DAFTAR PUSTAKA
Agustiawati, Isni. 2014. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS Di SMA Negeri 26 Bandung. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Irsyadi, Ahmad Yusron. 2012. Pengaruh Bimbingan Karir Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Siswa Dalam Memilih Karir Pada Kelas XI Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 1 Sedayu. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogykarta.
Bungin, Burgin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Damsar. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Fitriyah, Indriani. 2008. Dalam Jurnal Penelitiannya “Pola Asuh Orangtua Terhadap Anak Berprestasi di Sekolah”. Universitas Islam Negeri.
Gunarsa, S.D, & Gunarsa, Y.S.D. 1995. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Hari, Suharko. 1996. Pengantar Sosiologi 1. Jakarta: PT Intan Pariwara.
Hardiyanti, Yulia. 2014. Etos Kerja Dan Gaya Hidup Masyarakat Slum Area Di Kota Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Hurlock, Elisabeth. 20011. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.
Lili dan Fatma. 2005. Dalam jurnal Penelitiannya “Peran Pola Asuh Orangtua Dalam Motivasi Berprestasi”. Universitas Sumatera Utara..
Nurhayati, Faridha. 2013. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Sangkapura Gresik. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Prasetyo, Bambang, dkk. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Poerwadarminta, W.J.S. 2011. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahayu, Tri Setiyani. 2013. “Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Perilaku
Konsumtif Siswa Kelas XI Di SMA Kesatrian1 Semarang”. Universitas
Negeri Malang
Ritzer, George. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sarwono, Jonathan. 2011. IBM SPSS Statistic 19. Jakarta: PT Gramedia
Shochib, Moh. 2010. Pola Asuh Orangtua. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-undang No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Widowati, S.Nurcahyani.2013. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar, Kedewasaan Dan Kedisiplinan Siswa Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1. Surakarta: Universitas sebelas Maret.
Yudi Premana, I Made. 2011. Hubungan Antara Pola Asuh Keluarga, Disiplin Belajar, dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada Siswa Kelas VIII Semester Genap di SMP Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Singaraja: Undiksha.
Zoel, Fikar. 2010. Dalam Jurnal Penelitiannya “Pengaruh Pendidikan dan Pendapatan Orangtua Terhadap Sikap dan Prestasi Belajar Siswa”.
Sumber online:
repository.upi.edu/12418/5/S_PEA_1005816_Chapter2.pdf. diakses pada 20 november
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian korelasi dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif memungkinkan penulis untuk memahami suatu gejala dengan lebih mendalam dengan cara setiap hal yang akan diteliti harus diidentifikasi, dikategorisasikan,
dan diidentifikasi secara jelas untuk kemudian dapat diukur melalui cara-cara yang tepat. Pada penelitian korelasi ditujukan untuk melihat ada tidaknya
hubungan dan kapasitas hubungan antar dua variabel atau lebih. Melalui studi korelasional, peneliti dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi bukan mengenai ada tidaknya efek variabel satu terhadap variabel lain
yang sedang diteliti. Penelitian ini dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Hubungan antar variabel
tidak saja dalam bentuk sebab-akibat, tetapi juga hubungan timbale balik antara dua variabel.
Pada penelitian Pengaruh Pola Asuh Terhadap Prestasi Belajar Anak ini,
peneliti akan melihat apakah pola asuh yang diterapkan orangtua berpengaruh terhadap prestasi belajar anak di kelurahan Sei Mati. Penelitian ini menggunakan
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan tepat berada di jalan Brigjen Katamso Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Provinsi Sumatera Utara.
3.2.1. Sejarah Singkat Kelurahan Sei Mati
Pada awalnya Kota Medan terkenal dengan nama Tanah Deli. Tanah Deli ini dinamakan mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang), sampai dengan ke Sungai
Wampu di Langkat. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus yang lokasinya terletak di Tanah Deli. Sejak zaman penjajahan
tersebut banyak yang mengatakan bahwa Medan dengan Deli (Medan-Deli). Kemudian setelah zaman kemerdekaan, maka kelama-lamaan istilah Medan Deli
secara berangsur-angsur sampai sekarang ini sudah kurang didengar lagi.
Kota Medan memiliki Luas 26.510 hektar ( 265,10km2) atau 3,6% dari keseluruhan di wilayah Sumatera Utara ini. Maka dengan demikian, dibandingkan
dengan kota ataupun kabupaten lainnya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relative kecil dengan jumlah penduduk yang relative besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 30 30’- 30 43’ LU dan 980 35’- 980 44’ BT. Dimana Kota
Medan memiliki beberapa kecamatan, salah satu diantaranya adalah Kecamatan Medan Maimun. Sebelum terjadi pemekaran, Kecamatan Medan Maimun dahulu
bergabung dengan Kecamatan Medan Baru. Lalu pada tahun 1988 telah terjadi pemekaran di Kotamadya Medan. Sehingga berdirilah Kecamatan Medan
Maimun.
Kelurahan Hamdan, Kelurahan Sei Mati, dan Kelurahan Kampung Baru. Pada
Kelurahan Sei Mati terletak di tenngah-tengah Kota Medan, tepatnya berada di jalan Brigjen Katamso. Jalan tersebut merupakan salah satu jalan utama yang
sering dilalui oleh masyarakat. Juga merupakan salah satu kawasan perdagangan di Kota Medan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya keberadaan ruko-ruko yang menjual berbagai jenis kebutuhan masyarakat. Di sekita jalan Brigjen Katamso ini
juga terdapat fasilitas infrastruktur yang bias digunakan oleh masyarakat, baik pada masyarakat yang tinggal disekitar jalan tersebut ataupun masyarakat yang
tinggal diluar wilayah jalan tersebut. Maka secara geografis, luas keseluruhan wilayah dari Kelurahan Sei Mati ini adalah 0,23 km2 (23 Ha).
Kelurahan Sei Mati adalah merupakan salah satu permukiman masyarakat
yang berada di Kota Medan yang berdekatan dengan adanya Sungai Deli. Dimana Sungai Deli ini sering meluap saat memasuki musim penghujan dan menyebabkan
pemukiman pada masyarakat tersebut menjadi rawan banjir.
