• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Deret Berkala dan Peramalan 1 Analisis Trend

BOYKE SURANTA BARUS H24076022

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

4.4. Analisis Deret Berkala dan Peramalan 1 Analisis Trend

Analisis deret berkala (time series) adalah sekumpulan data yang dicatat dalam suatu periode waktu. Contohnya data pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 1990-2002, data penjualan PT Astra Agro Niaga tahun 1998-2002 dan data produksi padi setiap musim tahun 1995-2000 (Suharyadi Purwanto, 2003). Analisis data masa lalu diperlukan karena banyaknya perilaku manusia yang dipengaruhi kondisi atau waktu sebelumnya. Ada banyak perilaku manusia

seperti saat dia memborong beras karena harga sebelumnya sudah mulai naik. Ada yang tidak memilih saham suatu perusahaan, karena harga sahamnya terus menurun

Deret berkala mempunyai 4 komponen, yaitu (a) Trend (T), (b) Variasi Musim (S), (c) Siklus (C) dan (d) Gerak tak beraturan (I). Deret berkala Y biasa dinyatakan Y = T x S x C x I. Data asli dinyatakan dengan Y, nilai trend

dinyatakan dengan Y’. Membuat S variasi musim dinyatakan dengan indeks musim (IM) yakni data asli dibagi data rata-rata bergerak dikali 100.

Trend (T) adalah suatu gerakan kecenderungan naik atau turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu dan nilainya cukup rata. Trend data berkala bisa berbentuk trend yang meningkat dan menurun secara mulus. Trend yang meningkat disebut dengan trend positif dan trend yang menurun disebut dengan trend yang negatif.

Tabel 17. Hasil Peramalan ROA di TW IV 2009

Triwulan ROA (%) 2006 2007 2008 2009* I 5,37 7,16 12,86 3.09 II 11,94 16,74 23,50 10,23 III 19,52 26,31 27,65 15,92 IV 22,51 36,87 40,35 13,24 Rata-rata 14,83 21,77 26,09 10,62

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan bisa dilihat hasil peramalan rasio-rasio keuangan untuk masa mendatang, dimulai dari triwulan 4 tahun 2009. Hasil perhitungan trend ROA dapat dilihat nilai ROA di triwulan 4 akan turun menjadi 21,87% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Namun jika dilihat dari keseluruhan komponen deret berkala seperti variasi musiman, siklus, dan gerak tak beraturan maka nilai ROA akan turun menjadi 13,24%. Tapi bila dilihat bahwa faktor C (siklus) dan I (gerak tak beraturan) yang mendekati bahkan melebihi 1, maka pengaruh atas siklus dan gerak tak beraturan relatif kecil. Pengaruh yang paling besar adalah faktor variasi musim (S), seperti produksi pertanian yang sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, sedangkan pengaruh harga saham seperti membaiknya harga CPO, nilai tukar menguat dan kinerja perusahaan membaik dan trend itu sendiri (Lampiran 13).

Tabel 18. Hasil Peramalan ROE di TW IV 2009 Triwulan ROE (%) 2006 2007 2008 2009* I 6,50 8,91 16,92 4,05 II 16,50 22,24 32,68 13,55 III 24,11 38,12 45,75 20,26 IV 28,64 48,60 51,03 17,89 Rata-rata 18,93 29,46 36,59 13,94

Sementara dari hasil perhitungan trend ROE bisa dilihat nilai ROE di triwulan 4 akan turun menjadi 29,99% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Namun jika dilihat dari keseluruhan komponen deret berkala seperti variasi musiman, siklus dan gerak tak beraturan maka nilai ROE akan turun menjadi 17,89%. Tetapi bila dilihat bahwa faktor C (siklus) dan I (gerak tak beraturan) yang mendekati 1, maka pengaruh atas siklus dan gerak tak beraturan relatif kecil. Pengaruh yang paling besar adalah faktor variasi musim (S) dan trend itu sendiri (Lampiran 14).

