• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR EDITING FILM DOKUMENTER TENTANG PERUNDUNGAN JAMET DI MEDIA SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR EDITING FILM DOKUMENTER TENTANG PERUNDUNGAN JAMET DI MEDIA SOSIAL"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR EDITING FILM DOKUMENTER TENTANG PERUNDUNGAN JAMET DI MEDIA SOSIAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Desain Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual

Disusun oleh:

Muhammad Fauzan Rafi Putra Annur 1601184061

Desain Komunikasi Visual 2018 (Multimedia film)

Pembimbing:

Lingga Agung, S.I.Kom., M. Sn Wibisono Tegar Guna Putra, S.E., M.A.

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS INDUSTRI KREATIF

UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG

2022

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

(3)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

(4)

iv

KATA PENGANTAR

(5)

v

ABSTRAK

(6)

vi

ABSTRACT

(7)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 14

1.1. Latar Belakang ... 14

1.2. Identifikasi Masalah ... 16

1.3. Rumusan Masalah ... 16

1.4. Ruang Lingkup ... 16

1.5. Tujuan Perancangan ... 16

1.6. Manfaat Perancangan ... 17

1.6.1. Manfaat Teoritis ... 17

1.6.2. Manfaat Praktis ... 17

1.7. Metode Perancangan ... 17

1.7.1. Pengumpulan Data ... 17

1.7.2. Analisis Data... 19

1.8. Kerangka Perancangan ... 20

1.9. Pembabakan ... 20

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN ... 22

2.1. Fenomena Jamet ... 22

(8)

viii

2.1.1. Kebudayaan ... 22

2.1.2. Indonesia Sebagai Negara Multikultural ... 22

2.1.3. Definisi Jamet ... 23

2.1.4. Perundungan di Media Sosial Terhadap Jamet ... 24

2.2. Media ... 25

2.2.1. Film ... 25

2.3. Klasifikasi Film Berdasarkan Cerita ... 25

2.3.1.1. Film Dokumenter ... 25

2.3.1.2. Film Dokumenter Drama ... 26

2.3.2. Editor ... 26

2.3.2.1. Tugas dan Kewajiban Editor ... 26

2.3.3. Editing ... 27

2.3.3.1. Editing Kontinuiti ... 28

2.3.3.2. Aspek Editing... 28

2.3.4. Transisi ... 28

a) Cut ... 29

b) Dissolve... 29

c) Fade ... 29

d) Wipe ... 30

2.3.5. Warna ... 30

2.4. Metode Perancangan ... 30

BAB III DATA DAN ANALISIS ... 30

3.1. Data dan Analisis Objek ... 30

3.1.1. Data Objek Perancangan ... 31

3.1.1.1. Wawancara Subjek... 31

3.1.1. Observasi ... 34

3.1.2.1. Media Sosial... 34

(9)

ix

3.1.2.2. Berita Jamet di internet ... 36

3.1.2. Analisis Data Objek ... 38

3.1. Data dan Analisis Khalayak Sasar ... 40

3.1.1. Data Khalayak Sasar ... 40

3.2. Data dan Analisis Khalayak Sasar ... 44

3.2.1. Data Khalayak Sasar ... 44

3.2.2. Analisis Khalayak Sasar ... 44

3.2.2.1. Geografis ... 44

3.2.2.2. Demografis ... 44

3.2.2.3. Psikografis... 45

3.3. Data dan Analisis Film Karya Sejenis... 45

3.1.1. Data Dan Analisi Karya Sejenis ... 45

3.4 Hasil Analisis ... 58

3.4.1 Data Objek ... 58

3.4.2 Karya Sejenis ... 58

Dari ketiga film karya sejenis yang sudah di analisis oleh perancang yaitu, Heavy Trip, Serigala Terakhir, dan Little Women dapat disimpulkan jenis warna apa saja yang akan perancang gunakan masih mengarah ke warna retro, dengan menambahkan warna oranye, dan coklat dengan mengurangi highlight agar seperti film lama. Selain warna perancang juga menambahkan transisi yang kesan nya tidak dilebih lebihkan seperti fade in, fade out, zoom in, dan zoom out. Perancang menggunakan transisi ini karena ingin menampilkan film dokumenter drama yang penyampaiyan nya mudah tersampaikan kepada audience dan tidak menghilangkan kesan natural pada film Jamet. ... 58

3.5 Tema Besar ... 58 Setelah pencarian data dan analisis yang sudah perancang dan kolega buat,

peranca ng mendapatkan tema besar yang akan digunakan untuk karya tugas akhir. Tema besar yang ditentukan adalah perundungan siber, karena hal tersebut didasari oleh banyaknya Jamet

(10)

x yang menjadi korban. Begitupun definisi tentang kata Jamet yang saat ini sudah

mendapatkan konotasi negatif di masyarakat. 58

3.6 Kata Kunci... 58 BAB IV KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN ... 59 DAFTAR PUSTAKA ... 62

(11)

xi

DAFTAR TABEL

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

14

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebudayaan adalah pandangan hidup dari sekolompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar, dan diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya (Liliweri, 2002). Lahirnya media sosial membuat perubahan kepada pola perilaku masyarakat di seluruh dunia, baik budaya, etika, dan norma yang ada. Di negara Indonesia sendiri munculah sebuah fenomena baru tentang sekelompok orang yang disebut dengan Jamet, pada media sosial bernama tiktok, Fenomena Jamet ini menjelaskan tentang orang yang suka berjoget dengan gaya khas, rambut nya yang lancip keatas, baju oversize, dan celana gombrang sedang ramai di kalangan masyarakat di Indonesia.

Sejarah pada Jamet ini dijelaskan di salah satu website yang bernama ‘’Vice Indonesia’’, menurut (Ikhwan Hastanto, 2020), Jamet merupakan sebuah akronim dari kata “Jawa Metal”, namun ada juga yang beranggapan bahwa Jamet merupakan singkatan dari “Jajal Metal”. Perbedaan istilah tersebut karena Jamet termasuk kata slang atau bahasa gaul. Jamet mulai populer sejak sekitar tahun 2010, pada asalnya, istilah ini ditujukan kepada anak muda beretnis Jawa yang menyukai musik beraliran metal. Namun istilah Jamet sekarang lebih merujuk kepada kata sindiran untuk anak muda yang style (gaya) nya sudah ketinggalan jaman seperti, anak emo, harajuku style.

Jamet identik dengan orang yang ingin bergaya modis tapi kampungan, biasanya ciri- ciri mereka adalah memakai pakaian yang gombrang, berambut lancip, dan suka mengendarai motor yang tidak sesuai standar.

Fenomena Jamet ini berkaitan dengan salah satu aplikasi media sosial bernama TikTok, mereka membuat konten dengan berjoget ala-ala khas mereka yang diiringi dengan lagu bergenre‘’Funky Kota’’ dengan latar background proyek bangunan, sehingga muncul stereotip bahwa Jamet merupakan pekerja kuli. Yang menyebabkan Jamet membuat konten seperti berjoget-joget adalah untuk menghilangkan rasa jenuh terhadap Jamet itu sendiri, sering kali pekerja kuli bekerja dengan sangat keras sehingga membutuhkan hiburan. Maka dari itu kanal TikTok menjadi solusi dikarenakan tidak

(15)

15 perlu keahlian khusus dalam mengedit video dikarenakan sudah tersedia berbagai template editing video.

Perundungan yang terjadi di media sosial terhadap Jamet dikarenakan gaya nya yang nyentrik sehingga membuat masyarakat sekitar menganggap nya aneh dan muncul nya penolakan berbentuk verbal abuse terhadap Jamet. Pada salah satu data yang diperoleh dari hasil wawancara akibat perundungan tersebut para Jamet merasa bahwa dirinya dikucilkan dari masyarakat, serta mengalami berbagai rasa kecemasan yang menyerang psikologis, Dampak yang diterima akan sangat berbahaya jika didiamkan.

Pada salah satu narasumber, Jamet sendiri merasa heran padahal video yang dibuat nya tidak merugikan orang lain, melainkan dia hanya ingin meluangkan waktunya dengan cara mengekspresikan diri di waktu luangnya.

Dengan adanya fenomena diatas perancangan ini dibuat, untuk mengurangi perundungan terhadap Jamet dan menyadarkan masyarakat akan kebebasan berekspresi, serta penulis ingin membuat film dokumenter tentang Jamet karena belum adanya film yang membahas tentang Jamet khusus nya di Indonesia. Menurut (Amura, 1989: 132) Film bukan semata-mata barang dagangan melainkan alat penerangan dan pendidikan. Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat pendidikan budaya. Dengan demikian film juga efektif untuk menyampaikan nilai-nilai budaya.

