BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
5. Return On Asset (ROA)
Salah satu indikator untuk menghitung keuntungan dalam operasional perusahaan adalah dengan menghitung Return On Asset (ROA). Menurut Irawati Junaeni (2017) ROA adalah rasio yang digunakan perusahaan untuk mengukur seberapa besar kemampuannya dalam menghasilkan keuntungan dari total aset yang dimiliki perusahaan setelah dihitung biaya-biaya yang berkaitan dengan perolehan aset tersebut.
24 Return On Asset (ROA) sebagai indikator keuangan yang menggambarkan keuntungan dari aset yang dimiliki juga digunakan sebagai rasio untuk tingkat pengembalian investasi dari hasil pengelolaan seluruh total aset tersebut. Nilai ROA yang dihasilkan perusahaan akan mempengaruhi minat investor untuk investasi. Bila ROA yang dihasilkan perusahaan tinggi, maka keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan tinggi begitu juga sebaliknya bila ROA yang dihasilkan rendah, maka keuntungan yang dihasilkan perusahaan rendah pula (Arnova, 2016).
Rasio ROA digunakan untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan dan efisiensi perusahaan dalam mengelola aset. Perusahaan yang sudah efisien dapat menghasilkan laba bersih yang tinggi dari penggunaan aset perusahaan. Untuk menghasilkan laba yang tinggi ada faktor- faktor yang mempengaruhinya. ROA mempunyai faktor-faktor yang sangat berhubungan dengan penjualan.
Menurut Munawir dalam Kamal, (2016) ada dua faktor yang mempengaruhi ROA, yaitu:
a. Turnover dari operating asset, seberapa jauh aktiva digunakan dalam operasional perusahaan.
b. Profit margin, keuntungan yang dihitung dari jumlah penjualan perusahaan.
Setiap perhitungan rasio pasti memiliki keunggulan dan juga kelemahan dalam perhitungannya. Menurut Arnova (2016), keunggulan dari perhitungan ROA yaitu:
25 a. Pengukurannya bersifat menyeluruh yang pada laporan keuangannya
bisa tercermin dari rasio ROA.
b. Mudah dihitung, dipahami dan bernilai mutlak.
c. Dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang memiliki unit usaha.
Selain keunggulan tersebut, ROA juga memiliki kelemahan.
Kelemahan ROA yang dikemukakan oleh Lisa dalam Arnova (2016) adalah:
a. Pengukuran ROA membuat manajer divisi sering melewatkan project yang menurunkan divisional ROA meski Projectnya dapat memberikan keuntugan secara keseluruhan.
b. Manajemen fokus pada jangka pendek bukan jangka panjang.
c. Sebuah project dalam ROA meningkatkan tujuan jangka pendek tetapi belum tentu menguntungkan untuk jangka panjang sehingga mempengaruhi tenaga penjualan, pengurangan pemasaran dan penggunaan bahan baku.
6. Debt to Total Assets Ratio (DAR)
Debt to Total Assets Tatio (DAR) merupakan rasio perhitungan untuk mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiyai oleh utang (Siburian & Nurlatifah, 2021). Rasio DAR memiliki peranan yang penting bagi perusahaan melalui presentase aktiva perusahaan dengan dukungan pendanaan daru utang (Febrianti & Suartini, 2021). Apabila perusahaan memiliki rasio DAR yang tinggi, maka menunjukkan bahwa sebagian besar aktiva yang dimiliki perusahaan berasal dari utang. Rasio DAR dapat
26 diukur dengan membandingkan total aktiva yang dimiliki perusahaan dengan total utang perusahaan baik utang jangka pendek ataupun jangka panjangnya (Andhani, 2019).
