• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PELAKSANAAN

3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2017). Analisis deskriptif pada penelitian ini terdiri dari uji organoleptik, evaluasi efektivitas penyuluhan serta evaluasi nilai tambah dari kontribusi pendapatan penjualan POC dan dinamika kelompok.

a. Uji organoleptik dan uji laboratorium

Analisis yang digunakan dalam uji organoleptik meliputi variabel bau dan warna menggunakan analisis deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang terlampir pada lampiran 9. Adapun kriteria uji organoleptik adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Kriteria Penilaian Uji Organoleptik POC

No. Variabel Kriteria Skor

1. Bau

Menyengat 1

Agak menyengat 2

Harum 3

2. Warna

Coklat kekuningan 1

Coklat 2

Coklat kehitaman 3

Sumber: Data primer yang diolah, 2022.

Analisis uji laboratorium dimaksudkan untuk mencari kriteria atau kategori dari hasil uji unsur hara N,P,K sesuai dengan SNI Permentan No.261 tahun 2019 tentang persyaratan teknis minimal pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah. Adapun kriteria uji laboratorium adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Kriteria Penilaian Uji Laboratorium

No. Kriteria Nilai

1. Sangat Tidak Sesuai 0 – 0,5

2. Tidak Sesuai 0,6 – 1,1

3. Cukup Sesuai 1,2 – 1,7

4. Sesuai 1,8 - 2

Sumber: Data primer yang diolah, 2022.

b. Evaluasi kontribusi pendapatan 1) Analisa penerimaan

Analisa guna mengetahui total pendapatan yang akan diperoleh seorang produsen/penerimaan total apabila memproduksi sejumlah unit barang tertentu.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003) untuk menghitung besarnya penerimaan ditentukan rumus sebagai berikut:

TR = Pq . Q

Keterangan:

TR = Total Revenue Atau Total Penerimaan Pq = Price Product Atau Harga Produk Q = Total Production Atau jumlah Produksi

2) Analisa Biaya

Analisa ini digunakan untuk mengetahui seluruh biaya yang dikeluarkan petani usahatani yang merupakan jumlah antara biaya tetap dengan biaya variabel. Untuk menghitung total biaya menggunakan persamaan sebagai berikut (Sudarman dan Algifari, 2001) :

TC = TFC + TVC TC = Total Cost total Biaya

TFC = Total Fixed cost Total Biaya Tetap TVC = Total Variable Cost Total Variable

Untuk menghitung besarnya biaya tetap di atas digunakan rumus metode garis lurus (Sudarman dan Algifari, 2001):

D =

Keterangan:

D = Biaya Penyusutan P = Harga Awal Alat S = Harga Akhir Alat

N = Perkiraan Umur Ekonomis Alat 3) Analisa keuntungan

Analisa ini digunakan untuk mengetahui pendapatan/keuntungan yang diterima petani pada usahatani yang merupakan selisih antara hasil/nilai penjualan dengan biaya total. Menurut (Tohir, 1982) secara matematis keuntungan (profit) dapat ditulis sebagai berikut:

Profit (πœ‹) = TR –TC Keterangan:

Profit = Keuntungan yang diperoleh dari suatu satuan unit produksi.

TR = Total Revenue (total penerimaan produsen dari hasil penjualan inputnya dikalikan dengan harga jual).

TC = Total Cost (total biaya yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap maupun tidak tetap).

Keuntungan per produk dari satuan unit produksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

produk = Keuntungan 1 produk

Ο€ keseluruhan = Keuntungan dari suatu satuan unit produksi.

Setelah diketahui keuntungan per produk, jumlah produk yang terjual akan dikalikan dengan nilai keuntungan per produk untuk mengetahui pendapatan atau

keuntungan yang didapat dari hasil penjualan produk POC dengan rumus sebagai berikut:

Pendapatansetelah penjualan = Jumlah produk yang terjual x πœ‹produk 4) Break Event Point (BEP)

Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan/profit. Berikut rumus untuk menghitung BEP (Soekartawi, 2006).

Break event (BEP) Produksi (Kg) = π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž (𝑅𝑝) π»π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘Ž π½π‘’π‘Žπ‘™

Break event (BEP) Harga (Rp) = π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž (𝑅𝑝) π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ƒπ‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘’π‘˜π‘ π‘–

Kriteria BEP Produksi adalah sebagai berikut :

a. Jika BEP Produksi < Jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi menguntungkan.

b. Jika BEP Produksi = Jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi titik impas atau tidak laba/tidak rugi.

c. Jika BEP Produksi >Jumlah Produksi maka usaha berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

Sementara untuk BEP Harga kriterianya adalah sebagai berikut:

a. Jika BEP Harga < Harga Jual, maka usaha berada pada posisi yang menguntungkan.

b. Jika BEP Harga = Harga Jual, maka usaha berada pada posisi titik impas atau tidak laba/tidak rugi.

c. Jika BEP Harga > Harga Jual, maka usaha berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

5) Revenue Cost Ratio (R/C)

Revenue/Cost Ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya (Soekartawi, 2006).

Revenue Cost Ratio (R/C) = π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘ƒπ‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘Žπ‘Žπ‘› π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž

Kriteria penilaian nilai R/C ratio adalah sebagai berikut:

- Jika nilai R/C ratio dari usaha agroindustri > 1, maka usaha menguntungkan/layak - Jika nilai R/C ratio dari usaha agroindustri = 1, maka usaha berada pada titik

impas (Break Event Point)

- Jika nilai R/C ratio dari usaha agroindustri < 1, maka usaha tidak menguntungkan atau merugi/tidak layak

6) Kontribusi Pendapatan/keuntungan

Untuk menghitung kontribusi pendapatan setelah kegiatan penjualan POC terhadap total pendapatan sebelum kegiatan penjualan POC digunakan rumus (Handayani, 2009):

K

Keterangan:

K = Kontribusi pendapatan penjualan POC terhadap total pendapatan sebelum penjualan POC

P = Pendapatan setelah kegiatan penjualan POC I = Total pendapatan sebelum kegiatan penjualan POC

Kategori atau ukuran besar kecilnya kontribusi dari pendapatan penjualan POC terhadap pendapatan sebelum penjualan POC adalah sebagai berikut:

- Jika nilai 0% – 33% = rendah - Jika nilai 34% – 67% = sedang - Jika nilai 68% – 100% = tinggi

c. Kontribusi tingkat dinamika kelompok

Untuk mengetahui nilai tambah dari tingkat dinamika kelompok dilakukan dengan menganalisis tingkat dinamika kelompok dengan pengisian kuesioner yang memiliki nilai 1 – 5 dengan skala pengukuran skala ordinal sebagai berikut:

Nilai tertinggi = (jumlah soal) X (Skor tertinggi) = 18 x 5 = 90 Nilai terendah = (jumlah soal) X (Skor terendah) = 18 x 1 = 18 Selanjutnya mencari interval kelas untuk tingkat dinamika kelompok dengan menggunakan rumus Struges yaitu:

i

Keterangan: i = interval kelas / kategori

R = Range (Skor tertinggi – Skor terendah) k = Jumlah interval kelas / kategori

i = 90 βˆ’ 18

5

= 14,4

Kemudian dari data yang diperoleh ditabulasikan dan dihitung skor tingkat dinamika kelompok untuk mengetahui sejauh mana tingkat dinamika kelompok dari pembuatan POC dari urine sapi seperti pada tabel 7 berikut:

Tabel 8. Kategori Tingkat Dinamika Kelompok

No. Kategori dinamika kelompok Skor

1. Sangat tidak dinamis 18 – 32,4

2. Kurang dinamis 32,5 – 46,8

3. Cukup dinamis 46,9 – 61,2

4. Dinamis 61,3 – 75,5

5. Sangat dinamis 75,6 – 90

Sumber: Data Primer yang diolah, 2021.

Dari total skor yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan rata-rata jawaban responden untuk menarik kesimpulan tingkat dinamika kelompok wanita tani dari kegiatan pembuatan urine sapi sebagai POC dengan perhitungan yaitu:

d. Evaluasi Efektivitas Penyuluhan

Analisis yang digunakan dalam evaluasi program penyuluhan meliputi efektivitas dengan variabel penyaji media, metode, dan materi menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif atau statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2019). Adapun interval kelas untuk mengetahui kategori tingkat efektivitas sebagai berikut :

Interval Kelas

= 20

Berdasarkan perhitungan interval kelas untuk mengetahui kategori tingkat efektivitas pelaksanaan penyuluhan sebagai berikut.

1. Sangat efektif : 81 – 100 2. Efektif : 61 – 80 3. Ragu-ragu : 41 – 60 4.Tidak Efektif : 21 – 40 5.Tidak Efektif Sekali : 0 – 20

Dari interval kelas yang telah diketahui, selanjutnya melakukan perhitungan tingkat efektivitas penyuluhan untuk mengetahui persentase keefektifan penyuluhan, dengan rumus sebagai berikut:

Efektivitas Penyuluhan x 100%

3.8 Metode Perancangan Penyuluhan Pertanian

Dokumen terkait