BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
B. Analisis Data Penelitian
1. Konsep Kurikulum Integratif di Tiga SD Islam Kab. Semarang. Kabupaten Semarang memiliki lembaga pendidikan Islam non madrasah (sekolah Islam) atau yang dikenal sekolah bercirikhas keagamaan yang sangat banyak, dari SD hingga SMA/SMK, yang tentunya dikelola oleh yayasan / non pemerintah yang tersebar di berbagai
98
Kepala SDIP Haji Soebandi, Wawancara, Senin, 27 Juli 2015
99
122
wilayah yang berada di pusat kota kabupaten maupun yang jauh dari kota kabupaten. Ada yang bernama SD Islam, SDIT, dan SD Islam Plus, yang mana semua itu dilatarbelakangi kebutuhan umat Islam terhadap kebutuhan pendidikan Islam yang bermutu tapi tetap dilandasi oleh keyakinan agama yang kuat. Hal itu juga menunjukkan menggeliatnya semangat umat Islam terhadap pentingnya pendidikan Islam bagi putra-putrinya dengan tetap mengedepankan prestasi akademik serta membekali mereka dengan keimanan.
Dari tiga (3) SD Islam yang penulis ambil sebagai tempat penelitian cukup mewakili model keragaman kurikulum integratif yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh sekolah dasar bercirikhas keagamaan di Kabupaten Semarang.
a. SD Islam Istiqomah Kecamata Ungaran Barat.
SD Islam Istiqomah adalah salah satu sekolah bercirikhas keagamaan (Islam) yang terletak di pusat kota pemerintahan kabupaten Semarang. Dengan jumlah siswa yang hampir mencapai angka 600, adalah angka yang cukup menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap lembaga tersebut bisa dibilang sangat tinggi.
SDI Istiqomah mengembangkan kurikulum integratif terhadap nilai-nilai Islam yang mendasari akhlak dan kepribadian para peserta didiknya, namun tidak dengan cara mengintegrasikan antara materi pelajaran umum dengan materi agama (keislaman), namun dengan cara menambahkan materi pendidikan agama kepada para peserta didiknya.
123
Di samping itu juga melaksanakan habituasi atau pembiasaan beribadah yang intensif di sekolah seperti salat fardu khususnya zuhur berjamaah di masjid secara bergiliran dimulai dari kelas 3, serta penambahan BTA, namun BTA yang dimaksud bukan mata pelajaran teori membaca
al Qur‟an pada umumnya. BTA yang dikembangkan dan dilaksanakan
di SDI Istiqomah adalah BTA yang berupa bimbingan membaca Al
Qur‟an melalui metode Qiroati dari kelas 1 sampai kelas 3, dengan target anak-anak bisa membaca Al Qur‟an dengan fasih ( baik dan
benar ) sesuai dengan ketentuan makhraj dan tajwid. Sedangkan BTA untuk anak kelas 4 sampai dengan kelas 6 adalah tadarus setiap pagi sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai dengan dibimbing oleh wali kelas masing-masing. Teknisnya anak setiap anak membaca kurang
lebih 3 ayat Al Qur‟an dan yang lain menyimak/ mendengarkan,
demikian seterusnya secara bergantian sampai semua anak membaca. Guru/wali kelas sesekali meluruskan dan membenahi bacaan yang masing kurang tepat. Adapun target dari BTA ini adalah anak-anak
fasih dan tartil dalam tilawah Al Qur‟an, di samping bacaan Al Qur‟an
itu menjadi bekal ruhiyah (keimanan serta ketaqwaan) kepada Allah SWT. Tambahan berikutnya adalah berupa Materi Pelajaran Agama yang diambil dari Kurikulum Kemenag yang sudah dimodifikasi dalam bentuk modul. Materi tambahan tersebut berupa mata pelajaran Akidah Akhlaq, Fiqih Praktis dan Sirah Nabi (Sejarah Kebudayaan Islam/SKI). Memang mata pelajaran agama yang diberikan di SDI Istiqomah,
124
sebagai sebuah lembaga bernama sekolah yang otomatis bernaung di bawah Kemendiknas adalah Pelajaran Agama Islam (PAI Kemendiknas), namun sebagai sekolah swasta yang oleh undang-undang sisdiknas tahun 2003 diberi keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan sekolah, maka hal tersebut juga dilakukan oleh SDI Istiqomah, dengan menambahkan kurikulum PAI dari Diknas dengan kurikulum PAI dari Kemenag tapi disesuaikan dengan kebutuhan realita di lapangan. Pihak SDI memandang apa yang ada dalam kurikulum PAI Kemenag belum tentu semua sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan, sebagai contoh sederhana adalah tentang macam-macam najis dan klasifikasinya (penggolongan) di kurikulum PAI Kemenag kelas 1, itu dinilai kurang tepat karena hanya sekedar pengetahuan saja, kemudian oleh SDI Istiqomah dibuat materi Fiqih praktis berupa cara-cara membersihkan najis di berbagai tempat seperti karpet, kasur, kursi, lantai dan lain-lain yang nyata-nyata bisa dipraktekkan oleh anak, bukan sekedar pengetahuan.
