• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Data 1. Uji Validitas

Validitas instrument berhubungan dengan kesesuaian dan ketepatan fungsi alat ukur yang digunakannya. Sebelum instrument digunakan di lapangan perlu adanya pengujian validitas terhadap instrumen tersebut. Uji validitas adalah prosedur untuk memastikan apakah kuesioner yang dipakai untuk mengukur variabel penelitian valid atau tidak. Kuesioner dikatakan valid apabila mempersentasikan atau mengukur apa yang hendak diukur (variabel penelitian). Validitas juga dapat dikatakan sebagai ukuran yang menunjukkan kevalidan dari suatu instrumen yang telah ditetapkan.

Kuesioner yang valid harus mempunyai validitas yang internal dan eksternal. Validitas internal atau rasional, bila ada dalam kuesioner secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang telah diukur, sedangkan validitas eksternal

bila kriteria yang ada dalam kuesioner disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada (eksternal). Validitas internal kuesioner harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Validitas konstruk adalah kerangka dari suatu konsep yang dapat dicari melalui defenisi konsep.

Setelah pengujian konstruk selesai, selanjutnya dengan meneruskan validitas yang sudah valid. Validitas eksternak dilakukan dengan cara mengkorelasikan data antara yang telah ada antar variabel atau dengan uji realibilitas pada program SPSS. Karena penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS, maka peneliti menggunakan validitas dengan uji realibilitas.

4.4.2. Uji Realibitas

Realibilitas menyangkut masalah ketepatan alat ukur. Ketepatan ini dapat diukur dengan analisa statistik untuk mengetahui kesalahan ukur. Realibilitas akan lebih mudah dimengerti dengan memperhatikan aspek pemantapan, ketepatan dan homogenitas. Suatu alat ukur dianggap reliabel apabila instrumen tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur data penelitian. Dengan kata lain realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu saat alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten maka alat pengukur tersebut reliabel. Realibilitas tes adalah tingkat konsistensi suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten, relatif tidak berubah walaupun di tes pada situasi yang berbeda-beda. Realibilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten

sasaran yang diukur. Realibilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti realibilitas tinggi.

Penelitian uji realibilitas dilakukan dengan rumus Croanbach’s Alpha. Namun dalam peneliltian ini dilakukan dengan program SPSS maka ketentuannya adalah apabila nilai Croanbach’s Alpha kurang dari 0,2423 berarti buruk, 0,300 diterima dan lebih dari atau sama dengan 0,400 adalah baik. Adapun hasil realibiltas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.39 Hasil Uji Realibilitas

No Variabel r -hitung realibilitas r -tabel Kesimpulan 1 2 Pola Asuh (X) Prestasi Belajar (Y)

0.511 0.527 0.5 0.5 Diterima/Realibel Diterima/Realibel Sumber: Data Primer Diolah, 2016

Tabel 4.39 diatas menunjukkan realibilitas dari kuesioner dengan melihat nilai Croanbach’s Alpha dari setiap butir pertanyaan per variabel. Nilai croanbach’s alpha variabel pola asuh (X) sebesar 0,511 yang menunjukkan bahwa keseluruhan butir pertanyaan pada variabel tersebut realibel karena nilai 0.511 lebih besar dari nilai standarnya yaitu 0,5. Jumlah pertanyaan (N) sebesar 19. Untuk pertanyaan yang ada pada variabel prestasi belajar (Y) sebesar 0,527 yang menunjukkan bahwa keseluruhan butir pertanyaan pada variabel tersebut realibel karena ≥ 0,5 dengan jumlah pertanyaan 11.

4.4.3. Korelasi

Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh dengan prestasi belajar anak dapat dilakukan dengan analisis data menggunakan uji korelasi Spearman dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.40 dibawah menjelaskan mengenai kekuatan hubungan antara variabel X (pola asuh) dengan variabel Y (prestasi belajar). Dari tabel tersebut dapat dilihat angka koefisien korelasi terdapat antara 0,237* dan -0,210*.

Tabel 4.40

Uji Korelasi Indikator dari Variabel Penelitian

Prestasi Belajar

Model Pola Asuh

Correlation Coefficient 0.235* Sig. (2-tailed) 0,020 N 98 Intensitas Interaksi Correlation Coefficient -0,210* Sig. (2-tailed) 0,038 N 98

Persepsi Tentang Nilai Anak

Correlation Coefficient 0,237*

Sig. (2-tailed) 0,019

N 98

Tabel 4.40 diatas menjelaskan mengenai hubungan dari kedua variabel berdasarkan setiap indikatornya. Berdasarkan dari variabel X yaitu dengan indikator model pola asuh yang dikorelasikan dengan variabel Y dengan indikator prestasi belajar memiliki hubungan yang bernilai 0,235* yang menunjukkan hubungan antara keduanya sangat lemah karena mendekati angka koefisien korelasi 0. Tanda satu bintang (*) artinya korelasi signifikan pada angka

signifikansi sebesar 0,05. Angka signifikan dari kedua variabel yaitu sebesar 0,020 < 0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel searah dan bernilai positif yang menunjukkan kedua variabel mempunyai hubungan yang searah. Hubungan antara kedua variabel X dengan indikator model pola asuh dan variabel Y dengan indikator prestasi belajar yaitu sangat lemah dan searah.

Uji korelasi berikutnya dilakukan terhadap variabel X yaitu dengan indikator intensitas interaksi yang dikorelasikan dengan variabel Y dengan indikator prestasi belajar memiliki hubungan yang bernilai -2,10* yang menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya lemah karena lebih kecil dari 0. Nilai signifikansi dari kedua variabel yaitu sebesar 0,038 < 0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel bernilai positif yang menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tidak searah. Hubungan antara kedua variabel X dengan indikator intensitas interaksi dengan variabel Y dengan indikator prestasi belajar yaitu lemah dan tidak searah.

Uji korelasi selanjutnya adalah uji terhadap variabel X yaitu dengan indikator persepsi tentang nilai anak yang dikorelasikan dengan variabel Y dengan indikator prestasi belajar memiliki hubungan yang bernilai 0,237* yang menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel sangat lemah karena mendekati 0. Nilai signifikansi dari dari kedua variabel yaitu sebesar 0,019 < 0,05 yang menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel searah. Hubungan antara kedua variabel X dengan indikator Persepsi tentang Nilai Anak dengan variabel Y dengan indikator prestasi belajar yaitu sangat lemah dan searah.

Hasil analisis yang telah dipaparkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa korelasi antara variabel pola asuh dan variabel prestasi belajar sangat

lemah, searah, dan signifikan. Dengan kata lain, jika pola asuh semakin meningkat maka prestasi belajar anak juga meningkat. Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa Ha diterima yaitu terdapat hubungan pola asuh dengan prestasi belajar anak.

4.5. Pembahasan