• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TAMBAH PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) ANGGREK DESA SLAMPAREJO KECAMATAN JABUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "NILAI TAMBAH PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) ANGGREK DESA SLAMPAREJO KECAMATAN JABUNG"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI TAMBAH PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) ANGGREK

DESA SLAMPAREJO KECAMATAN JABUNG

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

NADYA PUSPITA SARI 04.03.18.211

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

NILAI TAMBAH PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) ANGGREK

DESA SLAMPAREJO KECAMATAN JABUNG

Diajukan Sebagai Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan (S.Tr)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

NADYA PUSPITA SARI 04.03.18.211

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

saya dapat menyusun dan memberikan karya terbaik saya selama 4 tahun di Politeknik Pembangunan Pertanian Malang tercinta ini.

Terimakasih atas segala dukungan sehingga saya dapat mempersembahkan tugas akhir ini kepada : Kedua orang tua saya, Ayah Edyson dan Mama Diah Natalia Mayasari Terimakasih atas dahsyatnya doa yang dipanjatkan, kasih sayang, serta motivasi yang tak henti diberikan kepada nadya.

Alm. Kakek saya, M. Saleh dan Nenek Sarafiah Terima kasih atas doa yang selalu diberikan, terima kasih telah mendukung pendidikan Nadya hingga saat ini, terima kasih atas nasehat, motivasi, serta semangat yang tak pernah putus untuk Nadya Dosen Pembimbing 1 , Bapak Yudi Rustandi, SST., M.Si dan Dosen Pembimbing II, Bapak Dr. Andi Warnaen, SST., M.Ikom.

Terimakasih atas arahan, bimbingan, serta kesabaran yang diberikan kepada saya dalam pelaksanaan tugas akhir sehingga dapat terselesaikan dengan tepat waktu.Semoga segala kebaikan dan kesabaran terbalaskan berlipat ganda.

Bibiku, Biibi Niing Cantik Terimakasih bi untuk semua bantan bibi yang tak terhitung

Saudara-saudaraku, Sonia, Ima, Inu Terimakasih sudah menghibur kakak mu ini disaat stress.

Partner Terbaik, Dhika, Terimakasih sudah menjadi teman yang memotivasi dalam menyelesaikan tugas akhir dan

menemani dengan setia selama hidup diperantauan.

Teman Sekamar, Senasib, dan Tempat Curhat, Lalan Terimakasih sudah menjadi tempat untuk saya pulang dikala patah semangat, semoga kamu tetap menjadi pengisi energy orang-orang terdekatmu Teman kemana-mana, Wahyu dan Mansur Terima kasih sudah membantu disaat urgent dan genting, serta selalu gercep jika dibutuhkan Sahabatku Nurul Raihan Fauziah S. Pd, biasa diapnggil Rehan Bona

(4)

bcepat bertemu lagi setelah wisuda ya Teman Se-blok, Krisna dan Ka Niss Terimakasih sudah menjadi kakak untuk saya di perantauan ini, dan terimakasih telah membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini Teman se-daerahku, Mbojo Squad Terimakasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan selama 4 tahun kuliah Teman Sekos Kubah Terima kasih sudah menemani hari-hari dikos sembari menjadi tempat sharing atau info dari kampus Sahabat dan Rekan Terimakasih sudah menjadi teman, saudara, dan keluarga selama 4 tahun menempuh pendidikan di Politeknik Pembangunan Pertanian Malang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

dan, Terimakasih kepada diriku sendiri, Nad

(5)
(6)
(7)
(8)

Cair (POC) Pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Slamparejo Kecamatan Jabung. Pembimbing satu Yudi Rustandi SST, M.Si dan pembimbing dua Dr. Andi Warnaen SST, M.Ikom.

KWT Anggrek semenjak pandemi tidak terlalu aktif dalam menjalankan kegiatan organisasinya, untuk itu dibutuhkan pendorong yang dapat menggerakkan keaktifan organisasi salah satunya dengan mengadakan kegiatan penyuluhan tentang pembuatan POC. Diharapkan dengan adanya penyuluhan pembuatan POC, dapat membuat KWT Anggrek mendapat nilai tambah berupa kontribusi pendapatan dan kontribusi dinamika kelompok.

Tujuan tugas akhir ini untuk mengetahui : (1) Pembuatan pupuk organik cair dari urine sapi (2) POC yang dianggap tidak berbau menyengat oleh konsumen (3) Nilai tambah dari pembuatan POC ditinjau dari kontribusi pendapatan penjualan POC dan kontribusi dinamika kelompok (4) Rancangan penyuluhan tentang pembuatan pupuk organik cair dari urine sapi.

Kaji terap dilakukan dengan membuat 3 formula POC yaitu F1 (empon- empon), F2 (kulit jeruk manis) dan F3 (Kemangi). Kemudian dilakukan uji organoleptik dengan panelis sebanyak 26 orang dan uji laboratorium di BPTP NTB untuk mengetahui kandungan unsur hara NPK dari ketiga formula POC. Kemudian dari hasil pengujian dijadikan formula terbaik untuk kemudian dijadikan bahan untuk merancang kegiatan penyuluhan tentang pembuatan POC.

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 26 responden, maka sampel penelitian pun sebanyak 26 responden karena teknik penentuan sampel yaitu menggunakan sampling jenuh. Jenis instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan skala ordinal dan skala likert. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner menggunakan SPSS 20. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Metode rancangan penyuluhan terdiri dari penetapan materi, metode, dan media penyuluhan.

Kemudian dilakukan pengukuran efektivitas program penyuluhan serta nilai tambah pembuatan POC ditinjau dari kontribusi pendapatan penjualan POC dan dinamika kelompok.

Hasil tugas akhir ini adalah : (1) Pembuatan pupuk organik cair (POC) yang tidak berbau menyengat oleh KWT Anggrek menggunakan formula 1 yaitu menggunakan bahan empon-empon, (2) Produk POC yang dianggap tidak berbau menyengat adalah Formula 1 dilihat dari uji organoleptik warna dengan skor 3 yaitu coklat kehitaman dan bau dengan skor 3 yaitu harum. (3) Nilai tambah pembuatan POC dari segi kontribusi pendapatan penjualan POC terhadap pendapatan sebelum penjualan POC memberikan persentase sebesar 43,3%

dengan kategori kontribusi sedang (34% – 67%). Sedangkan nilai tambah pembuatan POC dari segi kontribusi dinamika kelompok sebesar 69,5 % dengan kategori dinamis. (4) Rancangan penyuluhan yang dilakukan di kelompok KWT Anggrek Desa Slamparejo dimulai dari analisis dan penetapan lokasi dan waktu, materi, metode, media penyuluhan, dan perhitungan tingkat efektivitas program penyuluhan. Tingkat efektivitas program penyuluhan mencapai skor 81,4%

dengan kategori efektif

Kata Kunci: Pupuk Organik Cair, Kelompok Wanita Tani, Urine Sapi, Nilai Tambah

(9)

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun laporan tugas akhir yang berjudul “Nilai Tambah Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Anggrek Desa Slamparejo Kecamatan Jabung”. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati, pada kesempatan ini patutlah kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Setya Budhi Udrayana, S. Pt., M. Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

2. Dr. Wahyu Windari, S. Pt., M. Sc selaku Ketua Jurusan Peternakan

3. Dr. Sad Likah,S. Pt., MP selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan

4. Yudi Rustandi, SST, M. Si selaku Pembimbing I

5. Dr. Andi Warnaen, SST., M.Ikom Si selaku Pembimbing II

6. Asriningsih, SP., selaku PPL dan Pembimbing di Lapangan selama penelitian 7. Ibu Hartatik, selaku ketua Kelompok Wanita Tani Anggrek Desa Slamparejo 8. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak bisa penulis sebutkan semuanya.

Penulis menyadari betul bahwa penulisan laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, walau bagaimanapun penulis berusaha memberikan yang terbaik dari ketidaksempurnaan yang ada. Demikian segala saran dan kritik yang tertuju pada penulisan ini, penulis terima dengan lapang dada dan ikhlas.