3.2.2. Letak dan Batas Wilayah
Kelurahan Sei Mati merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Medan
Maimun dengan luas wilayah 23 Ha. Kelurahan Sei Mati ini mulai berdiri pada tahun 1958. Dengan beriklim tropis dan merupakan daerah rendah. Keluhan Sei
Mati Kecamatan Medan Maimun terdiri dari 12 lingkungan. Dengan jarak kantor Lurah Sei Mati ke kantor pusat pemerintahan kota adalah sekitar 2 km. Lalu jarak dari kantor Lurah Sei Mati ke kota/ibukota Medan adalah sekitar 2 km. Kemudian
Kelurahan Sei Mati memiliki batas-batas wilayah. Adapun batas-batas
wilayah dari kelurahan ini yaitu adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan
Maimun
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Teladan Barat Kecamatan Medan Kota
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sukadame Kecamatan Medan Polonia
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, atau peristiwa-peristiwa, sikap hidup dan sebagainya yang dapat menjadi sumber penelitian (Bungin, 2005). Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah kepala keluarga di
Kelurahan Sei Mati yang memiliki anak yang sedang mengecam pendidikan. Dari data Kantor Kelurahan, jumlah kepala keluarga di kelurahan sei mati adalah 3.914
jiwa.
3.3.2. Sampel
kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih sehingga dapat
mewakili keadaan sebenarnya dalam keadaan populasi (Bungin,2005).
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah penduduk setempat, dengan
menerapkan teknik simple random sampling yaitu, pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi tersebut, dilakukan pada populasi homogen. Dengan kriteria yang
dianggap peneliti cocok sebagai sumber data. Dengan indikator merupakan penduduk lokal yang bertempat tinggal di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan
Area. Jumlah kepala keluarga di Sei Mati ialah 3.914 kepala keluarga .
Rumus penarikan sampel yang digunakan ialah rumus menurut Taro Yamane
(Bungin, 2005) berikut :
� = � ��2+
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : Presisi atau derajat kebebasan ( peneliti menetapkan 10% atau d = 0,1 )
Dari rumus Taro Yamane tersebut, maka besar sampel yang ditarik pada
� = � ��2+
� = . ,. 2+
� = . .
� = ,
� = keluarga
Dari proses penjumlahan melalui rumus Taro Yamane diatas, maka didapat sampel sebanyak 98 keluarga sebagai responden. Sedangkan teknik untuk menarik sampelnya dilakukan dengan cara :
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a) Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian.
Langkah-langkah pengumpulan data primer adalah dengan cara : Dokumentasi
Pengamatan dan pengambilan gambar yang dilakukan atau diambil
Menyebarkan kuesioner dengan pertanyaan tertutup, dimana
responden bebas menentukan jawaban yang terbaik.Bentuk seperti ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang
penelitian sehingga hasilnya bersifat valid. b) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari data kedua atau sumber-sumber yang
dibutuhkan dalam penelitian ini sebelum menuju tahap berikutnya. Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan dan
pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah,
jurnal, artikel dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.
3.5. Teknik Analisis Data 3.5.1. Analisis Tabel Tunggal
Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan
membagi-bagi variabel ke dalam kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.Tabel tunggal merupakan langkah awal dengan menganalisis data yang
terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan presentasi untuk setiap kategori (Bungin, 2005). Proses analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPPS. Program SPSS ini dapat melakukan proses persiapan dan analisis data
dengan cepat efesien. Sebaran data yang telah terkumpul akan di-input ke dalam tabel tunggal, tabel silang dan diproses melalui software statistic SPSS secara
3.5.2. Analisis Tabel Silang
Teknik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat diketahui apakah
variabel tersebut berhubungan atau tidak (Bungin,2005). Penelitian ini menggunakan teknik koefisien korelasi Spearman. Teknik ini digunakan untuk pengamatan data interval yang menunjukkan hubungan yang linear. Berkenaan
dengan besaran angka, jika 0 maka artinya tidak ada korelasi sama sekali dan jika korelasi 1 atau -1 maka hubungan antar keduanya semakin kuat. Sebalinya jika r
mendekati 0 berarti hubungan dua variabel semakin lemah. Selain besarnya korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh terhadap penafsiran hasil. Tanda negatif
(-) pada output menunjukkan adanya arah yang berlawanan, sedangkan positif (+) menunjukkan arah yang sama. Untuk mengetahui besar kecilnya hubungan atau mengukur pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar anak di Kelurahan Sei
Mati, digunakan penafsiran sebagai berikut: Tabel 3.1
Nilai Internal Koefisien
Internal Koefisien Tingkat Hubungan
0,000 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,000 Sangat tinggi
3.5.3. Uji Hipotesa
Uji hipotesa adalah pengujian dan statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak.Untuk menguji hubungan
diantara kedua variabel yang dikorelasikan, maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman. Spearman Rho Coeficient menunjukkan hubungan antara variabel X dan Y yang tidak diketahui sebaran
datanya. Koefisien korelasi non parameteril ini digunakan untuk menghitung dua variabel dimana data dibuat dalam ranking dari ranking terkecil sampai ranking
terbesar. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
�� = −� − ���
Keterangan :
Rs (Rho) : Koefisien korelasi variabel X dan Y
Angka 1 : Angka satu; yaitu bilangan konstan Angka 6 : Angka enam; yaitu bilangan konstan
b : Beda rank X dan Y
N : Jumlah individu atau sampel
3.6. Keterbatasan Peneliti
Keterbatasan penelitian mencakup uraian tentang keterbatasan dan hambatan
yang ditemui dalam penelitian, baik yang berkaitan dengan metode dan teknik penulisan yang digunakan, maupun keterbatasan peneliti sendiri. Keterbatasan peneliti dalam penelitian ini adalah disebabkan karena kemampuan dan
belum menguasai penuh teknik dan metode penelitian, sehingga mungkin ada
beberapa kekurangan dalam penyajian dan pengolahan data. Bimbingan dengan dosen pembimbing merupakan usaha yang dilakukan peneliti agar hasilnya dapat
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden
Karakteristik masyarakat di Kelurahan Sei Mati yang dijadikan responden
berdasarkan usia, umur, jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pendapatan dan jumlah anak yang dipaparkan adalah sebagai berikut:
4.1.1. Identitas Responden Berdasarkan Usia
Dalam penelitian ini, masyarakat yang menjadi responden adalah kepala keluarga di Kelurahan Sei Mati yang memiliki jenjang usia yang berbeda.
