Tes adalah cara yang dapat digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian dalam bidang pendidikan dalam bentuk pemberian tugas berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh siswa, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi siswa (Anas, 2009: 67).

Tes adalah instrumen alat ukur untuk pengumpulan data di mana dalam memberikan respons atas pertanyaan dalam instrumen, siswa didorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya (Purwanto, 2011: 63). Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan oleh guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan dengan

(23)

tujuan yang telah ditentukan. Tes terdiri atas sejumlah soal yang harus dikerjakan oleh siswa (Calongesi, dalam Wulan, 2007: 3).

Berdasarkan uraian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tes adalah cara mengukur hasil belajar siswa yang digunakan untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran.

b) Bentuk Tes

Arifin (2009: 124), membagi tes menjadi dua bentuk yaitu tes bentuk uraian dan tes bentuk objektif sebagai berikut.

(1) Tes Bentuk Uraian

Tes bentuk uraian merupakan tes yang menuntut siswa untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Dilihat dari luas sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan uraian bebas (extended respons items).

(a) Uraian Terbatas

Tes ini mengharuskan siswa untuk mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun jawaban yang diberikan oleh siswa beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam jawaban sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dalam soal tersebut.

(24)

(b) Uraian Bebas

Tes ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Siswa bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, siswa mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban siswa.

(2) Tes Bentuk Objektif

Tes bentuk objektif adalah tes yang menuntut siswa untuk memilih jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif terdiri dari beberapa bentuk yaitu benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi atau jawaban singkat (Arifin, 2009: 125). Berikut adalah penjelasan dari masing-masing bentuk tes objektif.

(a) Benar-Salah

Bentuk tes benar-salah adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Siswa diminta untuk menentukan pilihannya mengenai pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk mengerjakan soal.

(25)

(b) Pilihan Ganda

Bentuk tes pilihan ganda adalah soal tes yang terdiri atas pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dan dapat pula dalam bentuk pernyataan yang belum sempurna. Pilihan jawaban terdiri atas jawaban yang benar atau yang paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang dinamakan pengecoh.

(c) Menjodohkan

Tes menjodohkan adalah tes yang terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yakni kolom sebelah kiri yang menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan yang menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak daripada jumlah persoalan.

(d) Jawaban Singkat

Tes ini menghendaki jawaban dengan kalimat atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal tes bentuk jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk pernyataan. Soal berupa kalimat tanya yang dijawab dengan singkat, berupa kata, nama, tempat, nama tokoh, lambang, dan lainnya.

(26)

Berdasarkan uraian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tes bentuk uraian adalah tes yang mengharuskan siswa untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan dengan kata-katanya sendiri. Tes bentuk objektif adalah tes yang mengharuskan siswa untuk memilih jawaban yang paling benar dari beberapa pilihan jawaban yang disediakan.

c) Pengembangan Tes

Dalam pengembangan tes hasil belajar, guru atau pembuat tes harus memperhatikan proses atau prosedur penyusunan tes agar mendapatkan instrumen tes yang baik. Mardapi (2008: 88) membagi pengembangan tes menjadi sembilan langkah. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing langkah pengembangan tes.

(1) Menyusun Spesifikasi

Langkah menyusun spesifikasi dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut.

(a) Menentukan tujuan tes

Jika ditinjau dari tujuannya, tes dibagi menjadi tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif. Tes penempatan adalah tes yang dilakukan pada awal pembelajaran. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Tes formatif adalah tes yang digunakan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran, dan tes sumatif

(27)

adalah tes yang diberikan pada akhir pelajaran atau akhir semester.

(1) Menyusun kisi-kisi

Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi tentang spesifikasi soal yang disusun sebagai acuan bagi peneliti soal, sehingga siapa pun yang membuat soal akan menghasilkan soal yang mirip dan memiliki tingkatan yang sama. Langkah dalam penyusunan kisi-kisi adalah menulis tujuan umum dari pembelajaran, membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan, menentukan indikator, dan menentukan jumlah soal di setiap indikator.

(2) Menentukan bentuk tes

Bentuk tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Untuk mengukur kemampuan dalam bidang kognitif dapat digunakan bentuk tes tipe uraian atau tes tipe pilihan ganda. Bentuk tes hendaknya dipilih berdasarkan pertimbangan tujuan diadakannya tes, cara penskoran tes dan kegiatan penyelenggaraan tes.

(3) Menentukan panjang tes

Panjang sebuah tes ditentukan oleh cakupan materi yang akan diujikan. Panjang tes dipengaruhi oleh tingkat kesulitan pada setiap soal yang diujikan.

(28)

(b) Menulis soal tes

Penelitian soal tes disesuaikan dengan indikator pembelajaran yang diharapkan.

(c) Menganalisis soal tes

Setelah soal selesai dibuat, soal belum bisa langsung diujicobakan, namun harus diperiksa terlebih dahulu agar bisa diperbaiki jika masih terdapat kesalahan penelitian ataupun ejaan. (d) Melakukan uji coba tes pendahuluan

Peneliti soal perlu melakukan uji coba tes pada tahap awal dengan jumlah responden yang terbatas. Peneliti soal dapat melakukan revisi bila soal belum memenuhi standar kualitas tes yang diharapkan.