Malang, Juli 2021

Penulis

(10)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Penelitian Terdahulu ... 5

2.2 Aspek Teknis ... 10

2.2.1 Pupuk Organik Cair (POC)... 10

2.2.2 Urine Sapi ... 15

2.2.3 Tetes tebu (molasses) ... 16

2.2.4 Bakteri EM4 ... 17

2.2.5 Empon-empon ... 18

2.2.6 Kemangi ... 20

2.2.7 Jeruk Manis ... 20

2.2.8 Uji Organoleptik ... 21

2.3 Aspek Sosial ... 23

2.3.1 Dinamika Kelompok ... 23

2.4. Aspek Ekonomi ... 30

2.4.1 Penerimaan ... 30

2.4.2 Biaya ... 32

2.4.3 Pendapatan atau keuntungan ... 32

2.4.4. Break Event Point (BEP) ... 34

2.4.5. Revenue Cost Ratio (R/C)... 35

2.4.6 Kontribusi pendapatan ... 35

2.5 Aspek Penyuluhan ... 36

2.5.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian... 36

2.5.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian ... 37

2.5.3 Sasaran Penyuluhan Pertanian ... 38

2.5.4 Materi Penyuluhan Pertanian ... 39

2.5.5 Metode Penyuluhan Pertanian ... 40

2.5.6. Media Penyuluhan Pertanian ... 41

2.5.7 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ... 43

2.5.8 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 44

2.6 Deskripsi Alur Pikir ... 45

2.7 Alur pikir ... 47

BAB III METODE PELAKSANAAN ... 48

3.1. Lokasi dan Waktu ... 48

3.2. Metode Kajian ... 48

3.2.1. Penyelenggaraan Kaji Terap ... 48

3.3 Populasi dan sampel ... 51

3.4 Teknik Pengumpulan Dan Sumber Data ... 51

3.5 Variabel Penelitian ... 52

(11)

iii

3.6 Instrumen Penelitian ... 53

3.6.1 Kisi-kisi instrumen ... 53

3.6.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 54

3.7 Analisis Data ... 56

3.7.1 Analisis Deskriptif ... 57

3.8 Metode Perancangan Penyuluhan Pertanian ... 64

3.8.1 Tujuan Penyuluhan ... 64

3.8.2 Sasaran Penyuluhan... 64

3.8.3 Materi Penyuluhan ... 65

3.8.4 Metode Penyuluhan ... 65

3.8.5 Media Penyuluhan ... 66

3.9 Metode Implementasi ... 66

3.9.1 Pelaksanaan Penyuluhan... 66

3.9.2 Metode Evaluasi Rancangan ... 67

3.10 Batasan Istilah ... 67

BAB IV HASIL KAJIAN ... 69

4.1. Pembuatan POC dari Urine Sapi... 69

4.2. Nilai Tambah dari segi Kontribusi Pendapatan dalam Pembuatan POC ... 71

4.3. Nilai Tambah dari Segi Kontribusi Dinamika Kelompok dalam Pembuatan POC ... 75

BAB V PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ... 77

5.1 Perancangan Penyuluhan Pertanian ... 77

5.1.1 Sasaran Penyuluhan ... 77

5.1.2 Tujuan Penyuluhan ... 77

5.1.3. Materi Penyuluhan ... 78

5.1.4 Metode Penyuluhan ... 79

5.1.5. Media Penyuluhan ... 81

5.2 Implementasi Penyuluhan ... 82

5.2.1 Waktu dan Tempat Penyuluhan ... 83

5.2.2 Persiapan Penyuluhan ... 83

5.2.3 Pelaksanaan Penyuluhan ... 83

5.2.4. Evaluasi Penyuluhan ... 84

BAB VI PEMBAHASAN ... 86

6.1. Gambaran Umum Wilayah Desa Slamparejo ... 86

6.1.1. Kondisi Geografis ... 86

6.1.2. Keadaan Penduduk... 86

6.1.3. Data Populasi Ternak ... 87

6.2. Karakteristik responden ... 88

6.3. Proses Pembuatan POC Dari Urine Sapi ... 89

6.4. Produk POC Yang Dianggap Tidak Berbau Menyengat ... 91

6.5. Nilai tambah pembuatan POC dari segi kontribusi pendapatan dan kontribusi dinamika kelompok ... 92

6.6. Rancangan Penyuluhan Pembuatan POC Dari Urine Sapi pada KWT Anggrek Desa Slamparejo ... 94

6.6.1. Tujuan Penyuluhan ... 95

6.6.2. Materi Penyuluhan ... 95

6.6.3. Metode Penyuluhan ... 95

6.6.4. Media Penyuluhan ... 96

6.6.5. Penyaji dalam kegiatan penyuluhan ... 97

6.7. Rencana Tindak Lanjut ... 97

(12)

iv

BAB VII PENUTUP ... 98

7.1. Kesimpulan ... 98

7.2. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

LAMPIRAN ... 110

(13)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Pupuk Organik Cair ... 12

Tabel 2. Jumlah Rata-rata Produksi Tetes Tebu (Molasses) ... 16

Tabel 3. Cara Pembuatan POC Dari Berbagai Formula ... 49

Tabel 4. Sumber dan Teknik Pengambilan Data ... 52

Tabel 5. Jenis Analisis Data ... 56

Tabel 6. Kriteria Penilaian Uji Organoleptik POC ... 57

Tabel 7. Kriteria Penilaian Uji Laboratorium ... 57

Tabel 8. Kategori Tingkat Dinamika Kelompok ... 62

Tabel 9. Data Hasil Uji Organoleptik POC ... 69

Tabel 10. Data Hasil Uji Laboratorium POC ... 70

Tabel 11. Biaya Investasi Pembuatan POC ... 71

Tabel 12. Biaya Variabel Pembuatan POC ... 72

Tabel 13. Data Tingkat Dinamika KWT Anggrek ... 75

Tabel 14. Tujuan Kegiatan Penyuluhan pada KWT Anggrek ... 77

Tabel 15. Data Hasil Evaluasi Efektivitas Penyuluhan ... 84

Tabel 16. Jumlah Penduduk ... 86

Tabel 17. Jumlah Ternak Di Desa Slamparejo ... 87

Tabel 18. Data Karakteristik Responden ... 88

(14)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. POC yang dijual KWT ... 91

(15)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Kuesioner Efektivitas Penyuluhan ... 111

Lampiran 2. Kisi-kisi Kuesioner Dinamika Kelompok ... 112

Lampiran 3. Kuesioner Efektivitas Penyuluhan ... 1123

Lampiran 4. Kuesioner Dinamika Kelompok... 117

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Kuesioner Efektivitas Penyuluhan ... 120

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Kuesioner Dinamika Kelompok ... 123

Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Efektivitas Penyuluhan ... 121

Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Dinamika Kelompok ... 122

Lampiran 9. Lembar Kuesioner Uji Organoleptik Pupuk ... 123

Lampiran 10. Data Mentah Hasil Uji Organoleptik ... 124

Lampiran 11. Hasil Uji Laboratorium Pupuk Organik Cair ... 125

Lampiran 12. Data Mentah Kuesioner Dinamika Kelompok ... 126

Lampiran 13. Matriks Pertimbangan Penetapan Materi Penyuluhan ... 128

Lampiran 14. Sinopsis Penyuluhan ... 129

Lampiran 15. Form Pertimbangan Pemilihan Metode Penyuluhan ... 133

Lampiran 16. Matrik Analisis Penetapan Metode Penyuluhan ... 134

Lampiran 17. Matriks Penetapan Media Penyuluhan ... 136

Lampiran 18. Leaflet ... 138

Lampiran 19. Daftar Hadir Penyuluhan ... 139

Lampiran 20. Lembar Persiapan Penyuluhan ... 141

Lampiran 21. Berita Acara ... 143

Lampiran 22. Data Mentah Kuesioner Efektivitas Penyuluhan ... 143

Lampiran 23. Karakteristik Responden ... 144

Lampiran 24. Dokumentasi Kegiatan ... 145

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut data pada Programa Kecamatan Jabung tahun 2021 bahwa Kecamatan Jabung terdiri dari 15 desa yang dimana memiliki potensi pada sektor perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan dan tanaman pangan dan hortikultura. Potensi peternakan yang ada di Kecamatan Jabung salah satunya adalah ternak ruminansia yaitu sapi perah sebanyak 15.729 ekor, sapi potong 8.104 ekor, ternak kambing 2.724 ekor dan domba 672 ekor. Desa Slamparejo merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Jabung dengan peternakan sapi perah terbanyak ketiga yaitu sebanyak 1.160 ekor. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putranto (2003) bahwa dalam 100 ekor sapi dapat menghasilkan 1.500 liter sampai dengan 2.000 liter urine per hari. Dengan tinggi nya populasi sapi yang ada, maka jumlah limbah peternakan yang dihasilkan juga tinggi yaitu berupa limbah kotoran padat dan urine yang belum termanfaatkan secara optimal.