Perbedaan karakteristik responden berdasarkan usia dijelaskan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Identitas Responden Berdasarkan Usia
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Usia Responden (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
20-25 2 2.0
26-30 8 8.2
31-35 15 15.3
36-40 23 23.5
41-45 13 13.3
45-50 9 9.2
>50 28 28.6
Berdasarkan tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang berusia
antara 20-25 tahun sebesar 2.0% (2 0rang), responden yang berusia antara 26-30 tahun sebesar 8.2% (8 orang), responden yang berusia antara 31-35 tahun sebesar
15.3% (15 orang), responden yang berusia antara 36-40 tahun 23.5% (23 orang), responden yang berusia antara 41-45 tahun sebesar 13.3% (13 orang), responden yang berusia antara 45-50 tahun sebesar9.2% (9 orang), dan responden yang
berusia diatas 50 tahun sebesar 28.6% (28 orang). Pada frekuensi data tabel diatas, mayoritas responden berdasarkan usia didominasi oleh responden yang berusia 50
tahun keatas dengan jumlah 28 orang dan minoritas responden berusia antara 20-25 tahun dengan jumlah 2 orang.
4.1.2. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada penelitian ini, responden yang diambil memiliki jenis kelamin yang heterogen , dikarenakan responden meliputi suami (laki-laki) dan isteri
(perempuan). Jumlah perbedaan jenis kelamin responden tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 40 40.8
Perempuan 58 59.2
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan tabel di atas, terdapat mayoritas responden adalah perempuan
sebanyak 58 orang dan minoritas responden adalah laki-laki sebanyak 40 orang.
4.1.3. Identitas Responden Berdasarkan Suku
Responden di penelitian ini memiliki beragam suku yang dapat dilihat dapat tabel dibawah ini :
Tabel 4.3
Identitas Responden Berdasarkan Suku
Suku Frekuensi (n) Persentase (%)
Batak 9 9.2
Mandailing 25 25.5
Padang 10 10.2
Minang 24 24.5
Jawa 19 19.4
Melayu 5 5.1
Aceh 6 6.1
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang
berasal dari suku Batak sejumlah 9.2% (9 orang), responden yang berasal dari suku Mandailing sejumlah 25.5% (25 orang), responden yang berasal dari suku
Padang sejumlah 10.2% (10 orang), responden yang berasal dari suku Minang sejumlah 24.5% (24 orang), responden yang berasal dari suku Jawa sejumlah
orang), sementara responden yang berasal dari suku Aceh adalah sejumlah 6.1%
(6 orang). Berdasarkan tabel diatas, mayoritas responden berasal dari suku Mandailing yaitu sebanyak 25 orang dan minoritas responden berasal dari suku
Melayu yaitu sebanyak 5 orang.
4.1.4. Identitas Responden Berdasarkan Agama
Pada penelitian ini, semua responden yang terpilih memiliki agama yang
berbeda. Persentase responden berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4
Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Agama
Agama Frekuensi (n) Persentase (%)
Islam 93 94.9
Kristen 5 5.1
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang beragama Islam adalah sebesar 94.9% (93 orang) dan responden yang beragama
Kristen adalah sebesar 5.1% (5 orang). Berdasarkan tabel di atas, terdapat mayoritas responden beragama Islam sebanyak 93 orang dan minoritas responden
4.1.5. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pada penelitian ini, setiap responden memiliki latarbelakang jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Jumlah dari setiap jenjang pendidikan responden
tersebut dapat dilihat dapat penjelasan tabel dibawah ini :
Tabel 4.5
Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
SD 12 12.2
SMP 31 31.6
SMA 50 51.0
D3 2 2.0
S1 3 3.1
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang memiliki pendidikan terakhir SD sebesar 12.2% (12 orang), responden yang
memiliki pendidikan terakhir SMP sebesar 31.6% (31 orang), responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA sebesar 51.0% (51 orang), responden yang
memiliki pendidikan terakhir D3 sebesar 2.0% (2 orang), sedangkan responden yang memiliki responden terakhir S1 sebesar 3.1% (3 orang). Maka, pada frekuensi data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoristas responden
4.1.6. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pada penelitian ini, mata pencaharian responden berbeda-beda. Latarbelakang pekerjaan responden dapat dilihat pada data tabel dibawah ini :
Tabel 4.6
Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Wiraswasta 32 32.7
Buruh 19 19.4
Pegawai Swasta 5 5.1
Penjahit 3 3.1
Ibu Rumah Tangga 36 36.7
Pegawai Negeri 3 3.1
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 32.7% (32 orang), responden yang bekerja
sebagai buruh sebanyak 19.4% (19 orang), responden yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 5.1% (5 orang), responden yang bekerja sebagai
penjahit sebanyak 3.1% (3 orang), responden yang bekerja sebagai Ibu rumah tangga sebanyak 36.7% (36 orang), sementara responden yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 3.1% (3 orang). Dari frekuensi data tabel diatas,
dan minoritas responden bekerja sebagai penjahit dan pegawai negeri yaitu
sebanyak 3 orang.
4.1.7. Identitas Responden Berdasarkan Pendapatan
Pada penelitian ini, setiap responden memiliki rata-rata pendapatan per bulan yang berbeda-beda. Rata-rata pendapatan responden akan disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 4.7
Identitas Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan Frekuensi (n) Persentase (%)
≤ 1.000.000 14 14.3
1.100.000 - 2.000.000 55 56.1
2.100.000 - 3.000.000 29 29.6
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang
memiliki penghasilan perbulan ≤ 1.000.000 sebanyak 14.3% (14 orang), responden yang memiliki penghasilan antara 1.100.000 - 2.00.000 sebanyak
56.1% (55 orang), dan responden yang memiliki penghasilan antara 2.100.000 - 3.000.000 sebanyak 29.6% (29 orang). Dari pemaparan data tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berpenghasilan rata-rata antara
4.1.8. Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak
Pada penelitian ini, semua responden adalah laki-laki dan perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak. Jumlah anak yang dimiliki responden dapat
dilihat pada penjelasan tabel dibawah ini :
Tabel 4.8
Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak
Jumlah Anak Frekuensi (n) Persentase (%)
1 10 10.2
2 23 23.5
3 29 29.6
4 23 23.5
5 8 8.2
6 4 4.1
7 1 1.0
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang memiliki 1 anak 1 sebesar 10.2% (10 orang), responden yang memiliki 2 anak
sebesar 23.5% (23 orang), responden yang memiliki 3 anak sebesar 29.6% (29 orang), responden yang memiliki 4 anak sebesar 23.5% (23 orang), responden
didominasi oleh responden dengan jumlah anak 3 yaitu sebanyak 29 orang dan
yang menjadi minoritas adalah responden dengan jumlah anak 1 yaitu sebanyak 1 orang.