Perusahaan yang nilai utangnya lebih besar dari modal yang dimiliki saat membiayai operasional perusahaan terlihat bahwa kondisi perusahaan tidak baik (Febrianti & Suartini, 2021). Pada dasarnya, banyaknya utang perusahaan yang dijadikan sebagai pendanaan utama dalam proses operasionalnya sangat meningkatkan risiko bagi keuangan perusahaan (Nauli et al., 2021). Perusahaan dapat mengurangi tingkat risiko dengan pengelolaan dana yang produktif baik untuk investasi ataupun penggunaan operasional perusahaan yang memiliki pengaruh positif bagi profitabilitas perusahaan sehingga dapat memperbaiki kinerja keuangan perusahaan yang dapat memberikan dampak positif pula pada investor.
Menurut Andhani (2019) Kinerja perusahaan dapat diperhitungakan dari persentase DAR yang apabila nilai DAR kurang dari 100%, maka perusahaan masih dikatakan baik sedangkan nilai DAR lebih dari 100%
perusahaan dikatakan tidak baik. Nilai DAR yang kurang dari 100%
menunjukkan bahwa utang perusahaan lebih kecil dari aktivanya yang berarti perusahaan masih mampu menjaga kinerjanya. Nilai DAR yang lebih dari 100% menunjukkan bahwa utang lebih besar dari aktiva perusahaan yang berarti bahwa pengelolaan dananya meningkatkan pengembalian bunga ataupun denda dalam pembayarannya. Dengan persentase DAR ini membuat penilaian bagi investor saat ingin
27 menanamkan modal pada perusahaan, karena dengan analisis DAR investor mengetahui seberapa produktif perusahaan dalam mengelola utang yang bisa memiliki prospek keuntungan dimasa mendatang.
Semakin banyak utang perusahaan maka dapat mengurangi profitabilitas perusahaan yang menyebabkan permintaan investor terhadap saham berkurang sehingga menyebabkan harga saham menurun (Tannia &
Suharti, 2020).
Menurut Kasmir (2012:154) memperhitungan Debt To Total Asset Ratio (DAR) memiliki manfaat yaitu:
a. Menganalisis kewajiban yang harus dibayarkan perusahaan pada kreditor.
b. Menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiiban.
c. Menganalisis keseimbangan antara aktiva dan modal.
7. Economic Value Added(EVA)
Metode EVA pertama kali diperkenalkan oleh Stern Steward Management Service (perusahaan konsultan) pada tahun 1991. Model EVA menawarkan parameter yang cukup objektif karena bermula dari konsep biaya modal (cost of capital), yakni mengurangi laba dengan beban biaya modal, dimana beban biaya modal ini mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Beban biaya modal ini juga mencerminkan tingkat kompensasi yang diharapkan investor atas sejumlah investasi yang ditanamkan di perusahaan. Konsep dasar EVA adalah metode ini melakukan estimasi atas nilai tambah (value creation) yang diciptakan
28 oleh perusahaan yang melebihi tingkat pengembalian yang dibutuhkan atau diharapkan oleh kreditur dan investor ekuitas perusahaan (Irawan &
Manurung, 2020).
Economic Value Added (EVA) adalah salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan. EVA merupakan indikator tentang adanya penambahan nilai dari satu investasi. EVA yang positif menunjukan bahwa manajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan memaksimumkan nilai perusahaan. Analisis EVA merupakan salah satu analisis yang tepat untuk digunakan agar peneliti juga mengetahui apakah perusahaan dapat memberikan nilai tambah dari kinerja keuangan perusahaan kepada investor di periode tahun yang sudah ditentukan (Mahagiyani &
Herdiyana, 2019).
Economic Value Added (EVA) merupakan sebuah ukuran laba ekonomis yang dapat ditentukan dari selisih antara laba bersih operasional setelah pajak (Net Operating Profit After Tax) dengan biaya modal. Biaya modal ini ditentukan melalui biaya rata-rata tertimbang dari hutang dan ekuitas (Weighted Average Cost of Debt and Equity Capital- WACC) dan jumlah dari modal yang digunakan. EVA mencerminkan residual income yang tersisa setelah semua biaya modal, termasuk modal saham, telah dikurangkan. Sedangkan laba akuntansi dihitung tanpa mengurangkan biaya modal (Firdausia, 2019).