Tabel 19. Tabel Peramalan NPM di TW IV 2009

Triwulan NPM (%) 2006 2007 2008 2009* I 20,87 26,45 36,37 15,46 II 22,43 28,52 32,89 21,76 III 22,26 31,23 31,81 22,84 IV 20,95 33,11 32,24 25,75 Rata-rata 21,62 29,82 33,32 21,45

Sementara dari hasil perhitungan trend NPM bisa dilihat nilai NPM di triwulan 4 akan turun menjadi 28,05% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Namun jika dilihat dari keseluruhan komponen deret berkala seperti variasi musiman, siklus, dan gerak tak beraturan maka nilai NPM akan turun menjadi 25,75%. Tetapi bila dilihat bahwa faktor C (siklus) dan I (gerak tak beraturan) yang mendekati 1, maka pengaruh atas siklus dan gerak tak beraturan relatif kecil. Pengaruh yang paling besar adalah faktor variasi musim (S) dan trend itu sendiri (Lampiran 15).

4.4.2 Peramalan

Akurasi bukan hanya sebagai kriteria pemilihan teknik peramalan yang terpenting, namun ia juga mencerminkan apakah faktor-faktor seperti pola data dan keperluan observasi minimum sudah diperhatikan.

1 4 1 3 1 2 1 1 1 0 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 . 0 0 . 8 0 . 6 0 . 4 0 . 2 0 . 0 - 0 . 2 - 0 . 4 - 0 . 6 - 0 . 8 - 1 . 0 La g A u to c o rr e la ti o n U j i A u t o k o r e l a s i EV A

Gambar 2. Uji Autokorelasi EVA

Terlihat tidak ada hasil otokorelasi yang melebihi garis batas atas. Hal ini menunjukkan data tidak memiliki gejala otokorelasi, sehingga tidak perlu dilakukan proses differencing. Dengan demikian, jika menggunakan ARIMA maka angka d pada model ARIMA (p,d,q) menjadi 0. Dalam menentukan metode peramalan yang baik digunakan SPSS Expert Modeler untuk menentukan metode peramalan yang baik. Dari hasil percobaan di SPSS diketahui bahwa metode yang baik untuk menentukan model peramalan yang paling baik adalah winters multiplicative (Lampiran 30). Dari hasil percobaan yang dilakukan satu-satu pun menunjukkan model winters multiplicative memiliki MSE yang terkecil, dimana hal ini menunjukkan bahwa model winters multiplicative paling baik untuk meramalkan sampai kapan nilai EVA itu bernilai baik bagi perusahaan PT AALI Tbk (Lampiran 31).

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode winters multiplicative menunjukkan bahwa nilai EVA masih bernilai positif sampai 1 tahun ke depan, sehingga masih baik bagi investor untuk menanamkan modalnya di PT AALI Tbk sampai satu tahun ke depan.

4.5. Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa pos-pos keuangan yang dapat mempengaruhi rasio keuangan berbasis earnings measures seperti ROA, ROE dan NPM begitu pula dengan EVA adalah laba (baik laba sebelum pajak maupun laba bersih) dan ekuitas. Jadi perusahaan sebaiknya meningkatkan laba bersih perusahaan yang berpengaruh besar pada NOPAT dengan cara antara lain meningkatkan penjualan, karena penjualan sangat berdampak besar bagi laba bersih perusahaan, sehingga NOPAT pun tinggi. Meski biaya modal yang dibebankan di perusahaan menurun, namun bila NOPAT tetap tinggi maka akan membuat nilai EVA tetap tinggi, yang berarti perusahaan sudah mampu memenuhi harapan investor.

Bagi investor, sebaiknya para investor juga melihat keadaan perusahaan yang sejenisnya. Jika rasio keuangan perusahaan masih berada di atas rata-rata industri sejenisnya maka investor masih aman untuk menanamkan modalnya di PT AALI Tbk. Dalam beberapa tahun kebelakang terlihat di sebagian besar rasio keuangan PT AALI Tbk masih lebih baik dibandingkan rata-rata industri sejenisnya terutama dari sisi rasio profitabilitasnya. Sementara untuk investasi di portofolio tidak ada salahnya bagi investor untuk menanamkan salah satu investasinya di PT AALI Tbk untuk menekan resiko yang dihadapi investor karena sektor perkebunan pun rawan akan resiko seperti musim yang tidak bersahabat bagi tumbuhan dan juga kebakaran lahan yang bisa mengakibatkan penjualan menurun yang akan berdampak besar bagi nilai perusahaan itu sendiri. Strategi melakukan penyebaran investasi disebut dengan membentuk portofolio investasi. Tujuan pembentukan portofolio adalah mengurangi kerugian investasi yang mungkin timbul dari suatu sarana investasi dengan menutupnya menggunakan keuntungan yang diperoleh dari sarana investasi yang lain. Dengan kata lain jika keduanya memberikan keuntungan maka investor tidak akan menderita kerugian. Dalam hal ini PT AALI Tbk dalam 4 tahun terakhir dan setidaknya sampai satu tahun ke depan menunjukkan kinerja yang baik sehingga bisa menutup kerugian investor yang melakukan strategi portofolio yang mengalami kerugian di sektor lain