Penggunaan urine ternak merupakan salah satu penerapan zero waste management. Urine ternak yang biasanya dibuang tanpa dimanfaatkan merupakan limbah peternakan yang sangat potensial digunakan sebagai pupuk organik cair. Urine sapi mengandung unsur hara N, P, K dan bahan organik yang berperan memperbaiki struktur tanah. Urine sapi dapat digunakan langsung sebagai pupuk baik sebagai pupuk dasar maupun pupuk susulan. Phrimantoro (2002), mengatakan penambahan urine sapi sampai hingga beberapa batas tertentu dapat mengaktifkan proses pemanjangan dan pembelahan sel. Samekto (2006) dalam Hendriyatno (2019), urine sapi adalah bahan organik yang bisa dimanfaatkan menjadi pupuk cair bagi tanaman. Menurut Lingga (1991) dalam Yuliarti (2009), jenis kandungan hara pada urin sapi yaitu N = 1,00%, P = 0,50%

dan K = 1,50%.

(17)

Pengolahan urine sapi menjadi pupuk organik cair (POC) merupakan bentuk inovasi dengan adanya penerapan nilai tambah yang diiringi dengan penambahan biaya pengolahan. Produk olahan tersebut memiliki nilai jual yang lebih tinggi sehingga keuntungannya semakin meningkat. Adanya agroindustri yang mendukung nilai tambah produk pertanian sangat bermanfaat dalam peningkatan pendapatan. Selain itu, produk olahan memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk pertanian yang tidak diolah. Kegiatan produksi yang tinggi dengan pengeluaran biaya yang efisien merupakan tujuan pengusaha dalam rangka memperoleh pendapatan yang tinggi (Santosa, 2017).

Menurut Purnamasari (2014), Kelompok Wanita Tani atau disingkat “KWT”

merupakan kelompok swadaya yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat.

Jumlah anggota kelompok idealnya berkisar 20 – 30 orang atau disesuaikan dengan kondisi dan wilayah kerja kelompok tidak melampaui batas administrasi desa. Anggota kelompok tani dapat berupa petani dewasa dan pemuda, wanita dan pria. Anggota keluarga petani (istri dan anak) yang berperan membantu kegiatan usaha tani keluarga, tidak dimasukan menjadi anggota kelompok tetapi diarahkan membentuk kelompok wanita tani atau pemuda tani. Di Desa Slamparejo terdapat KWT Anggrek yang semenjak pandemi tidak terlalu aktif dalam menjalankan kegiatan organisasi dikarenakan belum adanya kegiatan atau agenda untuk mengisi kegiatan organisasi tersebut.

Indrawati, dkk (2009) mengemukakan pentingnya dinamika kelompok tani sebagai faktor penting yang dapat membangun kompetensi dan kinerja petani dalam berusahatani atau dalam melakukan kegiatan budidaya tanaman pertanian.

Kelompok akan berjalan atau bertahan apabila dapat dikelola dengan baik.

Berjalannya suatu kelompok dilihat dari dinamisnya kelompok tersebut, baik kelompok dengan anggotanya maupun anggota dengan anggota kelompok tersebut. Tidak dinamisnya suatu kelompok dapat mengakibatkan kelompok itu

(18)

tinggal nama saja. Aspek dinamika kelompok ini memberikan peluang sebesar- besarnya kepada anggota untuk bekerjasama dan berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan kelompok (Tuyuwale dalam Damima, 2001). Semakin efektif kelompok semakin baik kehidupan anggota-anggota dalam kelompok tersebut. Kelompok yang dinamis akan mempercepat pencapaian tujuan kelompok dan perkembangan kelompok tani dalam bekerja efektif dan meningkatkan kesejahteraan. Kelompok yang dinamis akan meningkatkan peluang bagi anggota dalam bekerja sama dan berpartisipasi dalam pencapaian tujuan sehingga tujuan kelompok tercapai (Hermanto dan Swastika, 2011).

Dari kondisi yang telah diuraikan diatas, maka dibutuhkan suatu pendorong yang dapat menggerakkan keaktifan organisasi KWT, salah satunya adalah dengan mengadakan kegiatan penyuluhan dengan memanfaatkan potensi desa Slamparejo yaitu urine sapi yang dapat dibuat menjadi salah satunya adalah POC.

Pupuk cair organik menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia.

Pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau penguraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan. Karena pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala macam unsur, maka pupuk ini pun mengandung hampir semua unsur (baik makro maupun mikro). Hanya saja ketersediaan unsur-unsur tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit (Murbandono, 2000). Diharapkan dengan adanya kegiatan pembuatan POC ini, dapat membuat KWT Anggrek mendapat nilai tambah berupa kontribusi pendapatan serta kontribusi dinamika kelompok setelah adanya kegiatan pembuatan POC agar KWT berpartisipasi dan berperan aktif dalam menjalankan organisasi nya. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, penulis mengangkat judul

“Nilai Tambah Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Anggrek Desa Slamparejo Kecamatan Jabung”.

(19)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara membuat POC dari urine sapi yang tidak berbau menyengat?

2. Bagaimana POC yang dianggap tidak berbau menyengat oleh konsumen?

3. Bagaimana nilai tambah dari pembuatan POC ditinjau dari kontribusi pendapatan penjualan POC dan dinamika kelompok?

4. Bagaimana rancangan penyuluhan pembuatan POC dari urine sapi di KWT Anggrek Desa Slamparejo?

1.3 Tujuan

1. Agar Kelompok Wanita Tani Anggrek mengetahui cara membuat Pupuk Organik Cair (POC) dari urine sapi yang tidak berbau menyengat.

2. Untuk mengetahui POC yang dianggap tidak berbau menyengat oleh konsumen.

3. Untuk mengetahui nilai tambah dari pembuatan POC ditinjau dari kontribusi pendapatan penjualan POC dan dinamika kelompok.

4. Untuk mengetahui rancangan penyuluhan pembuatan POC dari urine sapi di KWT Anggrek Desa Slamparejo.

1.4 Manfaat

1. Bagi Politeknik Pembangunan Pertanian Malang, sebagai media untuk mengenalkan Polbangtan Malang kepada masyarakat sekitar tempat penelitian dan juga pihak yang terlibat dalam penelitian.

2. Bagi mahasiswa, sebagai persyaratan kelulusan Pendidikan Diploma IV di Politeknik Pembangunan Pertanian Malang serta dapat digunakan sebagai literatur atau referensi penelitian-penelitian yang mendalam pada masa yang akan datang.

3. Bagi Kelompok Wanita Tani, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi pemanfaatan urine sapi menjadi POC.

(20)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang digunakan oleh penulis sebagai tambahan referensi untuk mengkaji lebih dalam teori yang digunakan dalam kajian. Beberapa penelitian terdahulu yang diambil diantaranya adalah:

Penelitian yang dilakukan oleh Irvan, A. Asnawi., St. Rohani (2015) dengan judul “Kontribusi Pendapatan Usaha Pupuk Organik Terhadap Total Pendapatan Kelompok Pada Sistem Integrasi Padi-Ternak Sapi Potong”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pendapatan usahatani sistem integrasi tanaman padi-ternak sapi potong serta mengetahui kontribusi pendapatan usaha pupuk organik yang dilakukan oleh kelompok tani/ternak Ammassangang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh oleh kelompok tani/ternak Ammassangang pada usaha integrasi padi-ternak sapi potong diperoleh dari 3 kegiatan yaitu usaha pupuk organik, usaha ternak sapi potong, dan usaha tanaman padi. Pendapatan usaha ternak sapi potong sebesar Rp. 16.871.500,- per bulan, usaha tanaman padi sebesar Rp. 17.966.620.- per bulan dan usaha pupuk organik sebesar Rp. 37.871.500,- per bulan. Kontribusi pendapatan usaha pupuk organik terhadap total pendapatan kelompok tani/ ternak Ammassangang sebesar 51,8% sehingga dapat dikategorikan sebagai cabang usaha. Dari penelitian ini dapat dijelaskan bahwa usaha pupuk organik memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total pendapatan kelompok tani/ternak Ammassangang, sehingga hal ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan anggota kelompok tani/ternak Ammassangang berupa tambahan sumber pendapatan.