29 Menurut Supriyanto dan Lestari (2015) EVA memiliki komponen-komponen yang dapat menunjang diperolehnya perhitungan Economic Value Added (EVA) yaitu sebagai berikut:
a. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi yang berjalan.
Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) dapat dirumuskan sebagai berikut:
NOPAT = Laba operasi + Penghasilan bunga – Pajak penghasilan – Pembebasan pajak atas bunga Atau
NOPAT = Laba (Rugi) usaha - Pajak b. Biaya Modal
Biaya Modal (Cost of Capital) merupakan tingkat pengembalian minimum yang harus diperoleh perusahaan dari modal yang diinvestasikan (invested capital). Young dan O’byrne (2010) berpendapat bahwa biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan dengan rata-rata tertimbang dari biaya modal (WACC). Biaya modal dapat dirumuskan sebagai berikut Biaya Modal = Rata-rata tertimbang dari biaya modal (WACC) x
Modal yang diinvestasikan (Invested Capital)
Dari adanya komponen-komponen EVA sehingga menghasilkan sebuah rumus akan menghasilkan sebuah angka dan dapat dinyatakan
30 sebagai penilaian. Menurut Fernandus & Widjaja (2019) kriteria penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Jika EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah ekonomis pada perusahaan.
b. Jika EVA = 0, menunjukkan posisi impas atau Break Even Point.
c. Jika EVA < 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis pada perusahaan.
8. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan hasil dari kegiatan perusahaan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan berdasarkan efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola usaha dan mengelola pembiayaan (Simatupang & Sudjiman, 2019). Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan dari usahanya maka perusahaan akan menentukan besaran keuntungan tersebut yang dialokasikan untuk para investornya sebagai pendapatan.
Pembagian pendapatan oleh perusahaan sangat erat kaitannya dengan kebijakan perusahaan. Perusahaan akan memberikan kebijakan dengan membagi keuntungan tersebut kepada investor ataupun digunakan dalam perusahaan sebagai laba ditahannya perusahaan (Husein &
Kharisma, 2020).
Kebijakan dividen dapat diketahui dari perhitungan rasio Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend Payout Ratio akan menentukan seberapa
31 besar keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan pada akhir periode yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Dengan adanya perhitungan ratio tersebut maka perusahaan bisa memperhitungkan pembagian dividennya. Jumlah hasil perhitungan dividen yang dibagikan kepada investor akan memberikan reaksi terhadap harga saham. Apabila dividen yang dibagikan besar maka akan memberikan sinyal kepada investor untuk terus menanamkan modalnya pada perusahaan sehingga terjadi permintaan yang berlebihan dan akhirnya harga saham bereaksi meningkat (Simatupang & Sudjiman, 2019).
Dalam perhitungan Dividend Payout Ratio (DPR) memiliki faktor-faktor yang akan mempengaruhinya. Menurut Meidawati et al., (2020) ada tiga faktor yang mempengaruhi DPR, yaitu:
a. Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Likuiditas menggambarkan keadaan kas dan aset yang dimiliki perusahan dengan kewajibannya pada perusahaan . Dividen erat kaitannya dengan likuiditas karena dividen sebagai kewajiban perusahaan yang harus dibayarkan perusahaan dan akan mempengaruhi posisi kas perusahaan sebagai uang keluar.
Semakin likuiditas perusahaan tinggi maka perusahaan akan membayarkan dividen kepada investornya tinggi.
b. Profitabilitas
32 Profitabilitas dapat diartikan sebagai efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola aset ataupun investasi perusahaan.
