• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Deskriptif

Dalam dokumen PENGARUH RETURN ON ASSET (Halaman 78-0)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Uji Penelitian

1. Analisis Deskriptif

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan olah data SPSS 25 yang dapat menjelaskan hubungan diantara dua variabel. Variabel penelitian ini yaitu Return On Asset (ROA), Debt To Asset Ratio (DAR) dan Economic Value Added (EVA) yang diproksikan terhadap kebijakan dividen dengan menggunakakn Dividend Payout Ratio (DPR) dan harga saham perusahaan. Analisis deskriptif yang diperoleh dari kelima variabel tersebut dapat dilihat pada perhitungan tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

50 122,00 16133,00 3402,0600 4321,75530 Valid N

(listwise)

50

Sumber: Hasil Output SPSS 25 a. Variabel Dependen

Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa harga saham dengan jumlah sampel (N) sebanyak 50 memiliki nilai minimum sebesar 122,00 yang diperoleh dari PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) tahun 2016 dan nilai maksimum sebesar

63 16133,00 diperoleh dari PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) tahun 2019 sedangkan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh sebesar 3402,0600 dan nilai standar deviasi sebesar 4321,75530.

b. Variabel Independen 1) Return On Asset (ROA)

Hasil dari uji statistik tabel 4.2 menunjukkan bahwa Return On Asset (ROA) dengan jumlah sampel (N) sebanyak 50 memiliki nilai minimum sebesar -729,21 dari PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) pada tahun 2020 dan memiliki nilai maksimum sebesar 60,72 dari PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) tahun 2019. Hasil nilai rata-rata (mean) variabel ROA yang diperoleh sebesar -8,2324 dan nilai standar deviasi sebesar 112,99004.

2) Debt to Asset Ratio (DAR)

Hasil dari uji statistik tabel 4.2 menujukkan bahwa Debt to Asset Ratio (DAR) dengan jumlah sampel (N) 50 memiliki nilai minimum sebesar 10,89 dari PT Ultrajaya Milk Industry Co. Tbk (ULTJ) tahun 2019 dan memiliki nilai maksimum sebesar 289,99 diperoleh dari PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) tahun 2018. Hasil rata-rata (mean) variabel DAR sebesar 55,9947 dan hasil standar deviasi sebesar 53,95951.

64 3) Economic Value Added (EVA)

Hasil dari uji statistik tabel 4.2 menujukkan bahwa Debt to Asset Ratio (DAR) dengan jumlah sampel (N) 50 memiliki nilai minimum sebesar -437613625290,74 dari PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) tahun 2018 dan memiliki nilai maksimum sebesar 86474566531,37 dari PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) tahun 2016. Hasil rata-rata (mean) variabel EVA sebesar -17977962263,6935 dan hasil standar deviasi sebesar 89577005187,56306.

c. Variabel Moderasi

Hasil uji statistik tabel 4.2 menunjukkan bahwa kebijakan dividen sebagai varibel moderasi memiliki nilai minimun sebesar -1,50 dari PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) tahun 2019 dengan nilai maksimum sebesar 1,02 dari PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) tahun 2019 dan untuk nilai rata-rata yang didapatkan sebesar 0,2355 dengan standar deviasi sebesar 0,39988. sebesar 16133,00.

2. Uji Asumsi Klasik

Penelitiani ini melakukan empat uji asumsi klasik untuk menguji bahwa data yang diolah memiliki distribusi yang normal atau tidak pada variabel independen dan variabel dependen sehingga data yang digunakan penelitian ini menjadi valid untuk memperoleh kesimpulan. Hasil dari empat uji asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut.