Segi manajemen keuangan, perusahaan dapat mengetahui kinerja keuangannya berdasarkan rasio-rasio keuangan yang dihitung, sehingga dapat

segera diperbaiki jika hasilnya tidak baik dan terus dipertahankan dan ditingkatkan jika hasilnya sudah baik. Dengan predikat baik, perusahaan dapat dengan mudah memperoleh kepercayaan masyarakat untuk membeli saham perusahaannya.

Strategi produksi ke depannya, perusahaan telah melakukan ekspansi perluasan lahan perkebunan, sehingga diperkirakan kedepannya produksi akan meningkat. Total 251.000 hektar lahan, sebanyak 67.000 hektar belum menghasilkan. Tanaman muda inilah yang diharapkan menambah peningkatan produksi perseroan di tahun mendatang. Sebaiknya diadakan juga juga program intensifikasi untuk meningkatkan produktifitas tanaman yang menghasilkan, seperti pengelolaan air, konservasi tanah, perbaikan metode pengaplikasian pupuk serta logistik. Terhadap strategi penjualan, perusahaan sebaiknya memperbanyak ekspor komoditi, karena Indonesia merupakan salah satu produsen CPO terbesar di dunia disamping Malaysia. Perusahaan juga harus mampu memperkuat dan memperhatikan usaha pemasaran dalam bentuk intensitas distribusi terkait luasan distribusi di banyak tempat dan menjaga ketersediaan produk dengan cara memperkuat koordinasi dengan pihak distributor. Pihak perusahaan dan distributor harus mampu menjalin komunikasi yang baik dalam memantau stok di tempat penjualan untuk menjaga ketersediaan produk di tempat penjualan. PT Astra Agro Lestari Tbk yang mempunyai bisnis inti di perkebunan kelapa sawit sebaiknya mengembangkan bisnis minyak gorengnya dengan cara melakukan pembangunan pabrik minyak goreng di pulau Jawa sebagai antisipasi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akan minyak goreng kelapa sawit yang tumbuh cukup tinggi. Pabrik yang ada saat ini berlokasi di Medan, tetapi mengingat bahwa konsumen terbesar berada di pulau Jawa, maka untuk menekan biaya distribusi produk jadi, perusahaan sebaiknya mengadakan perluasan pabrik minyak goreng bukan di Medan tetapi di pulau Jawa.

Terhadap sektor pertanian secara keseluruhan, perusahaan sebaiknya memperluas lahan perkebunan seperti kelapa sawit dan karet, begitu juga teknologi yang digunakan sehingga mempercepat dalam memproduksi suatu hasil produksi. Jika produksi berjalan lancar, maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari segi keefisienan dan tentunya laba bersih 53

perusahaan. Keadaan perusahaan yang baik tentu akan mendapat perhatian lebih dari para investor, sehingga nilai perusahaan bisa tinggi dan harga saham perusahaan pun akan naik. Jika hal demikian tentunya akan meningkatkan nilai dari sektor pertanian/perkebunan di pasar modal Indonesia.

4.6. Rekapitulasi Tabel Triwulan ROA (%) 2006 2007 2008 2009* I 5,37 7,16 12,86 3.09 II 11,94 16,74 23,50 10,23 III 19,52 26,31 27,65 15,92 IV 22,51 36,87 40,35 - Rata-rata 14,83 21,77 26,09 9,75 Triwulan ROE (%) 2006 2007 2008 2009* I 6,50 8,91 16,92 4,05 II 16,50 22,24 32,68 13,55 III 24,11 38,12 45,75 20,26 IV 28,64 48,60 51,03 - Rata-rata 18,93 29,46 36,59 12,62 Triwulan NPM (%) 2006 2007 2008 2009* I 20,87 26,45 36,37 15,46 II 22,43 28,52 32,89 21,76 III 22,26 31,23 31,81 22,84 IV 20,95 33,11 32,24 - Rata-rata 21,62 29,82 33,32 20,02