Mata pelajaran (PAI) tambahan yang lain yang berupa Al Quran Hadis dari kurikulum PAI Kemenag tidak diberikan karena sudah dipandang cukup dengan memberikan BTA dengan target dan model yang tersebut di atas. Adapun mata pelajaran PAI tambahan yang berupa SKI dan Akidah Akhlak juga disesuaikan dengan kebutuhan, jika ada muatan materi yang sudah diajarkan dalam kurikulum PAI
125
Diknas, maka tidak diberikan lagi dalam materi tambahan tersebut karena hal itu menjadi tidak efektif dan tidak efisien.
Hal yang menarik dan menjadi karakteirstik pengembangan kurikulum integratif di sekolah ini adalah mengenai pembuatan modul untuk materi tambahannya. Dalam pembuatan modul, waka kurikulum bersama kepala sekolah membedah materi yang diperlukan sebagai tambahan tersebut, kemudian mengolahnya menjadi materi jadi, baru setelah itu tahap berikutnya adalah mengkonsultasikan kepada para pakar yang ada di yayasan Istiqomah untuk menelaah dan mengedit. Jika sudah jadi materi yang disepakati dalam modul tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mengkomunikasikan kepada semua guru lebih khusus para guru PAI melalui sebuah acara pembinaan sekaligus koordinasi untuk membicarakan dan menyamakan persepsi tentang materi modul yang harus dipahami oleh guru dan selanjutnya disampaikan kepada para peserta didik. Yayasan Istiqomah menempuh hal tersebut agar persepsi guru PAI khususnya tentang materi tidak berdasarkan persepsi guru sendiri, juga bukan diwarnai oleh organisasiatau jamaah mereka berasal, sehingga dengan demikian tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
SD Islam Istiqomah Ungaran hingga tahun pelajaran 2015/2016 sudah melaksanakan kurikulum 2013 secara menyeluruh dari kelas 1-6, di mana pembelajaran kurikulum 2013 adalah tematik. Berdasarkan teori R. Forgarty berarti SDI Istiqomah telah menerapkan
126
salah satu kurikulum integratif model Webbed. Hal ini dapat dilihat dari tema-tema yang menghubungkan beberapa mata pelajaran, sebagai
contoh tema “Diriku” itu merupakan jaringan dari mata pelajaran
antara lain Bahasa Indonesia, PKn, Matematika, SBDB dan PJOK. Sedangkan berdasarkan teori Drake, tingkatan integrasi yang dilaksanakan telah sampai pada tingkatan multidisipliner. Hal ini dapat ditunjukkan oleh jaringan kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran dalam silabus kurikulum 2013.
b. SD Islam Terpadu (SDIT) Cahaya Ummat Kecamatan Bergas. SD Islam Terpadu (SDIT) Cahaya Ummat, merupakan salah satu SDIT yang ada di Kabupaten Semarang. Sebenarnya cukup banyak SDIT yang tersebar di Kabupaten Semarang, ada SDIT Assalamah Ungaran Barat, SDIT Permata Bunda Bawen, SDIT Ar
Rohmah Ambarawa, SDIT Ibnu Mas‟ud Ambarawa, SDIT Izzatul
Islam Getasan, SDIT Nurul Islam Tengaran, SDIT Assalam Bandungan dan SDIT Ar Rahmah di kecamatan Suruh, dari semua SDIT yang ada di Kabupaten Semarang ada yang bergabung dengan JSIT ada yang tidak.