65 a. Uji Nomalitas

Uji normalitas digunakan untuk proses pengujian bahwa model regresi yang terdapat dalam penelitian ini berdistribusi secara normal. Penelitian yang memiliki data distribusi normal akan menjadi penelitian baik dengan asumsi bahwa setiap uji akan mengikuti distribusi normal. Pelanggaran asumsi tersebut akan membuat data yang diolah dalam penelitian menjadi tidak valid (Ghozali, 2018:161). Oleh karena itu, untuk membuktikan bahwa penelitian ini menggunakan data normal dan valid dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan hasil nilai asymp. sig > 0,05 dapat dikatakan sebagai data yang memiliki distribusi normal. Berikut ini adalah tabel hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Normal Parametersa,b Mean 40,1034

Std. Deviation 17,93930

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Hasil Olah Data SPSS 25

66 Berdasarkan tabel 4.3 hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) diatas diperoleh nilai asymp.Sig. (2-tiled) sebesar 0,200. Nilai ini diatas dari nilai signifikansi sebesar 0,05. Hasil ini membuktikan bahwa data terdistribusi dengan normal dan telah memenuhi uji normalitas. Hasil ini juga konsisten jika diuji dengan menggunakan grafik histogram dan normal P-Plot pada gambar grafik dibawah ini.

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram.

Sumber: Hasil Olah Data SPSS

Pada gambar 4.1 menunjukkan grafik histogram yang membentuk lonceng dengan titik sumbu tertingga teletak ditengah yang memiliki arti bahwa data ini simetris, sehingga pada penelitian ini data terdistribusi dengan normal.

67 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik P-Plot Sumber: Hasil Olah Data SPSS 25

Pada gambar 4.2 menunjukkan grafik P-Plot dengan titik-titik sebagai perwakilan data menyebar pada sekitar garis diagonal. Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini data yang digunakan sudah normal dan valid sehingga dapat digunakan untuk pengujian berikutnya.

b. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas merupakan metode untuk menguji tidak adanya korelasi antara variabel independen dalam satu model regresi.

Untuk menunjukkan ada tidaknya korelasi antar variabel dapat dilihat dari nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10 (Ghozali, 2018:107). Berikut ini tabel hasil dari uji multikolinearitas pada penelitian ini.

68 Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa

Model

Collinearity Statistiks Tolerance VIF 1 (Constant)

ROA .897 1.115

DAR .916 1.092

EVA .500 2.001

ROA*DPR .337 2.971

DAR*DPR .123 8.156

EVA*DPR .228 4.377

a. Dependent Variable: Harga Saham (Y) Sumber: Hasil Olah Data SPSS

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan hasil dari uji multikolinearitas dengan nilai tolerance >0,10 dan nilai VIF <10. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini antar variabel independen tidak memiliki korelasi sehingga data penelitian yang digunakan dapat dikatakan baik dan layak.

c. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas merupakan metode untuk menguji apakah ada ketidaksamaan dalam satu model dari satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2018:138). Hasil uji heteroskedasitas dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.

69 Tabel 4.5

Hasil Uji Heteroskedasitas dengan Glejser Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2111.889 389.026 5.429 .000

ROA 1.348 2.161 .092 .624 .536

DAR -5.891 4.477 -.193 -1.316 .195

EVA -4.954E-5 .004 -.003 -.014 .989 ROA*DPR -41.133 34.927 -.284 -1.178 .245 DAR*DPR 40.402 26.160 .618 1.544 .130 EVA*DPR .006 .005 .346 1.179 .245 a. Dependent Variable: AbsRes

Sumber: Hasil Olah Data SPSS 25

Pada tabel 4.5 merupakan hasil heteroskedasitas dengan uji Glejser menunjukkan bahwa seluruh variabel terhadap absolut residual memiliki nilai signifikan diatas 0,05. Dengan hasil diatas 0,05 memberikan indikasi bahwa pada penelitian ini memiliki kesamaan varians atau penelitian ini sudah homoskedasitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak bersifat heteroskedasitas.

Untuk lebih meyakinkan maka dapat di uji dengan menggunakan Scatterplot. Hasil dari uji scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.3, sebagai berikut.

70 Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedasitas dengan Scatterplot.

Sumber: Hasil Olah Data SPSS 25

Berdasarkan gambar 4.3 menunjukkan bahwa hasil uji heteroskedasitas dengan uji scatterplot dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar dibawah dan diatas 0 serta tidak terdapat pola yang jelas pada gambar, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi heteroskedasitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan metode untuk melihat apakah ada kesalahan residu untuk periode tertentu dengan periode sebelumnya.