CR 2006 2007 2008 2009* TW I 1,92 1,20 2,00 1,71 TW II 0,99 1,02 1,53 1,6 TW III 0,9 1,13 1,18 1,86 TW IV 0,87 1,60 1,94 - Rata-rata 1,17 1,23 1,66 1,72 QR 2006 2007 2008 2009* TW I 1,41 0,71 1,56 1,13 TW II 0,78 0,70 1,17 1,05 TW III 0,61 0,93 0,90 1,14 TW IV 0,53 1,20 1,17 - Rata-rata 0,83 0,88 1,20 0,83 DR 2006 2007 2008 2009* TW I 17,29% 19,69% 24,01% 23,65% TW II 27,62% 24,71% 28,08% 24,52% TW III 29,23% 30,98% 39,57% 21,43% TW IV 21,40% 24,14% 20,91% - Rata-rata 23,88% 24,88% 28,14% 23,2% TIE 2006 2007 2008 2009* TW I 157,34 86,62 9701,19 278.724 TW II 902,77 168,83 12505,06 5747 TW III 53,55 265,09 17366,11 79,84 TW IV 47,86 390,91 18867,84 - Rata-rata 290,38 227,86 14.610,05 94.850,28 Inv.Turn. 2006 2007 2008 2009* TW I 2,44 2,12 1,77 1,36 TW II 6,34 5,01 3,72 2,65 TW III 6,58 8,00 4,24 3,45 TW IV 11,87 6,70 5,57 - Rata-rata 6,81 5,45 3,82 2,5 Fix.Asst.Turn 2006 2007 2008 2009* TW I 0,65 0,64 1,24 0,66 TW II 1,33 1,47 3,72 2,65 TW III 1,87 2,47 3,34 2,35 TW IV 2,43 3,39 4,07 - Rata-rata 1,57 2,00 3,1 1,88 55

Tot.ast.Turn 2006 2007 2008 2009* TW I 0,25 0,27 0,35 0,2 TW II 0,53 0,58 0,71 0,46 TW III 0,76 0,84 0,86 0,69 TW IV 1,07 1,11 1,25 - Rata-rata 0,65 0,7 0,79 0,45 Avg.Coll.P 2006 2007 2008 2009* TW I 5,17 2,42 5,23 1,46 TW II 6,77 1,87 3,68 4,80 TW III 6,18 4,36 4,20 4,60 TW IV 2,25 6,95 1,08 - Rata-rata 5,09 3,9 3,54 3,62

Triwulan EVA (dalam jutaan rupiah)

2006 2007 2008 2009*

I 105.052,75 266.148,86 999.291,06 78.984

II 341.148,56 680.643,34 1.770.490,41 622.922

III 557.054,59 1.283.622,28 2.332.033,11 1.118.987

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kinerja keuangan PT AALI Tbk periode 2006-2009 dapat dilihat sebagai berikut:

a. Berdasarkan rasio ROA, perusahaan mencatatkan kinerja terbaik pada tahun 2008 dimana pada triwulan pertama tercatat sebesar 12,86%, triwulan II sebesar 23,50%, triwulan III sebesar 27,65% dan triwulan IV sebesar 40,35%. Hal ini dipicu oleh naiknya harga CPO di pasaran di tahun 2008.

b. Berdasarkan rasio ROE, perusahaan juga mencatatkan hasil terbaiknya di tahun 2008 dengan rincian: triwulan I sebesar 16,92%, triwulan II sebesar 32,68%, triwulan III sebesar 45,75% dan triwulan IV sebesar 51,03%. c. Berdasarkan rasio NPM kinerja terbaik juga terjadi pada tahun 2008, yakni

pada triwulan I sebesar 36,37%, triwulan II sebesar 32,89%, triwulan III sebesar 31,81% dan triwulan IV sebesar 32,24%.

2. Berdasarkan perhitungan dan analisis EVA yang didapat menunjukkan perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah bagi investor dan bagi manajemen perusahaan itu sendiri. Nilai EVA pada tiap triwulan tahun 2006-2009 selalu menghasilkan angka yang positif (EVA > 0) karena NOPAT lebih besar daripada biaya modal perusahaan (COC). Ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah dapat menambahkan nilai ekonomis ke dalam perusahaan. 3. Secara umum kinerja keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) pada

tahun 2006-2009 menunjukkan kinerja yang baik, karena sebagian besar pengukur kinerja keuangan perusahaan mengalami peningkatan. Sehingga cukup baik bagi investor untuk menanamkan modalnya di PT AALI Tbk setidaknya sampai satu tahun ke depan dan selama masih di atas rata-rata industri sejenis lainnya, jika tidak sebaiknya dipikirkan kembali dan melihat keadaan pasar modal secara menyeluruh.

