• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DATA DAN ANALISIS

3.1. Data dan Analisis Objek

3.1.2. Analisis Data Objek

Metode Analisis T ujuan Analisis Unit Analisis

Ilmu sosial dengan paradigma definisi dan metode sosial

Untuk mengetahui pandangan individu dan masyarakat terhadap fenomena yang dianalisis

• Definisi Jamet

39 Untuk memahami penyebab

perundungan terhadap Jamet. Untuk mengetahui permasalahan

yang muncul akibat fenomena tersebut

Unit Analisis Hasil Analisis

Definisi Jamet

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pengertian Jamet mengarah kepada masyarakat yang berasal dari Jawa, dengan penampilan yang tidak sesuai (tidak matching) dengan perawakannya

Diskriminasi terhadap cara berpakaian

Cara berpakaian Jamet unik sehingga dianggap aneh, mereka biasanya memakai pakaian yang oversize, celana robek-robek, rambut panjang lancip tegak lurus. Dapat disimpulkan bahwa itu merupakan kebebasan berekspresi seseorang.

Membatasi kebebasan berekspresi

Kebebasan berekspresi menjadi hal yang sulit diutarakan, karena masyarakat di Indonesia selalu mengkritik tanpa mengetahui latar belakang seseorang.

Perundungan terhadap Jamet di media sosial

Internet itu sendiri sangatlah luas, orang dengan mudah nya dapat mengakses sesuatu seperti membuat konten, mengomentari konten tersebut, dan memberi like kepada salah satu video yang disukai nya. Namun marak nya perundungan siber pun semakin banyak dikarenakan masyarakat di Indonesia masih kurang pemahaman akan berkomentar yang baik di internet.

40 3.1. Data dan Analisis Khalayak Sasar

Data khalayak sasar adalah data perancangan tentang film Jamet, yang dibuat untuk menunjukan target penonton atau penikmat yang dituju dalam pembuatan karya film ini, agar makna yang terkandung dapat tersampaikan sesuai dengan maksud dan tujuan awal perancangan.

3.1.1. Data Khalayak Sasar

Dari hasil kuesioner yang telah disebar melalui internet, berikut hasil data terkait khalayak sasar yang dituju:

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebar, data yang diperoleh dari 110 responder adalah sebanyak 83,6% berumur 19 sampai 25 tahun, 9,1% berumur 26 sampai 30 tahun, 5,5% berumur 15 sampai 18 tahun dan 1,8% berumur lebih dari 30 tahun.

Pada pertanyaan selanjutnya, dari 110 responder dapat diketahui bahwa 78,2%

bekerja sebagai mahasiswa, 14,5% sebagai karyawan, 3,6% sebagai siswa/pelajar dan sisanya masing-masing sebanyak 1% bekerja sebagai enterpreneur, ibu rumah tangga, advokat dan yang lain.

41 Pada data ini dapat diperoleh dari 110 responder bahwa 65,5% berada di Jawa Barat dan 34,5% berada di luar Jawa Barat.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari 110 responder, 50% orang menjawab bahwa biasanya mereka menggunakan gawainya untuk bermain media sosial dalam sehari sebanyak 4-8 jam, 27,3% menjawab lebih dari 8 jam dan 22,7%

menjawab 1-4 jam.

Dari 110 responder hasil data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa 92,7%

orang mengetahui Jamet dan 7,3% orang tidak tidak apa itu Jamet.

42 Berdasarkan data yang diperoleh, 110 responder menyebutkan arti dari Jamet dengan berbagai macam sudut pandang dan pengertian.

Pada pertanyaan ini, 38 orang menjawab dengan ragu-ragu, 20 orang menjawab sangat tidak setuju, 20 lainnya menjawab setuju, 18 orang menjawab sangat setuju dan 14 orang menjawab tidak setuju.

43 Pada pertanyaan ini, dari 110 responder, 51 orang menjawab ragu-ragu, 18 orang menjawab tidak setuju, 17 orang menjawab setuju, 14 orang menjawab sangat setuju dan 10 orang menjawab sangat tidak setuju.