Untuk menguji autokorelasi, pada penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.

71 Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), EVA*DPR, ROA, ROA*DPR, DAR, EVA, DAR*DPR

b. Dependent Variable: Harga Saham (Y)

0 dL dU 4-dU 4-dL 1.2906 1.8220 1.8340 2.1780 2.7094

Nilai DW Sumber: Hasil Olah Data SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.6 hasil dari uji DW sebesar 1.8340. Nilai tersebut lebih besar dari dU dan lebih kecil dari 4-dU. Nilai dU pada penelitian ini sebesar 1.8220 dan nilai dari 4-dU sebesar 2.178 (4-1.8220) atau sama dengan 18.220 < 1.8340 < 2.1780. Nilai DW terletak diantara dU dan 4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa sampel data tidak mengandung autokorelasi.

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui kebenaran bahwa ROA, DAR dan EVA memiliki pengaruh terhadap harga saham

72 dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara berikut ini.

a. Hasil Uji Regresi Berganda

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda untuk mengetahui adanya variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji koefisien determinasi, uji simultan (uji-F) dan uji parsial (uji-T).

1) Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted – R Square)

Uji koefisien determinasi (R2) bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi (R2) ditampilkan pada tabel 4.7 dibawah ini.

Tabel 4.7

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .807a .652 .603 2721.63681

a. Predictors: (Constant), EVA*DPR, ROA, ROA*DPR, DAR, EVA, DAR*DPR

Sumber: Hasil Olah Data SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.7, hasil dari uji koefisien determinasi (R2) nilai dari Adjusted R2 yang diperoleh sebesar 0.603. Dengan nilai sebesar 0.603 menandakan bahwa harga saham pada

73 perusahaan makanan dan minuman yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 60.3% dapat dijelaskan melalui variabel ROA, DAR dan EVA dan sisanya sebesar 39.7% dapat dijelaskan oleh variabel lain seperti Debt to Total Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Market Value Added (MVA) (Utami dan Arif, 2019) dan Net Profit Margin (NPM) (Permatasari dan Fitria, 2020).

2) Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji simultan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama dari variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil dari uji signifikan simultan (Uji F) terlihat pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 596686676.814 6 99447779.469 13.426 .000b Residual 318514198.006 43 7407306.930

Total 915200874.820 49 a. Dependent Variable: Harga Saham (Y)

b. Predictors: (Constant), X3Z, ROA (X1), X1Z, DAR (X2), EVA (X3), X2Z

Sumber: Hasil Olah Data SPSS 25

Berdasarkan dari hasil tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 13,426 yang lebih besar dari F tabel yaitu 2,318.

74 Nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,005. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat pengaruh secara simultan dari ROA, DAR dan EVA terhadap harga saham dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.

3) Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)

Uji parameter individual digunakan untuk membuktikan signifikansinya terhadap pengaruh variabel independen secara individu dalam menjelaskan variabel dependen.

Tabel 4.9

Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Coefficientsa

a. Dependent Variable: Harga Saham (Y) Sumber: Hasil Olah Data SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.9 maka dapat disimpulkan dengan persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = 3993,740 + 6,970 X1 – 7,254 X2 + 0,007 X3 + 888,740

75 Hasil dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari variabel independen ROA sebesar 0,221, variabel DAR sebesar 0,543 dan variabel EVA sebesar 0.306. dari ketiga variabel tersebut melebihi angka siginifikansi parameter uji t yaitu sebesar 0,05. Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa variabel ROA, DAR dan EVA tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham.

b. Analisis Regresi Moderate

Metode analisis uji regresi moderate (MRA) untuk mengetahui adanya pengaruh variabel moderasi. Hasil dari uji MRA ditampilkan pada tabel 4.10 berikut ini.