4.2. Frekuensi Data Pernyataan Responden Terhadap Pola Asuh
4.2.1. Mengawasi Kegiatan Anak
Salah satu subindikator dari pola asuh adalah mengawasi kegiatan atau
aktivitas anak. Berbagai pernyataan responden mengenai pengawasan kegiatan anak terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Mengawasi Kegiatan Anak di dalam dan di luar rumah
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 7 7.1
Jarang 18 18.4
Sangat Sering 24 24.5
Selalu 49 50.0
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang mengawasi kegiatan anak didalam dan diluar rumah terdapat 7.1% (7 orang)
responden yang menyatakan tidak pernah, 18.4% (18 orang) responden yang menyatakan jarang, 24.5% (24 orang) responden yang menyatakan sangat sering,
frekuensi diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam mengawasi
kegiatan anak didalam dan diluar rumah adalah sebanyak 49 orang yang menyatakan selalu, dan minoritas responden adalah sebanyak 7 orang yang
menyatakan tidak pernah.
4.2.2. Membatasi Anak Bergaul
Dalam mengasuh anak, orangtua cenderung membatasi dengan siapa saja
anak bergaul. Berbagai pernyataan responden mengenai pola asuh orangtua dalam membatasi anak bergaul dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Membatasi Anak Bergaul
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 10 10.2
Jarang 15 15.3
Sangat Sering 29 29.6
Selalu 44 44.9
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang menyatakan tidak pernah membatasi dengan siapa saja anak mereka bergaul ada
sebanyak 10.2% (10 orang), yang menyatakan jarang ada sebanyak 15.3% (15 orang), yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 29.6% (29 orang), dan yang
membatasi dengan siapa saja anak mereka bergaul yaitu 44 orang dan minoritas
responden menyatakan tidak pernah membatasi dengan siapa anak mereka bergaul yaitu 10 orang.
4.2.3. Memberikan Kebebasan
Gaya pengasuhan orangtua juga meliputi pemberian kebebasan pada anak untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Pernyataan responden mengenai
pemberian kebebasan pada anak dapat dilihat pada data tabel dibawah ini :
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memberikan Kebebasan pada Anak
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 10 10.2
Jarang 16 16.3
Sangat Sering 27 27.6
Selalu 45 45.9
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data distribusi tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang memberikan kebebasan pada anak dalam melakukan apa saja
yang mereka inginkan menyatakan tidak pernah sebanyak 10.2% (10 orang), responden yang menyatakan jarang sebanyak 16.3% (16 orang), responden yang menyatakan sangat sering sebanyak 27.6% (27 orang), dan responden yang
diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan selalu
memberikan kebebasan pada anak yaitu sebanyak 45 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 10 orang.
4.2.4. Memaksa Anak Mentaati Perintah dan Keputusan
Di dalam keluarga, seorang anak dianggap belum cukup dewasa dalam mengambil sebuah keputusan dan melakukan apa yang baik dan benar, sehingga
orangtua turut memberikan sebuah arahan, instruksi, nasehat maupun peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh anak. Tabel dibawah ini akan memaparkan
perbedaan sikap orangtua dalam memaksa anak mentaati perintah dan keputusan mereka sebagai berikut :
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memaksa Anak Mentaati Perintah dan Keputusan
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 10 10.2
Jarang 18 18.4
Sangat Sering 29 29.6
Selalu 41 41.8
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data frekuensi tabel diatas, dapat terlihat bahwa responden yang memaksa anak untuk mentaati perintah dan keputusan menyatakan tidak
sebanyak 18.4% (18 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada
sebanyak 29.6% (29 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 41.8% (41 orang). Dari data distribusi tabel diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas
responden menyatakan selalu yaitu sebanyak 41 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 10 orang.
4.2.5. Memberi Hukuman
Biasanya sanksi yang diberikan oleh orangtua dalam mengasuh anak yang telah melakukan kesalahan yaitu dengan memberikan hukuman yang sesuai atau
yang sudah disepakati bersama di rumah. Untuk mengetahui pernyataan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memberikan Hukuman Kepada Anak Apabila Melakukan Kesalahan
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 12 12.2
Jarang 19 19.4
Sangat Sering 25 25.5
Selalu 42 42.9
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dilihat perbedaan pernyataan responden mengenai memberikan hukuman kepada anak apabila anak melakukan
sangat sering 25.5% (25 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada
sebanyak 42.9% (42 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu memberikan
hukuman kepada anak apabila melakukan kesalahan, yaitu sebanyak 42 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah ada sebanyak 12 orang.
4.2.6. Memberikan Pertimbangan Pada Setiap Keputusan Anak
Dalam mengasuh, orangtua mengawasi apapun setiap keputusan yang diambil oleh anak untuk menghindari hal negatif yang nantinya akan dialami
anak. Dalam hal ini orangtua menganggap mereka lebih mengerti keputusan apa yang seharusnya dan yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak. Pernyataan mengenai pemberian pertimbangan atas setiap keputusan yang diambil oleh anak
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memberikan Pertimbangan atas Setiap Keputusan Anak
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 26 26.5
Jarang 14 14.3
Sangat Sering 10 10.2
Selalu 48 49.0
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
pertimbangan pada setiap keputusan yang diambil oleh anak, yaitu ada sebanyak
26.5% (26 orang) responden yang menyatakan tidak pernah, ada sebanyak 14.3% (14 orang) responden yang menyatakan jarang, ada sebanyak 10.2% (10 orang)
responden yang menyatakan sangat sering, dan ada sebanyak 49.0% (48 orang) responden yang menyatakan selalu. Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu memberikan
pertimbangan pada setiap keputusan yang diambil oleh anak yaitu sebanyak 48 orang dan minoritas responden menyatakan sangat sering yaitu sebanyak 10
orang.
4.2.7. Memberi Dorongan Rajin Belajar
Memberi dorongan kepada anak untuk rajin belajar adalah tugas orangtua
dalam mendidik anak menjadi anak yang berprestasi. Dukungan orangtualah yang memotivasi anak semakin giat belajar. Adapun berbagai pernyataan responden
Tabel 4.15
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memberi Dorongan Rajin Belajar
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 4 4.1
Jarang 4 4.1
Sangat Sering 37 37.8
Selalu 53 54.1
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai pernyataan responden dalam memberi dorongan kepada anak untuk rajin belajar, yaitu responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 4.1% (4 orang),
responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 4.1% (4 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 37.8% (37 orang), dan yang menyatakan
selalu ada sebanyak 54.1% (53 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat terlihat bahwa mayoritas responden menyatakan selalu memberikan dorongan kepada anak untuk rajin belajar, yaitu sebanyak 53 orang dan minoritas respoden
menyatakan tidak pernah dan jarang, yaitu masing-masing sama-sama sebanyak 4 orang.