Pada pertanyaan ini, 50 orang menjawab sangat setuju, 27 orang menjawab setuju, 27 orang menjawab ragu-ragu, 3 orang menjawab tidak setuju dan sisanya menjawab sangat tidak setuju.

Dari 110 responder hasil data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa 89,1%

orang menjawab ya dan 10,9% orang menjawab tidak.

44 Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari 110 responder, 79,1% orang menjawab ya dan 20,9% orang menjawab tidak.

3.2. Data dan Analisis Khalayak Sasar

Data khalayak sasar adalah data yang menunjukan target penonton yang dituju dalam proses perancangan film Jamet, data dibuat oleh penulis dengan tujuan agar makna yang terkandung di dalam karya tersebut dapat tersampaikan sesuai tujuan awal penulis.

3.2.1. Data Khalayak Sasar

Dari hasil kuesioner yang telah disebar, berikut adalah hasil data terkait khalayak sasr yang dituju:

3.2.2. Analisis Khalayak Sasar 3.2.2.1. Geografis

Penonton yang menjadi target untuk perancangan karya ini adalah pemuda yang bertempat tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung.

3.2.2.2. Demografis

Target penonton yang dituju terbagi ke dalam dua golongan, primer dan sekunder.

1) Primer

Target primer ditujukan kepada kalangan remaja dan orang dewasa yang membutuhkan informasi mengenai Jamet.

• Usia : 18 tahun ke atas

• Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan

45

• Status Ekonomi : semua kalangan 2) Sekunder

Target sekunder ditujukan kepada masyarakat yang menjadi korban dari isu perundungan siber.

• Usia : 18 tahun ke atas

• Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan

• Status Ekonomi : semua kalangan 3.2.2.3. Psikografis

Film ini ditujukan kepada masyarakat yang belum paham tentang adanya komunitas Jamet, serta memperlihatkan dampak buruk dari perundungan siber yang dialami oleh komunitas Jamet yang ada di Jawa Barat.

3.3. Data dan Analisis Film Karya Sejenis

Sebelum membuat film dokumenter drama sendiri, perancangan melakukan analisis dari beberapa karya sejenis sebagai referensi visual, karakter, masalah dan fenomena agar dapat dijadikan tolak ukur maupun gambaran pada proses pembuatan film yang perancang buat.

3.1.1. Data Dan Analisi Karya Sejenis 1. Heavy Trip

46

Gambar Poster Film Heavy Trip (Hevi Reissu) (Sumber: Goldposter)

A. Data Film

• Judul: Heavy Trip (Hevi Reissu)

• Jenis Film: Komedi/Musik

• Sutradara: Juuso Laatio, Jukka Vidgren

• Durasi: 1 Jam 32 Menit

• Pemeran: Johannes Holopainen, Max Ovaska, Antti Heikkinen, Minka Kuustonen, Samuli Jaskio, Ville Tiihonen, Chike Onhawe.

• Tahun Rilis: 9 Maret 2018

• Tema: Pemuda yang memiliki impian agar band nya bisa manggung dikonser besar.

Visual Deksripsi

Film ini diawali dengan 2 jenis shot yaitu full shot dan medium close up, pada awal scene tersebut turo pemeran utama (Rambut Panjang) dihina oleh teman teman di kampungnya karena rambut panjang itu dianggap homo disana.

47 Pada bagian ini turo mempunyai teman teman yang satu jalan dengan dia dalam bermain band bergenre metal. Disetiap teman nya mempunyai keunikan masing masing seperti lupa bernafas sehingga menjadi pingsan, mecintai gaya nya sekali dengan pede, dan suka

Selanjutnya, Narator menjelaskan tentang turo yang bekerja di bagian rumah sakit jiwa penjelasan tersebut memperjelas informasi bahwa turo sudah biasa menghadapi ocehan teman teman yang menilai gaya keseluruhan turo sebagai seorang pecinta metal.

Dan diperkuat lagi dengan Turo yang bersaing dengan bapak bapak yang ingin merebut gadis impian Turo.