Penulis sebagai Editor merasa tertantang dalam membuat perancangan karya film ini karena dalam pertama kalinya akan membuat karya yang berdampak besar kepada Jamet di Indonesia. Pemilihan genre dokudrama ini dirasa akan lebih cocok bagi pengkaryaan film Jamet ini serta diharapkan banyak mencakup audiens dan mudah untuk diterima namun tidak menghilangkan unsur-unsur faktual genre dokumenter.

Melalui perancangan ini, penulis sebagai editor melakukan tahap-tahap proses dalam pembuatan film, Pada tahap Pra Produksi membantu DOP untuk membuat moodboard, menentukan syuting lokasi, dan menyiapkan asset yang diperlukan. Pada tahap pra produksi editor berperan banyak seperti melakukan cut to cut untuk memilih scene yang sesuai, memilih warna, sound, serta transisi, Editor juga bekerja sama dengan Sutradara saat dalam proses Editing sehingga dapat menghasilkan film sesuai dengan target dan harapan yang diinginkan.

(16)

16 1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat ditemukan beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu:

1) Film dokumenter drama yang mengangkat cerita Jamet belum ada.

2) Munculnya stereotip buruk masyarakat terhadap Jamet 3) Terjadi perundungan terhadap para Jamet di media sosial.

4) Perancangan karya sebagai editor pada film Jamet.

1.3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak perundungan Jamet di dunia media sosial ?

2. Bagaimana gaya penyuntingan film dalam memvisualisasikan bentuk jenis karya yang sesuai untuk perancangan karya film Jamet ?

1.4. Ruang Lingkup 1) Apa

Fenomena stereotip terhadap Jamet dan perundungan Jamet di media sosial.

2) Kenapa

Jamet merupakan fenomena yang lahir untuk melawan sebuah budaya yang dominan di suatu tempat. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan perundungan Jamet sebenarnya dan berharap perancangan karya dapat mengurangi perundungan terhadap para Jamet.

3) Siapa

Target audience untuk perancangan karya ini adalah 15 – 30 tahun.

4) Dimana

Penelitian dilakukan di Jawa Barat dan pembuatan karya dilakukan di Bandung.

5) Kapan

Perancangan karya dimulai dari 27 September 2021 dengan target penayangan pada tahun 2022.

6) Bagaimana

Dengan menjadikan Jamet dengan segala keunikannya ke dalam sebuah film untuk meningkatkan keterikatan masyarakat dengan budaya populer lokal.

1.5. Tujuan Perancangan

Tujuan penciptaan karya visual film pendek bergenre dokudrama adalah untuk menceritakan tentang gaya hidup Jamet, membuka pandangan audiens terhadap

(17)

17 perkembangan budaya budaya baru, dan menghasilkan karya visual yang menarik dan dapat diterima oleh masyarakat.

1.6. Manfaat Perancangan 1.6.1. Manfaat Teoritis

Penulis berharap dapat memperkenalkan budaya Jamet yang ada di Indonesia kepada seluruh masyarakat dan mengurangi perundungan yang terjadi kepada para Jamet.

1.6.2. Manfaat Praktis

1) Manfaat bagi Penulis

Perancangan karya ini bermanfaat untuk perancang dalam mempraktikkan ilmu yang selama ini sudah dipelajari, yaitu ilmu tentang teori film lalu mengaplikasikannya ke dalam film sebagai Editor.

2) Manfaat bagi Masyarakat

Meningkatkan pemahaman istilah Jamet melalui karya visual berupa film, serta sebagai sarana edukasi dan hiburan bagi masyarakat, diharapkan juga pengaryaan ini dapat membantu memajukan industri perfilman Indonesia.

1.7. Metode Perancangan

Metode yang digunakan dalam perancangan karya adalah metode kualitatif, yaitu melakukan observasi dan studi literatur untuk mengumpulkan data. Lalu melakukan wawancara terhadap narasumber terkait dengan topik pembahasan.

1.7.1. Pengumpulan Data

Adapun teknik yang dilakukan penulis dalam pengumpulan data antara lain:

1) Studi Pustaka

Studi pustaka menjadi langkah awal dalam metode pengumpulan data.

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi dari buku, jurnal, artikel serta platform media sosial seperti Youtube yang dapat mendukung dalam proses penulisan. Menurut (Sugiyono, 2005:83) hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Dalam hal ini, penulis diharuskan untuk menemukan hal-hal yang berhubungan dengan sejarah Jamet.

(18)

18 2) Observasi

Observasi merupakan langkah kedua dalam melakukan pengumpulan data setelah penulis melakukan studi pustaka. Menurut (Sugiyono, 2014:145) observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.

Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah observasi non partisipan dikarenakan penulis tidak ikut andil dalam segala macam hal yang dilakukan oleh observer, penulis hanya mengamati, menilai dan mengontrol/mengatur observer.

3) Wawancara

Wawancara menjadi langkah terakhir dalam melakukan pengumpulan data. Menurut (Satori & Komariah, 2010) wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. (Sugiyono, 2010:194) menjelaskan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam dengan jumlah informan yang kecil/sedikit. Pada penelitian ini penulis mewawancarai beberapa informan yang dalam hidupnya menjadi seorang Jamet atau orang pedesaan yang memiliki kesukaan kepada hal-hal berbau Jamet.

Wawancara ini dilakukan secara daring melalui platform Zoom atau Google Meet. Wawancara ini dilakukan dengan teknik wawancara semi terstruktur. Sugiyono mengemukakan bahwa wawancara semi terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, ide-idenya (Sugiyono, 2010:233). Dasar pertimbangan pemilihan wawancara semi terstruktur karena pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur sehingga akan timbul keakraban antara peneliti dan responden yang ada pada akhirnya akan memudahkan peneliti dalam menghimpun data.

4) Kuesioner

(19)

19 Perancang menyebarkan kuesioner untuk memperoleh data dari masyarakat umum dan melihat peminat dari audiens, serta melihat sudut pandang dari masyarakat umum tentang fenomena Jamet.

1.7.2. Analisis Data

Pada perancangan ini, penulis menggunakan analisis data dengan metode kualitatif menggunakan penelitian ilmu sosial dengan pendekatan definisi dan metode sosial. Analisis data ini dilakukan untuk meneliti narasumber mulai dari cara berpikir dan mengobservasi kehidupannya sehari- hari. Tujuan dari analisis ini adalah untuk memahami apa yang ada dipikirkan narasumber tentang reaksi masyarakat umum terhadap mereka, serta untuk memahami kepribadian diri mereka sendiri.

(20)

20 1.8. Kerangka Perancangan

Gambar 1.1 Kerangka Penelitian Sumber: Dok. Pribadi,2021)

1.9. Pembabakan

Sistematika dalam penyusunan penelitian ini dibagi dalam empat bab dengan pemaparan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1. Bagaimana dampak perundungan siber bagi jamet di media sosial?

2. Bagaimana perancangan editor dalam memvisualisasikan bentuk jenis karya yang sesuai untuk karya film jamet

3.

4. 4

(21)

21 Menjelaskan tentang latar belakang fenomena, perancangan fenomena yang dibahas, serta merumuskannya ke dalam ruang lingkup. Di bab ini menjelaskan pemerolehan data, analisis data, dan kerangka perancangan data.

BAB II LANDASAN TEORI

Memaparkan tentang landasan pemikiran sebagai dasar dari pembuatan karya dan teori pendukung untuk penciptaan film Jamet.

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH

Menjelaskan hasil dari analisis data yang telah didapat agar dapat dipahami oleh audiens.

BAB IV KONSEP DAN PERANCANGAN

Menjelaskan konsep dan hasil perancangan film berdasarkan hasil analisis data yang telah didapat.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dari hasil analisis data terkait perancangan film yang telah dibuat, serta saran dari penulis.

(22)

22

BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN

2.1. Fenomena Jamet 2.1.1. Kebudayaan

Menurut Taylor (1997) dalam (Yulianthi, 2015) berpendapat bahwa, kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta yaitu “budayah/bodhi” yang memiliki arti budi akal atau semua hal yang berhubungan dengan akal. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa kebudayaan atau yang disebut juga sebagai peradaban adalah pemahaman yang meliputi: pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, dan adat istiadat yang dihasilkan dari anggota masyarakat.

Beberapa masyarakat dari kita menganggap Jamet ini sebagai budaya baru yang muncul di Indonesia. Pada perkembangan nya, gaya dan tren Jamet sendiri banyak digunakan oleh para pemuda-pemudi di asal Madura.