4.2.8. Memberi Kebebasan Pada Anak Untuk Mengemukakan Pendapat
Seorang anak pasti pernah memiliki sebuah pendapat mengenai apa yang
sikap orangtua yang tidak memberi kebebasan pada anak untuk mengungkapkan
apa yang ada dipikirannya. Oleh karena itu, pernyataan orangtua mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.16
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memberikan Kebebasan Kepada Anak Untuk Mengemukakan Pendapat
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 20 20.4
Jarang 19 19.4
Sangat Sering 10 10.2
Selalu 49 50.0
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa frekuensi responden yang menyatakan tidak pernah memberikan kebebasan pada anak untuk
berpendapat sebesar 20.4% (20 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebesar 19.4% (19 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebesar
10.2% (10 orang), dan yang menyatakan selalu ada sebesar 50.0% (49 orang). Maka, dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu memberikan kebebasan kepada anak untuk
4.2.9. Memberi Penghargaan Atas Nilai Yang Di Peroleh Anak
Dari data tabel dibawah ini akan terlihat bagaimana setiap responden memperlakukan anak mereka jika si anak mendapatkan pujian dari guru atau
mendapatkan nilai yang memuaskan di sekolah. Adapun berbagai pernyataan responden yaitu :
Tabel 4.17
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memberi Penghargaan atas nilai yang didapat anak
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 25 25.5
Jarang 23 23.5
Sangat Sering 11 11.2
Selalu 39 39.8
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, distribusi frekuensi responden pada pernyataan memberikan penghargaan pada anak apabila mendapat pujian atau
nilai yang memuaskan adalah yang menyatakan tidak pernah sejumlah 25.5% (25 orang), responden yang menyatakan jarang sejumlah 23.5% (23 orang), responden
yang menyatakan sangat sering sejumlah 11.2% (11 orang), dan responden yang menyatakan selalu sejumlah 39.8% (39 orang). Maka, dapat disimpulkan dari data tabel frekuensi ini bahwa mayoritas responden menyatakan selalu memberikan
4.2.10. Memarahi Anak Apabila Terlambat Pulang
Seorang anak pasti memiliki berbagai aktivitas didalam maupun diluar rumah. Seperti memiliki les tambahan, bermain dengan teman-teman, dan
berbagai aktivitas lainnya. Hal ini yang menjadi salah satu alasan mengapa anak pulang telat ke rumah. Orangtua akan cenderung menyikapi keterlambatan anak pulang ke rumah dengan memarahinya.. berbagai pernyataan responden mengenai
hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah :
Tabel 4.18
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memarahi Anak Apabila Terlambat Pulang Ke Rumah
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 11 11.2
Jarang 10 10.2
Sangat Sering 29 29.6
Selalu 48 49.0
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, setiap responden memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menyikapi keterlambatan anak pulang ke rumah. Responden
yang menyatakan tidak pernah memarahi anak ada sebanyak 11.2% (11 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 10.2% (10 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 29.6% (29 orang), dan responden
menyatakan selalu memarahi anak apabila terlambat pulang yaitu sebanyak 48
orang dan minoritas responden menyatakan jarang yaitu sebanyak 10 orang.
4.2.11. Memukul Anak Bila Melakukan Kesalahan
Distribusi frekuensi pernyataan responden mengenai akan memukul anak apabila anak melakukan kesalahan dapat dilihat pada data tabel dibawah ini :
Tabel 4.19
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Memukul Anak Bila Anak Melakukan Kesalahan
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 25 25.5
Jarang 17 17.3
Sangat Sering 11 11.2
Selalu 45 45.9
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai orangtua memukul anak apabila anak melakukan kesalahan, yaitu responden yang
menyatakan tidak pernah ada sebanyak 25.5% (25 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 17.3% (17 orang), responden yang menyatakan
sangat sering ada sebanyak 11.2% (11 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 45.9% (45 orang). Dari distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu memukul anak bila
4.2.12. Menghukum Anak Bila Mendapat Nilai Rendah
Nilai yang didapat oleh anak bisa berbeda-beda dalam setiap pembagian hasil ujian. Hal ini dikarenakan proses belajar anak atau bagaimana anak
menangkap pelajaran yang diajarkan disekolah, apakah anak dapat menyelesaikan ujian dengan baik atau tidak. Nilai yang tinggi atau rendah yang diperoleh oleh anak otomatis akan menimbulkan reaksi pada orangtua. Berbagai pernyataan
responden mengenai menghukum anak apabila anak mendapatkan nilai yang rendah di kelas dapat dilihat pada data tabel dibawah ini :
Tabel 4.20
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Menghukum Anak Apabila Anak Mendapat Nilai Yang Rendah Di Kelas
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 10 10.2
Jarang 25 25.5
Sangat Sering 20 20.4
Selalu 43 43.9
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan berbagai pernyataan
responden mengenai menghukum anak apabila mendapat nilai rendah dikelas, yaitu responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 10.2% (10 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 25.5% (25 orang), responden
diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu yaitu
sebanyak 43 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 10 orang.
4.2.13. Saling Memberitahu Masalah Yang Dialami
Orangtua selalu memiliki masalah internal maupun eksternal. Seperti masalah ekonomi, masalah rumahtangga, di tempat kerja, dan sebagainya. Begitu
juga dengan seorang anak. Anak juga tidak luput dari yang namanya masalah pribadi. Dalam data frekuensi tabel dibawah ini akan diketahui apakah jika
memiliki masalah responden akan memberitahukannya kepada anak, dan apakah sebaliknya anak juga memberitahu masalahnya kepada orangtua mereka. Artinya, apakah orangtua dan anak saling terbuka. Hasil pernyataan mengenai hal ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.21
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Saling Memberitahu Masalah Yang Dialami
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 8 8.2
Jarang 16 16.3
Sangat Sering 28 28.6
Selalu 46 46.9
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 8.2% (8 orang),
responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 16.3% (16 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 28.6% (28 orang), dan responden
yang menyatakan selalu ada sebanyak 46.9% (46 orang). Dari distribusi frekuensi diatas, dapat disimpukan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu sebanyak
46 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah sebanyak 8 orang.
4.2.14. Peduli Terhadap Perkembangan Pendidikan Anak
Mengenai pernyataan responden tentang kepedulian seputar
perkembangan pendidikan anak, dapat dilihat pada data tabel yang disajikan dibawah ini :
Tabel 4.22
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Kepedulian Terhadap Perkembangan Anak Seputar Pendidikannya
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 6 6.1
Jarang 13 13.3
Sangat Sering 26 26.5
Selalu 53 54.1
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden mengenai kepedulian terhadap perkembangan pendidikan anak. Responden yang
sangat sering ada sebanyak 26.5% (26 orang), dan responden yang menyatakan
selalu ada sebanyak 54.1% (53 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan selalu peduli terhadap
perkembangn pendidikan anak sebanyak 53 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah sebanyak 6 orang.
