• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan 1. Pola Asuh

Pengasuhan atau sering disebut dengan pola asuh berarti bagaimana orangtua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya. Pola asuh atau gaya pengasuhan orangtua adalah cara-cara orangtua berinteraksi secara umum dengan anaknya, dalam hal ini cara yang dilakukan yaitu dengan cara : Pola asuh otoriter, permisif, dan demokrasi. Pola asuh pada penelitian ini dijelaskan dalam 3 indikator yaitu model pengasuhan anak, frekuensi intensitas interaksi, dan persepsi tentang nilai anak.

Model pengasuhan anak yaitu bagaimana orangtua menerapkan pola asuh terhadap anaknya sebagai sebuah peraturan yang dijadikan pedoman bagi anak. Pola asuh yang diterapkan oleh setiap keluarga berbeda-beda. Dari beberapa pertanyaan yang ada dalam kuesioner, peneliti menanyakan bagaimana model pengasuhan oleh keluarga di Sei Mati. Pertanyaan ini diharapkan dapat melengkapi variabel pola asuh dari responden. Diperoleh data bahwa model pengasuhan anak yaitu memberi dorongan kepada anak untuk rajin belajar dengan jumlah yang paling banyak adalah responden selalu memberi dorongan kepada anak untuk rajin belajar yaitu 53 orang. Responden yang lainnya menyatakan

bahwa mereka sangat sering memberi dorongan kepada anak untuk rajin belajar sebanyak 37 orang. Responden yang paling sedikit adalah yang menyatakan tidak pernah dan jarang memberi dorongan kepada anak untuk rajin belajar yaitu dengan jumlah 4 orang. Dari pertanyaan yang mewakili model pengasuhan anak ini dapat dilihat bahwa mayoritas responden selalu memberi dorongan pada anak untuk rajin belajar. Selain itu, model pengasuhan anak juga dapat dilihat dari data yang diperoleh mengenai apakah responden memberikan penghargaan kepada anak apabila anak meraih nilai yang memuaskan di sekolah. Mayoritas responden selalu memberikan penghargaan pada anak apabila anak mereka berprestasi dengan jumlah 39 orang, responden lain menyatakan tidak pernah sebanyak 25 orang, responden yang menyatakan jarang sebanyak 23 orang, dan minoritas responden menyakan sangat sering sebanyak 11 orang.

Indikator lainnya yang menunjukkan pola asuh dari orangtua adalah frekuensi intensitas interaksi orangtua dengan anak. Intensitas interaksi orangtua dengan anak dapat dilihat dari pola komunikasi yang terjadi apakah searah atau dua arah dan seberapa tinggikah frekuensi intesitas komunikasi yang terjadi antara orangtua dengan anak sehari-harinya. Pendapat responden mengenai intensitas interaksi terhadap dapat dilihat dari pertanyaan apakah responden terbuka kepada anak apabila memiliki masalah dan sebaliknya apakah anak juga terbuka kepada orangtua apabila mereka memiliki masalah. Dari data yang diperoleh, mayoritas responden menyatakan selalu dengan jumlah 46 orang, responden lain menyatakan sangat sering dengan jumlah 28 orang, responden yang menyatakan jarang dengan jumlah 16 orang, dan minoritas responden menyatakan tidak pernah dengan jumlah 8 orang. Pertanyaan lain yang mewakili indikator intensitas

interaksi terhadap anak adalah apakah orangtua mau memiliki waktu luang untuk anak sepulang bekerja. Mayoritas responden menyatakan selalu dengan jumlah 50 orang, responden lain menyatakan sangat sering dengan jumlah 30 orang, responden yang menyatakan jarang dengan jumlah 13 orang, dan minoritas responden menyatakan tidak pernah dengan jumlah 5 orang.