2.1.2. Indonesia Sebagai Negara Multikultural

Indonesia merupakan negara multikultural yang artinya memiliki beranekaragam suku, budaya, dan agama. Multikultural adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman. Multikultural menurut Suparlan adalah sebuah pola pikir yang mengedepankan perbedaan-perbedaan individual dan perbedaan budaya guna terwujudnya masyarakat yang saling memahami dan menghormati keanekaragaman atau pluralisme budaya (Suparlan, 2002b).

Globalisasi adalah kata serapan dari bahasa inggris yang berarti

‘’Globalization’’. Kata ini ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, proses sejarah, atau proses alamiah yang membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain. Keterikatan inilah yang akan mewujudkan suatu tatanan kehidupan baru. Menurut (Winarno, 2006) globalisasi adalah suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia bisa menjangkau satu dengan yang lain atau saling terhubungkan dalam semua aspek kehidupan mereka, baik dalam budaya, ekonomi, politik, teknologi maupun lingkungan. Budaya Jamet sendiri termasuk ke dalam jenis-jenis globalisasi yang dimana proses informasi, dan gambaran-gambaran yang diproduksi di satu belahan dunia masuk ke dalam

(23)

23 sebuah aliran global yang cenderung menipiskan perbedaan-perbedaan kebudayaan antara bangsa-bangsa, wilayah-wilayah atau individu-individu.

Setelah era globalisasi ini, akulturasi antara berbagai budaya tidak terelakan lagi. Namun beberapa budaya baru kadang bisa tidak diterima. Jamet adalah salah satu wujud dari akulturasi itu sendiri, , karena banyak pemuda- pemudi yang mengikuti trend ini. Menurut Gillin dan Raimy (1940) dalam (Teske & Nelson, 1974) adalah proses modifikasi budaya dalam suatu masyarakat sebagai hasil dari kontak sosial terhadap budaya lain. Sedangkan menurut (Kodiran, 1998), akulturasi terjadi ketika meleburnya dua kebudayaan berbeda (asing dan asli) sehingga unsur-unsur budaya asing diolah sedemikian rupa ke dalam budaya asli dengan tidak menghilangkan sifat aslinya.

2.1.3. Definisi Jamet

Kata Jamet merupakan sebuah akronim dari kata “Jawa” dan “Metal”

(Hastanto, 2020), ada juga yang beranggapan bahwa Jamet merupakan akronim dari “Jajal Metal”. Perbedaan arti tersebut terjadi karena kata “Jamet”

merupakan kata gaul atau slang, seperti yang dijelaskan di dalam kamus besar bahasa Indonesia, slang adalah ragam bahasa yang tidak resmi dan tidak baku serta bersifat musiman yang digunakan oleh kaum remaja atau kelompok tertentu dengan tujuan agar orang di luar kelompok tidak mengerti apa yang sedang diucapkan.

Istilah Jamet sudah mulai muncul sekitar tahun 2010, pada awalnya istilah ini ditujukan kepada anak muda beretnis Jawa yang menyukai musik beraliran metal. Namun, kata Jamet mengalami peyorasi — perubahan makna yang mengakibatkan sebuah ungkapan menjadi sesuatu yang tidak enak, tidak baik, dan sebagainya. Penganut-penganutnya dipandang tidak lazim karena menyukai musik yang dinilai aneh serta berpakaian yang tidak sesuai dengan standar masyarakat.

Jamet tercipta karena adanya fenomena globalisasi dan diperkuat dengan pesatnya perkembangan penyebaran informasi. Pada masa kini, idealisme counter-culture Jamet diakulturasikan dengan pemilihan jenis musik yang tidak lagi hanya musik metal namun juga dengan musik berjenis funkot, hal ini bisa dilihat dari banyaknya lagu yang di mixing ulang menjadi jenis

(24)

24 funkot mengiringi tarian para Jamet di sosial media TikTok. Muammar (2019) berpendapat bahwa, funkot atau “Funky kota” merupakan sebuah jenis musik dengan tempo yang cukup cepat dan menggunakan sample sederhana sehingga terkadang muncul kesan murahan. Arti dari funky dalam funkot bukanlah dalam artian musik yang mengandung unsur musik funk, tetapi funky yang diartikan sebagai keren oleh kebanyakan orang Indonesia, karena pada awalnya musik tersebut berkembang di diskotek-diskotek kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Bali (Muammar, 2019).

Penampilan para Jamet tidak semata-mata mengikuti penampilan para musisi metal di barat tetapi diakulturasikan dengan memakai pakaian gombroh, celana ketat (terkadang sobek-sobek), dan juga rambut kaku yang menjulang tinggi ke atas.

2.1.4. Perundungan di Media Sosial Terhadap Jamet

Jamet merupakan salah satu korban dari perundungan siber di Indonesia.

Menurut (Hastanto, 2020), kata Jamet saat ini menjadi eksis kembali karena maraknya penggunaan media sosial TikTok oleh masyarakat Indonesia. Kata Jamet saat ini mengalami peyorasi seiring berjalannya waktu. Sebelumnya, sebutan Jamet hanyalah sebuah julukan yang diberikan masyarakat orang Jawa asli (misalnya Madura) yang bergaya metal. Jamet sekarang sering disalahartikan sebagai orang desa yang norak. Dapat dilihat dari beberapa kolom komentar di jejaring sosial seperti Youtube, Facebook dan TikTok.

Sebagian kalangan masyarakat berkomentar bahwa Jamet itu norak, bau, kampungan, tidak tahu malu dan kata-kata umpatan lain. Kebanyakan masyarakat sering mengkaitkan Jamet dengan kata Kuproy atau “kuli proyek”

sehingga menjadi Jamet Kuproy (Jawa metal kuli proyek), stereotip ini seakan- akan membuat semua orang yang bergaya seperti Jamet adalah pekerja kuli proyek.

Perundungan ini terus terjadi terhadap Jamet yang tak bisa dipungkiri lagi akan menimbulkan serangan psikologis yang secara tidak langsung akan membuat jamet mengalami social anxiety ataupun ke ranah depresi.

(25)

25 2.2. Media

2.2.1. Film

Film adalah sebuah karya seni yang terbentuk dari komponen audio visual atau bisa juga terbentuk hanya dari komponen visual, pada awal nya film itu bisu yang mana audio belum bisa masuk ke dalam film. Menurut (Eisenstein, 2014 [1949]: 3), film merupakan kepingan-kepingan gambar yang digabungkan dengan berbagai cara sehingga menghasilkan kombinasi gambar yang saling berkaitan dan memunculkan makna abstrak yang merefleksikan sisa-sisa realitas dunia nyata.

Pada perancangan Tugas Akhir, penulis sebagai editor merancang film Jamet yang bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat sekitar tentang jamet yang menjadi korban perundungan di media sosial, dan diharapkan pada karya film ini agar mendidik masyarakat supaya tidak ada lagi perundungan karena perbedaan gaya hidup.

2.3. Klasifikasi Film Berdasarkan Cerita 2.3.1.1. Film Dokumenter

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890an. Istilah "dokumenter"

disebutkan dalam resensi film Moana (1926) karya Robert Flaherty yang ditulis oleh John Grierson “The Moviegoer”, pada New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926.Film dokumenter merupakan film yang menceritakan gambaran nyata dari sebuah kehidupan. Menurut Ayawaila (2008: 11), mengatakan bahwa film dokumenter adalah suatu dokumentasi yang mengedepankan fakta dan kenyataan, di mana terdapatnya struktur.

Film dokumenter adalah film yang dapat mewakili cerita realita yang ada karena berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan, dokumenter sendiri menampilkan suatu kehidupan dengan berbagai sudut pandang yang di ambil.

(26)

26 2.3.1.2. Film Dokumenter Drama

Menurut Effendy, Heru (2009:03) film dokudrama atau dokumenter drama merupakan film yang mengedepankan realitas sebagaimana film dokumenter akan tetapi sedikit mengurangi nilai realita untuk membuat film lebih dramatis dan menambahkan nilai- nilai estetika agar hasil visual dan cerita dari film menjadi lebih menarik dengan tetap tidak menghilangkan realitas dari dokumenter tersebut.

Pada pernyataan diatas, perancang ingin membuat film Jamet lebih dramatis, namun tetap tidak menghilangkan realitas dari dokumenter tersebut agar isu-isu penting yang disampaikan kepada penonton tersampaikan.