4.2.15. Mau Mendengar Kesulitan Anak
Peran lain orangtua juga sebagai orang terdekat dalam lingkungan keluarga adalah mendengar setiap kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak.
Adapun pernyataan responden mengenai mau mendengarkan kesulitan anak dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.23
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Mau Mendengar Kesulitan Anak
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 5 5.1
Jarang 8 8.2
Sangat Sering 30 30.6
Selalu 55 56.1
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai responden mau mendengar kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak, yaitu responden yang
sangat sering ada sebanyak 30.6% (30 orang), dan responden yang menyatakan
selalu ada sebanyak 56.1% (55 orang). Maka, dapat disimpulkan mayoritas responden menyatakan selalu sebanyak 55 orang dan minoritas responden
menyatakan tidak pernah sebanyak 5 orang.
4.2.16. Menerapkan Kebiasaan Orangtua Dulu Dalam Mendidik
Sebagian besar pada umumnya orangtua dalam mendidik anaknya lebih
banyak meniru model atau gaya pengasuhan yang diterimanya dari kecil oleh orangtuanya dulu. Adapun berbagai pernyataan responden mengenai hal ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.24
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Menerapkan Kebiasaan Orangtua Dulu Dalam Mendidik Anak
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 17 17.3
Jarang 19 19.4
Sangat Sering 12 12.2
Selalu 50 51.0
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang
menyatakan tidak pernah menerapkan kebiasaan orangtua mereka dalam mendidik anaknya ada sebanyak 17.3% (17 orang), responden yang menyatakan jarang ada
51.0% (50 orang). Dari distribusi frekuensi data tabel diatas, dapat dipaparkan
bahwa mayoritas responden menyatakan selalu yaitu sebanyak 50 orang dan minoritas responden menyatakan sangat sering yaitu sebanyak 12 orang.
4.2.17. Mempunyai Waktu Luang Sepulang Kerja
Salah satu subindikator motivasi adalah apakah orangtua menyediakan waktu luang mereka sepulang bekerja untuk dapat berkomunikasi dengan anak,
saling bercerita ataupun bertukar pikiran. Pernyataan responden mengenai waktu luang mereka akan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.25
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Mempunyai Waktu Luang Dengan Anak Sepulang Bekerja
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 5 5.1
Jarang 13 13.3
Sangat Sering 30 30.6
Selalu 50 51.0
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai responden yang mempunyai waktu luang untuk anak. Responden yang menyatakan tidak pernah
ada sebanyak 5.1% (5 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 13.3% (13 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 30.6% (30
responden menyatakan mereka selalu mempunyai waktu luang dengan anak
mereka sepulang bekerja yaitu sebanyak 50 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 5 orang.
4.2.18. Mengutamakan Kebutuhan Sekolah Anak
Dari data tabel dibawah ini akan dipaparkan apakah penghasilan responden digunakan untuk mengutamakan kebutuhan sekolah anak atau tidak.
Hasilnya sebagai berikut :
Tabel 4.26
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Mengutamakan Kebutuhan Sekolah Anak
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 4 4.1
Jarang 9 9.2
Sangat Sering 24 24.5
Selalu 61 62.2
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang mengutamakan kebutuhan sekolah anak memiliki berbagai pernyataan yang berbeda-beda. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 4.1% (4
orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 9.2% (9 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 24.5% (24 orang), dan
sebanyak 61 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu
sebanyak 4 orang.
4.2.19. Menyesuaikan Cara Mendidik Anak Dengan Lingkungan Tempat Tinggal
Salah satu faktor eksternal pola asuh yang dimiliki orangtua adalah lingkungan tempat tinggal. Tidak jarang orangtua akan menyesuaikan cara
mendidik anak mereka sama seperti kebiasaan para orangtua di lingkungan tempat tinggal tersebut, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.27
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Menyesuaikan Cara Mendidik Anak Dengan Lingkungan Tempat Tinggal
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 10 10.2
Jarang 17 17.3
Sangat Sering 24 24.5
Selalu 47 48.0
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan bahwa responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 10.2% (10 orang), responden yang
menyatakan jarang ada sebanyak 17.3% (17 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 24.5% (24 orang), dan responden yang menyatakan
mendidik anak dengan kebiasaan orangtua di lingkungan tempat tinggal yaitu
sebanyak 47 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 10 orang.
4.3. Frekuensi Data Pernyataan Responden Terhadap Prestasi Belajar Anak
4.3.1. Anak Memiliki Nilai Di Atas Rata-rata
Pola asuh orangtua yang diterima anak akan turut mempengaruhi nilai
pendidikannya di sekolah. Motivasi belajar anak yang tinggi akan meningkatkan hasil belajar anak, begitu juga sebaliknya. Korelasi antara pola asuh dengan nilai
pendidikan yang diperoleh anak dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.28
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Memiliki Nilai Di Atas Rata-rata
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 5 5.1
Jarang 8 8.2
Sangat Sering 28 28.6
Selalu 57 58.2
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai apakah anak
memiliki nilai diatas rata-rata. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 5.1% (5 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 8.2%
orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 58.2% (57 orang).
Dari distribusi frekuensi diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan anaknya selalu memiliki nilai diatas rata-rata yaitu sebanyak 57 orang
dan minoritas responden menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 5 orang.
4.3.2. Anak Pernah Mengikuti Kegiatan Olimpiade
Intelegensi dari seorang anak dapat dilihat apabila dia dipilih dan
dipercayakan oleh pihak sekolah untuk mengikuti kegiatan olimpiade. Intelegensi seorang anak bisa berkembang apabila orangtua tetap mendukung proses belajar
anak didalam dan diluar rumah. Korelasi antara pola asuh dengan anak yang mengikuti kegiatan olimpiade dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.29
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Pernah Mengikuti Kegiatan Olimpiade
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 48 49.0
Jarang 20 20.4
Sangat Sering 19 19.4
Selalu 11 11.2
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden mengenai apakah anak pernah mengikuti kegiatan olimpiade. Responden yang
menyatakan jarang ada sebanyak 20.4% (20 orang), responden yang menyatakan
sangat sering ada sebanyak 19.4% (19 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 11.2% (11 orang). Dari distribusi frekuensi diatas dapat
diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan tidak pernah dengan jumlah 48 orang dan minoritas responden menyatakan selalu dengan jumlah 11 orang.