(21)

Penelitian yang dilakukan oleh Triman Tapi (2016) dengan judul “Dinamika Kelompok Tani Sasaran Program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi pada Daerah Sentra Produksi Padi di Kabupaten Manokwari (Studi Kasus Kampung Prafi Mulya Distrik Prafi)”. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dinamika kelompok tani sasaran Usaha Khusus program (Upsus) peningkatan produksi beras di wilayah sentra produksi beras di Kabupaten Manokwari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kelompok berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani sampel memperoleh skor nilai rata-rata sebesar 14.13 dengan kisaran nilai 11 sampai dengan 17. Penyebaran nilai skor pada struktur kelompok berkisar antara 0 sampai dengan 22. Nilai skor maksimum yang dapat dicapai oleh kelompok yaitu 22., sehingga bila dibandingkan nilai skor yang diperoleh maka nilai skor untuk struktur kelompok berada pada kategori sedang. Unsur fungsi kelompok hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata skor fungsi kelompok sebesar 20,07, dengan perbandingan nilai maksimal yang bisa diperoleh kelompok sebesar 23. Perbandingan yang terlihat diatas menunjukkan bahwa kelompok tani dari sisi fungsi kelompok telah berjalan baik. Unsur pembinaan kelompok menunjukkan bahwa komponen penilaian terhadap pembinaan kelompok memberikan hasil nilai rata-rata sebesar 4,93 dengan kisaran nilai responden bernilai 3 sampai dengan 6 untuk nilai maksimal 8. Perolehan nilai rata-rata responden diatas mengindikasikan bahwa kemampuan mengadakan dan mengembangkan fasilitas atau sarana kerja yang diperlukan kelompok termasuk dalam kategori cukup baik. Unsur kekompakkan kelompok menunjukkan bahwa perhitungan skor dinamika kelompok pada aspek kekompakan kelompok memperlihatkan nilai rata-rata skor kelompok tani berada pada nilai 10 yang berarti dari aspek kekompakan kelompok lebih dinamis karena mendekati nilai maksimal yang dapat dicapai yakni 11. Unsur keefektifan kelompok menunjukkan menunjukkan bahwa seluruh responden menjawab memiliki produksi rata-rata per

(22)

musim tanam hasil panen gabah kering panen (GKP) sebesar 4-6 ton/ha. Hasil produksi petani di Kampung Prafi Mulya yang rata ratanya mencapai 4-6 Ton/Ha GKP tiap musim tanam bila dibandingkan dengan hasil produksi rata-rata secara nasional yang bisa mencapai 10 Ton/Ha GKP tergolong masih rendah.

Kedinamisan kelompok tani sebagai peserta program Upaya Khusus (Upsus) peningkatan swasembada pangan Padi di Kampung Prafi Mulya Distrik Prafi termasuk dalam kategori Sedang atau cukup dinamis, sehingga pelaksanaan pola kerjasama yang terjalin telah berjalan sesuai dengan harapan. Program Upsus Pajale tahun 2015 di Distrik Prafi khususnya di Kampung Prafi Mulya telah berkontribusi dalam mendorong proses dinamika kelompok.

Penelitian yang dilakukan oleh Beny Kurnia Umbara, Maman Haeruman, Musli Rosmali (2021) dengan judul “Pengaruh Penggunaan POC Dan Dinamika Kelompok Terhadap Keberhasilan Usahatani Kedelai (Glycine max) Di Kecamatan Cibitung Kabupaten Sukabumi”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan POC dan dinamika kelompok terhadap keberhasilan usahatani kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pupuk organik cair sebesar 25,2% dan dinamika kelompok sebesar 26,5% terhadap keberhasilan usahatani kedelai. Sedangkan secara simultan pengaruh keduanya terhadap keberhasilan usahatani kedelai sebesar 51,7%, dan sisanya sebesar 48,3% berasal dari variabel lain yang tidak diteliti.

Penelitian yang dilakukan oleh Erwin Saputra Siregar (2016) dengan judul

“Kualitas Pupuk Organik Cair (Biourin) Yang Difermentasi dengan Penambahan Starter Effective Microorganism 4 (EM4)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas biourin yang difermentasi dengan penambahan starter effective microorganism 4 (EM4). Peubah yang diamati adalah bentuk fisik meliputi warna dan bau, kandungan hara nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) serta pH.

(23)

Hasil penelitian menunjukkan biourin P0 menghasilkan warna coklat kekuningan 75% dan warna coklat 25%, P1 menghasilkan warna coklat kekuningan 50% dan warna coklat 50%, P2 menghasilkan warna coklat 75% dan warna coklat kehitaman 25%, P3 menghasilkan warna coklat 25% dan warna coklat kehitaman 75% dan P4 menghasilkan warna coklat kehitaman 100%. Bau biourin pada perlakuan P0 menghasilkan bau menyengat 100%, P1 menghasilkan bau 75%

menyengat dan 25% kurang menyengat, P2 menghasilkan bau 50% menyengat dan 50 kurang menyengat, P3 menghasilkan bau 25% menyengat, 50% kurang menyengat dan 25% harum fermentasi dan P4 menghasilkan bau 25% menyengat dan 75% harum fermentasi. Penambahan starter EM4 berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kandungan N dan P, tetapi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan K serta pH.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Khoirul Huda (2013) yang berjudul “Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Urin Sapi dengan Aditif Tetes Tebu (Molasses) Metode Fermentasi” dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bahwa limbah urin sapi dapat digunakan sebagai bahan pembuatan POC bermutu tinggi, mengetahui rasio volume tetes tebu optimal pada campuran pupuk cair fermentasi urin sapi untuk mendapatkan kualitas terbaik, dan mengetahui besar peningkatan kadar Nitrogen setelah dilakukan proses fermentasi pada tiap perlakuan variasi volume aditif tetes tebu pada urin sapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa urin sapi dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair berkualitas tinggi sesuai dengan ketetapan standar mutu (POC) dengan aditif tetes tebu metode fermentasi, rasio volume optimal aditif tetes tebu pada penelitian ini terdapat pada sampel E yaitu sampel yang mengandung penambahan tetes tebu sebanyak 6 mL. Dengan kandungan hara N sebesar 0,362

%, P sebesar 1,08 %, dan K sebesar 0,127 % serta besar peningkatan kadar N

(24)

dalam penelitian ini adalah sebesar 0,225 %, yaitu dari kadar 0,137 % urin murni setelah dilakukan fermentasi kadar N menjadi 0,362 %.

Penelitian yang dilakukan oleh Adriani Adriani dan Ardi Novra pada tahun (2017) yang berjudul “Peningkatan Kualitas Biourin Dari Ternak Sapi Yang Mendapat Perlakuan Trychoderma harzianum” dengan tujuan penelitian adalah untuk menigkatkan kualitas hara biourin dari ternak sapi yang mendapat perlakuan trychoderma harzianum. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan penelitian adalah P0 = 95% urin sapi + 5% empon-empon, P1= 94 % urin + 5% empon-empon +1% trychoderma Harzianum, P2 = 93%urin + 5 % empon-empon + 2% trychoderma Harzianum, P3

= 92% urin + 5 % empon-empon + 3% trychoderma Harzianum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan trychoderma harzianum dapat merubah warna biourine yang dihasilkan. P0 berwarna coklat kehijauan 100%, P1 dan P2 coklat dan P3 berwarna coklat pekat (100%). Bau biourine dari perlakuan trychoderma harzianum berkurang dari sangat menyengat (100%) pada P0, menyengat pada P1, P2 dan P3 (100%). Perlakuan trychoderma harzianum nyata menurunkan pH biourine. Rataan pH 6,70 ± 2,49 dengan kisaran 5,2 – 9. perlakuan trychoderma harzianum sangat nyata (P<0.01) meningkatkan kandungan P biourin. Rataan P biourine 0,0803 ± 0,44 kisaran antara 0,027- 0,144 %. Perlakuan trychoderma harzianum tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap kalium biourine,rataan kalium adalah sebesar 0,01445 ± 0,0459 mg/l dengan kisaran 0,01303 –0,01602 %.