2.3.2. Editor

Editor merupakan pekerja sineas professional yang paling akhir bekerja dari seluruh proses produksi dimana bertanggung jawab menyunting secara estetis shot-shot mentah yang kemudian digabungkan berdasarkan skenario dan konsep dari sutradara, sehingga menjadi sebuah film yang utuh. Seorang editor harus mempunyai sense of storytelling (kesadaran/rasa/indra penceritaan) yang kuat, sehingga dituntut sikap kreatif nya dalam pemilihan menyusun shot-shot yang ada.

Dalam pengertian lain seorang editor diibaratkan sebagai sutradara kedua, karena dianggap mampu memberikan sentuhan kreatif di hasil akhir (KN, 2018, hal. 152)

2.3.2.1. Tugas dan Kewajiban Editor

Sesuai dengan apa yang telah dipaparkan dalam buku Job Description Pekerja Film, menjelaskan tentang keterlibatan dalam editor dalam proses pembuatan film (Satsha. Sunu, FFTV IKJ.

2008:143). Antara lain : 1) Pra Produksi

Saat proses Pra Produksi editor menganalisa skenario dengan cara melihat adengan tertulis dalam skenario yang diberikan oleh sutradara, editor juga membantu dalam

(27)

27 memberikan saran sehingga dapat membayangkan cara editing yang akan digunakan.

2) Produksi

Pada tahap ini editor tidak memiliki tugas dan kewajiban khusus namun dalam proses produksi ini editor bisa mengabadikan proses produksi ini untuk ‘’Behind The Scene’’.

3) Tahap Paska Produksi

Pada tahap ini editor melakukukan proses editing kasar mengatur scene per scene (rough cut) berdasarkan script yang telah di tulis. kemudian editor mempresentasikan dan mendiskusikan struktur baru yang sudah dihasilkan bersama sutradara dan produser hingga hasil akhir yang diharapkan (Final Edit). Menghaluskan hasil final edit (trimming)

2.3.3. Editing

Tahap selanjutnya setelah pengambilan gambar selesai maka akan dilakukan tahap editing. Ditahap ini shot-shot yang telah dipilih akan di olah dan di rangkai hingga menjadi sebuah satu rangkaian kesatuan yang utuh. Aspek editing adalah salah satu unsur murni yang dimiliki oleh seni film, para sineas menyadari betapa kuatnya penmgaruh teknik editing untuk memanipulasi ruang dan waktu (Pratista, 2008:123)

Menurut (Marsha, 2011: 28-29)kata editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari Inggris. Editing berasal dari bahasa Latin “editus’’ yang artinya menyajikan kembali. Dalam bidang audio-visual, termasuk film, editing adalah usaha merapihkan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton.

Editing dibagi menjadi dua jenis, yakni editing kontinu dan editing diskontinu. Editing kontinu adalah perpindahan shot langsung tanpa terjadi lompatan waktu, Sebaliknya editing diskontinu adalah perpindahan shot dengan terjadinya lompatan waktu. Editing kontinu dan Editing diskontinu akan dibahas lebih lanjut pada aspek temporal editing (Pratista, 2008:123). Editing dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

(28)

28 2.3.3.1. Editing Kontinuiti

Editing kontinuiti adalah penyuntingan gambar untuk memastikan dari satu shot ke shot lainnya, dan beberapa cut-away, action yang diperlihatkan tetapi bukan dari shot sebelum nya. Satu sequence yang berkesinambungan dan tercapainya sesuatu cerita dalam sebuah adegan yang terdiri dari berbagai jenis shot yang di filmkan dari beberapa angle yang berbeda secara jelas dan koheren sehingga tidak membingungkan penonton.

Bersama aspek sinematik lainya, yakni miss-en-scene set, pergerakan dan posisi pemain dan sinematografi posisi kamera, editing kontinuiti digunakan agar hubungan kontinuitas naratif antar shot tetap terjaga. (Mangunhardjana, A. Magija, 1976)

2.3.3.2. Aspek Editing

A. Aspek Temporal

Aspek Editing yang mempengaruhi pembentukan cerita naratif dalam memanipulasi waktu, Sebuah shot yang dapat berubah waktu dan tidak terpuitus, dan bisa terjadi lompatan waktu (Himawan Pratista, 2008:129)

B. Aspek Ritmik

Aspek Editing yang mempengaruhi sineas dalam mengontrol panjang atau pendek nya durasi sebuah shot, hal ini juga yang mempengaruhi pembawaan suasana pada sebuah film dokumenter drama ini sesuai dengan jalan cerita yang ada. dalam aspek ritmik juga digunakan cut to cut sebuah shot mengikuti tempo alur pada musik. Sehingga semakin cepat durasi shot yang dihasilkan maka tempo film itu menjadi cepat, sebaliknnya jika shot semakin panjang maka memberikan tempo yang lama.

(Himawan Pratista, 2008:128).

2.3.4. Transisi

Transisi adalah penggabungan dua shot menjadi satu. Transisi sangat penting, setiap orang dari operator kamera ke editor harus paham betul bagaimana menggunakan transisi secara efektif. Transisi shot dalam film maupun video umumnya dilakukan dalam empat bentuk yaitu, cut, fade in/ fade

(29)

29 out, dissolve, serta wipe. Bentuk yang paling umum adalah cut yakni, transisi shot secara langsung. Sementara wipe, dissolve, dan fade merupakan transisi shot secara bertahap. Cut dapat digunakan untuk editing kontinu dan diskontinu.

Sementara wipe, dissolve, dan fade umumnya digunakan untuk editing diskontinu. Beberapa variasi bentuk lain juga kadang muncul namun sangat jarang digunakan. (Ilham, N ; 2015)

a) Cut

Cut adalah transisi yang paling sering digunakan oleh editor yang dapat didefinisikan sebagai perubahan langsung satu adegan langsung ke adegan lain nya. Cut juga menjadi salah satu transisi yang diterima oleh penonton sebagai bentuk realitas visual, dikarenakan ketika digunakan pada saat yang tepat penonton juga tidak akan menyadari hal itu.

b) Dissolve

Dissolve didefinisikan sebagai perubahan bertahap dari gambar akhir dari satu gambar ke dalam gambar awal dari shot berikutnya.

Secara tradisional dicapai melalui transisi kedua dengan opacity kebawah dan keatas secara bersamaan selama periode waktu terntentu.

Setelah akhir dari shot pertama dissolve mengeluarkan shot berikutnya muncul ke layar secara bersamaan. (Roy Thompson, 2009:80)

c) Fade

Munculnya atau hilangnya gambar atau suara secara berangsur- angsur. Munculnya gambar atau suara secara perlahan-lahan disebut fade in. Teknik fade in digunakan untuk menekan berlalunya waktu atau akhir adegan. Juga digunakan sebagai pembuka.

Hilangnya gambar secara perlahan-lahan dari level normal menjadi blank frame disebut fade out. Teknik editing ini penggunaannya sama dangan fade in, yaitu digunakan sebagai titik akhir dari suatua degan atau cerita. Fade-out juga sering digunakan untuk menutup film (Pratista, 2008:126)

(30)

30 d) Wipe

Transisi wipe merupakan transisi dimana satu gambar tergantikan oleh gambar lain seolah-olah gambar yang pertama terdorong keluar oleh gambar kedua hingga sepenuhnya gambar kedualah yang muncul dilayar. Wipe sendiri menggunakan efek sapuan yang tajam sehingga shot selanjutnya bisa menggantikan shot yang pertama. Pergantian dengan wipe ini biasanya digunakan untuk mengawali sebuah adegan dalam cerita, mengisyarat perbedaan waktu, dan perubahan tempat.

2.3.5. Warna

Pada masa sekarang orang memilih warna untuk film tidak hanya untuk selera pribadi berdasarkan perasaan nya saja. tetapi memilih nya dengan penuh kesadaran dan kegunaannya, seperti penggunaan color grading dalam merubah visual tone atau nuansa visual yang tepat bagi film dokumenter drama ini.

2.4. Metode Perancangan

Metode yang digunakan perancang sebagai Editor dalam merancang karyanya menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan femonologi, Menurut pendapat Moleong (2007: 6) yang memaknai penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian. Lebih pas dan cocok digunakan untuk meneliti hal-hal yang berkaitan dengan penelitian perilaku, sikap, motivasi, persepsi dan tindakan subjek.