Saran

1. Perusahaan dapat meningkatkan kinerja dengan cara meningkatkan laba operasional melalui menambah jumlah penjualan, diawali dengan ekspansi lahan perkebunan, lalu melakukan pengembangan bisnis minyak gorengnya dengan cara melakukan pembangunan pabrik minyak goreng di pulau Jawa sebagai antisipasi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akan minyak goreng kelapa sawit yang tumbuh cukup tinggi. Pabrik yang ada saat ini berlokasi di Medan, tetapi mengingat bahwa konsumen terbesar berada di pulau Jawa, maka untuk menekan biaya distribusi produk jadi, perusahaan sebaiknya mengadakan perluasan pabrik minyak goreng bukan di Medan tetapi di pulau Jawa. Melepaskan aset yang kurang produktif seperti melepaskan aset lahan perkebunan karena adanya tumpang tindih antara lahan perkebunan dan pertambangan yang menyebabkan aset tidak produktif, sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan penggunaan modal dan asetnya agar menghasilkan laba yang optimal.

2. Investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan perkebunan/pertanian, PT AALI Tbk adalah pilihan yang baik. Hal tersebut terkait dengan data historis perusahaan pada peride 2006-2009 kinerja keuangan perusahaan selalu memiliki nilai EVA positif, sehingga harapan investor untuk tingkat pengembalian bagi investasinya ada, karena selain NOPAT perusahaan lebih baik dari biaya modal yang digunakan perusahaan dimana umumnya berasal dari para investor, keadaan rasio keuangan PT AALI Tbk pun rata-rata berada lebih baik dari rata-rata industri sejenisnya.

3. Perhitungan kinerja keuangan suatu perusahaan selanjutnya dibuat dengan bantuan program komputer sehingga perhitungan dapat berlangsung cepat dan efisien. Salah satu program yang biasa digunakan adalah program Visual Basic (VB) 6 dan VB.net.

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, E.F dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

BEI. Laporan Keuangan Emiten. www.idx.co.id [20Agustus 2009]

Husnan, S dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Imamah, H. 2005. Kinerja Keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 2003-2004 (Hubungan Rasio Keuangan dengan Economic Value Added-EVA). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Keown, A.J. 2005. Financial Management: Principles and Applications. Tenth Edition. Pearson Prentice Hall.

Lesmana, R. dan R. Surjanto. 2003. Financial Performance Analyzing. Pedoman Menilai Kinerja Keuangan untuk Perusahaan Tbk, Yayasan, BUMN/BUMD dan Organisasi Lainnya. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Mulyono, S. 1999. Peramalan Bisnis dan Ekonometrika. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta

Munawir, S. 1995. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta.

Prehatiningsih, S. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) (Studi Kasus PT Bank Danamon Indonesia Tbk). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Purnama, D. 2009. Analisis Kinerja Keuangan pada Perusahaan Indeks LQ 45. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Puspitaningrum, A. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi

Go Public dengan Metode Economic Value Added (EVA). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogya : BPFE. Santoso, S. 2009. Business Forecasting. Metode Peramalan Bisnis Masa Kini

dengan Minitab dan SPSS. PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Suharyadi dan Purwanto, 2003. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Sundjaya, R.S dan Inge Berlian. (2003). Manajemen Keuangan Buku 1. Jakarta: Literata Lintas Media

Stewart, S and Co. 2000. EVA and Strategy. www google 2000. http://www.sternstewart.com/content/evaluation/info/042000.pdf [20 Agustus 2009]

Tunggal, A.W. 2001. Memahami Konsep Economic Value Added (EVA) dan

Value Based Management (VBM). Harvarindo. Jakarta

Utama, S. 1997. Economic Value Added (EVA): Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan. Usahawan No.4 Tahun XXVI. Jakarta

Young, S.D. dan O’Byrne, S.F. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai: Panduan Praktis untuk Implementasi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta www.astra-agro.co.id [20 Agustus 2009]

Lampiran 1. Daftar Istilah (Glossary)

1. Beta: mengukur perubahan dari harga saham berkenaan dengan pasar saham keseluruhan, disebut juga sebagai resiko pasar atau ukuran kepekaan return sekuritas terhadap return pasar. Makin besar beta suatu sekuritas, makin besar kepekaan return sekuritas tersebut terhadap perubahan return pasar

2. Cost of Capital (COC): biaya modal atau pengembalian yang diharapkan investor ketika mereka berinvestasi pada sekuritas-sekuritas di perusahaan dengan tingkat resiko yang sebanding.

