• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Aspek Penyuluhan

ia tinggal sehingga memberikan dampak positif bagi penduduk maupun pendatang.

Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya (Anne, 2012). Kontribusi bisa dikatakan segala sesuatu yang diterima oleh seseorang setelah melakukan berbagai usaha yang memberi dampak masukan sumberdaya (benda) maupun uang. Manfaat menghitung nilai kontribusi tersebut berguna sebagai dasar untuk mengetahui seberapa besar peranan usaha yang selama ini dikerjakan oleh seseorang terhadap pendapatan dan akhirnya dapat diandalkan untuk sumber penghasilan. Perkembangan usahatani di suatu wilayah akan memberikan kontribusi secara langsung maupun tidak langsung terhadap pendapatan daerah di wilayah tersebut (Ramadhani, 2017).

(sikap, pengetahuan dan keterampilan) petani, sehingga fungsi penyuluhan dapat tercapai, yaitu sebagai penyebar inovasi, penghubung antara petani, penyuluh dan lembaga penelitian, melaksanakan proses pendidikan khusus, yaitu pendidikan praktis dalam bidang pertanian dan mengubah perilaku lebih menguntungkan.

2.5.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian

Menurut Azwar (2001) tujuan dari penyuluhan pertanian adalah untuk menumbuhkan perubahan perilaku petani dan keluarganya, sehingga akan tumbuh minat mengembangkan kemauan guna melaksanakan kegiatan usaha taninya agar tercapai produktivitas usaha yang tinggi. Perubahan perilaku yang ada diharapkan petani lebih terbuka dalam menerima petunjuk dan bimbingan serta lebih aktif dan dinamis dalam melaksanakan usaha taninya. Menurut Kartasapoetra (1994) tujuan penyuluhan pertanian dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan jangka pendek, yaitu menimbulkan dan merubah pengetahuan, kecakapan, sikap dan bentuk tindakan petani serta merubah sifat petani yang pasif dan statis menjadi aktif dan dinamis.

2. Tujuan jangka panjang, yaitu meningkatkan taraf hidup masyarakat tani atau agar kesejahteraan hidup petani lebih terjamin.

Menurut (Mardikanto, 1993) tujuan penyuluhan berdasarkan tingkatannya meliputi:

1. Tujuan dasar atau tujuan akhir yang seharusnya terjadi di dalam masyarakat, yaitu tercapainya kesejahteraan masyarakat.

2. Tujuan umum, seperti perubahan sikap, keterampilan, dan pengetahuan demi meningkatkan produksi dan pendapatan petani.

3. Tujuan pedoman, yaitu arah tujuan dari kegiatan penyuluhan itu sendiri.

2.5.3 Sasaran Penyuluhan Pertanian

Soejitno (1968) menyatakan bahwa yang menjadi sasaran penyuluhan adalah petani dan keluarganya, yaitu bapak tani, ibu tani dan pemuda/pemudi atau anak-anak petani. Sedangkan menurut Mardikanto (1982) dapat dikelompokkan sebagai:

1. Sasaran Utama Penyuluhan Pertanian

Yang dimaksud dengan sasaran utama adalah sasaran penyuluhan yang secara langsung terlibat dalam kegiatan bertani dan mengolah usahatani.

Termasuk dalam kelompok ini adalah petani dan keluarganya.

2. Sasaran Penentu Dalam Penyuluhan Pertanian

Yang dimaksud dengan sasaran penentu adalah bukan pelaksana kegiatan bertani dan berusahatani, tetapi secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam penentuan kebijakan pembangunan pertanian, dan atau menyediakan segala kemudahan yang diperlukan petani dalam pelaksanaan dan pengelolaan usahataninya. Termasuk dalam kelompok ini adalah:

a. Pengusaha atau pimpinan wilayah

b. Tokoh-tokoh informal

c. Para peneliti dan para ilmuwan

d. Lembaga pengkreditan

e. Produsen dan penyalur sarana produksi/peralatan bertani

f. Pedagang dan lembaga pemasaran yang lainnya

g. Pengusaha/industri pengolahan hasil-hasil pertanian

3. Sarana Pendukung Penyuluhan Pertanian

Yang dimaksud dengan sarana pendukung adalah pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung tidak memiliki hubungan kegiatan dengan pembangunan pertanian, tetapi dapat diminta bantuannya guna melancarkan penyuluhan pertanian. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

a. Para pekerja sosial

b. Seniman (terutama seniman/pelakon kesenian tradisional) c. Konsumen hasil-hasil pertanian

d. Biro iklan

2.5.4 Materi Penyuluhan Pertanian

Menurut Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Penyuluhan Pertanian No. 162 Tahun 2021, materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan.