Perancang menggunakan metode penelitian kualitatif selain digunakan untuk menyelidiki, menemukan dan menggambarkan objek yang diteliti. Ternyata juga dapat digunakan untuk menjelaskan atau menuliskan keistimewaan dari pengaruh sosial yang kemudian dijelaskan dan diukur menggunakan pendekatan kuantitatif (Saryono, 2010:

1)

BAB III

DATA DAN ANALISIS

3.1. Data dan Analisis Objek

Dalam mengumpulkan data guna analisis, perancang telah melakukan observasi dan wawancara langsung di lapangan satu dari beberapa narasumber atau objek yang

(31)

31 dipilih. Pada tahapan observasi, perancang berserta satu rekan tim nya melakukan observasi langsung ke salah satu narasumber di Apartemen Emerald Tower untuk mengetahui kehidupan nyata dari salah satu narasumber yang suka mendapatkan cap

‘’Jamet’’ di media sosial, dan melakukan observasi jarak jauh pada salah satu narasumber yang berasal dari jawa (madura) untuk menjadi acuan perbandingan.

3.1.1. Data Objek Perancangan 3.1.1.1. Wawancara Subjek

1) Wawancara Subjek 1

Nama : Rachmat Mahardika Putra Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 22 Tahun

Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 22 Juli 1999 Waktu & Tempat : Apartemen Emerald Tower

Perancang bersama kolega mewawancarai seorang content creator muda bernama Rachmat Mahardika Putra.

Berasal dari Tasikmalaya kelahiran 23 juli 1999 yang biasa dipanggil Mahardika Silverskin ataupun Jenglot. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 28 Desember 2021 di Apartemen Emerald Tower. Mahardika adalah seorang Youtuber dengan konten mewawancarai para Animelovers atau cosplayer pada event

(32)

32 Japan Festival yang berkaitan dengan anime dan dia juga pekerja visual atau illustrator di Faith Industries.

Alasan dia menjadi Youtuber itu karena dia suka dengan hal-hal yang berkaitan dengan budaya Jepang. Dia juga ingin menunjukan bahwa di indonesia juga memiliki event festival keren yang berasal dari Jepang. Selama membuat konten, banyak masyarakat yang mengomentari dengan hal buruk nya seperti hate comment, benci secara pribadi kepada dirinya namun ada juga feedback baik nya seperti orang orang terhibur dengan konten yang dibuatnya.

Saat ditanya tentang apa itu Jamet, menurut Dika Jamet adalah salah satu orang berpenampilan yang tidak sesuai dengan perawakannya. Contohnya orang yang mengenakan pakaian ala Harajuku style namun tidak cocok dengan muka nya sendiri.

Menurutnya kebebasan berekspresi itu menyalurkan apa yang dia suka kepada banyak orang. Contohnya saat dia membuat konten tentang menanyakan gaya berpakaian orang lain saat berada di festival. Dia merasa bebas menanyakannya kepada orang-orang tentang kepribadian nya pada event tersebut namun atas seizin orang yang bersangkutan.

Menurut pandangan Mahardika juga orang yang melakukan perundungan atas konten yang dibuat, dia hanya menacuhkan orang tersebut, karena menurutnya orang seperti itu hanya ingin mencari perhatian saja. Dia lebih memilih untuk lebih berfokus kepada orang-orang yang suka dengan konten nya saja.

Cara dia untuk terus berkomunikasi dengan baik kepada penontonnya adalah dengan cara sering mengajak para penontonnya untuk main bareng ataupun mengobrol pada platform media sosial Discord.

Pada akhirnya menurut Dika, Jamet adalah orang yang berpakaian dekil dan baginya, dia merasa bahwa dirinya adalah Jamet.

(33)

33 2) Wawancara Subjek 2

Nama : Achmad Fawauddin

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 15 Tahun

Tanggal Lahir : Madura, 14 Febuari 2005 Waktu & Tempat : Daring, 14 Januari 2022

Perancang dan kolega mewawancarai Achmad Fawauddin atau yang akrab dipanggil Udin Barabere pada tanggal 14 Januari 2022 secara daring melalui Google Meet. Achmad adalah seorang siswa yang berasal dari Madura. Achmad menjadi viral semenjak dia mengunggah video tarian nya di medial sosial TikTok. Menurut Achmad, dia hanya seru-seruan dalam membuat video tersebut dikarenakan teman-teman nya melakukan hal yang serupa, Saat wawancara Achmad tidak menyangka video yang dia buat menjadi banjir komen dan like dari para netizen, kebanyakan yang berkomentar pada video unggahan nya memiliki kata kata negative. Ketika ditanya mengenai hal tersebut Achmad pun membalasnya dengan kata-kata, ‘’diamkan saja’’.

(34)

34 Kata-kata Jamet juga menjadi sesuatu yang banyak dilontarkan oleh netizen kepada Achmad, namun Achmad pun sebenarnya tidak tahu pasti apa itu yang disebut dengan Jamet, yang ia tahu hanyalah konotasi negatif kata Jamet yang terbentuk dari komen-komen di media sosial terhadapnya. Dari cara berpakaian layaknya Jamet seperti baju oversize dan celana sobek juga sempat menjadi tren di lingkungannya. Achmad pun menerima nya saja, lalu komen negatif pun berkurang seiring berjalan nya waktu. Udin pun sempat masuk ke beberapa Stasiun TV dan media sosial seperti Youtube karena sebutan Jamet nya tersebut oleh netizen. Udin pun mengatakan bahwa dirinya sudah bosan dengan hal tersebut, dan lebih fokus untuk mengejar jenjang pendidikan yang sedang ia tempuh.

3.1.1. Observasi

Perancang melakukan observasi tidak langsung karena kendala kasus Covid-19 yang masih tinggi sehingga diharuskan untuk menjauhi kerumunan agar tidak terpapar virus tersebut. Perancang melakukan observasi tentang Jamet ini melalui observasi di media sosial dan berita-berita mengenai Jamet di internet.

3.1.2.1. Media Sosial

Perancang melakukan observasi di media sosial Tiktok dan Youtube untuk melihat kolom komentar dari beberapa tokoh atau content creator yang memiliki keidentikan dengan Jamet.

(35)

35

No Data Visual Deskripsi

1

Pada kolom pencarian di salah satu media sosial Bernama Tiktok, kata Jamet telah di blokir dan tidak dapat digunakan. Menurut pihak aplikasi tersebut beranggapan bahwa kata Jamet mengacu kepada ujaran kebencian dan hinaan.

Dalam melakukan observasi pun sangat sulit untuk menemukan kata Jamet.

2

Pada salah satu postingan milik Udin Barabere di Tiktok, terlihat Udin yang sedang berjoget diiringi lagu funkot dengan memakai pakaian sekolahnya.

Terlihat pada kolom komentar, terdapat ujaran kebencian yang dilakukan oleh netizen.

(36)

36 3

Pada unggahan di kanal Youtube Mahardika Silverskin terdapat pula beberapa ujaran kebencian yang ditulis oleh orang- orang di kolom komentar.

Contohnya seperti ‘’Hadeh jamet jamet’’, ‘’ Yang peryama fanboy Twice ya?

Kok jamet anjer’’,

‘’Perkumpulan Jamet’’. Ada pun yang berkomentar generasi jepang perusak bangsa, seakan akan netizen menolak kehadiran event jejepangan di Indonesia.

3.1.2.2. Berita Jamet di internet

Perancang melakukan observasi melalui beberapa data di Google.

No Data Visual Deskripsi

1

Jamet termasuk ke dalam salah satu trending topik pada tahun 2021 dari lima hal yang dicari dalam penelusuran Google. Hal ini menjelaskan bahwa arti kata dari Jamet itu banyak dicari tahu oleh netizen Indonesia.

(37)

37

2 Pada situs www.minews.id

menjelaskan beberapa waktu ini di media sosial diramaikan oleh seseorang pria berjoget diiringi lagu funky kota ''Tiktok Dinding Badinding''.

Melihat gaya dan penampilan yang berbeda, netizen pun menyebut nya ''jamet kuproy''

Seketika,''jamet kuproy'' menjadi salah satu pembahasan yang viral.

Pada keterangan user facebook yang mengunggah video mereka, Jamet Kuproy merupakan grup pemuda yang berasal dari Jawa Timur, tepat nya berasal dari daerah Madura. Jamet menjadi banyak pertanyaan, seperti apa sih arti dari kata Jamet? Jamet memiliki arti ''Jawa Metal'', sedangkan kuproy adalah ''Kuli Proyek''. Jamet memiliki ciri ciri dengan rambut panjang, berasal dari jawa, menyukai pakaian oversize, dan suka joget.

(38)

38

3 Vice memaparkan fenomena

viralnya Jamet kuproy di media sosial. Konon katanya, jamet merupakan orang madura yang senang berjoget dengan diiringi lagu-lagu minang. Jamet disejajarkan dengan sapaan alay karena perilakunya yang nyeleneh, pakaian mencolok dan tidak sesuai dengan tampangnya.