3. Cost of Debt: biaya hutang atau tingkat keuntungan yg dinikmati oleh pemegang/pembeli obligasi. Penggunaan hutang sebagai modal, menurunkan penghasilan yg dikenai pajak karena bunga yg harus dibayar. Karena itu penggunaan hutang dapat mengurangi pajak yang dibayar (tax deductible)

4. Cost of Equity: modal saham/biaya ekuitas atau tingkat keuntungan yg disyaratkan pada saham perusahaan. Perusahaan harus dapat memberikan keuntungan paling tidak sama dengan keuntungan yang dapat diperoleh oleh pemegang saham pada alternatif investasi yg memiliki risiko yg sama dengan risiko perusahaan.

5. Economic Value Added: metode dalam pencarian nilai tambah yang diberikan oleh manajemen kepada pemegang saham selama periode tertentu. Economic Value Added bisa bernilai positif dan juga negatif.

6. Interest: biaya bunga, biaya yang tetap dibayar oleh perusahaan atas uang pinjaman.

7. Invested Capital: penjumlahan dari ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang dan kewajiban jangka panjang lainnya. 8. Kovarian: model linier dengan satu variabel dependen kontinu dan satu atau lebih variabel

independen atau dua variabel acak yang berjalan bersama dalam waktu yang sama. Dalam penelitian ini yakni IHSG dan saham PT AALI Tbk.

9. Net Operating Profit After Tax(NOPAT): laba operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan dan biaya lainnya. Bila perusahaan tersebut pembiayaannya tidak menggunakan hutang maka NOPAT sama dengan net profit.

10. Net Income: laba bersih, selisih dari pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Dengan kata lain laba itu adalah selisih antara pendapatan dan biaya-biaya.

11. Net Profit Margin: rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income (laba bersih) dari kegiatan operasi pokoknya.

12.Return on Asset: rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih atas total aset yang dimiliki perusahaan dan mengindikasikan perusahaan menggunakan seluruh aset yang tersedia dengan baik.

13. Return on Equity: mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola ekuitas yang ada untuk mendapatkan laba bersih.

14. Shareholder: seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek berusaha untuk meningkatkan harga sahamnya. Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan mereka.

15. Varians: kuadrat dari selisih antara harapan pengembalian bulanan dengan rata-rata pengembalian yang diharapkan dari pasar dalam setahun atau ragam dari peubah acak (atau distribusi probabilitas) yang menunjukkan dispersi statistik (seberapa jauh data tersebar di sekitar rata-rata).

16. Weighted Average Cost of Capital: tingkat pengembalian minimum yang dibobot berdasarkan proporsi masing-masing instrumen pembiayaan dalam struktur permodalan perusahaan yang harus dihasilkan perusahaan untuk memenuhi ekspektasi kreditor dan pemegang saham atau dalam kata lain rata-rata tertimbang dari seluruh modal seperti saham biasa, saham preferen, hutang, dan laba ditahan.

Singkatan

1. AALI: Astra Agro Lestari

2. CPO: Crude Palm Oil (Minyak Kelapa Sawit) 3. EVA: Economic Value Added

4. IHSG: Indeks Harga Saham Gabungan 5. ROA: Return on Asset

6. ROE: Return on Equity 7. NPM: Net Profit Margin

Lampiran 2. Susunan Komisaris dan Direktur PT AALI Tbk

Susunan dewan komisaris dan direksi perusahaan per tahun 2009 adalah sebagai berikut :

Dewan Komisaris :

• Presiden Komisaris : Michael Dharmawan Ruslim • Wakil Presiden Komisaris : Chiew Sin Cheok

• Komisaris : Gunawan Geniusahardja • Komisaris : Simon John Mawson • Komisaris : Patrick Morris Alexander • Komisaris : H.S Dillon

• Komisaris : Stephen Zacharia Satyahadi Direksi Perusahaan :

• Presiden Direktur : Widya Wiryawan

• Wakil Presiden Direktur : Tonny Hermawan Koerhidayat

• Direktur : Joko Supriyono

• Direktur : Santosa

• Direktur : Bambang Palgoenadi

Dokumen terkait