Perlakuan trychoderma harzianum berpengaruh nyata (P<0,015) terhadap kandungan nitrogen (N) biourin yang dihasilkan, rataan nitrogen biourin sebesar 0,0245 ± 0,019 dengan, kisaran antara 0,0213 – 0,0177. Kesimpulan penelitian adalah perlakuan terbaik dalam menghasilkan kualias biourine adalah trychoderma harzianum 3% (P3).

(25)

Penelitian yang dilakukan oleh Fatimatuz Zuhro, Sarwo Danuji, Robby Nur Satriya (2020) dengan judul “Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Ternak Dan Air Leri Terhadap Pertumbuhan Selada Merah Hidroponik (Lactuca sativa Var. crispa)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan POC dari limbah urine sapi, urine kelinci, dan air leri terhadap pertumbuhan selada merah dengan sistem hidroponik. Prosedur penelitian meliputi; sterilisasi alat dan bahan, pembuatan POC, pembuatan instalasi hidroponik, penyemaian, penanaman, dan aplikasi perlakuan. Pembuatan POC dilakukan dengan memasukkan bahan-bahan berupa urine sapi, urine kelinci, dan air leri dengan total volume 1800 ml, EM4 sebanyak 20 ml, molasses (gula tebu) 150 ml dan larutan empon-empon 30 ml ke dalam jerigen. Empon-empon dibuat dari campuran rempah-rempah jahe, kunyit, kencur dan bawang putih. Kemudian semua bahan diaduk sampai homogen, dan jerigen ditutup rapat selama 7-21 hari sampai semua bahan terfermentasi sempurna dan POC siap digunakan.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan terdiri dari 5 perlakuan yaitu kontrol negatif (POC 0%), kontrol positif (pupuk Abmix 0,1%), POC 10%, POC 20% dan POC 25%. Analisis data menggunakan uji anova dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi POC 25% memberi hasil terbaik terhadap pertumbuhan tanaman selada merah, tetapi hasilnya lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif.

2.2 Aspek Teknis

2.2.1 Pupuk Organik Cair (POC)

Pupuk organik cair merupakan salah satu pupuk yang berbentuk cair yang berisikan unsur hara organik. POC adalah larutan dari hasil pembusukan bahan- bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan (feses dan urine), dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Urine adalah

(26)

zat-zat yang disekresikan melalui ginjal, zat-zat yang didapat didalamnya zat-zat makanan yang telah dicerna, diserap dan bahkan telah dimetabolisme oleh sel-sel tubuh kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan saluran urine. Menurut Ginting (2013), mengatakan bahwa pupuk organik cair bermacam-macam dipasaran tapi pada dasarnya pupuk organik mempunyai kegunaan yang sama yaitu untuk pertumbuhan tanaman supaya alami. POC yang baik memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:

1. Mengandung mikroorganisme yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tanah seperti unsur makro dan mikro.

2. POC yang baik mengandung ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang berguna untuk mensuplai bahan-bahan yang diperlukan tanaman

3. Mempunyai aroma atau bau yang khas fermentasi yaitu bau masam, karena dengan ciri-ciri tersebut maka dalam POC tersebut mengandung bakteri 4. POC yang baik mencantumkan kandungan C-Organik pada kemasan, standar

mutu POC mengandung C-Organik minimal 5-6 5. Tidak mengandung bakteri kontaminan.

6. POC yang baik pada umumnya mempunyai warna yang pekat (Cokelat).

Sedangkan dalam PERMENTAN Nomor 261 Tahun 2019, POC yang baik adalah unsur haranya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yaitu pada tabel 1 berikut:

(27)

Tabel 1. Standar Pupuk Organik Cair

No. Parameter Satuan Persyaratan

1. C-organik

% Min. 10

2. Logam berat :

- - - - - -

As Hg Pb Cd Cr Ni

ppm ppm ppm ppm ppm ppm

Maks 5,0 Maks 0,2 Maks 5,0 Maks 1,0 Maks 40 Maks 10

3. N-Organik % Minimum 0,5

4. pH 4 - 9

5. Hara makro

N + P2O5 + K2O % 2-6

6.

Cemaran mikroba :

E-coli Salmonella Salmonella

sp Cfu/ml atau MPN/ml Cfu/ml atau

MPN/ml

<1x102

<1x102

7. Hara mikro :

- Fe total

- Mn

- Cu

- Zn

- B

- Mo

ppm

90-900 25-500 25-500 25-500 12-250 2-10

8. Unsur lain :

- Na

- Ce ppm

Maksimum 2.000 Maksimum 2.000

Sumber : Permentan, 2019.

Kelebihan dari pupuk organik ini adalah cepat mengatasi defisiensi hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Selain itu, POC tidak merusak tanah dan tanaman, meskipun POC ini sering digunakan. POC memiliki juga bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke tanaman langsung diserap

(28)

oleh tanaman. POC dari urine sapi memiliki 3 fungsi utama yaitu sebagai pupuk cair bagi tanaman, sebagai zat pengatur tumbuh tanaman dan juga sebagai pestisida nabati (A. Meritriana, 2019). Menurut Polprasert (1999), yang menyatakan bahwa keunggulan dari POC yaitu:

a. Mudah untuk membuatnya b. Murah harganya

c. Tidak ada efek samping bagi lingkungan maupun tanaman

d. Bisa juga dimanfaatkan untuk mengendalikan hama pada daun seperti ulat pada tanaman sayuran

e. Aman karena tidak meninggalkan residu, pestisida organik juga tidak mencemari lingkungan

Sedangkan kelemahan yang umum terjadi pada POC yang terjadi dimungkinkan ada beberapa hal yaitu (Fuad dan Winarsih, 2021):

1. Viabilitas (daya hidup) mikroorganisme yang dikandungnya sangatlah rendah 2. Populasi mikroorganisme kecil (< 106 cfu/mL), bahkan cenderung tidak

ada/mati seiring dengan waktu

3. Nutrisi yang terkandung sedikit. Umumnya nutrisi yang ada berupa tambahan bahan kimia seperti pupuk NPK dan Urea

4. Mikroorganisme di dalamnya sangat mudah berkurang bahkan mati 5. Tingkat kontaminasi sangat tinggi

6. Seringkali menghasilkan gas (kemasan rusak) dan bau tidak sedap (busuk) 7. Tidak tahan lama (kurang dari setahun)

8. Masalah dalam transportasi dan penyimpanan

9. Perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi dalam membuatnya 10. Hasilnya tidak bisa diproduksi secara asal.

Berdasarkan dari segi fisiknya pupuk kandang cair memang lebih bau dibandingkan pupuk kandang padat, namun, pupuk cair memiliki berbagai

(29)

keunggulan. Unsur hara dalam kotoran ternak (feses dan urine) yang penting untuk tanaman antara lain unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium. Ketiga unsur inilah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Setiap unsur mempunyai fungsi masing-masing yang saling menunjang satu sama lain sehingga pertumbuhan tanaman menjadi optimal (Setiawan 2007). Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tanaman. Unsur-unsur itu terdiri dari nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).