Tabel 4.10

Hasil Uji Moderate Regression Analysis (MRA) Coefficientsa a. Dependent Variable: Harga Saham (Y)

Sumber: Hasil Olah Data SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.10 hasil dari uji MRA yang dilakukan pada penelitian ini terhadap variabel kebijakan dividen menunjukkan tingkat signifikansi yang dibawah 0,05. Hasil uji MRA untuk setiap variabel

76 sebesar 0,008 ; 0,006 dan 0,011. Hal ini menunjukkan bahwa variabel moderasi kebijakan dividen dapat memperkuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

C. Analisa dan Pembahasan

Variabel dapat dikatakan berpengaruh jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan t tatistik lebih besar dari t table (2,017). Hasil dari masing-masing uji dapat diketahui sebagai berikut.

1) Variabel ROA memiliki nilai t hitung 1,240 dan signifikansi 0,221 sehingga nilai t statistik lebih kecil dari t table dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian H1 ditolak, dengan kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh secara parsial yang signifikan dari variabel ROA terhadap harga saham.

2) Variabel DAR memiliki nilai t hitung -0,613 dan signifikansi 0,543 sehingga nilai t statistik lebih kecil dari t table dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian H2 ditolak, dengan kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh secara parsial yang signifikan dari variabel DAR terhadap harga saham.

3) Variabel EVA memiliki nilai t hitung 1,036dan signifikansi 0,306 sehingga nilai t statistik lebih kecil dari t table dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian H3 ditolak, dengan kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh secara parsial yang signifikan dari variabel EVA terhadap harga saham.

77 4) Variabel moderasi kebijakan dividen dengan ROA memiliki nilai t hitung 2,772 dan signifikansi 0,008 sehingga nilai t statistik lebih besar dari t table nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian H4 diterima, dengan kesimpulan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh dalam memoderasi variabel ROA terhadap harga saham. Nilai koefisien yaitu 162,485 yang mengartikan adanya moderasi positif.

5) Variabel moderasi kebijakan dividen dengan DAR memiliki nilai t hitung 2,875 dan signifikansi 0,006 sehingga nilai t statistik lebih besar dari t table nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. H5 diterima, dengan kesimpulan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh dalam memoderasi variabel DAR terhadap harga saham. Nilai koefisien yaitu 108,620 yang mengartikan adanya moderasi positif.

6) Variabel moderasi kebijakan dividen dengan EVA memiliki nilai t hitung 2,645 dan signifikansi 0,011 sehingga nilai t statistik lebih besar dari t table nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian H6 diterima, dengan kesimpulan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh dalam memoderasi variabel EVA terhadap harga saham. Nilai koefisien yaitu 0,019 yang mengartikan adanya moderasi positif.

78 D. Analisa Hasil Uji Hipotesis

1. Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 4.9 bahwa variabel X1 yaitu Return On Asset (ROA) memiliki nilai t hitung 1,240 dan signifikansi 0,221 sehingga nilai t statistik lebih kecil dari t table dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hasil uji regresi tersebut menandakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan variabel ROA terhadap harga saham, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak mendukung hipotesis pertama (H1).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian milik (Irawati Junaeni, 2017), (Pratiwi et al., 2018) dan (Simanjuntak, 2021). Pada keempat peneliti tersebut menganggap bahwa ROA belum dapat dijadikan sebagai sinyal dalam pegambilan keputusan berinvestasi dikarenakan ada variabel lain yang harus diperhatikan sehingga ROA bukan salah satu faktornya saja. Akan tetapi hasil ini tidak sejalan dengan penelitian dari (Handayati & Zulyanti, 2018) dan (Yuliana &

Hastuti, 2020) yang menyatakan bahwa ROA yang tinggi membuktikan perusahaan sangat baik sehingga banyak yang berinvestasi dan berpengaruh terhadap harga saham.

Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Return On Asset (ROA) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI belum mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap harga saham.

79 Dalam penelitian ini, bertentangan dengan signalling theory dan agency theory yang memberikan kontribusi bagaimana perusahaan mencegah terjadinya asimetri informasi dengan memberikan kelengkapan informasi perusahaan untuk digunakan sebagai pengambilan keputusan investor dalam membeli saham (Sahari &

Suartana, 2020). Informasi dapat digunakan untuk menghitung nilai ROA perusahaan. Nilai ROA yang positif atau negatif dapat berguna untuk menunjukkan keuntungan pada perusahaan dari penilaian aset perusahaan. Dalam penelitian ini, ada ketidaksesuaian antara hasil dengan teori.