Mardikanto (1993) mengatakan bahwa materi penyuluhan adalah segala bentuk pesan yang ingin disampaikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat sasarannya dalam upaya mewujudkan proses komunikasi pembangunan. Menurut Adi (2005) Materi atau bahan penyuluhan adalah segala bentuk pesan, informasi, inovasi teknologi baru yang diajarkan atau disampaikan kepada sasaran meliputi berbagai ilmu, teknik, dan berbagai metode pengajaran yang diharapkan akan dapat mengubah perilaku, meningkatkan produktivitas, efektivitas usaha dan meningkatkan pendapatan sasaran.

Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan petani

dan pelaku usaha pertanian lainnya dengan memperhatikan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya pertanian. Dalam pemilihan materi harus sesuai kebutuhan, dengan syarat:

a. Provitable, memberikan keuntungan yang nyata kepada sasaran

b. Complementer, dapat mengisi kegiatan-kegiatan komplementer dari kegiatan yang ada sekarang

c. Compability, tidak boleh bertentangan dengan adat istiadat dan kebudayaan masyarakat sasaran

d. Simplicity, sederhana, mudah dilaksanakan tidak memerlukan skill yang terlalu tinggi

e. Availibility, pengetahuannya, biaya, sarana yang diperlukan dapat disediakan oleh sasaran

f. Immediate aplicability, dapat dimanfaatkan dan segera memberikan hasil yang nyata

g. In Expensiveness, tidak memerlukan ongkos tambahan yang terlalu besar h. Law risk, tidak mempunyai resiko yang besar dalam penerapannya

i. Spectaculer impact, impact dari penerapannya menarik dan menonjol

j. Expandible dapat dilakukan dalam berbagai keadaan dan mudah diperluas dalam kondisi yang berbeda-beda

2.5.5 Metode Penyuluhan Pertanian

Metode penyuluhan pertanian merupakan cara/teknik penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka tahu, mau, dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Permentan No.52 Tahun 2009). Suhardiyono (1992),

menyatakan bahwa metode penyuluhan merupakan suatu cara pengajaran yang bersifat khusus (berorientasi pada kepentingan petani) guna membangkitkan motivasi dan kemauan petani untuk meningkatkan kondisi sosialnya serta meningkatkan kepercayaan diri untuk mampu melakukan langkah-langkah perbaikan dalam berusaha tani guna meningkatkan kesejahteraan seperti yang diharapkan. Adapun tujuan pemilihan metode penyuluhan pertanian menurut Permentan No. 52 Tahun 2009 adalah untuk:

1. Menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa metode yang tepat dalam kegiatan penyuluhan pertanian;

2. Meningkatkan efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian agar tujuan penyuluhan pertanian efisien dan efektif.

2.5.6. Media Penyuluhan Pertanian

Media penyuluhan adalah alat bantu atau bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan. Mengingat salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian yaitu penyampaian informasi dan teknologi pertanian kepada penggunanya, informasi dan teknologi pertanian tersebut dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan media penyuluhan.

Bermacam-macam media penyuluhan dapat digunakan untuk mengemas informasi dan teknologi yang akan disampaikan kepada petani sebagai pengguna teknologi seperti: media cetak, media audio, media audio visual, media berupa obyek fisik atau benda nyata (Kemendikbud, 2013). Berbagai jenis media penyuluhan pertanian dapat dibagi kedalam (Kemendikbud, 2013):

A. Penggolongan media penyuluhan pertanian 1. Dasar-dasar pengelompokan:

a. Perkembangan media pendidikan yang awalnya digunakan sebagai alat bantu mengajar.

b. Munculnya teori komunikasi mempengaruhi dan menyebabkan terjadinya perubahan pandangan terhadap alat audio-visual.

c. Timbulnya pandangan mengenai perubahan tingkah laku yang membuat komponen sebagai penentu dalam mengukur keberhasilan proses belajar.