Semakin efektif dan efisien perusahaan dalam mengelola usaha, maka akan memberikan laba yang besar sehingga akan memberikan jumlah dividen yang besar untuk investornya begitu juga sebaliknya jika perusahan tidak efektif dan efisien dalam mengelola usaha maka menimbulkan laba yang kecil atau bahkan mendapatkan kerugian sehingga berpengaruh terhadap perhitungan dividen yang diberikan kepada investor.
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan sangat mempengaruhi investor dalam berinvestasi. Menurut para investor ukuran perusahaan sangat mempengaruhi dalam keputusan investasinya. Perusahaan yang terbilang besar, maka akan mendapatkan kepercayaan dari investor untuk pembagian dividennya karena akan mudah dalam mendapatkan pendanaan secara internal. Dengan ukuran perusahaan yang besar maka investor yakin bahwa perusahaan akan memberikan dividen yang besar.
Untuk ukuran perusahaan yang masih kecil sulit untuk dipercaya oleh investor, sebab investor berpikir bahwa perusahaan yang kecil akan sulit mendapatkan pendanaan secara internal sehingga akan memberikan dividen yang kecil pula.
33 9. Harga Saham
Menurut Permatasari & Fitria (2020) saham merupakan selembar kertas atas pernyataan kepemilikan seseorang dalam perusahaan. Saham terbagi menjadi dua yaitu saham biasa (common stock) dimana pemegang saham mewakili kepemilikan pada perusahaan sebesar modal yang sudah ditanamkan dan saham preferen (prefered stock) dimana pemegang saham ini memiliki hak suara yang lebih dan hak pendahuluan atas dividen dibandingkan spemegang saham biasa. Kepemilikan saham akan mendapatkan hasil imbal balik atas keuntungan yang dimiliki perusahaan.
Tingkat keuntungan tersebut dapat terbagi menjadi dua, yaitu : a. Capital gain/loss
Capital gain dihitung dari selisih harga investasi saat ini dengan harga investasi sebelumnya. Apabila harga saat ini lebih tinggi maka akan mendapatkan keuntungan (Capital gain) sedangkan apabila harga saat ini lebih kecil dibandingkan harga sebelumnya maka akan mendapatkan kerugian (Capital loss).
b. Dividen
Dividen merupakan nilai total pendapatan bersih dari perusahaan yang sudah dikurangi dengan laba ditahan. Dividen ini yang dibagikan kepada pemegang saham.
Harga saham merupakan satuan perubahan kelipatan saham yang telah ditetapkan. Pembentukan harga saham ini sesuai dengan adanya permintaan dan juga penawaran atas suatu saham perusahaan. Kondisi
34 permintaan dan penawaran karena adanya faktor kinerja perusahaan yang terbilang baik, sektor industri perusahaan, keadaan ekonomi, sosial dan politik negara dalam keadaan aman terkendali (Nurasila et al., 2020).
Harga saham juga dikemukakan oleh Firmansyah (2019) adalah harga penutupan setiap lembar saham yang dipantau oleh investor untuk memaksimalkan kekayaan diwaktu mendatang. Penyertaannya dalam bentuk selembar kertas yang dapat mencatumkan nama pemilik serta nama perusahaan yang telah menerbitkan. Perusahaan akan menerbitkan saham ketika membutuhkan permodalan. Untuk mendapatkan modal tersebut, perusahaan harus mencerminkan keadaan yang baik agar menarik perhatian investor.
Harga saham akan mencerminkan keadaan dari perusahaan tersebut.
Jika perusahaannya memiliki pencapaiannya bagus maka akan diminati banyak investor. Pencapaian perusahaan yang baik dapat dilihat dari laporan keuangan sehingga perusahaan berkewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan untuk dijadikan sebagai bahan pengambilan keputusan berinvestasi. Pada saat berinvestasi, biasanya investor akan melihat harga saham perusahaan. Jika dirasa harganya seimbang dengan pencapaian perusahaan maka investor akan dengan yakin untuk berinvestasi. Menurut Widoatmojo dalam Muhibah, (2020) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Harga nominal, harga yang diberikan oleh emiten untuk setiap lembar sahamnya dan tercantum pada sertifikat saham.