48 Penggambaran saat Turo merilis album baru dirumah nya yang terinspirasi dari kandang pemotongan rusa yang macet di rumah teman nya. Namun tiba tiba datang seorang pak tua yang berasal dari manajer konser band metal ternama, tak disangka saat pak tua itu ingin masuk ke rumah teman Turo pak tua itu terkena air darah dari tempat pemotongan rusa itu dan tiba tiba pergi dari rumah teman Turo. Namun salah satu teman Turo mengejar nya dan mengirim kaset album debut nya.

Penggambaran disaat Turo dan kawan kawan nya pergi melintas batas negara secara illegal.

49 Di akhir film kita melihat sebuah perjuangan Turo dan kawan kawan nya berhasil manggung dipanggung besar, kemudian setelah selesai Turo pun ditangkap oleh polisi karena telah melintas batas negara.

Teori Data Film Heavy Trip

B. Analisis Warna Pada Film

Setelah menonton film ini, perancang mendapatkan gambaran tentang bagaimana warna yang akan digunakan pada proses paska produksi. Pada film ini menampilkan visual tentang seorang pemuda yang berasal dari desa, sedang berjuang untuk menggapai cita citanya untuk mewujudkan band nya manggung di panggung besar, banyak cobaan yang dia alami dalam menggapai mimpinya seperti ejekan karena berbeda penampilan.

Warna yang akan diambil pada film ini adalah warna natural, karena mood warna yang akan diambil adalah (oranye) agar mendapat kesan yang lebih mendalam. Film ini juga tidak begitu banyak menonjolkan warna seperti hanya, warna oranye, biru, dan coklat.

50 2. Serigala Terakhir

Gambar Poster Film Serigala Terakhir (Sumber: IMBd)

A. Data Film

• Judul: Serigala Terakhir

• Jenis Film: Drama Kriminal

• Sutradara: Upi Avianto

• Durasi: 2 Jam 19 Menit

• Pemeran: Vino G. Bastian, Al Fathir Muchtar, Reza Pahlevi, Abimana Aryasatya, Dion Wiyoko, Dallas Pratama, Ali Syakieb, Fanny Fabriana, Zaneta Georgina, George Rudy, August Melasz dan Ully Artha.

• Tahun Rilis: 5 November 2009

• Tema: Perseteruan dua geng mafia di pinggiran kota.

Visual Deksripsi

51 Film diawali dengan 5 sahabat yang

suka berbuat onar selayak nya preman.

Film ini diperkuat dengan kisah romansa didalam nya.

Kemudian film ini menggambarkan keras nya kehidupan jalanan di sebuah kota, seperti tawuran.

52 Film ini juga menampilkan unsur

visual dalam kekerasan, seperti darah, dan adegan membunuh.

Penggambaran saat tertangkap.

Di film ini menceritakan juga tentang pembullyan terhadap anggota yang ingin masuk geng teman lama nya, namun ditolak secara mentah mentah dan memicu rasa dendam.

53 Kemudian pada film ini Narator

memunculkan kesan pertikaian lagi antara sahabat yang sudah berbeda jalan dan pikiran, Sehingga salah satunya mati.

Film ini diakhiri dengan scene bahwa hidup di pinggiran kota itu sangat lah keras, dan bakal terjadi siklus yang terulang seperti, pertikaian, pembunuhan, maupun menggunakan obat obatan terlarang seperti narkoba.

Kemudian ada pengisi suara yang menjelaskan bahwa didunia ini kadang tidak adil yang baik bisa menang atau pun bisa kalah.

Teori Data Film Serigala Terakhir

B. Analisis Warna Pada Film

Perancang memilih film ini karena banyak warna oranye klasik, seperti film lawas (retro), Pada data sebelum nya warna yang akan diambil natural akan cocok dengan warna retro ini dengan syarat tidak terlalu menghilangkan warna natural.

54 3. Little Women

Gambar Poster Film Little Women (Sumber: IMBd)

A. Data Film

• Judul: Little Women

• Jenis Film: Drama

• Sutradara: Clare Niederpruem

• Durasi: 1 Jam 52 Menit

• Pemeran: Lea Thompson, Elise Jones, Lucas Grabeel, Sarah Davenport, Allie Jennings, Ian Bohen, Melanie Stone, Michael Flynn, James Rocco Celeste, Taylor Ashley Murphy Bart Johnson.

• Tahun Rilis: 28 September 2018

• Tema: Perjuangan wanita antara tugas keluarga dan pertumbuhan pribadi.

55

Visual Deksripsi

Film diawali dengan 4 saudara yang sangat Bahagia, dan sering bermain bersama-sama.

Film ini diperkuat dengan kisah keluarga yang memiliki seorang ibu yang jarang melihat suaminya pulang karena pekerjaan di luar kota.

Semakin berjalannya waktu hubungan kekeluargaan mereka makin erat, namun berubah ketika ada pria datang dan dalam 2 orang keluarga itu ada yang menyukai pria itu.

56 Film ini juga menampilkan konflik

pertengkaran di dalam keluarga.

Film ini juga menampilkan adegan darah saat terjatuh dari kuda dan terkena batu.

Di film ini menceritakan juga tentang penyesalan, seiring bertambah umur mereka, karena semakin dewasa bukan nya menjadi dewasa namun masih ke kanak kanakan.

57 Kemudian pada film ini Narator

memunculkan kesan sedih yang lebih dalam lagi. Pada salah satu anggota keluarga ada yang terkena penyakit kangker.

Film ini diakhiri dengan scene, bahwa mereka berjanji apapun yang terjadi tidak ada boleh ada rahasia lagi diantara keluarga agar hal seperti ini tidak terulang.

Teori Data Film Little Women

58 B. Analisis Transisi Pada Film Ini

Perancang memilih film ini sebagai karya sejenis karena beberapa transisi yang di munculkan pada beberapa shot sangat cocok untuk karya film documenter drama, seperti menggunakan teknik fade in, fade out, zoom in, dan zoom out yang tidak terlalu melebih lebihkan dan pesan yang tersampaikan nya pun tidak terganggu oleh transisi tersebut.

3.4 Hasil Analisis 3.4.1 Data Objek

Perancang menyimpulkan dengan dasar hasil penelitian yang akan dirancang, bagaimana mereka memaparkan rasa tidak peduli dengan para hate-speech, dan tetap berkomunikasi dengan para penggemar, melalui aplikasi discord. Mereka tetap ingin menunjukan kebebasan berkespresi mereka masing-masing dan tetap berkarya.

3.4.2 Karya Sejenis

Dari ketiga film karya sejenis yang sudah di analisis oleh perancang yaitu, Heavy Trip, Serigala Terakhir, dan Little Women dapat disimpulkan jenis warna apa saja yang akan perancang gunakan masih mengarah ke warna retro, dengan menambahkan warna oranye, dan coklat dengan mengurangi highlight agar seperti film lama. Selain warna perancang juga menambahkan transisi yang kesan nya tidak dilebih lebihkan seperti fade in, fade out, zoom in, dan zoom out. Perancang menggunakan transisi ini karena ingin menampilkan film dokumenter drama yang penyampaiyan nya mudah tersampaikan kepada audience dan tidak menghilangkan kesan natural pada film Jamet.

3.5 Tema Besar

Setelah pencarian data dan analisis yang sudah perancang dan kolega buat, perancang mendapatkan tema besar yang akan digunakan untuk karya tugas akhir.

Tema besar yang ditentukan adalah perundungan siber, karena hal tersebut didasari oleh banyaknya Jamet yang menjadi korban. Begitupun definisi tentang kata Jamet yang saat ini sudah mendapatkan konotasi negatif di masyarakat.

3.6 Kata Kunci

Berdasarkan hasil tema besar yang sudah terbentuk, perancang bersama kolega merumuskan kata kunci untuk pembuatan karya tugas akhir yaitu. Jamet, perundungan siber, kebebasan berkespresi, dokumenter drama.

59

BAB IV

KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN

4.1. Kosep Perancangan

Pada perancangan karya film ‘’Jamet’’ ini penulis sebagai editor bekerja sama dengan sutradara dan DOP berdiskusi untuk hasil eksekusi visual yang sesuai dengan hasil akhir yang diharapkan, dan dapat diterima oleh penonton dengan jelas.

Konsep perancangan film ‘’Jamet’’ yang telah ditentukan oleh perancang setelah melakukan observasi melalui media sosial seperti, TikTok, Youtube, dan Instagram, Perancang melakukan analisis kembali dengan karya karya sejenis untuk memilih warna, transisi, dan efek yang tepat untuk karya film ‘’Jamet’’ ini.

4.1.1 Ide Besar

Ide besar dari film dokudrama ini berawal dari keluh kesah narasumber serta hasil analisis dari internet dan juga media sosial. Sampai hari ini masih banyak masyarakat yang melakukan perundungan siber kepada sosok yang dianggapnya Jamet. Pengubahan arti kata Jamet sendiri yang semakin kesini mengarah pada kesan buruk yang mengakibatkan masyarakat mengecap sesuatu secara instan tanpa berpikir terlebih dahulu. Sehingga kata Jamet yang awalnya hanya panggilan kepada suatu geng, kini menjerumus kepada arti yang konotasinya negatif.

Perancang sebagai sutradara mengambil ide besar penceritaan dari hasil analisis tersebut dengan menghasilkan sebuah film yang menceritakan tentang kisah seorang remaja desa, memiliki hobi berjoget lalu mengunggahnya di media sosial.

Seiring berjalannya waktu, akun media sosialnya mendapatkan respon yang banyak sehingga membuat Jamet itu tawari oleh sebuah perusahaan Talent Agency.

Sayangnya Talent Agency itu merupakan perusahaan bodong yang hanya ingin menipu beberapa artis dadakan yang tidak memahami industri entertainment.

Jamet itupun akhirnya menjadi korban penipuan tersebut.

4.1.2 Konsep Cerita

Perancang memproduksi karya film dokumenter drama tentang ‘’Jamet’’untuk mengenalkan kehidupan ‘’Jamet’’, yang masih banyak perdebatan baik atau buruknya akan budaya dari Indonesia ini.

60 Semakin berkembang nya teknologi masyarakat tidak jauh akan penggunaan sosial media dan menimbulkan banyak nya budaya budaya baru yang bermunculan mau itu lewat trend atau mengeskpresikan diri di sosial media.

Film ini diambil dari sudut pandang narasumber terkait. Mereka akan bercerita mengenai pengalaman mereka tentang kehidupan Jamet.

4.2.2 Konsep Kreatif

Perancang sebagai editor berdiskusi dengan rekan satu kelompok mencari referensi dari film karya sejenis untuk mengambil visual yang akan digunakan pada karya film yang akan dibuat.

Pada karya film ini akan menampilkan pakaian yang sering dipakai oleh Jamet yang nantinya akan dijelaskan perkembanganya, maknanya hingga bagaimana cara ia menggunakanya.

4.3.2 Konsep Editing

Pada karya film ini sutradara dan editor telah berdiskusi akan gaya editing yang akan digunakan pada karya film ini, gaya editing yang akan diambil didapatkan dari referensi karya karya sejenis dari film Thailand.

Gaya yang akan diambil dari warna/tone, visual efek, dan transisi akan terlihat menarik karena tidak terlalu mencolok namun tetap mendalam sehingga kesan yang akan tersampaikan pun akan jelas dan tidak terlihat berlebihan dalam menggunakan warna/tone, visual efek, dan transisi.

4.4.2 Jobdesk

Perancang berperan sebagai editor yang ikut terlibat dalam proses pra produksi, produksi sampai pasca produksi. Pada tahap pra produksi, perancang memberi saran atau ide kepada sutradara dalam diskusi pembuatan film, sedangkan pada tahap produksi, editor akan bekerja sama dengan sutradara dan DOP dengan memberi saran sudut pengambilan shot sehingga pada proses pasca produksi hasil akhir nya akan sesuai dengan apa yang diharapkan, pada tahap pasca produksi editor akan mengolah file yang telah dikerjakan oleh DOP dalam pemilihan shot shot bersama sutradara, setelah itu editor mengedit tahap kasaran dan memberikan hasil kasaran dalam bentuk file Mp4 kepada sutradara jika ada revisi maka akan diulang

61 lagi sehingga menjadi karya yang di inginkan oleh semua kru, dan layak untuk di perlihatkan kepada cineas.

62

DAFTAR PUSTAKA

Alam, B. (1998). Globalisasi dan Perubahan Budaya, Perspektif Teori Kebudayaan. Jurnal Antropologi Indonesia, 54, 1–11.

Ayawaila, G. R. (2008). Dokumenter: Dari Ide sampai Produksi. Jakarta: FFTV IKJ Press.

Bateman, John A, Schmidt, & Karl-Heinrich. (2013). Multimodal Film Analysis: How Films Mean. Taylor & Francis.

Cateridge, J. (2015). Film Studies For Dummies. John Wiley & Sons, Ltd.

Dennis, F. G. (2008). Bekerja Sebagai Sutradara. Jakarta:Erlangga

Edgar-Hunt, Robert., Marland, John., & Rawle, Steven. (2010). Basic Film-Making: The Language of Film. AVA Academia.

Eisenstein, S. (2014). Film Form: Essays in Film Theory. Houghton Mifflin Harcourt.

Eriksen, T. H. (2010). Ethnicity and Nationalism: Anthropological Perspectives (3rd ed.).

Pluto Press.

Goldin, I., & Reinert, K. (2012). Globalization for Development: Meeting New Challenges.

Oxford University Press.

Hastanto, I. (2020, May 29). Mengulik Penyebab Munculnya Istilah Peyoratif Jamet, Kuproy, dan Pembantu Jawa. VICE. https://www.vice.com/id/article/889nez/arti-istilah-Jamet-kuproy-pembantu-jawa-berasal-dari-stima-negatif

Hayward, S. (2006). Cinema Studies: The Key Concepts (Third Edition). Routledge.

Heru Effendy. (2014). Mari membuat Film, Jakarta:Erlangga

Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2009). Bullying beyond the schoolyard: Preventing and responding to cyberbullying. Thousand Oaks, CA: Sage Publications (Corwin Press).

Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2010). Cyberbullying: A review of the legal issues facing educators. Preventing School Failure, 55(2), 1–8.

Keesing, R. M. (1997). Teori-Teori Tentang Budaya. Jurnal Antropologi Indonesia, 52.

Kodiran. (1998). Akulturasi sebagai Mekanisme Perubahan Kebudayaan. Jurnal Humaniora, 8(7), 87–91.

63 Lannom, S. (2020, December 13). Ultimate Guide to Movie Genres — 90+ Genre Examples

for Film & TV. Studiobinder. https://www.studiobinder.com/blog/movie-genres-list/

Muammar, I. (2019). Sebuah Percakapan Tentang Musik Funky Kota. Pendulum.

https://pendulum.id/sebuah-percakapan-tentang-musik-funky-kota/

Mudjiono, Y. (2011). Kajian Semiotika dalam Film. In Jurnal Ilmu Komunikasi (Vol. 1, Issue 1). www.kompas.com

Satori, D., & Komariah, A. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Suparlan, P. (2002a). Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural. Jurnal Antropologi Indonesia, 69, 98–105.

Suparlan, P. (2002b). Multikulturalisme. Jurnal Ketahanan Nasional, VI(1), 9–18.

Teske, R. H. C., & Nelson, B. H. (1974). Acculturation and Assimilation: A Clarification.

American Ethnologist, 1(2), 351–367.

Vicky Andrew, T., Maslan Sihombing, R., & Aziz Ahmad, H. (2017). Musik, Media, dan Karya: Perkembangan Infrastruktur Musik Bawah Tanah (Underground) di Bandung (1967-1997).

Yulianthi. (2015). Ilmu Sosial Budaya Dasar (pp. 1–6). Deepublish.

Dokumen terkait