Pelekatan stereotip ini muncul karena kultur ngenger yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa. Ngenger adalah orang yang menjadikan dirinya sebagai budak atau pembantu dari seorang majikan. Perilaku ini terjadi karena keluarga yang tidak mampu mengurus anaknya dan memilih untuk menitipkannya kepada orang lain.

3.1.2. Analisis Data Objek

Metode Analisis T ujuan Analisis Unit Analisis

Ilmu sosial dengan paradigma definisi dan metode sosial

Untuk mengetahui pandangan individu dan masyarakat terhadap fenomena yang dianalisis

• Definisi Jamet

(39)

39 Untuk memahami penyebab

perundungan terhadap Jamet.

• Diskriminasi terhadap cara berpakaian

• Membatasi kebebasan berekspresi

• Perundungan terhadap Jamet di media sosial Untuk mengetahui permasalahan

yang muncul akibat fenomena tersebut

Unit Analisis Hasil Analisis

Definisi Jamet

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pengertian Jamet mengarah kepada masyarakat yang berasal dari Jawa, dengan penampilan yang tidak sesuai (tidak matching) dengan perawakannya

Diskriminasi terhadap cara berpakaian

Cara berpakaian Jamet unik sehingga dianggap aneh, mereka biasanya memakai pakaian yang oversize, celana robek-robek, rambut panjang lancip tegak lurus. Dapat disimpulkan bahwa itu merupakan kebebasan berekspresi seseorang.

Membatasi kebebasan berekspresi

Kebebasan berekspresi menjadi hal yang sulit diutarakan, karena masyarakat di Indonesia selalu mengkritik tanpa mengetahui latar belakang seseorang.

Perundungan terhadap Jamet di media sosial

Internet itu sendiri sangatlah luas, orang dengan mudah nya dapat mengakses sesuatu seperti membuat konten, mengomentari konten tersebut, dan memberi like kepada salah satu video yang disukai nya. Namun marak nya perundungan siber pun semakin banyak dikarenakan masyarakat di Indonesia masih kurang pemahaman akan berkomentar yang baik di internet.

(40)

40 3.1. Data dan Analisis Khalayak Sasar

Data khalayak sasar adalah data perancangan tentang film Jamet, yang dibuat untuk menunjukan target penonton atau penikmat yang dituju dalam pembuatan karya film ini, agar makna yang terkandung dapat tersampaikan sesuai dengan maksud dan tujuan awal perancangan.

3.1.1. Data Khalayak Sasar

Dari hasil kuesioner yang telah disebar melalui internet, berikut hasil data terkait khalayak sasar yang dituju:

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebar, data yang diperoleh dari 110 responder adalah sebanyak 83,6% berumur 19 sampai 25 tahun, 9,1% berumur 26 sampai 30 tahun, 5,5% berumur 15 sampai 18 tahun dan 1,8% berumur lebih dari 30 tahun.

Pada pertanyaan selanjutnya, dari 110 responder dapat diketahui bahwa 78,2%

bekerja sebagai mahasiswa, 14,5% sebagai karyawan, 3,6% sebagai siswa/pelajar dan sisanya masing-masing sebanyak 1% bekerja sebagai enterpreneur, ibu rumah tangga, advokat dan yang lain.

(41)

41 Pada data ini dapat diperoleh dari 110 responder bahwa 65,5% berada di Jawa Barat dan 34,5% berada di luar Jawa Barat.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari 110 responder, 50% orang menjawab bahwa biasanya mereka menggunakan gawainya untuk bermain media sosial dalam sehari sebanyak 4-8 jam, 27,3% menjawab lebih dari 8 jam dan 22,7%

menjawab 1-4 jam.

Dari 110 responder hasil data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa 92,7%

orang mengetahui Jamet dan 7,3% orang tidak tidak apa itu Jamet.

(42)

42 Berdasarkan data yang diperoleh, 110 responder menyebutkan arti dari Jamet dengan berbagai macam sudut pandang dan pengertian.

Pada pertanyaan ini, 38 orang menjawab dengan ragu-ragu, 20 orang menjawab sangat tidak setuju, 20 lainnya menjawab setuju, 18 orang menjawab sangat setuju dan 14 orang menjawab tidak setuju.

(43)

43 Pada pertanyaan ini, dari 110 responder, 51 orang menjawab ragu-ragu, 18 orang menjawab tidak setuju, 17 orang menjawab setuju, 14 orang menjawab sangat setuju dan 10 orang menjawab sangat tidak setuju.

Pada pertanyaan ini, 50 orang menjawab sangat setuju, 27 orang menjawab setuju, 27 orang menjawab ragu-ragu, 3 orang menjawab tidak setuju dan sisanya menjawab sangat tidak setuju.

Dari 110 responder hasil data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa 89,1%

orang menjawab ya dan 10,9% orang menjawab tidak.

(44)

44 Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari 110 responder, 79,1% orang menjawab ya dan 20,9% orang menjawab tidak.

3.2. Data dan Analisis Khalayak Sasar

Data khalayak sasar adalah data yang menunjukan target penonton yang dituju dalam proses perancangan film Jamet, data dibuat oleh penulis dengan tujuan agar makna yang terkandung di dalam karya tersebut dapat tersampaikan sesuai tujuan awal penulis.

3.2.1. Data Khalayak Sasar

Dari hasil kuesioner yang telah disebar, berikut adalah hasil data terkait khalayak sasr yang dituju:

3.2.2. Analisis Khalayak Sasar 3.2.2.1. Geografis

Penonton yang menjadi target untuk perancangan karya ini adalah pemuda yang bertempat tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung.

3.2.2.2. Demografis

Target penonton yang dituju terbagi ke dalam dua golongan, primer dan sekunder.

1) Primer

Target primer ditujukan kepada kalangan remaja dan orang dewasa yang membutuhkan informasi mengenai Jamet.

• Usia : 18 tahun ke atas

• Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan

(45)

45

• Status Ekonomi : semua kalangan 2) Sekunder

Target sekunder ditujukan kepada masyarakat yang menjadi korban dari isu perundungan siber.

• Usia : 18 tahun ke atas

• Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan

• Status Ekonomi : semua kalangan 3.2.2.3. Psikografis

Film ini ditujukan kepada masyarakat yang belum paham tentang adanya komunitas Jamet, serta memperlihatkan dampak buruk dari perundungan siber yang dialami oleh komunitas Jamet yang ada di Jawa Barat.

3.3. Data dan Analisis Film Karya Sejenis

Sebelum membuat film dokumenter drama sendiri, perancangan melakukan analisis dari beberapa karya sejenis sebagai referensi visual, karakter, masalah dan fenomena agar dapat dijadikan tolak ukur maupun gambaran pada proses pembuatan film yang perancang buat.

3.1.1. Data Dan Analisi Karya Sejenis 1. Heavy Trip

(46)

46

Gambar Poster Film Heavy Trip (Hevi Reissu) (Sumber: Goldposter)

A. Data Film

• Judul: Heavy Trip (Hevi Reissu)

• Jenis Film: Komedi/Musik

• Sutradara: Juuso Laatio, Jukka Vidgren

• Durasi: 1 Jam 32 Menit

• Pemeran: Johannes Holopainen, Max Ovaska, Antti Heikkinen, Minka Kuustonen, Samuli Jaskio, Ville Tiihonen, Chike Onhawe.

• Tahun Rilis: 9 Maret 2018

• Tema: Pemuda yang memiliki impian agar band nya bisa manggung dikonser besar.

Visual Deksripsi

Film ini diawali dengan 2 jenis shot yaitu full shot dan medium close up, pada awal scene tersebut turo pemeran utama (Rambut Panjang) dihina oleh teman teman di kampungnya karena rambut panjang itu dianggap homo disana.

(47)

47 Pada bagian ini turo mempunyai teman teman yang satu jalan dengan dia dalam bermain band bergenre metal. Disetiap teman nya mempunyai keunikan masing masing seperti lupa bernafas sehingga menjadi pingsan, mecintai gaya nya sekali dengan pede, dan suka

Selanjutnya, Narator menjelaskan tentang turo yang bekerja di bagian rumah sakit jiwa penjelasan tersebut memperjelas informasi bahwa turo sudah biasa menghadapi ocehan teman teman yang menilai gaya keseluruhan turo sebagai seorang pecinta metal.

Dan diperkuat lagi dengan Turo yang bersaing dengan bapak bapak yang ingin merebut gadis impian Turo.