Nitrogen (N) digunakan untuk pertumbuhan tunas, batang dan daun. Fosfor (P) digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar, buah, dan biji. Sementara kalium (K) digunakan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit (Setiawan, 2007). Nitrogen adalah salah satu unsur makro dalam tanah yang berfungsi bagi kesuburan tanaman. fungsi nitrogen bagi tanaman sebagai berikut:

1. Diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar.

2. Berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis.

3. Membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik.

4. Meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan.

5. Meningkatkan perkembangbiakan mikro-organisme di dalam tanah

Kekurangan unsur hara nitrogen akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan akar terbatas, daun kekuningan-kuningan atau menjadi kering, produksi daun maupun buah menurun, fase pertumbuhan akan lambat, daun pada tanaman berbentuk pendek, sempit bahkan tegak, buah akan menjadi kecil, cepat mati dan tidak dapat berkembang dengan baik, akar pada tunas kurang kokoh, produksi biji sedikit, dan buah tidak masak. Sedangkan kelebihan nitrogen akan memperlambat kematangan tanaman (terlalu banyak pertumbuhan

(30)

vegetatif), batangnya lemah, mudah rebah dan mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Sutedjo, 1995).

Unsur hara phospor (P) bagi tanaman lebih banyak berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda (Widodo, 2014).

Dalam tanaman, P merupakan unsur penting penyusun adenosin triphosphate (ATP) yang secara langsung berperan dalam proses penyimpanan dan transfer energi yang terkait dalam proses metabolisme tanaman (Dobermann dan Fairhurst, 2000). Hara P sangat diperlukan tanaman padi terutama pada saat awal pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan tanaman tersebut, P berfungsi memacu pembentukan akar dan penambahan jumlah anakan. Disamping itu, P juga berfungsi mempercepat pembungaan dan pemasakan gabah.

Unsur hara kalium (K) kegunaan utamanya untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium berfungsi antara lain untuk meningkatkan proses fotosintesis, mengefisienkan penggunaan air, mempertahankan turgor, membentuk batang yang lebih kuat, sebagai aktivator bermacam sistem enzim, memperkuat perakaran sehingga tanaman lebih tahan rebah dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Pemberian unsur ini akan memperkuat tanaman sehingga daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Selain itu kalium juga membuat tanaman tahan terhadap kekeringan dan penyakit (Hadi, 2002).

2.2.2 Urine Sapi

Urine sapi sebagai limbah kandang, selama ini terbuang percuma tanpa ada pemanfaatan yang berarti. Murniyati dan Safriani (2012) menyebutkan “Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai POC karena kandungan zat hara pada urine sapi, terutama kandungan nitrogen, fosfor, kalium, dan air lebih banyak.” Zat zat seperti nitrogen, fosfor, dan kalium adalah unsur makro yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Menurut (Lingga, 1991), kandungan zat hara pada urin sapi, terutama jumlah kandungan nitrogen (1,00%), fosfor (0,50%), kalium

(31)

(1,50%), dan air (92%) lebih banyak jika dibandingkan dengan kotoran sapi padat yang telah lebih banyak dimanfaatkan sebagai pupuk organic dimana kandungan N (0,40%), P (0,20%), K (0,10%) dan air (85%). Selain itu banyak penelitian, diantaranya adalah Anty (1987) yang melaporkan bahwa urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh diantaranya adalah IAA. Karena baunya yang khas urine ternak juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman sehingga urine sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman dari serangan (Phrimantoro, 1995). Marliana (2012) menyebutkan “Kandungan unsur hara pada urine sapi yaitu 0,52 % N, 0,01 % P, dan 0,56 % K. Urine ternak terdiri 90 – 95% air dan sisanya berupa bahan padatan”.

2.2.3 Tetes tebu (molasses)

Tetes Tebu (molasses) adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan. Komposisi tetes tebu (molasses) mempunyai rentangan batas yang luas dan sulit untuk menentukan mengenai nilai atau jumlah persentasenya. Berikut adalah tabel data yang diambil berdasarkan jumlah rata-rata produksi tetes tebu (molasses) yang diproduksi dari berbagai daerah.

Tabel 2. Jumlah Rata-rata Produksi Tetes Tebu (Molasses)

Komponen Interval Nilai Persentase

Air 17-25 20

Sukrosa 30-40 35

Dextrosa (Glukosa) Levulosa (Fruktosa) Other reducing substance Other carbohydrates

4-9 7

Ash 5-12 9

Nitrogen compound 1-5 3

Asam non nitrogen 2-5 4

Wax, Sterol, and

phospholipids 7-15 12

Pigments 2-6 4.5

Vitamin-vitamin 2-6 5

Sumber: Academic Press Inc, 1953.

(32)

Tetes tebu merupakan sumber karbon dan nitrogen bagi ragi. Prosesnya merupakan proses fermentasi. Prinsip fermentasi adalah proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme.

Mikroorganisme ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan karbon (C) dan Nitrogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan dalam proses fermentasi. Tetes tebu berfungsi untuk fermentasi urine sapi dan menyuburkan mikroba yang ada di dalam tanah, karena dalam tetes tebu (molasses) terdapat nutrisi bagi bakteri Sacharomyces cereviceae. Sacharomyces cereviceae bertugas untuk menghancurkan material organik yang ada di dalam urine dan tentunya mereka juga membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang tidak sedikit untuk nutrisi mereka. Nitrogen (N) akan bersatu dengan mikroba selama penghancuran material organik. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan material tetes tebu yang mengandung komponen nitrogen sangat diperlukan untuk menambah kandungan unsur hara agar proses fermentasi urine berlangsung dengan sempurna. Selain itu, berdasarkan kenyataan bahwa tetes tebu tersebut mengandung karbohidrat dalam bentuk gula yang tinggi (64%) disertai berbagai nutrien yang diperlukan jasad renik juga dapat meningkatkan kecepatan proses produksi pengolahan urine sapi menjadi pupuk dalam waktu yang relatif singkat (Wijaya, 2008).

2.2.4 Bakteri EM4

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti

(33)

mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks (Atlas 1995). Pembuatan kompos/pupuk organik tidak terlepas dari proses pengomposan yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai atau dekomposer berbagai limbah organik yang dijadikan bahan pembuat kompos. Aktivator mikroba memiliki peranan penting karena digunakan untuk mempercepat pembuatan kompos. Di pasaran saat ini tersedia banyak produk-produk dekomposer untuk mempercepat proses pengomposan misalnya: EM4, OrgaDec, M-Dec, Probion , dan lain-lain.

EM4 merupakan kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu memperbaiki kondisi biologis tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara.

EM4 mengandung mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari bakteri asam laktat (Lactobacillus Sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas Sp), Actinomycetes Sp, Streptomycetes Sp, R.bassillus/azotobachter dan ragi (yeast) atau yang sering digunakan dalam pembuatan tempe (Utomo, 2007). EM-4 mempunyai beberapa manfaat diantaranya:

1. Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah

2. Meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanah 3. Mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan 4. Membersihkan air limbah dan meningkatkan kualitas air pada perikanan 5. Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan meningkatkan

produksi tanaman serta menjaga kestabilan produksi (Utomo 2007).

2.2.5 Empon-empon

Dikutip dari Temu-temuan dan Empon-empon, Budidaya dan Manfaatnya (1999) karya Fauziyah Muhlisah, istilah empon-empon berasal dari bahasa Jawa.

Asal kata empon-empon dari empu yang berarti rimpang induk atau akar tinggal.

(34)

Istilah ini digunakan untuk menyebut kelompok tanaman yang mempunyai rimpang atau akar tinggal. Penggolongan nama empon-empon tidak dilakukan berdasarkan klasifikasi ilmiah tertentu melainkan lebih merujuk pada penggolongan tanaman tertentu yang dilakukan masyarakat Jawa. Empon-empon sendiri merupakan ramuan yang terdiri dari berbagai bahan pilihan diantaranya kunyit, jahe, kencur, temulawak, serai, dan sebagainya. Menurut Putri (2017) empon-empon adalah sekumpulan akar tanaman yang menjadi rempah dan berperan penting dalam perawatan kesehatan. Empon-empon meliputi jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temulawak, dan beberapa lainnya. Tanaman ini amat identik dengan nusantara, dan sangat diakui nilai dan khasiat kesehatannya terutama setelah masyarakat modern semakin melihat cara hidup sehat sebagai bagian dari peradaban. Jahe (Zingiber ooficinale) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Kandungan bahan aktif jahe antara lain: minyak atsiri 2-3%, zingiberin, kanfen, borneol, sineol, zingiberol, geranipl, gingerin, gingerol, umbi jahe mengandung senyawa oleoresin yang lebih dikenal sebagai gingerol yang bersifat antioksidan. Lengkuas atau laos (Alpinia galanga) merupakan jenis tumbuhan umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Di dalam rimpang lengkuas terdapat banyak sekali senyawa yang penting dan salah satunya yaitu kandungan senyawa minyak atsiri, amilum, minyak alpinen, metil cinamic, acid, kamfer, eugenol.