35 b. Harga perdana, harga yang tertera pada saat awal saham tersebut
masuk kedalam dan tercatat di bursa efek.
c. Harga pasar, harga yang diberikan dari satu investor ke investor lainnya. Biasanya harga yang sudah terjadi pada waktu tutup pasar modal maka disebut dengan harga penutupan (Closing Price).
Penentuan harga saham dapat dilakukan dengan cara pendekatan penilaian harga saham sebelum investor menanamkan modal pada perusahaan. Pendekatan penilaian harga saham berguna untuk analisa dalam menentukan tingkat keuntungan yang menarik untuk investor. Ada dua teknik yang digunakan dalam menganalisis saham agar harganya dapat sesuai dengan keadaan perusahaan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal (Ulya & Rachmawati, 2019).
Analisis fundamental mengestimasi harga saham dari variabel-variabel yang berhubungan dengan faktor-faktor yang menpengaruhi harga saham sedangkan analisis teknikal mengestimasi harga saham dari adanya perubahan harga saham diwaktu lampau. Kedua analisis tersebut dalam proses penilaian harga sahamnya akan melakukan analisis yang berbeda-beda dengan proses analisisnya.
36 B. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga saaham. Berikut ini adalah tabel penelitian terdahulu.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Judul Penulis (Tahun) Hasil Persamaan Perbedaan
1. Pengaruh Debt To Asset
37
No. Judul Penulis (Tahun) Hasil Persamaan Perbedaan
adalah harga saham. variabel moderasi.
3. Pengaruh Profitabilitas
38
No. Judul Penulis (Tahun) Hasil Persamaan Perbedaan
Indonesia Tahun
39
No. Judul Penulis (Tahun) Hasil Persamaan Perbedaan
(BEI). ROE dan NPM
40
No. Judul Penulis (Tahun) Hasil Persamaan Perbedaan
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food and Beverage.
Dana (2016).
E-Jurnal Manajemen.
harga saham
sedangkan MVA dan Likuiditas
berpengaruh terhadap harga saham.
EVA dan variabel dependen yang digunakan harga saham.
DAR serta Kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
41 C. Kerangka Pemikiran
Dalam menulis penelitian ini, peneliti menggunakan kerangka pemikiran yang digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis fundamental dan
Investor hanya mengandalkan informasi pasar tanpa melihat bagaimana keadaan perusahaan yang sebenarnya. Tidak pekanya investor terhadap analisis
keuangan dan kebijakan perusahaan membuat investor mengabaikan analasis fundamental dan teknikal dalam membeli saham sehingga banyak
yang mengalami kerugian.
GAP
“Pengaruh Return On Asset (ROA) , Debt To Total Asset Ratio (DAR) and Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi
Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2016-2020
Grand Theory : Signalling Theory dan Agency Theory
Return On Asset (ROA)
Economic Value Added(EVA)
Debt To Total Asset Ratio (DAR) Harga
Saham
Kebijakan Dividen
Metode Analisis: Analisis Regresi Moderate
Kesimpulan dan Saran
Variabel Independen Variabel Dependen
42 D. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis
1. Pengaruh Return On Asset (ROA) dengan harga saham
Return On Asset (ROA) merupakan cerminan dari total aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan sehingga mampu menghasilkan laba/rugi untuk perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan ROA positif akan memberikan laba untuk perusahaan begitu juga sebaliknya jika ROA yang dihasilkan adalah negatif maka perusahaan akan memberikan rugi (Sambelay et al., 2017). Nilai ROA yang positif menandakan bahwa perusahaan sudah efisien dalam mengelola aktivanya sehingga akan meningkatkan minat investor dalam berinvestasi dan nantinya akan mempengaruhi harga saham.
Adanya pengaruh antara ROA dengan harga saham sesuai dengan hasil penelitian dari (Sambelay et al., 2017), (Taufiq & Handayani, 2018) dan (Wulandari & Badjra, 2019) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh terhadap harga saham, tetapi penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian dari (Irawati Junaeni, 2017), (Wulandari, Rizky., &
Paramita, 2018) dan (Sahari & Suartana, 2020) yang menyatakan bahwa ROA tidak mempengaruhi harga saham. Dari uraian diatas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.
H1 : Return On Asset (ROA) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham.
43 2. Pengaruh Debt To Total Asset Ratio (DAR) dengan harga saham
Debt to Total Assets Ratio (DAR) merupakan rasio perhitungan untuk mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiyai oleh utang (Siburian & Nurlatifah, 2021). Rasio DAR menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada pihak lain (kreditor).
Bila rasio DAR perusahaan tinggi, maka dapat dikatakan berisiko. Utang yang tinggi akan memberikan profitabilitas yang sedikit pada perusahaan sehingga akan berdampak pada kinerja perusahaan yang terus menurun (Murti1 & Kharisma, 2020). Turunnya kinerja perusahaan akan mempengruhi minat investor dalam membeli saham perusahaan sehingga utang yang tinggi diyakini dapat menurunkan harga saham (Susanti et al., 2020).
Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya nilai DAR akan mempengaruhi minat investor dalam membeli saham perusahaan yang akan mempengaruhi harga sahamnya. Hal ini sesuai dengan penelitian (Susanti et al., 2020) dan (Baqizzarqoni & Bati, 2020) yang mengemukakan bahwa DAR berpengaruh terhadap harga saham tetapi bertolak belakang dengan hasil penelitian dari (Murti & Kharisma, 2020) dan (Permatasari & Fitria, 2020) yang mengemukakan bahwa DAR tidak berpengaruh terhadap harga saham. Dari uraian diatas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.
H2 : Debt To Total Asset Ratio (DAR) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham.
44 3. Pengaruh Economic Value Added (EVA) dengan harga saham
Economic Value Added (EVA) merupakan pengukuran yang mencerminkan penilaian kinerja perusahaan yang sangat berguna untuk menilai kinerja operasional perusahaan dengan pertimbangan tingkat pengembalian untuk investor (P.S.R & Dana, 2016). Nilai EVA bagi investor diyakini dapat menciptakan nilai tambah dan menyejahterakan para pemegang saham apabila perusahaan mampu memenuhi biaya operasi dan biaya modal (Purnomo & Delimah, 2019) . Sehingga diyakini bahwa EVA dapat berpengaruh terhadap harga saham sesuai dengan hasil penelitian dari (Purnomo & Delimah, 2019) dan (Rohmatillah, 2020) tetapi bertolak belakang dengan penelitian (Irawati Junaeni, 2017) dan (Nurmalia
& Paramita, 2020).
Nilai EVA yang positif dan melebihi nol dapat meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya yang mengakibatkan permintaan akan terus bertambah sehingga akan mempengaruhi harga saham. Begitu pula sebaliknya jika nilai EVA negatif maka akan menurunkan minat investor untuk menanamkan modalnya sehingga mengakibatkan penurunan permintaan yang akan mempengaruhi harga saham yang turun pula. Dari uraian diatas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.
H3 : Economic Value Added(EVA) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham.
45 4. Pengaruh kebijakan dividen dalam memoderasi Return On Asset
(ROA) terhadap harga saham
Return On Asset (ROA) disebut sebagai profitabilitas yang menjadikan gambaran perusahaan dalam efisiensi operasional perusahaan.
Efisiensi perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dalam pengelolaan aset. Keuntungan dari perusahaan menjadi acuan untuk memberikan dividen kepada investor. Bila ROA yang dihasilkan tinggi berarti keuntungan yang didapat juga tinggi sehingga perusahaan akan memberikan dividen yang besar kepada investor (Meidawati et al., 2020).
Besar kecilnya keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan akan mempengaruhi kebijakan dividen yang diberikan oleh manajemen perusahaan kepada investor (Kurniawan, 2017).
Perusahaan dapat melakukan perhitungan keuntungan perusahaan dibagikan kepada investor atau digunakan perusahaan sebagai laba ditahan. Return On Asset (ROA) memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen sesuai dengan hasil penelitian (Krisardiyansah & Amanah, 2020) dan (Yulismar et al., 2019) yang berpotensi menarik perhatian investor dan peningkatan harga saham. Kebijakan dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai ROA dan menarik perhatian investor untuk berinvestasi. Dari uraian diatas, dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.
H4 : Kebijakan dividen dapat mempengaruhi hubungan antara Return On Asset (ROA)) terhadap harga saham
46 5. Pengaruh Kebijakan Dividen Dalam Memoderasi Debt To Total Asset
Ratio (DAR) Dengan Harga Saham
Debt To Total Asset Ratio (DAR) merupakan nilai yang memperhitungkan kondisi baik atau tidaknya sebuah perusahaan (Murti &
Kharisma, 2020). Perusahaan yang memiliki kinerja baik akan memiliki nilai rasio DAR yang rendah dikarenakan operasional perusahaan yang dibiayai oleh utang sedikit (Baqizzarqoni & Bati, 2020). Nilai DAR yang rendah akan meningkatkan profitabilitas perusahaan sehingga investor akan memantau dan memiliki minat terhadap perusahaan.
Perusahaan yang memiliki utang sedikit akan memberikan banyak profit karena biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban menjadi kecil (Lumbantobing, 2017). Begitu juga sebaliknya, utang perusahaan yang banyak akan berpengaruh terhadap profitabilitas karena harus menyelesaikan semua kewajiban sehingga kebijakan dividen yang diberikan menjadi lebih kecil dan berpengaruh terhadap harga saham (Pertiwi & Darmayanti, 2018). Dengan kebijakan dividen yang tinggi akan menarik perhatian investor sehingga berkeinginan menanamkan modal pada perusahaan. Kebijakan dividen yang tinggi akan meningkatkan minat investor sehingga berpengaruh terhadap harga saham. Dari uraian diatas, dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.
H5 : Kebijakan dividen dapat mempengaruhi hubungan antara Debt To Total Asset Ratio (DAR) terhadap harga saham
47 6. Pengaruh Kebijakan Dividen Dalam Memoderasi Antara Economic
Value Added (EVA) Dengan Harga Saham.
Economic Value Added (EVA) menunjukkan pada nilai tambah perusahaan yang mencerminkan penilaian untuk investor. Penilaian perusahaan dapat untuk jangka waktu saat ini dan juga prospek dimasa yang akan datang. Nilai tambah perusahaan ini yang menjadi toalk ukur keuntungan perusahaan (Simbolon et al., 2014). Bila nilai EVA yang didapatkan perusahaan baik, maka perusahaan akan memiliki keuntungan yang meningkat sehingga perusahaan akan memberikan kebijakan dividen yang cukup tinggi untuk investor. Perusahaan yang memiliki laba kecil maka akan membuat manajemen membuat kebijakan dividen yang sedikit
Economic Value Added (EVA) menunjukkan pada nilai tambah perusahaan yang mencerminkan penilaian untuk investor. Penilaian perusahaan dapat untuk jangka waktu saat ini dan juga prospek dimasa yang akan datang. Nilai tambah perusahaan ini yang menjadi toalk ukur keuntungan perusahaan (Simbolon et al., 2014). Bila nilai EVA yang didapatkan perusahaan baik, maka perusahaan akan memiliki keuntungan yang meningkat sehingga perusahaan akan memberikan kebijakan dividen yang cukup tinggi untuk investor. Perusahaan yang memiliki laba kecil maka akan membuat manajemen membuat kebijakan dividen yang sedikit