Ketidaksesuaian antara hasil penelitian dengan teori tersebut karena investor yakin bahwa ada faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham selain nilai ROA yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan saat berinvestasi (Simanjuntak, 2021). Sehingga dengan alasan tersebut sinyal yang diberikan perusahaan belum diterima sepenuhnya oleh investor sehingga variabel ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham.

2. Pengaruh Debt To Total Asset Ratio (DAR) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 4.9 variabel X2 Debt To Total Asset Ratio(DAR) memiliki nilai t hitung -0,613 dan signifikansi 0,543 sehingga nilai t statistik lebih kecil dari t table dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hasil uji regresi tersebut

80 menandakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan variabel DAR terhadap harga saham, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak mendukung hipotesis kedua (H2).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian milik (Murti &

Kharisma, 2020), (Susanti et al., 2020) dan (Hamdan et al., 2021) yang membuktikan bahwa DAR tidak memiliki pengaruh pada harga saham dalam proses pengambilan keputusan investasi. Variabel DAR membuat investor beranggapan bahwa dalam penurunan dan kenaikan harga saham ditentukan faktor lain yang mengakibatkan keputusan pembelian saham tidak dilihat dari variabel DAR saja. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian milik (Supriyadi dan Sunarmi, 2018), (Wildan et al., 2020) dan (Inayah & Kaniarti, 2021) yang menyatakan bahwa DAR memiliki pengaruh terhadap harga saham. Investor beranggapan bahwa dengan melihat nilai ini berarti menunjukkan adanya kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya yang tercermin dalam kinerja perusahaan.

Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Debt To Asset Ratio (DAR) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI belum mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap harga saham. Nilai DAR yang tinggi mengharuskan perusahaan untuk terus meningkatkan operasionalnya sehingga kinerja akan terus meningkat (Susanti et al., 2020). Investor beranggapan

81 bahwa semakin tinggi nilai DAR maka harga saham cenderung rendah. Hal ini yang mengakibatkan investor belum memperhatikan sepenuhnya nilai DAR sebagai analisis dalam berinvestasi (Tannia &

Suharti, 2020).

Dalam pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini bertolak belakang dengan signalling theory dan agency theory karena dalam melakukan investasi, tindakan investor belum dapat mendasari dalam pengambilan keputusan dan perusahaan pun belum memberikan gambaran dan informasi untuk prospek kedepannya (Permatasari, 2020). Padahal, informasi laporan keuangan yang diberikan oleh perusahaan sangat penting untuk pihak eksternal, tetapi jika investor belum bisa mengambil keputusan menandakan bahwa sinyal yang ada diantara perusahaan dengan investor gagal.

3. Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 4.9 bahwa variabel X3 yaitu Eonomic Value Added (EVA) memiliki nilai t hitung 1,036 dan signifikansi 0,306 sehingga nilai t statistik lebih kecil dari t table dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hasil uji regresi tersebut menandakan bahwa tidak adanya pengaruh variabel EVA terhadap harga saham, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak mendukung hipotesis ketiga (H3).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian milik (Rosmawati, 2018), (Seventeen & Shinta, 2021) dan (Noviyanti, 2021) dengan

82 asumsi bahwa EVA tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham dikarenakan investor belum mempertimbangkan nilai EVA secara utuh dalam menganalisis keadaan perusahaan dalam proses pengambilan keputusan investasi. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian milik (Kemala, 2017), (Tantri & Yusbardini, 2021) dan (Supriatini & Sulindawati, 2021) yang menyatakan bahwa EVA memiliki pengaruh positif terhadap harga saham karena dengan nilai EVA yang tinggi dapat menyejahterakan investor dan memudahkan investor menganalisis saham apa yang dibeli.

Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI belum mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap harga saham

Tidak berpengaruhnya EVA terhadap harga saham dikarenakan nilai EVA tidak tercantum dalam laporan keuangan perusahaan yang di publikasikan. Perhitungan EVA yang sulit dan sangat amat rumit membuat investor tidak terlalu mempertimbangkan nilai EVA saat berinvestasi sehingga dari pihak manajemen perusahaan belum memberikan informasi mengenai nilai EVA yang langsung untuk bisa dianalisis oleh investor (Rosmawati, 2018). Maka dari itu, untuk pengaruh EVA terhadap harga saham bertolak belakang dengan signalling theory dan agency theory karena belum memberikan sinyal dan informasi akuntansi yang akurat untuk pertimbangan investasi .

83 4. Pengaruh Kebijakan Dividen Dalam Memoderasi Retutn On Asset

(ROA) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil uji hipotesis keempat pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa kebijakan dividen dalam memoderasi hubungan antara Return On Asset (ROA) terhadap harga saham memiliki nilai t hitung 2,772 dan signifikansi 0,008 sehingga nilai t statistik lebih besar dari t table dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil uji dari analisis regresi moderasi menunjukkan bahwa kebijakan dividen mampu memoderasi hubungan antara ROA dengan harga saham, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada penelitian mendukung hipotesis keempat (H4).

Kebijakan dividen dalam penelitian ini dapat memperkuat antara hubungan ROA dengan harga saham. Perusahaan yang menghasilkan kebijakan dividen tinggi maka dapat menghasilkan ROA yang tinggi pula (Meidawati et al., 2020). Kebijakan dividen yang diberikan kepada investor akan bergantung pada jumlah keuntungan perusahaan yang diperoleh.

Keuntungan yang diperoleh perusahaan, dalam penelitian ini menggunakan ROA akan terlihat dari seberapa efisiennya perusahaan dalam mengelola aset (Irawati Junaeni, 2017). Dengan nilai ROA yang tinggi berarti perusahan telah memberikan keuntungan dan akan berdampak pada kebijakan dividen yang akan diberikan kepada investor sehingga berpotensi untuk menarik perhatian investor agar

84 menanamkan modalnya dalam perusahaan (Krisardiyansah &

Amanah, 2020). Kebijakan dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai ROA dan akan dijadikan informasi oleh investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan sehingga minat investor akan meningkat dan dapat mempengaruhi harga saham (Meidawati et al., 2020). Hasil ini sejalan dengan penelitian milik (Mutiara &

Ngatno, 2016) dan (Windyasari & Widyawati, 2017) yang menyatakan bahwa dengan adanya kebijakan dividen dapat memperkuat hubungan antara ROA dengan harga saham, tetapi bertolak belakang dengan penelitian milik (Egam et al., 2017) dan (Hantono et al., 2019).

Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen mampu memoderasi hubungan antara ROA dengan harga saham pada perusahaan makanan dan minuman di BEI dan penelitian ini terbukti.

Hasil ini sesuai dengan signalling theory dan agency theory yang menyatakan bahwa bila perusahaan memberikan informasi yang lengkap maka, investor dapat menganalisis laporan keuangan perusahaan dengan mudah dan informasi yang didapatkan bersifat menyeluruh mengenai kinerja perusahaan. Dalam melakukan analisis ini dibutuhkan informasi yang terkait dengan perhitungan nilali ROA dan juga kebijakan dividen yang dibagikan perusahaan untuk membuktikan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat

85 akan mempengaruhi harga saham dengan tingkat kepercayaan dan keyakinan investor untuk menanamkan modal (Handayani et al., 2021). Tingkat keyakinan investor dapat terlihat dari jumlah dividen yang diberikan kepada pemegang saham.

Kebijakan dividen merupakan pendapatan yang diharapkan oleh setiap investor. Apabila dividen yang diberikan perusahaan tinggi, maka investor memiliki ketertarikan untuk berinvestasi. Tingginya

Kebijakan dividen merupakan pendapatan yang diharapkan oleh setiap investor. Apabila dividen yang diberikan perusahaan tinggi, maka investor memiliki ketertarikan untuk berinvestasi. Tingginya

Dalam dokumen PENGARUH RETURN ON ASSET (Halaman 78-0)

Dokumen terkait