SDIT Cahaya Ummat yang berdiri tahun 2004 terlihat sudah cukup mapan dalam mengembangkan dan melaksanakan kurikulum integratif, di samping lokasi yang cukup terjangkau oleh penulis dengan 2 SD Islam lain yang diteliti. SD yang diawali dengan mengontrak di awal pendiriannya ini juga sangat diminati
127
oleh masyarakat khususnya di wilayah kecamatan Bergas yang merupakan daerah industri / pabrik. SDIT Cahaya Ummat menerapkan sistem full day school dalam proses belajar mengajarnya, dan ini pula yang merupakan salah satu daya tarik masyarakat untuk memasukkan anak-anaknya ke SD ini karena anak-anak pulang sekolah hampir bersamaan dengan para orang tua pulang bekerja. Namun bukan berarti mayoritas wali murid di sekolah ini adalah karyawan pabrik, tetapi para wali murid berasal dari berbagai kalangan. Para wali murid merasa aman menitipkan pendidikan anaknya di SDIT karena mereka seharian dididik oleh para ustadz/ustadzah (panggilan untuk guru SDIT ini) yang dipercaya untuk mengantarkan putra-putrinya menjadi salih, berakhlak karimah dan berprestasi.
SDIT Cahaya Ummat mengembangkan kurikulum integratif yang berbeda dengan SDI Istiqomah, yakni ada 2 macam integrasi :
1) Integrasi Murni yakni Mata pelajaran umum dengan nilai-nilai
Islam ( dari kompetensi dasar ditambahkan Al Qur‟an atau
hadis, maupun sirah nabi)
2) Integrasi tidak murni tapi mendasari, seperti PAI, Tahsin dan
Tahfidz Al Qur‟an serta habituasi yang lain yang mendukung
128
Dari model kurikulum integratif yang dikembangkan dan dilaksanakan di SDIT Cahaya Ummat merupakan amanah agama sekaligus amanah negara bagi peserta didik untuk mempelajari agama secara kaffah (menyeluruh) agar generasi Islam memiliki iman dan taqwa (imtaq) yang mantap sekaligus ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang luas.100 Dari integrasi materi antara materi umum dengan nilai-nilai Al Qur‟an dan Sunah, merupakan jalan
untuk menghindari dikotomi, yang menjadi latarbelakang sekolah ini didirikan.
Sesuai kebijakan pemerintah pada tahun pelajaran 2015/2016 ini SDIT Cahaya Ummat harus kembali melaksanakan KTSP meskipun berkemauan sangat kuat untuk melaksanakan kurikulum 2013. Namun jiwa kurikulum ini tetap mewarnai KTSP yang dilaksanakan yakni tematik kelas 1-3. Berdasarkan teori R.Forgarty, sekolah ini telah menerapkan salah satu model kurikulum integratif model webbed . Hal ini ditunjukkan oleh adanya jaringan tema dalam silabus tematik kelas 1-3 tersebut meskipun kurikulumnya KTSP. Sebagaimana telah penulis kemukakan pada pembahasan di atas bahwa di SDIT ini semua mata pelajaran umum terinegrasikan dengan nilai-nilai Al Qur‟an dan Sunnah, ada model
connected juga yang diterapkan di SD ini namun model webbedlah yang sangat dominan, hal ini ditunjukkan jaringan mata pelajaran
100
Kadir Djaelani, Integrasi Materi Pendidikan Agama Islam dengan Mata Pelajaran Umum, Depag, tanpa tahun, 8
129
tematik itu hingga menyentuh mata pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Arabnya. Sedangkan berdasarkan teori Drake, SDIT Cahaya Ummat telah sampai pada tingkatan integratif multidisipliner hal ini juga ditunjukkan adanya jaringan mata pelajaran dalam pembelajaran tematik.
c. SD Islam Plus (SDIP) Haji Soebandi
SD Islam Plus Haji Soebandi yang berdiri tahun 2003 pada awalnya bernama SDIT Haji Soebandi, (dengan muatan kurikulum integratif yang sama setelah berganti nama SDIP), juga merupakan sebuah Sekolah Dasar bercirikhas keagamaan yang bernaung di
bawah Kemndiknas, dengan memberikan nilai “plus” pada
pelajaran agama. SDI ini sama-sama menjadikan nilai-nilai Islam sebagai konsep pengembangan kurikulum integratifnya, namun SDI ini memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan 2 SDI yang sebelumnya dalam hal pengembangan dan pelaksanaan kurikulum integratifnya. Kurikulum integratif yang dikembangkan di SDIP Haji Soebandi adalah dengan menambahkan kurikulum
PAI dari Kemenag yakni berupa Akidah akhlak, Al Qur‟an Hadis,
Fikih, SKI dan Bahasa Arab, dengan penambahan mulok berupa Bahasa Inggris, BTA ( Iqra) dan Tahfidz juz 30 yang ditempuh selama menempuh pendidikan di SDIP Haji Soebandi dan kurikulum umumnya juga dari Kemenag. Kurikulum PAI dari Kemenag diambil seutuhnya tanpa ada modifikasi sebagaimana di
130
SDI Istiqomah. Dengan demikian SDIP Haji Soebandi melaksanakan kurikulum Kemenag sebagaimana madrasah namun karena bernama sekolah maka bernaungnya di bawah kemendiknas.
Dalam mata pelajaran PAI khususnya lembaga pendidikan ini telah menerapkan model kurikulum integratif model connected artinya mata pelajaran Akidah Ahlak misalnya terhubung dengan
mata pelajaran Qur‟an Hadis maupun Fiqih dan SKI. Sedangkan berdasarkan tingkatan integrasi SDIP Haji Soebandi sampai pada tingkatan pra-multidisipliner yakni fusi maknanya sesuatu difusikan ke dalam kurikulum yang sudah ada misalnya iptek yang sering ditanamkan sepanjang kurikulum.
Dari uraian tentang karakateristik kurikulum integratif yang ada di tiga SD Islam Kabupaten Semarang dapatlah ditemukan bahwa ada persamaan konsep kurikulum integratif pada sekolah dasar bercirikhas keagamaan di Kabupaten Semarang yakni integrasi itu dengan nilai-nilai Islam. Sedangkan karakteristik masing masing integrasinya ada sedikit perbedaan terutama pada kurikulum pemerintah yang digunakan dan pengembangannya yakni :
1) SDI Istiqomah sepenuhnya menggunakan kurikulum dari kemendiknas termasuk kurikulum PAInya, namun dalam pengembangannya juga dengan kurikulum PAI Kemenag dengan modifikasi sesuai dengan
131
kebutuhan, yakni berupa BTA, Akidah Akhlak, Fikih dan SKI dalam bentuk modul.
2) SDIT Cahaya Ummat sepenuhnya menggunakan kurikulum Kemendiknas termasuk PAInya, namun kurikulum umumnya diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam secara langsung sesuai standar JSIT Indonesia ditambah dengan penambahan Bahasa Arab, Tahsin dan Tahfidz Al Quran 2 juz selama belajar di SDIT.
3) SDIP Haji Soebandi sepenuhnya menggunakan kurikulum Kemenag, dengan 70% materi umum dan 30% agama dengan mata pelajaran
Akidah Akhlak, Al Qur‟an Hadis, Fikih, SKI dan Bahasa Arab.
Adapun mulok yang dikembangkan berupa BTA, Bahasa Inggris dan Tahfidz juz 30.
2. Implementasi Kurikulum Integratif pada Tiga Sekolah Dasar Islam di Kabupaten Semarang.
Implementasi kurikulum integratif yang dikembangkan dan dilaksanakan pada sekolah dasar bercirikhas keagamaan (SD Islam) di Kabupaten Semarang, sangat bergantung pada kurikulum pemerintah yag digunakan. Namun demikian tetap ada perbedaan dalam pengembangannya terutama materi tambahan (mulok sekolah) yang merupakan keleluasaan sekolah untuk mengembangkannya.
Adapun implementasi kurikulum integratif yang dikembangkan dan dilaksanakan pada tiga Sekolah Dasar bercirikhas keagamaan di Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut :
132
Tabel 21 : Implementasi Kurikulum Integratif pada Sekolah Dasar Islam di Kabupaten Semarang
Implementasi SDI Istiqomah SDIT Cahaya Ummat
SDIP Haji Soeband 1. Kurikulum PAI Kemendiknas
dan Kemenag dengan modifikasi Kemendiknas Kemenag 2. Pengembangan kurikulum integratif dalam mapel PAI Diknas + Akidah Akhlaq, Fikh, SKI PAI Diknas + materi umum teringrasi dengan Al-Qur‟an dan
Sunnah khas SIT
PAI Kemenag (AA, Fiqh, QH, SKI, B. Arab)
3. Mulok BTQ, Tahfid juz 30
Tahsin, Tahfidz juz 30 & 29, B. Arab
BTA & Tahfidz Juz 30
4. Sistem pembelajaran
SD Reguler (Umumnya SD)
Full Day School Full Day School
SDI Istiqomah karenaaa menngunakan kurikulum Kemendiknas maka Kurikulum PAInya juga dari Kemendiknas, namun dikperkaya dengan kurikulum PAI dari Kemenag dengan tambahan mata pelajaran Akidah Akhlak, Fikih dan SKI yang mana muatan materinya diambil yang belum ada pada PAI kemendiknas dan diolah sesuai kebutuhan anak didik kemudian diwujudkan dalam bentuk modul pembelajaran. Adapun materi pengembangan yang berupa mulok adalah BTA dan Tahfidz juz 30 yang diselesaikan selama belajar di SD Islam Istiqomah.
133
Dari materi PAI Kemendiknas dan tambahan dari Kemenag yang sudah teramu dalam modul barulah dibuat silabus dan RPP sebelum pelaksanaan pembelajaran. Adapun BTA dilaksanakan setiap pagi sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Setiap anak membaca 3 ayat secara bergiliran dan disimak oleh teman dan guru. Setiap wali kelas mempunyai tanggungjawab untuk membimbing tahfidz dan salat dzuhur berjamaah di masjid.
SDIT Cahaya Ummat mengimplementasikan kurikulum integratif dengan melaksanakan kurikulum Kemendiknas baik PAI maupun umumnya. Kurikulum umum langsung diintegrasikan dengan mengintegrasikan dengan nilai-nilai Islam baik berupa Al Qur‟an, Hadis
atau sirah / sejarah kehidupan Nabi SAW maupun sahabat. Adapun Materi pengembangan yang berupa mulok adalah tahsin Al Qur‟an dan Tahfidz
juz 29 dan juz 30, bahasa Arab yang kesemuanya diajarkan mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh JSIT sesuai yang tertera dalam Standar Mutu Kekhasan SIT.101 Begitu pula dengan Bahasa Inggris. Adapun masalah yang berkaitan dengan administrasi pembelajaran di SDIT Cahaya Ummat, guru yang bertugas menjadi guru kelas, silabus dan RPP dibuat
secara terintegrasi dengan ayat al Qur‟an maupun hadis sedangkan guru
PAI, Tahsin, Tahfidz , Bahasa Arab dan Bahasa Inggris mengembangkan silabus dan RPP tidak terintegrasi karena mata pelajaran tersebut sifatnya berdiri sendiri tapi mendasari.
101
134
SDIP Haji Soebandi yang sepenuhnya menggunakan kurikulum Kemenag, dalam pelaksanaan pembelajaran guru kelas membuat perencanaan pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Hal itu berlaku pula dengan guru PAI yang mengajarkan Akidah Akhlak,
Qur‟an Hadis, Fikih, SKI, dan Bahasa Arab. Hal sama juga berlaku bagi
pengampu mata pelajaran mulok BTA dan Tahfidz.
3. Karakteristik Kurikulum Integratif di Sekolah Dasar Islam di Kabupaten Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa karakteristik / kekhasan kurikulum integratif SDI Istiqomah adalah terintegrasi dengan nilai-nilai Islam dengan menambahkan kurikulum PAI Kemenag yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah yang dimodifikasi dalam bentuk modul. Dibandingkan dengan SDI yang lain karakteristik kurikulum integratif di SDIT Cahaya Ummat memiliki karakteristik tersendiri yaitu setiap kompetensi dasar dari mata pelajaran umum diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ditambah materi keislaman yang mendasari sesuai dengan standar yang ditentukan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT). Sedangkan karakteristik kurikulum integratif di SDIP Haji Soebandi dengan mengimplementasikan kurikulum Kemenag untuk semua mata pelajarannya dengan menambahkan BTA dan Tahfidz.
135
4. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Implementasi Kurikulum Integratif di SD Islam di Kabupaten Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor penghambat terhadap implementasi kurikulum integratif pada tiga sekolah dasar bercirikhas keagamaan di Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut : a. Faktor guru baik Kompetensi dan kurangnya Komitmen dan mutasi
yang sering.
b. Faktor peranserta wali murid yang tidak aktif hadir dalam acara parenting
Adapun faktor pendukung terhadap implementasi kurikulum integratif pada sekolah bercirikhas keagamaan di Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut :
a. Faktor guru yang kompeten dan komitmen (berdedikasi tinggi serta bersemangat belajar)
b. Faktor Kepemimpinan yang sehat dari Yayasan maupun kepala sekolah.
c. Faktor sarana prasarana pembelajaran yang memadai.
d. Faktor faktor peran serta dan dukungan wali murid terhadap program-program sekolah.
136
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kurikulum integratif di sekolah dasar bercirikhas keagamaan pada SD Islam Istiqomah Ungaran Barat, SDIT Cahaya Ummat Bergas dan SDIP Haji Soebandi Bawen maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Konsep kurikulum integratif yang dianut oleh SD Islam Istiqomah Ungaran Barat adalah terintegrasi dengan nilai-nilai Islam dengan beberapa mata pelajaran agama Islam sebagai tambahan . Konsep kurikulum integratif yang dianut oleh SDIT Cahaya Ummat terintegrasi dengan nilai-nilai Islam secara murni dan terintegrasi yang bersifat mendasari. Sedangkan kurikulum integratif yang dianut oleh SDIP Haji Soebandi adalah sama dengan SDI Istiqomah yaitu terintegrasi dengan nilai-nilai Islam.
2. Implementasi kurikulum integratif yang dikembangkan dan dilaksanakan pada SD Islam Istiqomah Ungaran Barat adalah berupa kurikulum PAI Kemendiknas ditambah kurikulum PAI Kemenag yang dimodifikasi berupa modul Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan BTA. Implementasi kurikulum integratif di SDIT Cahaya Ummat adalah bahwa kurikulum Kemendiknas selain PAI, mata pelajaran umum langsung diintegrasikan dengan nilai-nilai Al Qur‟an dan Hadis ditambah integrasi yang
137
mendasari berupa tahsin, tahfidz, BTAH, Bahasa Arab, Bahasa Inggris sesuai standar Sekolah Islam Terpadu dari JSIT. Sedangkan implementasi kurikulum integratif di SDIP Haji Soebandi sepenuhnya menggunakan kurikulum Kemenag, maka PAI berupa Akidah Akhlak,
Qur‟an Hadis, Fikih, SKI dan Bahasa Arab, serta muloknya berupa BTA
dan Tahfidz juz 30. Sistem pembelajaran untuk SDI Istiqomah tidak Full Day School sedangkan SDIT Cahaya Ummat dan SDIP Haji Soebandi menggunakan sistem Full Day School. Pengembangan silabus dan RPP pembelajaran untuk SDI Istiqomah dan SDIP Haji Soebandi dibuat tidak langsung terintegrasi dengan nilai-nilai Islam tetapi terpisah untuk setiap mata pelajaran, sedangkan untuk SDIT Cahaya Ummat, khusus mata pelajaran umum, pengembangan Silabus dan RPP sudah langsung terintegrasi dengan nilai-nilai Islam (AL Qur‟an dan Sunah), adapun mata pelajaran PAI dan yang mendasari (Tahsin, Tahfidz dan lain-lain) tetap terpisah.
3. Karakteristik / kekhasan kurikulum integratif SDI Istiqomah adalah terintegrasi dengan nilai-nilai Islam dengan menambahkan kurikulum PAI Kemenag yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah yang dimodifikasi dalam bentuk modul. Dibandingkan dengan SDI yang lain karakteristik kurikulum integratif di SDIT Cahaya Ummat memiliki karakteristik tersendiri yaitu setiap kompetensi dasar dari mata pelajaran umum diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ditambah materi keislaman yang mendasari sesuai dengan standar yang ditentukan oleh Jaringan
138
Sekolah Islam Terpadu (JSIT). Sedangkan karakteristik kurikulum integratif di SDIP Haji Soebandi dengan mengimplementasikan kurikulum Kemenag untuk semua mata pelajarannya dengan menambahkan BTA dan Tahfidz.
4. Faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi kurikulum integratif pada SDI Istiqomah Ungaran Barat, SDIT Cahaya Ummat dan SDIP Haji Soebandi.
a. Secara umum hal-hal yang mendukung pengembangan dan pelaksanaan kurikulum integratif pada 3 (tiga) sekolah dasar yang diteliti secara umum meliputi:
(1) Faktor guru yang kompeten dan komitmen (berdedikasi tinggi serta bersemangat belajar)
(2) Faktor kepemimpinan yang sehat dari yayasan maupun kepala sekolah.
(3) Faktor sarana prasarana pembelajaran yang memadai.
(4) Faktor peran serta dan dukungan wali murid terhadap program-program sekolah.
b. Adapun faktor penghambat yang secara umum dialami oleh 3 (tiga) sekolah Dasar Islam yang diteliti adalah meliputi :
(1) Faktor guru baik Kompetensi dan kurangnya Komitmen dan mutasi yang sering.
(2) Faktor peranserta wali murid yang tidak aktif hadir dalam acara parenting.
139
5. Berdasarkan analisa penulis, terkait toeri kurikulum integratif yang