(48)

48 Penggambaran saat Turo merilis album baru dirumah nya yang terinspirasi dari kandang pemotongan rusa yang macet di rumah teman nya. Namun tiba tiba datang seorang pak tua yang berasal dari manajer konser band metal ternama, tak disangka saat pak tua itu ingin masuk ke rumah teman Turo pak tua itu terkena air darah dari tempat pemotongan rusa itu dan tiba tiba pergi dari rumah teman Turo. Namun salah satu teman Turo mengejar nya dan mengirim kaset album debut nya.

Penggambaran disaat Turo dan kawan kawan nya pergi melintas batas negara secara illegal.

(49)

49 Di akhir film kita melihat sebuah perjuangan Turo dan kawan kawan nya berhasil manggung dipanggung besar, kemudian setelah selesai Turo pun ditangkap oleh polisi karena telah melintas batas negara.

Teori Data Film Heavy Trip

B. Analisis Warna Pada Film

Setelah menonton film ini, perancang mendapatkan gambaran tentang bagaimana warna yang akan digunakan pada proses paska produksi. Pada film ini menampilkan visual tentang seorang pemuda yang berasal dari desa, sedang berjuang untuk menggapai cita citanya untuk mewujudkan band nya manggung di panggung besar, banyak cobaan yang dia alami dalam menggapai mimpinya seperti ejekan karena berbeda penampilan.

Warna yang akan diambil pada film ini adalah warna natural, karena mood warna yang akan diambil adalah (oranye) agar mendapat kesan yang lebih mendalam. Film ini juga tidak begitu banyak menonjolkan warna seperti hanya, warna oranye, biru, dan coklat.

(50)

50 2. Serigala Terakhir

Gambar Poster Film Serigala Terakhir (Sumber: IMBd)

A. Data Film

• Judul: Serigala Terakhir

• Jenis Film: Drama Kriminal

• Sutradara: Upi Avianto

• Durasi: 2 Jam 19 Menit

• Pemeran: Vino G. Bastian, Al Fathir Muchtar, Reza Pahlevi, Abimana Aryasatya, Dion Wiyoko, Dallas Pratama, Ali Syakieb, Fanny Fabriana, Zaneta Georgina, George Rudy, August Melasz dan Ully Artha.

• Tahun Rilis: 5 November 2009

• Tema: Perseteruan dua geng mafia di pinggiran kota.

Visual Deksripsi

(51)

51 Film diawali dengan 5 sahabat yang

suka berbuat onar selayak nya preman.

Film ini diperkuat dengan kisah romansa didalam nya.

Kemudian film ini menggambarkan keras nya kehidupan jalanan di sebuah kota, seperti tawuran.

(52)

52 Film ini juga menampilkan unsur

visual dalam kekerasan, seperti darah, dan adegan membunuh.

Penggambaran saat tertangkap.

Di film ini menceritakan juga tentang pembullyan terhadap anggota yang ingin masuk geng teman lama nya, namun ditolak secara mentah mentah dan memicu rasa dendam.

(53)

53 Kemudian pada film ini Narator

memunculkan kesan pertikaian lagi antara sahabat yang sudah berbeda jalan dan pikiran, Sehingga salah satunya mati.

Film ini diakhiri dengan scene bahwa hidup di pinggiran kota itu sangat lah keras, dan bakal terjadi siklus yang terulang seperti, pertikaian, pembunuhan, maupun menggunakan obat obatan terlarang seperti narkoba.

Kemudian ada pengisi suara yang menjelaskan bahwa didunia ini kadang tidak adil yang baik bisa menang atau pun bisa kalah.

Teori Data Film Serigala Terakhir

B. Analisis Warna Pada Film

Perancang memilih film ini karena banyak warna oranye klasik, seperti film lawas (retro), Pada data sebelum nya warna yang akan diambil natural akan cocok dengan warna retro ini dengan syarat tidak terlalu menghilangkan warna natural.

(54)

54 3. Little Women

Gambar Poster Film Little Women (Sumber: IMBd)

A. Data Film

• Judul: Little Women

• Jenis Film: Drama

• Sutradara: Clare Niederpruem

• Durasi: 1 Jam 52 Menit

• Pemeran: Lea Thompson, Elise Jones, Lucas Grabeel, Sarah Davenport, Allie Jennings, Ian Bohen, Melanie Stone, Michael Flynn, James Rocco Celeste, Taylor Ashley Murphy Bart Johnson.

• Tahun Rilis: 28 September 2018

• Tema: Perjuangan wanita antara tugas keluarga dan pertumbuhan pribadi.

(55)

55

Visual Deksripsi

Film diawali dengan 4 saudara yang sangat Bahagia, dan sering bermain bersama-sama.

Film ini diperkuat dengan kisah keluarga yang memiliki seorang ibu yang jarang melihat suaminya pulang karena pekerjaan di luar kota.

Semakin berjalannya waktu hubungan kekeluargaan mereka makin erat, namun berubah ketika ada pria datang dan dalam 2 orang keluarga itu ada yang menyukai pria itu.

(56)

56 Film ini juga menampilkan konflik

pertengkaran di dalam keluarga.

Film ini juga menampilkan adegan darah saat terjatuh dari kuda dan terkena batu.

Di film ini menceritakan juga tentang penyesalan, seiring bertambah umur mereka, karena semakin dewasa bukan nya menjadi dewasa namun masih ke kanak kanakan.

(57)

57 Kemudian pada film ini Narator

memunculkan kesan sedih yang lebih dalam lagi. Pada salah satu anggota keluarga ada yang terkena penyakit kangker.

Film ini diakhiri dengan scene, bahwa mereka berjanji apapun yang terjadi tidak ada boleh ada rahasia lagi diantara keluarga agar hal seperti ini tidak terulang.

Teori Data Film Little Women

(58)

58 B. Analisis Transisi Pada Film Ini

Perancang memilih film ini sebagai karya sejenis karena beberapa transisi yang di munculkan pada beberapa shot sangat cocok untuk karya film documenter drama, seperti menggunakan teknik fade in, fade out, zoom in, dan zoom out yang tidak terlalu melebih lebihkan dan pesan yang tersampaikan nya pun tidak terganggu oleh transisi tersebut.

3.4 Hasil Analisis 3.4.1 Data Objek

Perancang menyimpulkan dengan dasar hasil penelitian yang akan dirancang, bagaimana mereka memaparkan rasa tidak peduli dengan para hate-speech, dan tetap berkomunikasi dengan para penggemar, melalui aplikasi discord. Mereka tetap ingin menunjukan kebebasan berkespresi mereka masing-masing dan tetap berkarya.

3.4.2 Karya Sejenis

Dari ketiga film karya sejenis yang sudah di analisis oleh perancang yaitu, Heavy Trip, Serigala Terakhir, dan Little Women dapat disimpulkan jenis warna apa saja yang akan perancang gunakan masih mengarah ke warna retro, dengan menambahkan warna oranye, dan coklat dengan mengurangi highlight agar seperti film lama. Selain warna perancang juga menambahkan transisi yang kesan nya tidak dilebih lebihkan seperti fade in, fade out, zoom in, dan zoom out. Perancang menggunakan transisi ini karena ingin menampilkan film dokumenter drama yang penyampaiyan nya mudah tersampaikan kepada audience dan tidak menghilangkan kesan natural pada film Jamet.

3.5 Tema Besar

Setelah pencarian data dan analisis yang sudah perancang dan kolega buat, perancang mendapatkan tema besar yang akan digunakan untuk karya tugas akhir.

Tema besar yang ditentukan adalah perundungan siber, karena hal tersebut didasari oleh banyaknya Jamet yang menjadi korban. Begitupun definisi tentang kata Jamet yang saat ini sudah mendapatkan konotasi negatif di masyarakat.

3.6 Kata Kunci

Berdasarkan hasil tema besar yang sudah terbentuk, perancang bersama kolega merumuskan kata kunci untuk pembuatan karya tugas akhir yaitu. Jamet, perundungan siber, kebebasan berkespresi, dokumenter drama.

(59)

59

BAB IV

KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN

4.1. Kosep Perancangan

Pada perancangan karya film ‘’Jamet’’ ini penulis sebagai editor bekerja sama dengan sutradara dan DOP berdiskusi untuk hasil eksekusi visual yang sesuai dengan hasil akhir yang diharapkan, dan dapat diterima oleh penonton dengan jelas.

Konsep perancangan film ‘’Jamet’’ yang telah ditentukan oleh perancang setelah melakukan observasi melalui media sosial seperti, TikTok, Youtube, dan Instagram, Perancang melakukan analisis kembali dengan karya karya sejenis untuk memilih warna, transisi, dan efek yang tepat untuk karya film ‘’Jamet’’ ini.