(e) Melakukan uji coba tes di lapangan

Peneliti soal melakukan uji coba kembali dengan responden yang lebih banyak.

(f) Memperbaiki tes

Perbaikan hanya dilakukan pada soal yang masih belum baik. Soal yang sudah sesuai tidak lagi direvisi dan soal dapat diganti bila tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan. (g) Merakit tes

Penyusunan soal harus dilakukan secara hati-hati agar soal menjadi kesatuan soal yang terpadu. Dalam merakit soal ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti

(29)

penomoran, pengelompokan soal, tata letak dan lain sebagainya sehingga penelitian soal harus benar-benar diperhatikan.

(h) Melaksanakan tes

Tes yang sudah disusun sedemikian rupa selanjutnya akan diberikan kepada siswa sebagai tes yang sesungguhnya. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tes harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dikerjakan dengan jujur. Peserta tes tidak boleh terganggu dengan adanya pengawas karena akan berakibat pada keakuratan hasil tes yang diperoleh.

(i) Mengorganisasikan hasil tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor yang kemudian akan ditafsirkan menjadi sebuah nilai. Tinggi rendahnya suatu nilai selalu dikaitkan dengan acuan penilaian. Tinggi rendahnya suatu nilai akan dibandingkan dengan kelompok atau dibandingkan dengan kriteria yang harus dicapai. Menurut Rakhmat & Solehudin (2001: 64), prosedur penyusunan tes adalah sebagai berikut.

(a) Mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran dan ruang lingkup bahan ajar

Mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran dan lingkup bahan ajar penting untuk menentukan lingkup persoalan yang akan diujikan. Sumber-sumber yang dapat digunakan adalah silabus, buku sumber, dan catatan bahan ajar pembelajaran.

(30)

(b) Menyusun kisi-kisi

Penyusunan kisi-kisi diperlukan sebagai pedoman penelitian soal. Kisi-kisi tes harus memuat lingkup bahan ajar persoalan, bentuk soal, segi-segi kedalaman tingkah laku yang diungkap, proporsi penyebaran dan jumlah soal.

(c) Membuat soal sekaligus dengan kunci jawaban

Penyusunan soal berdasarkan pada kisi-kisi yang telah dibuat. Dalam penelitian soal, hendaknya diperhatikan kaidah-kaidah penelitian soal, baik kaidah-kaidah-kaidah-kaidah umum maupun kaidah-kaidah khusus masing-masing jenis soal. Kunci jawaban sebaiknya segera dibuat untuk menghindari lupa tentang jawaban yang diharapkan semula secara tepat, terlebih untuk tes uraian.

(d) Mengadakan pemeriksaan terhadap setiap butir soal secara rasional

Pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan secara langsung, tetapi setelah ada jarak waktu tertentu. Hal ini dimaksudkan agar pola pikir kita tidak dipengaruhi oleh suasana pikiran saat menulis soal. Untuk tes yang akan dibakukan, pemeriksaan dilakukan oleh orang-orang yang dipandang ahli dalam bidang tes.

(e) Mengorganisasikan tes menurut tipe-tipe soal yang dibuat Setelah soal selesai diperiksa, selanjutnya soal ditata atau disusun menurut jenis-jenisnya. Misalnya, soal yang berbentuk

(31)

benar-salah dikelompokkan menjadi satu kelompok, soal bentuk pilihan ganda menjadi satu kelompok, dan soal bentuk uraian menjadi satu kelompok. Jika hanya ada satu jenis soal, maka hal yang harus dilakukan adalah memadukan soal-soal tersebut. (f) Membuat petunjuk pengerjaan soal

Petunjuk pengerjaan hendaknya dibuat sejelas mungkin. Sekurang-kurangnya, sebuah petunjuk pengerjaan soal harus memuat apa yang harus dikerjakan oleh siswa. Petunjuk pengerjaan harus sesuai dengan persoalan dan kunci jawaban yang tersedia.

(g) Mengadakan uji coba

Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui kualitas soal. Hal-hal yang dianalisis dalam uji coba meliputi daya pembeda dan kepraktisan penggunaan tes. Uji coba biasanya dilakukan dalam tes yang akan dibakukan, sedangkan untuk tes yang digunakan oleh guru sehari-hari, uji coba jarang dilakukan. (h) Merevisi soal

Berdasarkan data empiris hasil uji coba, dilakukan perbaikan kembali terhadap soal-soal yang dianggap kurang memadai atau mungkin membuang dan mengganti soal-soal yang dianggap tidak memenuhi syarat.

(32)

(i) Mengorganisasikan kembali soal dalam bentuk final

Soal-soal yang dianggap memadai untuk digunakan dipilih dan ditata kembali dalam bentuk final sesuai dengan jumlah dan proporsi soal yang tertera dalam kisi-kisi.

(j) Memperbanyak soal

Jika soal sudah diorganisasikan dalam bentuk final, langkah berikutnya adalah memperbanyak soal sesuai dengan jumlah siswa peserta tes. Dalam memperbanyak soal, dianjurkan untuk menyediakan soal cadangan untuk mengantisipasi bila ada kesalahan dalam pencetakan soal.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penyusunan tes adalah menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi, menentukan bentuk tes, menulis soal tes, memeriksa soal tes, menentukan bentuk soal tes, melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal, memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes.

d) Tes Tipe Pilihan Ganda

(1) Pengertian Tes Tipe Pilihan Ganda

Tes tipe pilihan ganda adalah tes yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan (Kusaeri, 2014 a: 70). Tes bentuk pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban merupakan jawaban yang benar atau paling benar. Pengecoh

(33)

merupakan jawaban yang salah atau tidak tepat sehingga peserta tes dapat terkecoh dan memilih jawaban yang salah. Hal tersebut terjadi bila peserta tes tidak menguasai materi yang diujikan.

Menurut Sukardi (2008: 117), tes tipe pilihan ganda adalah tes yang mengharuskan siswa untuk memilih satu jawaban benar dari sejumlah jawaban yang telah disediakan oleh penyusun soal. Tes tipe pilihan ganda pada prinsipnya terdiri atas sebuah pokok persoalan (problem) dan daftar pilihan yang dianjurkan untuk diisi oleh siswa yang hendak dievaluasi. Menurut Susetyo (2011: 11), tes tipe pilihan ganda adalah tes yang terdiri dari soal yang berupa pertanyaan dan beberapa pilihan jawaban di mana salah satunya merupakan kunci jawaban.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes tipe pilihan ganda adalah tes yang mengharuskan siswa untuk memilih satu jawaban yang paling benar dari beberapa jawaban yang telah disediakan.

(2) Kelebihan Tes Tipe Pilihan Ganda

Bentuk soal pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan, antara lain mampu mengukur berbagai tingkatan kognitif (mulai dari mengingat sampai mengkreasi). Penskoran tes tipe pilihan ganda mudah, cepat, objektif, mampu mencakup ruang lingkup materi yang luas, dan tepat untuk diujikan bila jumlah pesertanya sangat banyak dan hasilnya harus segera diumumkan. Tes tipe pilihan

(34)

ganda sangat cocok diujikan untuk siswa pada ujian akhir semester, ujian kenaikan kelas, dan ujian akhir sekolah (Kusaeri, 2014 b: 70).

Tes tipe pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan, antara lain dapat mengevaluasi dengan cakupan materi pembelajaran yang luas, dapat menilai apakah siswa sudah menguasai materi pembelajaran yang telah diberikan oleh guru atau belum (Sukardi, 2008: 119-120). Kelebihan tes tipe pilihan ganda yaitu cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat, objektif, kemungkinan siswa menebak jawaban dapat dikurangi, dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam berbagai jenjang kemampuan kognitif, dapat digunakan berulang-ulang, dan sangat cocok untuk jumlah peserta tes yang banyak (Arifin, 2009: 143).

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan tes tipe pilihan ganda yaitu mampu mengukur semua tingkatan kognitif, penilaian relatif mudah, cepat dan objektif, mencakup materi yang luas atau kompleks, dapat digunakan untuk peserta dengan jumlah yang banyak, dan dapat digunakan berulang-ulang.

(3) Kekurangan Tes Tipe Pilihan Ganda

Tes tipe pilihan ganda memiliki beberapa kelemahan. Beberapa kelemahan tersebut yaitu memerlukan waktu yang relatif lama untuk menulis soal, sulit untuk membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi dengan baik, dan terdapat peluang untuk menebak jawaban (Kusaeri, 2014 a: 71). Selain itu, tes tipe pilihan

(35)

ganda tidak dapat digunakan untuk mengukur kemampuan verbal dan pemecahan masalah. Penyusunan soal yang benar-benar baik memerlukan waktu lama, sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-benar homogen, logis, dan berfungsi (Arifin, 2009: 143).

Menurut Farida (2017: 65), kelemahan tes tipe pilihan ganda adalah sukar dibuat. Kesukaran terletak pada penentuan pengecoh yang logis, yang dapat mengecoh siswa yang tidak menguasai konsep yang diujikan. Kelemahan yang lain adalah uji coba pada peserta tes pilihan ganda memerlukan jumlah kertas yang banyak.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan tes tipe pilihan ganda yaitu penyusunan soal tes membutuhkan waktu yang relatif lama, sulit dalam membuat pengecoh yang homogen, tidak dapat mengukur kemampuan verbal siswa, dan sulit menentukan pilihan jawaban yang homogen. (4) Kaidah Penelitian Tes Tipe Pilihan Ganda

Ada beberapa kaidah yang harus diikuti agar soal dapat disusun dengan baik. Kaidah-kaidah tersebut mencakup aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Menurut Susetyo (2011: 11), penelitian kalimat dalam tes tipe pilihan ganda tidak boleh sama dengan penelitian kalimat pada buku pelajaran. Hal tersebut akan membatasi pemahaman siswa. Penelitian butir soal tes tipe pilihan ganda sebaiknya disusun dari soal dengan tingkat kesukaran yang mudah ke soal dengan tingkat kesukaran yang lebih sulit.

(36)

Menurut Kusaeri (2014 a: 71) dan Farida (2017: 65-66), kaidah penyusunan tes tipe pilihan ganda adalah sebagai berikut.