Kandungan aktif yang terdapat dalam kunyit (Curcuma domestica Val.) antara lain:

kurkumin, minyak atsiri, phellandrene, sabinene, sineol, borneol, zingiberene, turmeron, camphene, camphor, caprylic acid, methoxinnamic acid dan zat warna alkaloid curcumid. Kandungan bahan aktif yang terdapat di dalam rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) adalah pati (4,14%), mineral (13,73%), minyak atsiri

(35)

(0,02%) berupa sineol, asam metal kanil, penta dekaan, ethyl aster, asam sinamat, borneol, camphene, asam anisat dan alkaloid (Muhlisah, 1999).

2.2.6 Kemangi

Kemangi merupakan anggota famili biasa lamiaceae yang berarti kelompok tanaman dengan bunga berbibir. Nama genus kemangi adalah ocimum yang berarti tanaman beraroma. Aroma khas tersebut muncul dari daunnya, kemangi berkerabat dekat dengan tanaman selasih (Ocimun Sancium), daun mint (Mentha Arvensis), dan daun bangun-bangun alias daun jinten (Coleus Amboinicus).

Kerabat yang paling dekat dengan kemangi adalah basil (Ocimun Amboinicus) karena tumbuhnya menyemak, kemangi dikelompokkan dalam kelompok basil semak atau bush basil (Johani, 2008). Aroma khasnya berasal dari kandungan yang tinggi pada daun dan bunganya (Johani, 2008). Kemangi merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai obat, pestisida nabati, penghasil minyak atsiri, sayuran dan minuman penyegar. Kandungan minyak atsiri kemangi 9 komponen utama dengan kandungan diatas 2 %, ke 9 komponen utama tersebut adalah linalool (2,03 %), Zsitral (7,02 %), geranial (7,86 %), metil eugenol (4,88 %), 3-metilsiklopent-2-enona (3,78 %), asam metil heksadekanoat (2,48 %), asam etil heksadekanoat (17,72 %), asam etil 9-oktadekenoat (10,62 %) dan asam etil oktadekanoat (14,83 %).

2.2.7 Jeruk Manis

Buah jeruk manis berukuran besar, tangkainya kuat, bentuknya bulat, bulat bulat lonjong atau bulat rata dengan bagian dasar, bergaris tengah 4-12 cm. Buah yang masak berwarna orange, kuning atau hijau kekuningan, berbau sedikit harum, agak halus, tidak berbulu, kusam, dan sedikit mengkilat. Kulit buah tebalnya 0,3-0,5 cm, dari tepi berwarna kuning atau orange tua dan makin ke dalam berwarna putih kekuningan sampai putih, berdaging dan kuat melekat pada dinding buah (Pracaya, 2001). Kulit buah jeruk manis memiliki bau yang khas

(36)

aromatik dan rasa pahit, yang mengandung: minyak atsiri 90% yang berisikan limonen, dan glukosida-glukosida hesperidina, isohesperinda, aurantiamarina dan damar.

2.2.8 Uji Organoleptik

Menurut Program Studi Teknologi Pangan (2013) pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Penginderaan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Penginderaan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi subyektif. Pengukuran terhadap nilai / tingkat kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran subyektif atau penilaian subyektif.

Disebut penilaian subyektif karena hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang melakukan pengukuran.

1. Persiapan Uji Organoleptik a. Panelis

Untuk melaksanakan penilaian organoleptik diperlukan panel. Dalam penilaian suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis. Dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam panel, yaitu panel perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel tidak terlatih, panel konsumen dan panel anak-anak.

(37)

Perbedaan ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian organoleptik.

1) Panel Perseorangan

Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisis organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan tinggi, bias dapat dihindari, penilaian efisien dan tidak cepat fatik. Panel perseorangan biasanya digunakan untuk mendeteksi jangan yang tidak terlalu banyak dan mengenali penyebabnya. Keputusan sepenuhnya ada pada seorang.

2) Panel Terbatas

Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi sehingga bisa lebih dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil berdiskusi diantara anggota- anggotanya.

3) Panel Terlatih

Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik. Untuk menjadi terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan.

Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik.

Keputusan diambil setelah data dianalisis secara bersama.

4) Panel Agak Terlatih

Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya

(38)

5) Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak terlatih hanya diperbolehkan menilai alat organoleptik yang sederhana seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam untuk itu panel tidak terlatih biasanya dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama dengan panelis wanita.

6) Panel Konsumen

Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

7) Panel Anak-anak

Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 310 tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk- produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya.

Cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka snoopy yang sedang sedih, biasa atau tertawa. Keahlian seorang panelis biasanya diperoleh melalui pengalaman dan latihan yang lama. Dengan keahlian yang diperoleh itu merupakan bawaan sejak lahir, tetapi untuk mendapatkannya perlu latihan yang tekun dan terus-menerus.

2.3 Aspek Sosial

2.3.1 Dinamika Kelompok

1. Pengertian Dinamika Kelompok

Dinamika Kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu

(39)

dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan (Kelbulan, Jane, dan Oktavianus, 2018).

Kelompok adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial dengan cukup teratur sehingga diantara individu-individu tersebut terdapat pembagian tugas serta mematuhi norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan sosial tersebut Wayne dan Faules (2001), sedangkan menurut Sarwono (2005) kelompok merupakan dua individu atau lebih yang berinteraksi atau tatap muka, yang masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok dan masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.

Menurut Hanan (2015) istilah dinamika kelompok berasal dari bahasa Inggris ”dynamics” yang berarti mempunyai gairah atau semangat untuk bekerja.

Dengan demikian pengertian dinamika kelompok ditinjau dari istilah mengandung arti yaitu berkelompok yang selalu memiliki gairah dan semangat untuk bekerja.

Sisi lain dinamika berarti adanya interaksi, saling mempengaruhi dan interdependensi antara anggota kelompok satu sama lain secara timbal balik diantara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain. Dinamika Kelompok menguraikan kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam situasi kelompok yang menentukan perilaku kelompok dan anggotanya.

Pengertian dinamika kelompok merupakan suatu metode dan proses yang bertujuan meningkatkan nilai kerjasama kelompok. Artinya metode dan proses dinamika kelompok ini berusaha menumbuhkan dan membangun kelompok yang semula terdiri dari kumpulan individu yang belum saling mengenal satu sama lain menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan, satu norma dan satu cara pencapaiannya yang disepakati bersama.

(40)

2. Tujuan Dinamika Kelompok

Tujuan kelompok merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok.

Tujuan perlu memberi arah pada kegiatan dan memberi kerangka bagi pengambilan keputusan yang rasional tentang jenis dan jumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh kelompok yang menjadi kriteria pengukur kemajuan. Tujuan dinamika kelompok:

a. Meningkatkan proses interaksi antara anggota kelompok

b. Meningkatkan produktivitas anggota kelompok

c. Mengembangkan kelompok ke arah yang lebih baik, lebih maju

d. Meningkatkan kesejahteraan hidup anggotanya 3. Manfaat Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Manfaat dinamika kelompok antara lain:

a. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.

b. Memudahkan segala pekerjaan.

c. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan

mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efisien.

d. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat 4. Unsur-unsur Dinamika Kelompok

Menurut Margolang (2018) unsur-unsur dinamika kelompok disebut juga dengan variabel atau dimensi dinamika kelompok. Unsur-unsur dinamika kelompok terdiri dari:

a. Tujuan Kelompok

Tujuan kelompok dapat diartikan sebagai gambaran yang diharapkan anggota yang akan dicapai oleh kelompok. Tujuan kelompok harus jelas dan

(41)

diketahui oleh seluruh anggota. Untuk mencapai tujuan kelompok tersebut diperlukan aktivitas bersama oleh para anggota. Hubungan antara tujuan kelompok dengan tujuan anggota bisa: a) sepenuhnya bertentangan, b) sebagian bertentangan, c) netral, d) searah dan e) identik. Dengan demikian bentuk hubungan a tidak menguntungkan dan bentuk d adalah yang paling baik. Tujuan kelompok dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuan individual dan tujuan semua anggota kelompok. Tujuan kelompok yang efektif harus mempunyai aspek-aspek sebagai berikut:

1) Dapat didefinisikan secara operasional, dapat diukur dan diamati

2) Mempunyai makna bagi anggota kelompok, relevan, realistik dapat diterima dan dapat dicapai

3) Anggota kelompok mempunyai orientasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan 4) Adanya keseimbangan tugas dan aktivitas dalam mencapai tujuan individu dan

kelompok

5) Bersifat menarik dan menantang serta mempunyai resiko kegagalan yang kecil dalam mencapainya

6) Adanya kemudahan untuk menjelaskan dan mengubah tujuan kelompok 7) Berapa lama waktu yang diperlukan oleh suatu kelompok untuk mencapai

tujuan kelompok b. Kekompakan kelompok

Kekompakan kelompok menunjukkan tingkat rasa untuk tetap tinggal dalam kelompok, hal ini dapat berupa : loyalitas, rasa memiliki, rasa keterlibatan, dan keterikatan. Terdapat enam faktor yang mempengaruhi kekompakan kelompok yaitu:

1) Kepemimpinan Kelompok

Kepemimpinan kelompok yang melindungi, menimbulkan rasa aman, dapat menetralisir setiap perbedaan

(42)

2) Keanggotaan Kelompok

Anggota yang loyal dan tinggi rasa memiliki kelompok 3) Nilai Tujuan Kelompok

Makin tinggi apresiasi anggota terhadap tujuan kelompok, kelompok semakin 4) Kompak

5) Homogenitas Anggota Kelompok

Setiap anggota tidak menonjolkan perbedaan masing-masing, bahkan harus merasa sama, merasa satu

6) Keterpaduan Kegiatan Kelompok

Keterpaduan anggota kelompok di dalam mencapai tujuan sangatlah penting 7) Jumlah Anggota Kelompok

Bila jumlah anggota kelompok relatif kecil cenderung lebih mudah kompak, dibandingkan dengan kelompok dengan jumlah anggota besar.

Sedangkan faktor yang meningkatkan kekompakan kelompok adalah:

kesepakatan anggota terhadap tujuan kelompok, tingkat keseringan berinteraksi, adanya keterikatan pribadi, persaingan antar kelompok, adanya evaluasi yang menyenangkan dan adanya perlakuan antar anggota dalam kelompok sebagai manusia bukan mesin.

c. Struktur kelompok

Struktur kelompok adalah bentuk hubungan antara individu-individu dalam kelompok sesuai posisi dan peranan masing-masing. Struktur kelompok harus sesuai/mendukung tercapainya tujuan kelompok. Yang berhubungan dengan struktur kelompok yaitu:

1) Struktur Komunikasi

Sistem komunikasi dalam kelompok harus lancar agar pesan sampai kepada seluruh anggota, komunikasi yang tidak lancar akan menimbulkan ketidakpuasan anggota, pada gilirannya kelompok menjadi tidak kompak.

(43)

2) Struktur Tugas atau Pengambilan Keputusan

Pembagian tugas harus merata dengan memperhatikan kemampuan, peranan, dan posisi masing-masing anggota. Dengan demikian seluruh anggota kelompok ikut berpartisipasi dan terlibat, sehingga dinamika kelompok harus semakin kuat.

3) Struktur Kekuasaan atau Pengambilan Keputusan

Kedinamisan kelompok sangat erat dengan kecepatan pengambilan keputusan selain harus jelas siapa yang mengambil keputusan dan ketidak cepatan (kelambatan) pengambilan keputusan menunjukkan lemahnya struktur kelompok

4) Sarana Terjadinya Interaksi

Interaksi di dalam kelompok sangat diperlukan sedangkan dalam struktur kelompok harus menjamin kelancaran interaksi, kelancaran interaksi memerlukan sarana (contoh ketersediaan ruang pertemuan kelompok) dapat menjamin kelancaran interaksi antar anggota.

d. Fungsi Tugas Kelompok

Fungsi tugas adalah segala kegiatan yang harus dilakukan kelompok dalam rangka mencapai tujuan. Secara keseluruhan fungsi ini sebaiknya dilakukan dengan kondisi menyenangkan, dengan kondisi yang menyenangkan dapat menjamin fungsi tugas ini dapat terpenuhi. Klasifikasi fungsi tugas yaitu:

1) Koordinasi, berfungsi sebagai koordinasi untuk menjembatani kesenjangan antar anggota

2) Informasi, berfungsi memberikan informasi kepada masing-masing anggota 3) Prakarsa, berfungsi menumbuhkan dan mengembangkan prakarsa anggota 4) Penyebaran, berfungsi menyebarkan hal-hal yang dilakukan kelompok kepada

masyarakat atau lingkungannya

5) Kepuasan, berfungsi untuk memberikan kepuasan pada anggota

(44)

6) Kejelasan, berfungsi menciptakan kejelasan kepada anggota seperti tujuan dan kebutuhan anggota

e. Pengembangan dan Pemeliharaan Kelompok

Mengembangkan dan membina kelompok dimaksudkan sebagai usaha mempertahankan kehidupan kelompok, kehidupan berkelompok dapat dilihat dari adanya kegiatan, yaitu:

1) Mengusahakan/mendorong agar semua anggota kelompok ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelompok. Dengan demikian rasa memiliki kelompok dari para anggotanya akan tinggi

2) Tersedianya fasilitas

3) Mengusahakan/mendorong menumbuhkan kegiatan, agar para anggota bisa ikut aktif berperan

4) Menciptakan norma kelompok. Norma kelompok ini adalah sebagai acuan anggota kelompok bertindak

5) Mengusahakan adanya kesempatan anggota baru, baik untuk menambah jumlah maupun mengganti anggota yang keluar

6) Berjalannya proses sosialisasi. Untuk mensosialisasikan adanya anggota baru adanya norma kelompok adanya kesepakatan, dan sebagainya

f. Suasana Kelompok

Suasana kelompok adalah keadaan moral, sikap dan perasaan bersemangat atau apatis yang ada dalam kelompok, suasana kelompok yang baik bila anggotanya merasa saling menerima, saling menghargai, saling mempercayai dan bersahabat. Faktor-faktor yang mempengaruhi suasana kelompok adalah:

1) Hubungan antar anggota: hubungan yang mendukung adalah hubungan yang rukun, bersahabat, persaudaraan

2) Kebebasan berpartisipasi: adanya kebebasan berpartisipasi, berkreasi akan menimbulkan semangat kerja yang tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Metode SWOT digunakan untuk mengetahui apa kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang terdapat pada Wana Wisata Tanjung Papuma sebagai objek wisata sehingga

Untuk setiap kasus, cetak dalam satu baris “Kasus #X: Y” (tanpa kutip), dengan X menyatakan nomor kasus dimulai dari 1, dan Y adalah banyaknya kemungkinan jumlah orang yang

Berdasarkan analisis rasio, FMII bisa dikatakan berada pada kondisi yang buruk karena keseluruhan tingkat likuiditas dan aktivitasnya rendah meski dengan profitabilitas

Dengan teknologi pemupukan hara spesifik lokasi, penggunaan pupuk oleh petani dapat lebih rasional sesuai kebutuhan tanaman sekaligus meningkatkan produksi dan pendapatan

Menyatakan Pasal 1 angka 26 dan angka 27; Pasal 65; Pasal 116 ayat (3) dan ayat (4); serta Pasal 184 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pengertian Praktik Pengalaman Lapangan ada dalam Bab I ketentuan umum pasal 1 yang menjelaskan bahwa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua

Dari hasil analisis korelasi di atas menunjukkan Di Kecamatan Karang Tengah (Daerah dengan nilai ekskresi iodium urin tinggi) diperoleh hanya terdapat satu

Selain dari tidak terdatanya hasil produksi dengan baik hal ini juga memunculkan asumsi mengenai letak geografis yang kemungkinan mempengaruhi pada studi kasus yang