4.1.1 Ide Besar

Ide besar dari film dokudrama ini berawal dari keluh kesah narasumber serta hasil analisis dari internet dan juga media sosial. Sampai hari ini masih banyak masyarakat yang melakukan perundungan siber kepada sosok yang dianggapnya Jamet. Pengubahan arti kata Jamet sendiri yang semakin kesini mengarah pada kesan buruk yang mengakibatkan masyarakat mengecap sesuatu secara instan tanpa berpikir terlebih dahulu. Sehingga kata Jamet yang awalnya hanya panggilan kepada suatu geng, kini menjerumus kepada arti yang konotasinya negatif.

Perancang sebagai sutradara mengambil ide besar penceritaan dari hasil analisis tersebut dengan menghasilkan sebuah film yang menceritakan tentang kisah seorang remaja desa, memiliki hobi berjoget lalu mengunggahnya di media sosial.

Seiring berjalannya waktu, akun media sosialnya mendapatkan respon yang banyak sehingga membuat Jamet itu tawari oleh sebuah perusahaan Talent Agency.

Sayangnya Talent Agency itu merupakan perusahaan bodong yang hanya ingin menipu beberapa artis dadakan yang tidak memahami industri entertainment.

Jamet itupun akhirnya menjadi korban penipuan tersebut.

4.1.2 Konsep Cerita

Perancang memproduksi karya film dokumenter drama tentang ‘’Jamet’’untuk mengenalkan kehidupan ‘’Jamet’’, yang masih banyak perdebatan baik atau buruknya akan budaya dari Indonesia ini.

(60)

60 Semakin berkembang nya teknologi masyarakat tidak jauh akan penggunaan sosial media dan menimbulkan banyak nya budaya budaya baru yang bermunculan mau itu lewat trend atau mengeskpresikan diri di sosial media.

Film ini diambil dari sudut pandang narasumber terkait. Mereka akan bercerita mengenai pengalaman mereka tentang kehidupan Jamet.

4.2.2 Konsep Kreatif

Perancang sebagai editor berdiskusi dengan rekan satu kelompok mencari referensi dari film karya sejenis untuk mengambil visual yang akan digunakan pada karya film yang akan dibuat.

Pada karya film ini akan menampilkan pakaian yang sering dipakai oleh Jamet yang nantinya akan dijelaskan perkembanganya, maknanya hingga bagaimana cara ia menggunakanya.

4.3.2 Konsep Editing

Pada karya film ini sutradara dan editor telah berdiskusi akan gaya editing yang akan digunakan pada karya film ini, gaya editing yang akan diambil didapatkan dari referensi karya karya sejenis dari film Thailand.

Gaya yang akan diambil dari warna/tone, visual efek, dan transisi akan terlihat menarik karena tidak terlalu mencolok namun tetap mendalam sehingga kesan yang akan tersampaikan pun akan jelas dan tidak terlihat berlebihan dalam menggunakan warna/tone, visual efek, dan transisi.

4.4.2 Jobdesk

Perancang berperan sebagai editor yang ikut terlibat dalam proses pra produksi, produksi sampai pasca produksi. Pada tahap pra produksi, perancang memberi saran atau ide kepada sutradara dalam diskusi pembuatan film, sedangkan pada tahap produksi, editor akan bekerja sama dengan sutradara dan DOP dengan memberi saran sudut pengambilan shot sehingga pada proses pasca produksi hasil akhir nya akan sesuai dengan apa yang diharapkan, pada tahap pasca produksi editor akan mengolah file yang telah dikerjakan oleh DOP dalam pemilihan shot shot bersama sutradara, setelah itu editor mengedit tahap kasaran dan memberikan hasil kasaran dalam bentuk file Mp4 kepada sutradara jika ada revisi maka akan diulang

(61)

61 lagi sehingga menjadi karya yang di inginkan oleh semua kru, dan layak untuk di perlihatkan kepada cineas.

(62)

62

DAFTAR PUSTAKA

Alam, B. (1998). Globalisasi dan Perubahan Budaya, Perspektif Teori Kebudayaan. Jurnal Antropologi Indonesia, 54, 1–11.

Ayawaila, G. R. (2008). Dokumenter: Dari Ide sampai Produksi. Jakarta: FFTV IKJ Press.

Bateman, John A, Schmidt, & Karl-Heinrich. (2013). Multimodal Film Analysis: How Films Mean. Taylor & Francis.

Cateridge, J. (2015). Film Studies For Dummies. John Wiley & Sons, Ltd.

Dennis, F. G. (2008). Bekerja Sebagai Sutradara. Jakarta:Erlangga

Edgar-Hunt, Robert., Marland, John., & Rawle, Steven. (2010). Basic Film-Making: The Language of Film. AVA Academia.

Eisenstein, S. (2014). Film Form: Essays in Film Theory. Houghton Mifflin Harcourt.

Eriksen, T. H. (2010). Ethnicity and Nationalism: Anthropological Perspectives (3rd ed.).

Pluto Press.

Goldin, I., & Reinert, K. (2012). Globalization for Development: Meeting New Challenges.

Oxford University Press.

Hastanto, I. (2020, May 29). Mengulik Penyebab Munculnya Istilah Peyoratif Jamet, Kuproy, dan Pembantu Jawa. VICE. https://www.vice.com/id/article/889nez/arti-istilah-Jamet- kuproy-pembantu-jawa-berasal-dari-stima-negatif

Hayward, S. (2006). Cinema Studies: The Key Concepts (Third Edition). Routledge.

Heru Effendy. (2014). Mari membuat Film, Jakarta:Erlangga

Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2009). Bullying beyond the schoolyard: Preventing and responding to cyberbullying. Thousand Oaks, CA: Sage Publications (Corwin Press).

Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2010). Cyberbullying: A review of the legal issues facing educators. Preventing School Failure, 55(2), 1–8.

Keesing, R. M. (1997). Teori-Teori Tentang Budaya. Jurnal Antropologi Indonesia, 52.

Kodiran. (1998). Akulturasi sebagai Mekanisme Perubahan Kebudayaan. Jurnal Humaniora, 8(7), 87–91.

(63)

63 Lannom, S. (2020, December 13). Ultimate Guide to Movie Genres — 90+ Genre Examples

for Film & TV. Studiobinder. https://www.studiobinder.com/blog/movie-genres-list/

Muammar, I. (2019). Sebuah Percakapan Tentang Musik Funky Kota. Pendulum.

https://pendulum.id/sebuah-percakapan-tentang-musik-funky-kota/

Mudjiono, Y. (2011). Kajian Semiotika dalam Film. In Jurnal Ilmu Komunikasi (Vol. 1, Issue 1). www.kompas.com

Satori, D., & Komariah, A. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Suparlan, P. (2002a). Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural. Jurnal Antropologi Indonesia, 69, 98–105.

Suparlan, P. (2002b). Multikulturalisme. Jurnal Ketahanan Nasional, VI(1), 9–18.

Teske, R. H. C., & Nelson, B. H. (1974). Acculturation and Assimilation: A Clarification.

American Ethnologist, 1(2), 351–367.

Vicky Andrew, T., Maslan Sihombing, R., & Aziz Ahmad, H. (2017). Musik, Media, dan Karya: Perkembangan Infrastruktur Musik Bawah Tanah (Underground) di Bandung (1967-1997).

Yulianthi. (2015). Ilmu Sosial Budaya Dasar (pp. 1–6). Deepublish.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Penelitian  Sumber: Dok. Pribadi,2021)
Gambar Poster Film Heavy Trip (Hevi Reissu)  (Sumber: Goldposter)
Gambar Poster Film Serigala Terakhir  (Sumber: IMBd)
Gambar Poster Film Little Women  (Sumber: IMBd)

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan nilai akurasi identifikasi tanda tangan menggunakan PNN dengan 2-fold cross validation dan HMM dengan menggunakan 8 state (Setia 2007) dengan menggunakan

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan

Menyatakan bahwa laporan tugas akhir karya film dokumenter (non-skripsi) dengan judul: PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER EKSPOSITORI SAKAT (Desa Lebak Jabung, Kecamatan

Selanjutnya penelitian lain yang dilakukan di Indonesia berkaitan dengan fee audit adalah penelitian yang dilakukan oleh Suharli dan Nurlaelah (2008), yang

Penggunaan Ca polystyrene sulfonate yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik hiperkalemia Rawat Inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo terkait dosis, rute,

Penelitian ini dilakukan untuk merancang ulang gunting besi beton dengan pendekatan ergonomi menggunakan data anthropometri pekerja dalam menentukan dimensi rancangan

Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) ini, secara substansi merupakan sarana pelaporan kinerja dalam rangka mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi