• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kurikulum

Dalam proses pendidikan kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit mencapai dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Sebagai alat untuk mencapai tujuan, kurikulum hendaknya adaptif terhadap perubahan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang semakin hari semakin canggih. Kurikulum juga harus bisa memberikan arahan dan patokan keahlian kepada peserta didik setelah menyelesaikan suatu program pengajaran pada suatu lembaga.

Kurikulum ditinjau dari asal katanya berasal dari bahasa Yunani yang mula-mula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currere, yang berarti jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start hingga finish. Jarak dari start hingga finish ini disebut currere.17

Pendapat lain mengatakan pada mulanya kurikulum dijumpai dalam dunia atletik pada zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curir yang artinya pelari dan curere artinya tempat berpacu atau tempat

17

Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993, 1.

23

berlomba. Sedangkan curriculum mempunyai arti “jarak” yang harus

ditempuh oleh seorang pelari.18 Dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai kehidupannya.19

Dari istilah-istilah di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum mengalami perpindahan arti dari dunia olah raga ke dunia pendidikan. Apabila pengertian manhaj atau kurikulum dikaitkan dengan pendidikan maka sebagaimana dijelaskan Al Syaibani dalam Khaerudin dkk bahwa kurikulum berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka.20 Berdasarkan pemahamannya, definisi kurikulum dapat dipandang sebagai kurikulum tradisional dan kurikulum modern.

a. Pengertian kurikulum menurut pandangan tradisional.

Menurut Lewis M.Adams dalam Khaeruddin dkk, kurikulum

diartikan sebagai:” 1) A course of study, 2) All the course of study

given in a educational institution” 21

Oemar Hamalik mengartikan kurikulum sebagai sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Masih menurut Oemar Hamalik

18

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007, 183

19

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, 1-3.

20

Khaeruddin dkk, KTSP Konsep dan Implementasinya di Madrasah, Jogjakarta, MDC Jawa Tengah dan Pilar Media, 2007, 24.

21

24

kurikulum juga diartikan sebagai Rencana Pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.22 Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Oleh karenanya, suatu kurikulum disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif.

Douglass dalam Oemar Hamalik mengatakan :

”the curriculum is a broad and varied as the child‟s school

environment. Broadly conceived, the curriculum embraces not only subject matter but also various aspectc of the physical and social environment. The school brings the child with his impelling flow of experiences into an environment consisting of school facilities, subject matter, other children, and teachers. From interaction or the child with these elements learning results.23

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa semua hal dan orang yang terlibat dalam memberikan bantuan kepada siswa termasuk ke dalam kurikulum.

22

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, 16.

23

25

Masih dalam pengertian kurikulum dalam pandangan tradisional, S. Nasution mengartikan kurikulum sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Pengertian kurikulum yang dipandang tradisional ini masih banyak dianut sampai sekarang termasuk di Indonesia.24

Dari definisi kurikulum secara tradisional tersebut masih tampak adanya kecenderungan penekanan pada rencana pelajaran untuk menyampaikan mata pelajaran yang masih mengandung kebudayaan nenek moyang dan pengertian tersebut masih mengacu pada masa lampau. Kurikulum dalam arti sempit juga diartikan hanya pada penyampaian mata pelajaran kepada anak didik.

b. Pengertian kurikulum menurut pandangan modern.

Pada era modern dewasa ini kurikulum tidak hanya segala hal yang yang berhubungan dengan pendidikan, tetapi kurikulum harus bisa menyesuaikan pada kemajuan pengetahuan dan kecanggihan teknologi. Jadi kurikulum bukan sekedar perangkat mata pelajaran tetapi harus menjadi bekal bagi para lulusan untuk menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat.

Menurut Hasan Langgulung25, definisi kurikulum dapat dilihat melalui empat aspek utama, yaitu :

1) Tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan.

24

S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, 9.

25

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta:Pustaka Al Husna Baru, 2003, 18.

26

2) Segala ilmu pengetahuan , data, program dan pengalaman yang membentuk kurikulum

3) Metodologi dan kaidah mengajar yang dilaksanakan oleh guru untuk mengajar dan menarik minat siswa untuk belajar. 4) Metodologi dan kaidah penilaian yang dilaksanakan dalam

mengukur dan menilai kurikulum dan hasil dari proses pendidikan yang direncanakan.

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 pasal

1 ayat 19, yang berbunyi: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.26

Menurut Hilda Taba dalam Khaeruddin dkk, menuliskan

curriculum is, after all, a way of preparing young people to

participate as productive members of our culturer”. Sepertinya Hilda Taba mengartikan kurikulum dengan lebih cenderung pada metodologi, yaitu cara mempersiapkan manusia untuk berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dari suatu budaya.27

Abdul Fatah dalam Journal of Edupres memunculkan kurikulum kebangsaan yakni suatu program pendidikan meliputi

26

Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta, 2006,7.

27

27

semua aspek kurikulum dan kokurikulum yang merangkumi semua pengetahuan dan kemahiran, norma, nilai dan unsur kebudayaan dan kepercayaan yang dapat membantu perkembangan individu menjadi insan seimbang dari segi jasmani, emosi, rohani dan intelek dan meningkatkan nilai moral dan akhlak.28

Selanjutnya menurut S.Nasution dapat diperoleh penggolongan kurikulum sebagai berikut:

1) Kurikulum dapat dilihat sebagai produk , yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu tim, hasilnya dituangkan dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum, misalnya berisi sejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan.

2) Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Ini dapat berupa mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat pula meliputi segala kegiatan yang dianggap dapat mempengaruhi perkembangan siswa misalnya club-club study, pertandingan, ekstra kurikuler, warung sekolah, kegiatan ibadah dan lain-lain. 3) Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan

akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu.

28 Abdul Fatah, “Pendidikan, Kurikulum Dan Masyarakat: Satu Integrasi” , Journal of Edupres volume 1, September 2011, 352.

28

Ketiga pandangan di atas adalah berkenaan dengan perencanaan kurikulum.

4) Kurukulum sebagai pengalaman siswa. Pandangan ini mengenai apa yang secara aktual menjadi kenyataan pada tiap siswa. Ada kemungkinan, bahwa apa yang diwujudkan pada diri anak berbeda dengan apa yang diharapkan menurut rencana.29

Berdasarkan uraian di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa kurikulum merupakan pengalaman peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah di bawah bimbingan sekolah. Kurikulum tidak hanya terbatas pada mata pelajaran, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik, dan bisa menentukan arah atau mengantisipasi sesuatu yang akan terjadi. Dengan demikian kurikulum harus menunjukkan apa yang sebenarnya harus dipelajari oleh peserta didik.

2. Fungsi Kurikulum

Fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri. Berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi kurikulum adalah sebagai berikut30 :

a. Sebagai pedoman penyelenggaraa pendidikan pada suatu tingkatan lembaga pendidikan tertentu dan untuk memungkinkan pencapaian tujuan dari lembaga pendidikan tersebut.

29

S. Nasution, Pengembangan ..., 9.

30

29

b. Sebagai batasan dari program kegiatan ( bahan pelajaran) yang akan dijalankan pada suatu semester, kelas, maupun pada tingkat pendidikan tersebut.

c. Sebagai pedoman guru dalam menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar, sehingga kegiatan yang dilakukan guru dengan murid terarah kepada tujuan yang ditentukan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi kurikulum adalah program kegiatan yang tercantum dalam kurikulum yang akan mempengaruhi atau menentukan bentuk pribadi murid yang diinginkan.

3. Komponen Kurikulum

Suatu kurikulum mengandung komponen-komponen tujuan, isi, metode atau proses belajar mengajar, dan evaluasi. Setiap komponen kurikulum tersebut, sebenarnya saling berkaitan, bahkan masing-masing merupakan bagian integral dari kuikulum tersebut. Itulah sebabnya kurikulum disebut sebagai suatu sistem.

a. Tujuan.

Tujuan adalah sesuatu yang ingin dituju. Tujuan merupakan titik terminal tempat mengarahnya segala gerak, kerja atau perjalanan. Tujuan akan memberikan pegangan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukan, di samping merupakan patokan untuk mengetahui hingga sejauh mana tujuan itu telah tercapai. Tujuan kurikulum pada hakekatnya adalah tujuan setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik. Tujuan kurikulum tiap satuan

30

pendidikan arus mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.

Rumusan tujuan kurikulum harus terlebih dahulu ditetapkan sebelum menyusun isi kurikulum, metode dan isi kurikulum, mengingat (a) tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan (b) tujuan akan menjadi indikator dari keberhasilan pelaksanaan pendidikan (c) tujuan menjadi pegangan dalam setiap usaha dan tindakan dari para pelaksana pendidikan.

Dalam merumuskan tujuan beberapa prinsip yang harus diperhatikan sebagaimana dijelaskan oleh Hilda Taba dalam Khaeruddin31, sebagai berikut :

1. Rumusan tujuan hendaknya menggambarkan jenis tingkah laku yang diharapkan.

2. Tujuan-tujuan yang kompleks harus diuraikan secara analitis dan spesifik sehingga tidak ada keraguan mengenai jenis tingkah laku yang diharapkan.

31

31

3. Tujuan-tujuan seharusnya juga diformulasikan sehingga ada perbedaan yang jelas dalam pengalaman belajar yang dibutuhka untuk mencapai tingkah laku yang berbeda.

4. Tujuan-tujuan itu berkembang menggambarka arah yang hendak dicapai.

5. Tujuan-tujuan hendaknya bersifat realistis dan meliputi apa yang dapat diterjemehkan ke dalam kurikulum dan pengalaman kelas. 6. Sikap tujuan seharusnya luas yang mencakup seluruh aspek

keberhasilan yang menjadi tanggung jawab sekolah.

Pendidikan yang bermutu merupakan wahana untuk membangun SDM yang mampu menerapkan, mengembangkan dan menguasai iptek dengan tetap dilandasi nilai agama, moral dan budaya luhur bangsa. Tujuan pendidikan dalam kurikulum pendidikan Islam, seharusnya mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki manusia baik spiritual, intelektual, rasional, perasaan maupun panca indera, sehingga tujuan kurikulum pendidikan Islam meliputi dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia (anak didik).

b. Isi.

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum. Dalam Undang-undang pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasional telah

ditetapkan, bahwa...”Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan

pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan

32

nasional” (Bab IX, Ps.39). Sesuai dengan rumusan di atas , isi

kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar dan pembelajaran;

2. Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut;

3. Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional merupakan target tertinggi yang hendak dicapai melalui penyampaian materi kurikulum.32

Materi kurikulum mengandung aspek-aspek tertentu sesuai dengan tujuan kurikulum, yang meliputi :

1. Teori, ialah seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan preposisi yang saling berhubungan , yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

32

33

2. Konsep, adalah suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari kekhususan-kekhususan. Konsep adalah definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.

3. Generalisasi, adalah kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.

4. Prinsip, adalah ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.

5. Prosedur, adalah suatu seri langkah-langkah yang berurutan dari materi pelajaran yang harus dilakukan oleh siswa.

6. Fakta, adalah sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting terdiri dari terminologi, orang dan tempat, dan kejadian.

7. Istilah, adalah kata-kata perbendaharaan yang baru dan khususu yang diperkenalkan dalam materi.

8. Contoh atau ilustrasi, ialah suatu hal yang atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.

9. Definisi, adalah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/suatu kata dalam garis besarnya.

34

10.Preposisi, adalah suatu pernyataan atau pendapat yang tak perlu diberi argumentasi. Preposisi hampir sama dengan asumsi dan paradigma.33

c. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran atau strategi adalah suatu cara menyampaikan pesan yang terkandung dalam kurikulum. Metode harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran ini, menjawab pertanyaan “how” yaitu bagaimana menyampaikan materi atau isi kurikulum kepada siswa secara efektif. Oleh karenanya, walaupun metode pembelajaran adalah komponen yang kecil dari perencanaan pengajaran (instructional plan), tetapi memiliki peran dan fungsi yang sangat penting

Pada dasarnya, metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku bagi guru (metode mengajar) maupun bagi murid (metode belajar). Makin baik metode yang digunakan semakin efektif pula pencapaian tujuan. Metode dalam penerapannya dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya: (1) murid atau siswa (2) tujuan (3) situasi (4) fasilitas dan (5) guru atau pengajar.

Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa dan guru. Karena itu penyusunannya hendaknya

33

Oemar Hamalik, Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan, Bandung: Mandar Maju, 1989, 84-86.

35

berdasarkan analisa tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilaku awal siswa. Dalam hubungan ini, ada tiga alternatif pendekatan yang dapat digunakan, yakni:

1) Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, di mana materi pembelajaran terutama bersumber dari mata ajaran. Penyampaiannya dilakukan melalui komunikasi antara guru dan siswa.

2) Pendekatan berpusat pada siswa. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa.

3) Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Pendekatan ini bertujuan mengintegrasikan sekolah dan masyarakat dan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.34

d. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan siswa.35 Lebih jauh tentang peranan evaluasi dalam pendidikan dijelaskan oleh Worthen dan Sanders yaitu 36:

1) Menjadi dasar pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan. 2) Mengukur prestasi siswa

34

Oemar Hamalik, Kurikulum & ..., 27.

35

Oemar Hamalik, Kurikulum & ..., 29.

36

Worthen, B.R & Sanders, J.R, Educational Evaluation. Alternative Approaches and Practical Guidelines, New York & London, Longman Inc, 1987, 5.

36 3) Mengevaluasi kurikulum 4) Mengakreditasi sekolah

5) Memantau pemanfaatan dan masyarakat 6) Memperbaiki materi dan program pendidikan.

Jenis penilaian yang dilaksanakan tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian tersebut. Misalnya, penilaian formatif dimaksudkan untuk mengetahui kemajuan siswa dan dalam upaya melakukan perbaikan yang dibutuhkan. Berbeda dengan penilaian sumatif yang bermaksud menilai kemajuan siswa setelah satu semester atau dalam periode tertentu, untuk mengetahui perkembangan siswa secara menyeluruh.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penilaian yakni validitas, reliabilitas, objektivitas, kepraktisan, pembedaan. Di samping itu perlu diperhatikan bahwa: penilaian harus bersifat objektif, dilakukan berdasarkan tanggung jawab kelompok guru, rencana yang rinci dan terkait dengan pelaksanaan kurikulum sesuai dengan tujuan dan materi kurikulum, menggunakan alat ukur yang handal dan mudah dilaksanakan serta memberikan hasil yang akurat.37

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan ujung tombak atas ketercapaian pelaksanaan kurikulum, dengan kata

37

37

lain merupakan tolok ukur tercapai tidaknya tujuan pendidikan nasional maka harus dilaksanakan dengan benar sesuai prosedur yang berlaku.

4. Asas-Asas Kurikulum

Guru, sebagai pengembang kurikulum dalam skala mikro, perlu memahami kurikulum dan asas-asas yang mendasarinya. Nasution 38 menjelaskan bahwa asas- asas yang mendasari pengembangan kurikulum adalah :

a. Asas Teologis

Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem pendidikannya harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi akidah, ibadah dan hubungan masyarakat. Hal ini bermakna bahwa semua itu pada

akhirnya mengacu pada dua sumber yaitu Al Qur‟an dan Sunnah.

b. Asas Filosofis

Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa, terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjamin terwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi

38

38

yang berbeda di dalam merumuskan tujuan pendidikan, menentuka bahan pelajaran dan tata cara mengajarkan, serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh.

c. Asas Psikologi Anak dan Psikologi Belajar

1) Beberapa hal yang perlu diperhatikan berdasarkan asas psikologi anak dalam pengembangan kurikulum adalah :

a) Anak bukan miniatur orang dewasa

b) Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya.

c) Faktor anak harus benar-benar diperhatikan dalam pengembangan kurikulum

d) Anak harus menjadi pusat pendidikan / sebagai subyek belajar dan bukan objek belajar.

e) Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain. Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin berkembang sesuai dengan bakatnya. f) Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak pula

persamaan di antara mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.

2) Pentingnya penguasaan psikologi belajar dalam pengembangan kurikulum antara lain diperlukan dalam hal :

a) seleksi dan organisasi bahan belajar

39

c) merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai.39

d. Asas Sosiologis

Tiap masyarakat mempunai norma-norma, adat kebiasaan yang harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Selainitu, perubahan masyarakat akibat perkembangan iptek merupakan faktor yang benar-benar harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan faktor penting dalam pengembangan kurikulum, masyarakat dijadikan salah satu asas.

e. Asas Organisatoris

Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukan diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk kerikulum terpadu). Panganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat pada mata

39

40

pelajaran sedangkan penganut ilmu jiwa gestalt akan cenderung memilih kurikulum terpadu.

5. Jenis-jenis Kurikulum

a. Separated subject curriculum/ isolated subjects curriculum (kurikulum mata pelajaran terpisah atau tidak menyatu.

Kurikulum ini dikatakan demikian karena data-data pelajaran disajikan pada peserta didik dalam bentuk subyek atau mata pelajaran yang terpisah satu dengan yang lain.

Kurikulum jenis ini memiliki keunggulan sebagai berikut:

1) Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis, sistematis dari mudah ke sukar, dari sederhana ke komplek, dan berkesinambungan. 2) Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana, mudah

direncanakan, mudah dilaksanakan dan mudah pula untuk diadakan perubahan jika diperlukan.

3) Kurikulum ini mudah dinilai untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk dilakukan perubahan seperlunya.

4) Memudahkan guru sebagai pelaksana kurikulum karena bahan pelajaran disusun secara terurai dan sistematis, mereka dididik dan dipersiapkan untuk melaksanakan kurikulum tersebut.

Kurikulum jenis ini memiliki kelemahan sebagai berikut:

1) Kurikulum bentuk ini memberikan mata pelajaran secara terpisah, satu dengan yang lain tidak ada saling hubungan.

41

2) Kurikulum bentuk ini kurang memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi anak secara faktual dalam kehidupan mereka sehari-sehari. 3) Tujuan kurikulum bentuk ini sangat terbatas karena hanya

Dokumen terkait