(1) Soal harus sesuai dengan indikator.

(2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.

(3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau paling benar.

(4) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

(5) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus berupa pernyataan yang diperlukan saja.

(6) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar. (7) Pokok soal yang menggunakan pernyataan yang bersifat

negatif ganda, seperti bukan, tidak, tanpa, kecuali, dan sejenisnya dapat membingungkan siswa dalam memahami pokok permasalahan yang ditanyakan.

(8) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.

(9) Pilihan jawaban jangan mengandung “Semua pilihan jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”. (10) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus

disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologis waktunya.

(11) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.

(37)

(13) Rumusan soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kaidah penelitian tes tipe pilihan ganda yaitu soal harus sesuai dengan indikator, pilihan jawaban harus homogen sesuai dengan materi, dan pokok soal serta jawaban harus jelas. Pokok soal tes tipe pilihan ganda tidak merujuk pada pilihan jawaban yang paling benar, pertanyaan tidak mengandung kalimat negatif, dan pokok soal tidak mengandung jawaban semua jawaban benar atau semua jawaban salah. Selain itu, soal tes tipe pilihan ganda tidak bergantung pada pertanyaan sebelumnya dan bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

e) Tes Tipe Uraian

(1) Pengertian Tes Tipe Uraian

Tes tipe uraian merupakan suatu tes yang jawabannya menuntut siswa mengingat dan mengorganisasi gagasan atau hal-hal yang telah dipelajari (Kusaeri, 2014 a: 90). Tes uraian atau sering dikenal dengan istilah tes subjektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang. Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah tersebut menuntut siswa untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan dan sebagainya (Anas,

(38)

2009: 99-100). Tes tipe uraian adalah salah satu bentuk tes tertulis yang susunannya terdiri atas butir-butir pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui penjabaran kata-kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa. Tes ini juga disebut dengan pertanyaan terbuka, di mana dalam mengerjakan soal siswa diharuskan menjawab sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa (Sukardi, 2008: 94).

Berdasarkan uraian para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes tipe uraian merupakan tes tipe subjektif berbentuk pertanyaan atau perintah yang menuntut pemahaman siswa melalui jawaban yang dijabarkan menjadi kalimat-kalimat.

(a) Kelebihan Tes Tipe Uraian

Menurut Kusaeri (2014 a: 90), kelebihan tes tipe uraian adalah dapat mengukur kemampuan siswa dalam menyajikan jawaban yang dijabarkan, mengorganisasikan pikiran, mengemukakan pendapat, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata atau kalimat siswa sendiri. Menurut Endrayanto dan Harumurti (2014: 108), kelebihan tes tipe uraian adalah dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, penyusunan soalnya relatif singkat, dan dapat menilai aspek integratif dengan hasil yang menyeluruh.

Menurut Sukardi (2008: 101), tes tipe uraian memiliki lima kelebihan sebagai berikut.

1) Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban secara tepat

(39)

2) Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri

3) Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif

4) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun jawaban dalam bentuk kalimat mereka sendiri

5) Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan didalam kelas.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan tes tipe uraian yaitu dapat mengukur kemampuan siswa dalam menyusun kata-kata dan menyelesaikan masalah, mendorong siswa untuk mengemukakan pendapatnya sendiri, dan dapat mengukur sejauh mana pemahaman siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

(b) Kekurangan Tes Tipe Uraian

Tes tipe uraian memiliki beberapa kelemahan, antara lain jumlah materi atau pokok bahasan yang ditanyakan relatif terbatas, waktu untuk memeriksa jawaban siswa cukup lama, penskorannya relatif subjektif, dan tingkat reliabilitasnya lebih rendah dibandingkan tes tertulis bentuk pilihan ganda (Kusaeri , 2014 b: 90-91).

Menurut Endrayanto dan Harumurti (2014: 108), kekurangan tes tipe uraian yaitu penskorannya sulit dan mengoreksi jawabannya

(40)

memakan waktu yang lama, hanya menyajikan sampel isi yang kecil/sedikit ditinjau dari jumlah soal yang disajikan, dan kualitas tulisan siswa sering mempengaruhi penskoran jawaban.

Menurut Sukardi (2008: 101), tes tipe uraian memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru, di antaranya adalah sebagai berikut.

a) Dalam memeriksa jawaban pertanyaan tes uraian, ada kecenderungan pengaruh subjektif yang selalu muncul dalam pribadi guru.

b) Pertanyaan uraian yang disusun oleh seorang guru atau evaluator cenderung kurang bisa mencakup seluruh materi yang telah diberikan.

c) Bentuk pertanyaan yang memiliki arti ganda sering menyulitkan siswa sehingga ragu-ragu dalam menuliskan jawaban.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan tes tipe uraian yaitu pokok bahasan terbatas, pemberian skor memerlukan waktu yang lama, kecenderungan penskoran yang subjektif oleh guru, dan pertanyaan seringkali kurang jelas.

(c) Kaidah Penelitian Tes Tipe Uraian

Menurut Susetyo (2011: 9), kaidah penelitian tes tipe uraian adalah soal harus mencakup ide-ide pokok dari materi yang telah diajarkan oleh guru. Soal harus memiliki perbandingan yang seimbang antara butir tes mudah, sedang dan sukar. Selain itu, butir

(41)

soal tes tipe uraian harus menggambarkan apa yang perlu dikerjakan siswa.

Menurut Kusaeri (2014 a: 92-93) dan Endrayanto dan Harumurti (2014: 109), ada beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam penelitian soal bentuk uraian yang menyangkut aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Berikut beberapa kaidah penyusunan tes tipe uraian.

1) Soal harus sesuai dengan indikator.

2) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus jelas.

3) Isi materi harus sesuai dengan indikator yang diharapkan. 4) Isi materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang, jenis

sekolah, atau tingkat kelas.

5) Rumusan pertanyaan harus menggunakan kata tanya dan perintah yang menyangkut jawaban terurai, seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, dan hitunglah.

6) Buat Petunjuk tentang cara mengerjakan soal harus jelas. 7) Buat Pedoman penskoran harus dibuat sesegera mungkin setelah

soalnya ditulis dengan cara menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria penskorannya.

8) Hal-hal lain yang menyertai soal, seperti tabel, gambar, grafik, peta, atau sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca.

(42)

9) Rumusan butir soal menggunakan bahasa (kalimat dan kata-kata) yang sederhana atau komunikatif sehingga mudah dipahami oleh siswa.

10) Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan siswa atau kelompok tertentu.

11) Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata atau kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.

12) Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dari para pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kaidah penelitian tes tipe uraian yaitu soal harus dirumuskan sesuai dengan indikator, rumusan kalimat dalam butir soal rinci dan jelas, petunjuk mengenai pengerjaan soal harus jelas, terdapat poin jawaban pada setiap butir soal, dan penggunaan bahasa dan kata yang sesuai dengan kaidah penelitian.

6) Konstruksi Tes (1) Validitas

Menurut Sukardi (2008: 31), validitas suatu instrumen evaluasi adalah tingkatan yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Menurut Sudiyono (2006: 182), validitas dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh butir soal, dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir soal tersebut. Validitas penilaian berkaitan dengan kemampuan instrumen penilaian itu menyajikan

(43)

informasi yang tepat tentang kondisi anak yang dinilai (Wainer & Braun, dalam Kusaeri, 2014 a: 50).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa validitas adalah ketepatan mengukur apa yang hendak diukur yang dimiliki oleh butir soal.

Menurut Kusaeri (2014 a: 54-55), terdapat tiga macam pendekatan dalam mengklasifikasikan validitas penilaian sebagai berikut.

(a) Validitas Terkait Isi (content-related validity)

Validitas ini berkaitan dengan kemampuan instrumen penilaian mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Validitas isi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan butir-butir penilaian yang menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur.

Agar validitas isi dapat dicapai, pengembangan instrumen penilaian harus disesuaikan dengan kisi-kisi. Artinya, perlu adanya keselarasan antara butir yang ada pada instrumen penilaian dengan kisi-kisi. Oleh karena itu, penting mengembangkan kisi-kisi yang cermat sehingga cakupan isi yang diharapkan benar-benar terwujud.

(b) Validitas Terkait Konstruk (construct-related validity)

Validitas ini berkaitan dengan kemampuan instrumen penilaian mengukur cakupan materi/aspek yang diukur. Validitas konstruk umumnya berkaitan dengan pengujian teori,

(44)

namun juga memiliki implikasi kegunaan praktis terkait hasil penilaian.

(c) Validitas Terkait Kriteria (criterion-related validity)

Validitas kriteria digunakan untuk memperbaiki perangkat ukur yang dibuat. Pengujian validitas pengukuran berdasarkan kriteria dilakukan setelah melalui uji coba di lapangan. Teknik pengujian validitas ini menggunakan dua perangkat ukur. Satu perangkat ukur sebagai prediksi (prediktor) dan satu perangkat ukur sebagai kriteria (standar). Teknik perhitungan validitas kriteria dilakukan secara keseluruhan, tidak butir demi butir.

(2) Reliabilitas

Menurut Sukmadinata (2011: 229), reliabilitas berkaitan dengan tingkat konsistensi atau ketetapan hasil pengukuran. Menurut Farida (2017: 162), reliabilitas adalah tingkat ketetapan atau konsistensi alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang konsisten. Menurut Kusaeri (2014 a: 57), reliabilitas merujuk pada konsistensi suatu pengukuran. Artinya, bagaimana hasil penilaian konsisten dari pengukuran yang satu ke lainnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah tingkat konsistensi hasil pengukuran tes.

(45)

Menurut Farida (2017: 162-163), ada tiga macam metode analisis reliabilitas. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing metode analisis reliabilitas.

(a) Metode Pengetesan Berulang (Test-Retest Reliability) Analisis ini dilakukan dengan cara memberikan tes kepada kelompok siswa sebanyak dua kali, dalam waktu yang berbeda. Skor-skor yang diperoleh dari hasil tes pertama dikorelasikan dengan skor-skor tes yang kedua. Jika korelasinya tinggi, maka reliabilitas tinggi. Koefisien korelasi yang diperoleh dengan cara demikian disebut juga koefisien stabilitas.

(b) Metode Ekuivalen (Pararel Test Reliability)

Analisis ini dilakukan dengan cara memberikan dua tes yang ekuivalen kepada sesuatu kelompok siswa dalam kondisi yang relatif sama. Selanjutnya koefisien kedua bentuk tes itu dihitung untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes. Tes yang ekuivalen adalah tes tersebut setara antara proses berpikir yang diharapkan dengan tingkat kesukarannya.

(c) Metode Tes Tunggal

Pada tes tunggal terdapat dua cara analisis yaitu dengan cara menghitung reliabilitas belah dua (split-half reliability). Analisis reliabilitas belah dua dilakukan dengan cara membagi tes menjadi dua bagian yang relatif sama

(46)

(banyaknya butir soal dalam perangkat tes harus sama), sehingga masing-masing tes mempunyai dua macam skor, yaitu skor belahan pertama (butir soal yang bernomor ganjil) dan skor belahan kedua (butir soal yang bernomor genap). (d) Karakteristik Butir Soal

(3) Tingkat Kesukaran Soal

Menurut Endrayanto dan Harumurti (2014: 260-261), tingkat kesukaran soal digunakan untuk menganalisis apakah suatu butir soal berhasil dijawab dengan benar oleh mayoritas siswa atau berhasil dijawab oleh beberapa siswa saja. Tingkat kesukaran soal mengindikasikan persentase siswa yang menjawab benar butir soal yang disajikan. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu sukar dapat menyebabkan siswa tidak memiliki motivasi memecahkan atau menjawab butir soal karena sudah di luar jangkauan.

Menurut Arifin (2009: 266), tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar tingkat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut memiliki kualitas yang baik. Soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Menurut Kusaeri (2014 a: 106), tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu

(47)

soal pada tingkat kemampuan tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa sulit sebuah soal tes di mana soal yang disusun tidak boleh terlalu mudah dan tidak terlalu sulit sehingga tidak membuat siswa keberatan.

(4) Daya Pembeda

Menurut Endrayanto dan Harumurti (2014: 261), daya pembeda adalah jawaban benar dari siswa yang termasuk kelompok atas (prestasi belajar tinggi) dengan siswa yang termasuk kelompok bawah (prestasi belajar rendah). Untuk menganalisis daya pembeda, guru perlu memperhatikan jumlah siswa yang mengikuti tes. Jumlah siswa tersebut menentukan pembagian siswa pada kelompok atas dan siswa pada kelompok bawah. Berdasarkan jumlah siswa yang mengikuti tes, guru dapat melakukan pembagian siswa pada kelompok atas dan siswa pada kelompok bawah.

Menurut Arifin (2009: 273), daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang sudah menguasai kompetensi dengan siswa yang belum/kurang menguasai kompetensi yang diharapkan. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara siswa yang menguasai

(48)

kompetensi dengan siswa yang kurang menguasai kompetensi yang diharapkan. Menurut Kusaeri (2014 a: 107), daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan kemampuan siswa yang pandai dan yang kurang pandai.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa daya pembeda adalah penentuan perbandingan siswa yang sudah dan kurang/belum menguasai kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran oleh guru. (5) Pengecoh

Menurut Arifin (2009: 279), pada soal pilihan ganda ada alternatif jawaban yang merupakan pengecoh. Butir soal yang baik pengecohnya akan dipilih secara merata oleh siswa yang menjawab salah. Pengecoh dianggap baik bila jumlah siswa yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah ideal.

Menurut Endrayanto dan Harumurti (2014: 270), sebuah pilihan jawaban pada soal pilihan ganda dikatakan sebagai pengecoh yang baik apabila lebih banyak siswa pada kelompok bawah yang memilih pilihan jawaban tersebut daripada kelompok atas. Menurut Kusaeri (2014 a: 109), daya pembeda dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya pilihan jawaban pada soal.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengecoh adalah pilihan jawaban pada tes

(49)

tipe pilihan ganda yang banyak dipilih oleh siswa yang termasuk kelompok bawah.

7) Taksonomi Bloom

Taksonomi berasal dari bahasa Latin “taxis” yang berarti pengaturan dan “nomos” yang berarti hukum. Menurut Bowler sebuah taksonomi terdiri dari kelompok objek studi yang dipilih berdasarkan persamaan dan perbedaannya (Sani, 2016: 94). Konsep taksonomi digunakan untuk pembelajaran dan salah satunya adalah taksonomi belajar dalam domain kognitif yang dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom. Bloom membagi taksonomi hasil belajar menjadi enam kategori yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Krathwohl dan Anderson (dalam Sani, 2016: 104) melakukan revisi dan menemukan perbedaan antara dimensi proses kognitif dengan dimensi pengetahuan. Kusaeri (2014 a: 36) membagi tingkat proses kognitif revisi menjadi enam kategori yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tingkatan proses kognitif menurut Kusaeri (2014 a: 33-36).

(1) Mengingat

Tujuan pembelajaran pada tingkatan mengingat meliputi mempelajari atau mengingat fakta-fakta spesifik, istilah, nama, tanggal, dan sebagainya. Pada tahap mengingat kata kerja operasional yang dapat digunakan yaitu menjelaskan,

(50)

menguraikan, mengenali, memberi label, membuat daftar, mencocokkan, memberi nama, membuat garis bawah, mengulangi, memilih, menghafal, dan menyebutkan.

(2) Memahami

Tujuan pembelajaran pada tingkatan memahami lebih menekankan pada pemahaman materi oleh siswa. Pada tahap memahami kata kerja operasional yang digunakan yaitu jelaskan, ubahlah, pertahankan, bedakan, perluas, beri contoh, simpulkan, terangkan, dan rangkum.

(3) Menerapkan

Tujuan pembelajaran pada tingkatan menerapkan meliputi penggunaan aturan-aturan umum, prinsip atau konsep-konsep abstrak untuk menyelesaikan permasalahan yang belum pernah dijumpai oleh siswa. Pada tahap menerapkan kata kerja operasional yang digunakan yaitu demonstrasikan, ubah, operasikan, buatlah, hubungkan, hitunglah, tunjukkan, buktikan, pecahkan, lengkapi dan gunakan.

(4) Menganalisis

Tujuan pembelajaran pada tingkatan menganalisis menuntut siswa untuk memecah atau membagi suatu konsep yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana. Pada tahap menganalisis kata kerja operasional yang digunakan yaitu buat diagram, ubah, bedakan, gambarkan, simpulkan, tunjukkan, hubungkan, pilih, dan pisahkan.

(51)

(5) Mengevaluasi

Tujuan pembelajaran pada tingkatan mengevaluasi menuntut siswa untuk menghubungkan konsep atau unsur-unsur yang ada sehingga membentuk struktur atau pola baru. Pada tahap mengevaluasi kata kerja operasional yang digunakan yaitu kategorikan, rangkai, gabungkan, susun, temukan, rancang, jelaskan, buat, atur, rencanakan, revisi dan ceritakan.

(6) Mengkreasi

Tujuan pembelajaran pada tingkatan mengkreasi menuntut siswa untuk membuat keputusan evaluatif terkait kualitas atau nilai demi mencapai tujuan yang telah dinyatakan. Pada tahap mengkreasi kata kerja operasional yang digunakan yaitu bandingkan, simpulkan, pertentangkan, kritik, bedakan, buktikanlah, nilailah, tafsirkan dan beri dukungan.

3. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Anggi, Asep, dan Ghullam (2016) yang berjudul “Pengembangan Soal Tes Berbasis HOTS pada Model Pembelajaran Latihan Penelitian di Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan soal tes berbasis HOTS yang dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom versi revisi di antaranya C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta). Penelitian dilakukan menggunakan metode DBR (Design-based Research) yang

(52)

dikemukakan oleh Reeves pada tahun 2007. Pada hasil uji coba I dan dilihat dari validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan pengecoh, terdapat 5 soal yang harus diperbaiki. Setelah tahap revisi II dilakukan uji coba II dengan hasil semua soal sudah valid dan reliabel. Soal memiliki daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh yang baik. Hasil akhir pada tahap empat menunjukkan bahwa produk yang berupa 10 butir soal pilihan ganda dan 13 soal uraian yang dikembangkan sudah valid, praktis, dan layak untuk digunakan.

Kedua, penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Vitalia (2016) yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Kognitif Pembelajaran Tema 8 Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 SD Semester 2”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) cara mengembangkan instrumen kognitif pembelajaran tema 8 Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 SD Semester 2 Kurikulum 2013, (2) validitas penggunaan instrumen aspek kognitif di lapangan dan (3) tingkat validitas instrumen aspek kognitif berdasarkan Teori Respon Butir (TRB). Analisis butir soal menggunakan Teori Respon Butir (TRB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pengembangan instrumen kognitif melalui langkah penentuan tema dan sub tema, penentuan Kompetensi Inti serta Kompetensi Dasar, dan penentuan tujuan pembelajaran. Tahap berikutnya penentuan alat ukur, membuat kisi-kisi instrumen aspek kognitif, dan membuat instrumen butir soal. Cara pengembangan instrumen selanjutnya yaitu melakukan uji coba 1, analisis butir soal 1, dan revisi 1. Setelah tahap

(53)

revisi dilakukan uji coba 2, analisis butir soal 2, dan revisi 2. Selanjutnya dilakukan uji coba 3, analisis butir soal, dan produk akhir. Validitas instrumen kognitif digunakan untuk mengukur Kompetensi Dasar yang diharapkan. Tingkat validitas instrumen aspek kognitif berdasarkan Teori Respon Butir (TRB) adalah valid dengan r ≥ 0,20, reliabel dengan α ≥ 0,20 dan tingkat kesukaran butir soal sedang 0,25 < P ≤ 0,75. Instrumen kognitif pembelajaran tema 8 Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan Daerah Tinggalku Kelas 4 SD semester 2 layak sebagai instrumen yang baik.

Ketiga, penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Andi dan Tety (2018) yang berjudul “Pengembangan Instrumen Tes Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Berbasis PISA’S Literacy di Sekolah Dasar”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan instrumen tes tematik terpadu yang valid dan reliabel untuk mengukur hasil belajar siswa. Penelitian ini mengadaptasi model penelitian dan pengembangan Borg dan Gall. Data hasil validasi dianalisis menggunakan konversi skor skala 4, sedangkan validitas empiris dan reliabilitas dianalisis menggunakan program Ministep (Winsteps) Rasch Model dan program SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paket instrumen tes tematik terpadu berbasis Kurikulum 2013 dan PISA’S Literacy terdiri dari 36 soal dinyatakan valid dan reliabel, dan 4 soal yang tidak valid.

Peneliti menggunakan tiga penelitian yang relevan tersebut untuk memperkuat penelitian yang dilakukan. Ketiga penelitian tersebut sama-sama membahas mengenai pengembangan soal akhir tema pada Kurikulum 2013. Selain itu, ketiga penelitian tersebut juga melakukan penelitian pada

(54)

jenjang pendidikan yang sama yaitu sekolah dasar. Pada penelitian terdahulu belum terdapat penelitian yang membahas tentang pengembangan tes akhir sub tema dan akhir pada tema “Sehat Itu Penting”. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan pembaharuan penelitian mengenai pengembangan tes akhir sub tema dan akhir tema “Sehat Itu Penting” untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Adapun kerangka penelitian berdasarkan penelitian yang relevan dapat dilihat pada Literature Map berikut.

Gambar 2.1 Literature Map

B. Kerangka Berpikir

Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting bagi guru untuk mengetahui keberhasilan siswa selama mengikuti proses

Anggi, Asep, dan Ghullam (2016) Pengembangan Soal Tes Berbasis HOTS pada Model Pembelajaran Latihan Penelitian di Sekolah Dasar

Vitalia (2016)

Pengembangan Instrumen Penilaian Kognitif Pembelajaran Tema 8 Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 SD Semester 2

Penelitian ini Pengembangan Tes Akhir Sub Tema dan Akhir Tema Sehat Itu Penting untuk Siswa Kelas V SD

Andi dan Tety (2018) Pengembangan Instrumen Tes Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Berbasis PISA’S Literacy di Sekolah Dasar

(55)

pembelajaran. Guru dapat menjadikan evaluasi pembelajaran sebagai umpan balik (feedback) untuk memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan kualitas dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, siswa juga dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai selama mengikuti pembelajaran. Untuk itu diperlukan alat untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Salah satu bentuk alat evaluasi pembelajaran adalah tes.

Tes adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi-materi dalam proses pembelajaran. Tes digunakan sebagai alat penilaian untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes yang baik harus disusun berdasarkan kisi-kisi yang jelas. Kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman penyusunan instrumen penilaian. Tes yang baik dipengaruhi oleh kualitas tiap butir soal. Analisis butir soal sangat penting untuk menilai kualitas soal yang baik, sehingga dapat diperoleh gambaran tentang keberhasilan belajar siswa. Ada beberapa cara untuk melakukan analisis butir soal, yaitu dengan analisis validitas, analisis reliabilitas, analisis tingkat kesukaran, analisis pengecoh, dan analisis daya pembeda. Untuk menghasilkan soal yang baik dan berkualitas guru harus memperhatikan pedoman penyusunan tes.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V SD, guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun soal yang baik dan berkualitas. Dalam membuat instrumen penilaian, guru menyusun kisi-kisi terlebih dahulu, namun kurang memperhatikan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, pengecoh dan daya pembeda dari soal dalam instrumen tersebut. Dalam membuat soal, guru mengalami kesulitan sehingga tidak semua soal diintegrasikan antar mata

Gambar

Gambar 2.1 Literature Map
Gambar 3.1 Bagan Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg dan Gall Potensi dan Masalah Pengumpulan Data Desain Produk  Validasi Desain Revisi Desain Uji Coba Produk Revisi Produk Uji Coba Pemakaian Revisi Produk Produksi Massal
Gambar 3.2 Bagan Prosedur Pengembangan Langkah 3 Desain Produk Tujuan Pembelajaran  Kisi-kisi  Bentuk Tes Membuat Soal Langkah 4 Validasi Desain Ahli Kurikulum Guru Potensi dan Masalah
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, tes keterampilan proses sains materi sistem pencernaan berupa 35 item soal pilihan ganda dengan empat alternatif

 Tes pilihan ganda dengan alasan bebas dilakukan untuk mendapatkan data dari jawaban siswa yang merupakan alasan pada tingkat pertama, yang. kemudian dikembangkan

Hasil kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD menunjukkan soal yang valid sebanyak 34 soal dari 40 soal

Belum pernah dilakukan analisis butir soal UAS pilihan ganda di Kecamatan Depok maka dari itu peneliti memilih untuk melakukan penelitian butir soal UAS genap

1. Soal matematika KD 2.5 tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban yang

Hasil yang didapatkan peneliti pada soal pilihan ganda memperoleh harga sig( 2-.tailed ) 0,891 serta pada soal uraian memperoleh harga sig( 2-.tailed ) 0,292, karena kedua

Hasil penelitian berupa 20 butir soal tes formatif matematika materi persamaan garis lurus berbasis HOTS berbentuk pilihan ganda yang memenuhi kriteria validitas

Berdasarkan analisis tingkat kesukaran, daya beda, serta efektifitas distraktor soal pilihan ganda pada paket tes A diperoleh hasil akhir 40% item soal diterima,