2. Pengelompokkan Media Penyuluhan Pertanian 1) Berdasarkan panca indera:

a. Media benda sesungguhnya berupa rangsangan melalui seluruh panca indera, seperti spesimen, monster, sample.

b. Media audio-visual berupa rangsangan melalui indera pendengaran dan indera penglihatan, seperti film, siaran televisi, video.

c. Media Visual berupa rangsangan dari indera penglihatan, seperti film, slide, foto, poster.

d. Media Audio berupa rangsangan melalui indera pendengaran, seperti: kaset rekaman, siaran radio.

2) Berdasarkan daya liput/jumlah sasaran:

a. Media Massal, seperti siaran radio, siaran televisi dan media cetak.

b. Media Kelompok, seperti film, slide, kaset rekaman, transparansi.

c. Media individual, seperti benda sesungguhnya, specimen.

3) Berdasarkan tingkat pengalaman belajar:

a. Media yang memberikan pengalaman belajar secara konkrit melalui kehidupan masyarakat, seperti benda sesungguhnya, petak percontohan, spesimen.

b. Media yang memberi pengalaman belajar melalui benda/situasi tiruan, seperti simulasi, permainan, model.

c. Media yang memberi pengalaman belajar melalui audio-visual, seperti film, slide, kaset dan rekaman.

d. Media yang memberi pengalam belajar melalui kata-kata baik lisan atau tertulis, seperti buku, majalah, ceramah.

4) Berdasarkan bentuk/karakteristik media.

a. Media benda/situasi sesungguhnya, seperti percontohan tanaman/ternak.

b. Media berupa/situasi, seperti model, simulasi, permainan simulasi.

c. Media terproyeksi, seperti film, siaran TV, film slide.

d. Media tercetak misalnya poster, leaflet, folder, liptan.

e. Media terekam, seperti kaset, siaran radio, CD, VCD, DVD.

5) Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan:

a. Media cetak, seperti booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau surat kabar.

b. Media elektronik, seperti televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD.

c. Media luar ruang, seperti papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar.

2.5.7 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

Menurut Mardikanto (1993) proses penyuluhan merupakan proses perubahan perilaku baik pengetahuan, sikap dan keterampilan agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Sedangkan menurut Suhardiyono (1992) menyatakan, bahwa proses penyuluhan merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar di bidang penyuluhan yang dirancang untuk membantu petani dalam mengubah seseorang dalam bertingkah laku dan mengembangkan diri mereka agar mampu mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam Permentan Nomor 91 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian mengatakan bahwa pelaksanaan Penyuluhan Pertanian meliputi:

1. Melaksanakan desiminasi/penyebaran materi penyuluhan sesuai kebutuhan petani.

2. Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian di wilayah binaan.

3. Melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi pasar, teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan.

4. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan petani dari aspek kuantitas dan kualitas.

5. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani dari aspek kuantitas dan kualitas.

6. Meningkatnya produktivitas (dibandingkan produktivitas sebelumnya berlaku untuk semua sub sektor).

2.5.8 Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Menurut Padmowihardjo (1996) evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana program tujuan program penyuluhan pertanian di suatu wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan. Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan relevansi,efisiensi, efektivitas, dan dampak kegiatan-kegiatan proyek/program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan obyektif. Tujuan evaluasi mencakup:

1. Tujuan Kegiatan (activity objective) 2. Tujuan Managerial (managerial objective) 3. Tujuan Program (Program objective)

Landasan evaluasi merupakan proses memahami dan pemberian nilai pada keadaan tertentu melalui pengumpulan data dan cara pengukuran yang sudah ditetapkan. Prinsip-prinsip evaluasi yaitu sebagai berikut.

1. Evaluasi merupakan bagian integral yang tidak berbeda dari perencanaan program;

2. Evaluasi harus obyektif, menggunakan pedoman tertentu, metode pengumpulan data yang tepat, dan menggunakan alat ukur yang valid;

3. Evaluasi harus dalam bentuk data kuantitatif dan uraian kualitatif;

4. Evaluasi harus efisien dan efektif

Dokumen terkait