Model pengasuhan anak juga dapat dilihat dari persepsi orangtua tentang nilai anak. Defenisi nilai anak yang dipersepsikan oleh setiap orangtua berbeda-beda. Nilai anak dapat dilihat dari bagaimana mereka memberi dukungan kepada anak untuk rajin belajar sebagai fungsi keluarga dari fungsi pendidikan dan apakah mereka menganggap anak adalah investasi masa depan. Indikator mengenai persepsi tentang nilai anak ini diwakili oleh pertanyaan apakah responden mengutamakan kebutuhan sekolah anak. Apabila orangtua menganggap bahwa pendidikan anak itu penting untuk bekalnya kelak di masa depan, maka orangtua pasti selalu mengutamakan kebutuhan sekolah anak dengan cara mengusahakannya. Dari data yang diperoleh, mayoritas responden menyatakan selalu mengutamakan kebutuhan sekolah anak dengan jumlah 60 orang, responden lain menyatakan sangat sering dengan jumlah 24 orang, responden yang menyatakan jarang dengan jumlah 9 orang, dan minoritas responden menyatakan tidak pernah mengutamakan kebutuhan sekolah anak dengan jumlah 4 orang.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pola asuh yang dimiliki orangtua adalah pola asuh yang bersifat demokratis, yaitu selalu memberikan dukungan dan bimbingan kepada anak untuk bermotivasi tinggi dalam mencapai prestasi dengan selalu mengusahakan kebutuhan sekolah anak, memberi dorongan

untuk rajin belajar, mau terbuka terhadap anak dan mendengar setiap masalah yang dialami oleh anak, serta memberikan penghargaan kepada anak apabila anak berprestasi.

4.5.2. Prestasi Belajar

Keberhasilan dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh anak. Anak yang memperoleh hasil belajar yang tinggi, akan mampu menjadi anak yang berprestasi. Menurut Bloom (dalam Premana, 2011) bahwa prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian dapat diasumsikan prestasi belajar tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan yang menjurus dengan adanya perubahan tingkah laku. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dijalani oleh anak di bangku sekolah. Prestasi belajar anak pada penelitian ini memiliki 4 indikator, yaitu meliputi kecerdasan, keaktifan, penghargaan, dan indek prestasi (nilai).

Kesimpulan dari prestasi belajar anak dapat dilihat dari data yang telah dihasilkan dari lapangan dengan pertanyaan mengenai apakah nilai raport anak memuaskan. Mayoritas responden menyatakan selalu dengan jumlah 52 orang, responden lain menyatakan sangat serinng dengan jumlah 27 orang, responden yang menyatakan jarang dengan jumlah 11 orang, dan minoritas responden menyatakan tidak pernah dengan jumlah 8 orang. Pertanyaan lain yang mewakili pernyataan prestasi belajar anak adalah apakah anak mendapat peringkat di kelas. Mayoritas responden menyatakan tidak pernah dan jarang dengan jumlah 31

orang, responden lain menyatakan selalu dengan jumlah 21 orang, dan minoritas responden menyatakan sangat sering dengan jumlah 15 orang.

4.5.3. Pola Asuh Dan Prestasi Belajar

Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar seorang anak di sekolah. Bentuk dari pola asuh keluarga termasuk sebagai salah satu faktor di luar individu yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Orangtua merupakan pendidik atau wadah pertama dan utama bagi anak untuk membangun motivasi belajarnya. Hal ini dikarenakan bahwa orangtua memiliki peranan penting dan bertanggungjawab sebagai lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial.

Motivasi belajar anak yang tinggi berhubungan positif dengan pola asuh yang diberikan oleh orangtua. Pola asuh yang diterima oleh anak lah yang akan menentukan apakah anak memiliki prestasi belajar yang tinggi atau rendah. Korelasi dari pola asuh dan prestasi belajar anak dapat dilihat dari uji korelasi pada tabel 4.40, yang menjelaskan pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar anak. Dari tabel uji korelasi Spearman tersebut dapat terlihat bahwa angka koefisien tertinggi adalah 0,237dan terendah – 0,210 yang menunjukkan bahwa adanya hubungan pola asuh dengan prestasi belajar. Namun, hubungan antara variabel X dan variabel Y tersebut sangat lemah karena koefisen korelasinya mendekati angka 0. Korelasi dari kedua variabel tersebut bersifat searah, artinya kedua variabel akan saling memperngaruhi satu dengan yang lain.

BAB V