4.3.3. Anak Naik Kelas Setiap Tahun
Dari hasil data distribusi frekuensi dibawah ini dapat dilihat apakah anak setiap tahun naik kelas. Pernyataan responden sebagai berikut :
Tabel 4.30
Distribusi Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Naik Kelas Setiap Tahun
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 1 1.0
Jarang 8 8.2
Sangat Sering 21 21.4
Selalu 68 69.4
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden mengenai apakah anak naik kelas setiap tahun. Responden yang menyatakan tidak
pernah ada sebanyak 1.0% (1 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 8.2% (8 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak
(68 orang). Dari distribusi frekuensi diatas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menyatakan selalu dengan jumlah 68 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah dengan jumlah 1 orang.
4.3.4. Anak Aktif Mengikuti Kegiatan Proses Belajar-Mengajar
Anak yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar akan semangat mengikuti kegiatan proses belajar dan mengajar di sekolah setiap hari. Sebaliknya,
anak yang memiliki motivasi yang rendah akan memiliki semangat yang rendahjuga untuk pergi ke sekolah mengikuti kegiatan belajar dan mengajar.
Pernyataan responden mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah :
Tabel 4.31
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Aktif Mengikuti Kegiatan Proses Belajar-Mengajar Di Sekolah
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 2 2.0
Jarang 9 9.2
Sangat Sering 17 17.3
Selalu 70 71.4
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai keaktifan anak
mengikuti kegiatan proses belajar dan mengajar di kelas. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 2.0% (2 orang), responden yang
selalu ada sebanyak 71.4% (70 orang). Dari distribusi frekuensi diatas, dapat
dipaparkan bahwa mayoritas responden ialah responden yang anaknya selalu aktif mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar dikelas dengan jumlah 70 orang dan
minoritas responden adalah responden yang anaknya tidak pernah mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar dikelas dengan jumlah 2 orang.
4.3.5. Anak Aktif Mengikuti Kegiatan Osis
Pada tabel dibawah ini dapat dilihat apakah anak aktif mengikuti kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Biasanya anak yang masuk menjadi
pengurus Osis adalah anak yang aktif di dalam organisasi, berbakat, cerdas, dan berprestasi.
Tabel 4.32
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Aktif Mengikuti Kegiatan OSIS
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 56 57.1
Jarang 12 12.2
Sangat Sering 14 14.3
Selalu 16 16.3
Total 98 100
Sumber : Data Penelitian Lapangan 2016
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai keaktifan anak mengikuti kegiatan OSIS di sekolah. Responden yang menyatakan tidak pernah
(14 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 16.3% (16
orang). Dari distribusi frekuensi diatas, dapat dipaparkan bahwa mayoritas responden ialah responden yang anaknya tidak pernah aktif mengikuti kegiatan
OSIS di sekolah dengan jumlah 56 orang orang dan minoritas responden adalah responden yang anaknya jarang mengikuti kegiatan OSIS di sekolah dengan
jumlah 12 orang.
4.3.6. Anak Aktif Bertanya Di Dalam Kelas
Anak yang memiliki motivasi yang tinggi akan selalu antusias dalam
setiap pelajaran yang diikutinya. Apabila seorang anak kurang mengerti atau ingin tau lebih banyak mengenai suatu pelajaran dari gurunya, maka ia tidak akan takut atau segan bertanya pada guru di dalam kelas untuk menambah pengetahuannya.
Pola asuh orangtua akan menentukan apakah seorang anak mudah terbuka dan memiliki sifat keingintahuan yang tinggi atau tidak. Korelasi ini dapat dilihat pada
tabel dibawah :
Tabel 4.33
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Aktif Bertanya Di Dalam Kelas
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 7 7.1
Jarang 22 22.4
Sangat Sering 26 26.5
Selalu 43 43.9
Total 98 100
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan mengenai keaktifan anak
bertanya pada guru di kelas. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 7.1% (7 orang), responden yang menyatakan jarang ada sebanyak 22.4%
(22 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 26% (26.5 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 43.9% (43 orang). Dari distribusi frekuensi diatas, dapat dipaparkan bahwa mayoritas responden
ialah responden yang anaknya selalu aktif bertanya di kelas dengan jumlah 43 orang dan minoritas responden adalah responden yang anaknya tidak pernah
bertanya di kelas dengan jumlah 7 orang.
4.3.7. Anak Berani Tampil Di Depan Kelas
Orangtua yang selalu mendukung, memotivasi dan memberikan pujian
serta penghargaan akan menciptakan seorang anak yang terbuka, energik, dan percaya diri, begitu juga sebaliknya. Pernyataan responden mengenai anak yang
berani tampil di depan kelas akan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.34
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Berani Tampil Di Depan Kelas
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 7 7.1
Jarang 10 10.2
Sangat Sering 26 26.5
Selalu 55 56.1
Total 98 100
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden
mengenai apakah anak mereka berani tampil di depan kelas kelas. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 7.1% (7 orang), responden yang
menyatakan jarang ada sebanyak 10.2% (10 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 26.5% (26 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 56.1% (55 orang). Dari distribusi frekuensi diatas, dapat
diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan selalu dengan jumlah 55 orang dan minoritas responden menyatakan tidak pernah dengan jumlah7 orang.
4.3.8. Nilai Raport Anak Memuaskan
Bagaimana pola asuh orangtua sangat mempengaruhi proses belajar anak dan hasilnya. Apakah orangtua yang peduli terhadap perkembangan prestasi anak
dan memberikan penghargaan dan terbuka dengan anak akan menghasilkan anak yang berprestasi, dan sebaliknya. Pernyataan responden mengenai apakah anak
mendapatkan nilai raport yang memuaskan dapat dilihat pada dibawah ini:
Tabel 4.35
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Nilai Raport Anak Memuaskan
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 8 8.2
Jarang 11 11.2
Sangat Sering 27 27.6
Selalu 52 53.1
Total 98 100
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden
mengenai apakah nilai raport yang diperoleh anak memuaskan. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 8.2% (8 orang), responden yang
menyatakan jarang ada sebanyak 11.2% (11 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 27.6% (27 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 53.1% (52 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan anak mereka selalu mendapat nilai raport yang memuaskan dengan jumlah 52 orang dan minoritas
responden menyatakan tidak pernah dengan jumlah 8 orang.
4.3.9. Anak Mendapat Peringkat Di Kelas
Bentuk dari prestasi belajar anak dapat dilihat dari hasil indeks prestasi
anak disekolah. Adanya hubungan pola asuh dengan prestasi belajar seorang anak mengenai apakah anak mendapat peringkat di kelas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.36
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Mendapat Peringkat Di Kelas
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 31 31.6
Jarang 31 31.6
Sangat Sering 15 15.3
Selalu 21 21.4
Total 98 100
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden
mengenai apakah anak mendapat peringkat di kelas. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 31.6% (31 orang), responden yang menyatakan jarang
ada sebanyak 31.6% (31 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 15.3% (15 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 21.4% (21 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden menyatakan anak mereka tidak pernah dan jarang mendapat peringkat di kelas dengan jumlah masing-masing 31 orang dan minoritas
responden menyatakan anak mereka sangat sering mendapat peringkat di kelas dengan jumlah 15 orang.
4.3.10. Anak Mendapat Pujian Dari Guru
Pernyataan responden mengenai apakah anak mereka mendapat pujian dari gurunya atas apa yang mereka kerjakan di kelas dan nilai yang mereka peroleh
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.37
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Mendapat Pujian Dari Guru
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 20 20.4
Jarang 28 28.6
Sangat Sering 17 17.3
Selalu 33 33.7
Total 98 100
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden
mengenai apakah anak mendapat pujian dari guru. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 20.4% (20 orang), responden yang menyatakan jarang
ada sebanyak 28.6% (28 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 17.3% (17 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 33.7% (33 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden menyatakan anak selalu mendapat pujian oleh gurunya dengan jumlah 33 orang dan minoritas responden menyatakan anak mereka sangat
sering mendapat pujian oleh gurunya dengan jumlah 17 orang.
4.3.11. Anak Mendapat Beasiswa Berprestasi
Bentuk penghargaan berupa beasiswa berprestasi yang diberikan pihak
sekolah oleh anak yang berprestasi merupakan salah satu indikator prestasi belajar anak. Pernyataan responden mengenai apakah anak mendapat beasiswa
berprestasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.38
Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Mengenai Anak Mendapat Beasiswa Berprestasi
Pernyataan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 64 65.3
Jarang 14 14.3
Sangat Sering 9 9.2
Selalu 11 11.2
Total 98 100
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dipaparkan pernyataan responden
mengenai apakah anak mendapat beasiswa berprestasi. Responden yang menyatakan tidak pernah ada sebanyak 65.3% (64 orang), responden yang
menyatakan jarang ada sebanyak 14.3% (14 orang), responden yang menyatakan sangat sering ada sebanyak 9.2% (9 orang), dan responden yang menyatakan selalu ada sebanyak 11.2% (11 orang). Dari data distribusi frekuensi diatas, dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa anak mereka tidak pernah mendapat beasiswa berprestasi dengan jumlah 64 orang dan minoritas
responden menyatakan anak mereka sangat sering mendapat beasiswa berprestasi dengan jumlah 9 orang.
4.4. Analisis Data
4.4.1. Uji Validitas
Validitas instrument berhubungan dengan kesesuaian dan ketepatan fungsi
alat ukur yang digunakannya. Sebelum instrument digunakan di lapangan perlu adanya pengujian validitas terhadap instrumen tersebut. Uji validitas adalah prosedur untuk memastikan apakah kuesioner yang dipakai untuk mengukur
variabel penelitian valid atau tidak. Kuesioner dikatakan valid apabila mempersentasikan atau mengukur apa yang hendak diukur (variabel penelitian).
Validitas juga dapat dikatakan sebagai ukuran yang menunjukkan kevalidan dari suatu instrumen yang telah ditetapkan.
bila kriteria yang ada dalam kuesioner disusun berdasarkan fakta-fakta empiris
yang telah ada (eksternal). Validitas internal kuesioner harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Validitas
konstruk adalah kerangka dari suatu konsep yang dapat dicari melalui defenisi konsep.
Setelah pengujian konstruk selesai, selanjutnya dengan meneruskan
validitas yang sudah valid. Validitas eksternak dilakukan dengan cara mengkorelasikan data antara yang telah ada antar variabel atau dengan uji
realibilitas pada program SPSS. Karena penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS, maka peneliti menggunakan validitas dengan uji realibilitas.
4.4.2. Uji Realibitas
Realibilitas menyangkut masalah ketepatan alat ukur. Ketepatan ini dapat
diukur dengan analisa statistik untuk mengetahui kesalahan ukur. Realibilitas akan lebih mudah dimengerti dengan memperhatikan aspek pemantapan, ketepatan dan homogenitas. Suatu alat ukur dianggap reliabel apabila instrumen tersebut dapat
dipercaya sebagai alat ukur data penelitian. Dengan kata lain realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu saat alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur
gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten maka alat pengukur tersebut reliabel. Realibilitas tes adalah tingkat konsistensi suatu tes,
sasaran yang diukur. Realibilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya
sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti realibilitas tinggi.
Penelitian uji realibilitas dilakukan dengan rumus Croanbach’s Alpha.
Namun dalam peneliltian ini dilakukan dengan program SPSS maka ketentuannya adalah apabila nilai Croanbach’s Alpha kurang dari 0,2423 berarti buruk, 0,300 diterima dan lebih dari atau sama dengan 0,400 adalah baik. Adapun hasil
realibiltas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.39
Tabel 4.39 diatas menunjukkan realibilitas dari kuesioner dengan melihat nilai Croanbach’s Alpha dari setiap butir pertanyaan per variabel. Nilai
croanbach’s alpha variabel pola asuh (X) sebesar 0,511 yang menunjukkan bahwa
keseluruhan butir pertanyaan pada variabel tersebut realibel karena nilai 0.511 lebih besar dari nilai standarnya yaitu 0,5. Jumlah pertanyaan (N) sebesar 19. Untuk pertanyaan yang ada pada variabel prestasi belajar (Y) sebesar 0,527 yang
4.4.3. Korelasi
Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh dengan prestasi belajar anak dapat dilakukan dengan analisis data menggunakan uji korelasi Spearman dengan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.40 dibawah menjelaskan mengenai kekuatan hubungan antara variabel X (pola asuh) dengan variabel Y (prestasi belajar). Dari tabel tersebut dapat dilihat
angka koefisien korelasi terdapat antara 0,237* dan -0,210*.
Tabel 4.40
Uji Korelasi Indikator dari Variabel Penelitian
Prestasi Belajar
Tabel 4.40 diatas menjelaskan mengenai hubungan dari kedua variabel berdasarkan setiap indikatornya. Berdasarkan dari variabel X yaitu dengan
indikator model pola asuh yang dikorelasikan dengan variabel Y dengan indikator prestasi belajar memiliki hubungan yang bernilai 0,235* yang menunjukkan hubungan antara keduanya sangat lemah karena mendekati angka koefisien